Perbuatan Curang
Perbuatan Pemerasan
Gratifikasi
Pada tahun 2018 lalu, seorang Lurah di Kecamatan Garum, terciduk tim saber pungli
Polres Blitar. Tersangka menjadi target operasi tangkap tangan (OTT), saat menerima
sejumlah uang yang diduga pungutan liar.Uang tersebut dipergunakan untuk pengurusan
pemecahan dan balik nama letter C sebidang tanah. Penangkapan ini bermula dari laporan
beberapa warga. Mereka menyatakan jika tersangka sering meminta sejumlah uang saat
mereka mengajukan pengurusan surat tanah. Saat tersangka ditangkap di rumahnya,
diamankan enam berkas pemecahan tanah dan uang tunai Rp 9 juta yang diduga hasil
pungutan liar. Dari keterangan awal saksi yang diperiksa, pelaku meminta uang sebesar Rp
1,5 juta. Katanya uang itu sebagai syarat pemecahan dan balik nama sebidang tanah.
Menurut saya, yang menjadi motivasi pelaku dalam melakukan aksi pungutan liar ini
karena pelaku melihat adanya kesempatan, masyarakat desa cenderung belum mengerti
mengenai biaya, persyaratan, dan tata cara pengurusan sertifikat tanah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Ketidaktahuan masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh
pelaku untuk menetapkan biaya yang lebih tinggi dari seharusnya. Kasus seperti ini
sebenarnya marak terjadi tidak hanya di kelurahan Garum saja, sebagaimana yang saya
kumpulkan dari komentar-komentar di bawah berita ini, banyak yang mengakui bahwa
adanya pungutan untuk pengurusan sertifikat tanah merupakan hal yang wajar, yang
menjadi masalah apakah tarif yang dibayarkan itu sudah sesuai dengan ketentuan hukum.
Oleh karenanya, masyarakat mengharapkan agar dari Badan Pertanahan Nasional (BPN)
untuk diadakan sosialisasi mengenai tata cara dan biaya administrasi untuk pengurusan
bidang tanah agar masyarakat dapat melek hukum sehingga kasus-kasus pungutan liar ini
tidak terus terjadi.
Pada akhirt tahun 2019 lalu, KPK
menetapkan Wali Kota Blitar
Muhammad Samanhudi Anwar sebagai
tersangka dalam dugaan penerimaan
hadiah atau janji terkait ijon proyek
pembangunan sekolah lanjutan pertama
di Blitar. Proyek itu bernilai kontrak Rp
23 miliar. Wakil Ketua KPK Saut
Situmorang menduga, ada total fee 10
persen yang diberikan oleh pihak swasta
bernama Susilo Prabowo kepada
Samanhudi Anwar. Samanhudi diduga
menerima bagian sebesar 8 persen, yaitu
Rp 1,5 miliar. Sedangkan 2 persennya
akan dibagi-bagikan kepada dinas.
Apabila kasus tersebut dianalisis penyebabnya berdasarkan Gone Theory, Wali Kota Blitar
bisa jadi melakukan tindak pidana korupsi tersebut atas faktor keserakahan. Proyek senilai
23 miliar tersebut tentunya menggiurkan dan pelaku ingin mengambil bagian dari dana
kontrak proyek tersebut. Selain faktor keserakahan, pelaku juga melihat adanya
kesempatan, sebagaimana yang dilaporkan, uang fee sebesar 10 persen tersebut diberikan
melalui seorang perantara swasta, sehingga ada celah yang memungkinkan tindak korupsi
tersebut tidak terungkap. Kemudian, bisa juga ada faktor kebutuhan, sejak pelaku menjabat
sebagai walikota kekayaannya bertambah menjadi Rp 8,5 miliar. Dengan jumlah kekayaan
sebesar itu, tentunya pelaku mempunyai gaya hidup di atas rata-rata. Sehingga ada faktor
kebutuhan untuk mempertahankan gaya hidup tersebut dengan melakukan korupsi.
Bung Hatta lahir di Bukttinggi, 12 Agustus 1902. Beliau memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat
Melayu Fort De kock pada 1913, Hatta pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang pada 1916.
Setelah lulus, ia meneruskan studi ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang sama. Sejak
masuk MULO inilah Hatta mulai tertarik pada pergerakan. Ia lantas bergabung dengan Jong Sumatranen
Bond. Di sana, hingga 1921, Hatta menjabat bendahara. Sosoknya kian mengemuka semasa menimba ilmu
di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam pada 1921. Ia bergabung dengan Indische Vereniging yang
lantas berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Pada 1926, Hatta menjadi pemimpin organisasi pergerakan
nasional di Belanda tersebut. Perjuangannya tak pernah berhenti hingga menjadi sosok yang mendampingi
Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 1945. Selain menjadi wakil presiden, Hatta
juga sempat menjabat menteri luar negeri dan perdana menteri.
Dalam satu kisah hidupnya yang diberi judul “Demi Sebuah Rahasia”. Kala itu ketika Bung Hatta
mengumumkan senering, beliau mendapat kekecewaan dari istri nya sendiri yaitu Rahmi Hatta. Sang istri
merasa dikhianati karena tidak diberi tahu tentang kebijakan tersebut, padahal dirinya akan membeli
mesin jahit dengan uang yang telah ia kumpulkan. Uang tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk
membeli mesin jahit karena nilai nya menurun. Bung Hatta menanggapi nya dengan bijak bahwasanya
apabila ia memberitahukan rahasia negara akan melakukan senering kepada sang istri, maka itu tidak
baik bagi orang lain.kebijakan negara tidak ada sangkut paunya dengan usaha memupuk kepentingan
keluarga.
Buku yang bagus karena mengasah kita untuk berpikir kritis mengenai
bahaya korupsi, yang pada kenyatannya cukup parah terjadi di negari
kita. Selain itu juga mendorong anak-anak muda untuk lebih melek
hukum dan melek literasi dengan memberikan referensi berupa buku-
buku, sistus, atauoyn undang-undang mengenai korupsi untuk
memperkaya wawasan diri