Anda di halaman 1dari 26

Apa jadinya ya, jika aku tinggal di negara yang pemerintahannya

bersih dari korupsi? Mungkin tak adalah ceritanya pejabar-pejabat


pemerintah berseragam oranye yang muncul di televisi, yang masih bisa
senyam-senyum meski di punggungnya terpampang tulisahn “TAHANAN
KPK”. Semestinya juga tak perlu ada yang namanya KPK, kalau orang-
orang di pemerintahan itu paham betul bahwa mereka itu digaji pakai uang
rakyat, diberi amanah oleh rakyat, sehingga tak sewenang-wenang untuk
mengakui atau mengambil uang yang bukan haknya, uang yang semestinya
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kalau negaraku bebas korupsi, anggaran-anggaran untuk belanja
pendidikan, kesehatan, atau pembangungan infrastruktur bisa terserap
seratus persen dan tergunakan sebagaimana mestinya. Pajak-pajak yang
dipungut semuanya mengalir kembali ke rakyat untuk fasilitas kesehatan
dan pendidikan yang lebih berkualitas. Mungkin angka kemiskinan dan
pengangguran bisa ditekan sampai minim. Mungkin rakyat-rakyat jadi jadi
lebih bahagia dan sejahtera. Mungkin bisa-bisa negaraku jadi negara paling
makmur sedunia.
Dampak korupsi pada angka pengangguran (kesulitan memperoleh pekerjaan)
Pada 2016, Forum Ekonomi Dunia merilis data bahwa korupsi masih menjadi masalah
utama bagi pelaku bisnis di Indonesia. Korupsi memaksa pebisnis mengeluarkan biaya tambahan
sebesar rata-rata 10 persen untuk memperlancar kegiatan usahanya. Hal ini membuat investor
dari luar negeri enggan untuk menanamkan modalnya di negeri ini karena mahalnya upaya
menjalankan bisnis di Indonesia. Penurunan nilai investasi karena rendahnya kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya berakibat pada kesempatan kerja semakin kecil sehingga angka
pengangguran akan meningkat.
Dampak korupsi di bidang kesehatan (angka kematian ibu hamil dan melahirkan)
Secara makro, angka kematian ibu hamil dan melahirkan, merupakan parameter
kualitas kesehatan masyarakat pada suatu negara. Dalam pernyataan WHO di tahun 2006,
diperkirakan telah terjadi korupsi sebesar US$ 12,5 miliar. Jumlah yang dikorupsi itu mencapai
10-25 persen dari dana anggaran kesehatan dunia. Apabila pendanaan untuk sektor kesehatan
dikorupsi, sistem kesehatan masyarakat dengan pengelolaan lebih baik menjadi sulit dibangun.
Biaya pemeriksaan medis dan persalinan menjadi terlalu tinggi, mahalnya harga obat-obatan dan
rendahnya kualitas alat kesehatan pada rumah sakit/puskemas, serta informasi tentang
kesehatan reproduksi menjadi sulit diakses.
Dampak korupsi di bidang pendidikan (angka putus sekolah)
Negara telah mengalokasikan Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) yang
besar untuk sektor pendidikan, akan tetapi dana yang benar-benar diserap untuk peningkatan
pendidikan tidak akan terasa jika tingkat korupsi masih tinggi. Berdasarkan pantauan ICW,
semenjak tahun 2005-2016 terdapat sekitar 425 kasus korupsi dalam sektor pendidikan dengan
kerugian negara mencapai Rp1,3 triliun dan nilai suap mencapai Rp55 miliar. Dimana objek yang
paling banyak dikorupsi ialah Dana Alokasi Khusus (DAK). Sekitar 85 kasus korupsi pada
sektor pendidikan berasal dari penyelewengan pengelolaan DAK dengan kerugian mencapai
Rp377 miliar.
Tingginya tingkat korupsi dalam sektor pendidikan ini membuat rencana dan program-
program pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal
pendidikan tidak berjalan maksimal. Sebagai contoh, Besarnya jumlah DAK atau Dana
Operasional Sekolah (BOS) yang dikorupsi membuat biaya pendidikan yang semula ditetapkan
oleh pemerintah gratis menjadi belum sepenuhnya bebas dari biaya. Maraknya penyelewengan
dana pendidikan menjadikan pihak sekolah masih membebankan biaya pendidikan kepada orang
tua sebagai pemasukan mereka. Orang tua yang kurang mampu terpaksa tidak melanjutkan
anaknya untuk bersekolah.
Dampak korupsi pada pelanggaran hak buruh (pendapatan pekerja yang jauh dari cukup)
Praktik korupsi berhubungan erat dengan pelanggaran hak buruh. Terdapat kesan
kebijakan apa pun yang dikeluarkan pemerintah, seperti pengetatan tenaga kontrak dan
peningkatan upah minimum, hanya dijadikan syarat formal untuk melegitimasi pelanggaran hak
buruh. Hal itu terlihat dari sejumlah perusahaan yang melakukan persekongkolan dengan para
oknum aparat yang berwenang untuk mempermainkan mekanisme hukum yang ada.
Persekongkolan ini biasanya melibatkan pengusaha, dinas terkait ketenagakerjaan, dan
beberapa lembaga penegak hukum. Beberapa kasus dugaan korupsi yang pernah terjadi, seperti
kewajiban buruh untuk membayar sejumlah pungutan liar dan upah di bawah upah minimum
provinsi (UMP). Kasus lain terkait penangguhan upah yang dilakukan oleh pengusaha tanpa
melalui prosedur yang resmi, kriminalisasi serikat buruh, dan penyuapan hakim.
Dampak korupsi terhadap angka kriminalitas
Praktek korupsi menciptakan biaya ekonomi yang tinggi yang membebankan pelaku
ekonomi. Kondisi biaya ekonomi ekonomi yang tinggi berimbas pada mahalnya harga barang,
jasa, dan pelayanan publik, karena harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku
ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena penyelewengan yang mengarah ke
tingdak korupsi. Masyarakat bawah yang tak sanggup menghadapi pelonjakan harga, apalagi
ditambah dengan aksi PHK dimana-mana membuat keadaan mereka terdesak. Keadaan
terdesak ini kemudian membuat mereka lebih punya nyali untuk melakukan tindak pidana
seperti pencurian, perampasan dan pengedaran narkoba untuk memenuhi kebutuhan mereka
dengan cara pintas.
Dampak korupsi dapat menyentuh berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang
pendidikan, misalnya: biaya pendidikan tinggi, angka putus sekolah tinggi, serta banyak sekolah
rusak. Kemudian dalam bidang kesehatan, antara lain: biaya kesehatan tinggi, angka kematian ibu
hamil dan menyusui tinggi, dan tingkat kesehatan yang buruk. Lalu di bidang ekonomi, antara lain:
harga-harga melambung, ekonomi biaya tinggi, dan persaingan pasar yang tidak sehat. Dalam bidang
sosial, misalnya: angka pengangguran tinggi, kemiskinan tinggi, kriminalitas tinggi, dan kesenjangan
antara kaya dan miskin tinggi. Dampak di bidang pelayanan publik, seperti: tersendatnya pelayanan
publik, sulitnya proses perizinan, dan menurunkan daya tarik investor. Kemudian dampak di bidang
lingkungan, antara lain: banjir dan bencana alam, penggundulan hutan yang masif, serta
mempercepat laju pemanasan global.
Total kerugian uang negara dari korupsi selama lima belas tahun
tersebut mencapai Rp203,9 triliun. Dari jumlah itu hukuman finansial--
denda, hukuman pengganti, perampasan barang bukti hanya terkumpul
Rp21,26 triliun. Realokasi sebesar Rp182,64 triliun dari uang negara yang
sudah dikorupsi atau bila uang itu selamat dari korupsi, seluruh orang
Indonesia bisa gratis biaya BPJS hingga Rp60.000/bulan, pembangunan
600 rumah sakit standard internasional. Dana tersebut juga bisa untuk
meluluskan 182.000 magister luar negeri atau 45.500 doktor luar negeri.
Bisa juga untuk meluluskan 546.000 sarjana dengan standard kampus
paling top di Indonesia. Dana itu juga bisa untuk pembangunan jalan tol
10.000 km, pembangunan transportasi massal MRT sepanjang 202 km.
Di bidang olahraga, bisa digunakan untuk pembangunan 182 stadion
sepakbola berstandar internasional, hingga membiayai 20 orang seperti
Rio Haryanto selama 40 tahun.
Soal mengapa mantan koruptor masih berani
mencalonkan diri menjadi pejabat pemerintah seperti
anggota legislatif maupun kepala daerah misalnya,
pertama, mereka berani karena “bisa” atau sah-sah saja
bagi mereka untuk mencalonkan diri secara hukum .
Tidak ada pencabutan hak politik bagi terpidana kasus korupsi. Mereka yang pernah
dipenjara karena kasus korupsi boleh mencalonkan diri sebagai anggota legislatif setelah
Mahkamah Agung (MA) menerbitkan putusan uji materi Pasal 4 ayat (3) Peraturan Komisi
Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencalonan Anggota DPR dan
DPRD Kabupaten/kota terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU
Pemilu). Komisi Pemilihan Umum (KPU) merespons putusan tersebut. PKPU yang tadinya
melarang eks koruptor mendaftar menjadi caleg direvisi sesuai putusan MA. KPU
memutuskan, mantan koruptor boleh jadi caleg tetapi daftar namanya diumumkan ke publik
Begitu halnya bagi mantan narapida kasus korupsi yang hendak maju dalam Pilkada juga
tidak dilarang secara undang-udang. Dalam PKPU Nomor 18 Tahun 2019 tentang pencalonan
dalam Pilkada 2020, di Pasal 4 soal persyaratan calon kepala daerah, tidak ada larangan
bagi mantan terpidana korupsi.
Kemudian pengajuan caleg mantan napi korupsi dapat terjadi karena struktur partai di
level provinsi dan kabupaten/kota dipegang pula oleh orang-orang yang punya persoalan
hukum. Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW, Donal Fariz, berpendapat, ketika orang
bermasalah masih diberi jabatan di parpol, jangan heran jika caleg yang tak punya rekam
jejak bagus bisa mencalonkan diri. Menurutnya sepanjang orang bermasalah masih menguasai
struktur partai atau mantan narapidana kasus korupsi menguasai struktur partai, masalah
lanjutannya adalah dia mencalonkan diri atau mengusung orang yang bermasalah di
pencalonan.
Korupsi adalah tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dan menyangkut bidang
kepentingan umum, berupa perbuatan curang seperti
penggelapan yang, penerimaan uang sogok atau
penyuapan, dan sebagainya.
Merugikan Keuangan Negara
30
Bentuk Penggelapan Dalam Jabatan
Tipikor
Suap-Menyuap

13 Pasal 7 Macam Benturan Kepentingan dalam


UU No 31 Th 1999 jo
UU No. 20 Th. 2001 Perbuatan Pengadaan

Perbuatan Curang

Perbuatan Pemerasan

Gratifikasi
Pada tahun 2018 lalu, seorang Lurah di Kecamatan Garum, terciduk tim saber pungli
Polres Blitar. Tersangka menjadi target operasi tangkap tangan (OTT), saat menerima
sejumlah uang yang diduga pungutan liar.Uang tersebut dipergunakan untuk pengurusan
pemecahan dan balik nama letter C sebidang tanah. Penangkapan ini bermula dari laporan
beberapa warga. Mereka menyatakan jika tersangka sering meminta sejumlah uang saat
mereka mengajukan pengurusan surat tanah. Saat tersangka ditangkap di rumahnya,
diamankan enam berkas pemecahan tanah dan uang tunai Rp 9 juta yang diduga hasil
pungutan liar. Dari keterangan awal saksi yang diperiksa, pelaku meminta uang sebesar Rp
1,5 juta. Katanya uang itu sebagai syarat pemecahan dan balik nama sebidang tanah.
Menurut saya, yang menjadi motivasi pelaku dalam melakukan aksi pungutan liar ini
karena pelaku melihat adanya kesempatan, masyarakat desa cenderung belum mengerti
mengenai biaya, persyaratan, dan tata cara pengurusan sertifikat tanah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Ketidaktahuan masyarakat tersebut dimanfaatkan oleh
pelaku untuk menetapkan biaya yang lebih tinggi dari seharusnya. Kasus seperti ini
sebenarnya marak terjadi tidak hanya di kelurahan Garum saja, sebagaimana yang saya
kumpulkan dari komentar-komentar di bawah berita ini, banyak yang mengakui bahwa
adanya pungutan untuk pengurusan sertifikat tanah merupakan hal yang wajar, yang
menjadi masalah apakah tarif yang dibayarkan itu sudah sesuai dengan ketentuan hukum.
Oleh karenanya, masyarakat mengharapkan agar dari Badan Pertanahan Nasional (BPN)
untuk diadakan sosialisasi mengenai tata cara dan biaya administrasi untuk pengurusan
bidang tanah agar masyarakat dapat melek hukum sehingga kasus-kasus pungutan liar ini
tidak terus terjadi.
Pada akhirt tahun 2019 lalu, KPK
menetapkan Wali Kota Blitar
Muhammad Samanhudi Anwar sebagai
tersangka dalam dugaan penerimaan
hadiah atau janji terkait ijon proyek
pembangunan sekolah lanjutan pertama
di Blitar. Proyek itu bernilai kontrak Rp
23 miliar. Wakil Ketua KPK Saut
Situmorang menduga, ada total fee 10
persen yang diberikan oleh pihak swasta
bernama Susilo Prabowo kepada
Samanhudi Anwar. Samanhudi diduga
menerima bagian sebesar 8 persen, yaitu
Rp 1,5 miliar. Sedangkan 2 persennya
akan dibagi-bagikan kepada dinas.
Apabila kasus tersebut dianalisis penyebabnya berdasarkan Gone Theory, Wali Kota Blitar
bisa jadi melakukan tindak pidana korupsi tersebut atas faktor keserakahan. Proyek senilai
23 miliar tersebut tentunya menggiurkan dan pelaku ingin mengambil bagian dari dana
kontrak proyek tersebut. Selain faktor keserakahan, pelaku juga melihat adanya
kesempatan, sebagaimana yang dilaporkan, uang fee sebesar 10 persen tersebut diberikan
melalui seorang perantara swasta, sehingga ada celah yang memungkinkan tindak korupsi
tersebut tidak terungkap. Kemudian, bisa juga ada faktor kebutuhan, sejak pelaku menjabat
sebagai walikota kekayaannya bertambah menjadi Rp 8,5 miliar. Dengan jumlah kekayaan
sebesar itu, tentunya pelaku mempunyai gaya hidup di atas rata-rata. Sehingga ada faktor
kebutuhan untuk mempertahankan gaya hidup tersebut dengan melakukan korupsi.
Bung Hatta lahir di Bukttinggi, 12 Agustus 1902. Beliau memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat
Melayu Fort De kock pada 1913, Hatta pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang pada 1916.
Setelah lulus, ia meneruskan studi ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang sama. Sejak
masuk MULO inilah Hatta mulai tertarik pada pergerakan. Ia lantas bergabung dengan Jong Sumatranen
Bond. Di sana, hingga 1921, Hatta menjabat bendahara. Sosoknya kian mengemuka semasa menimba ilmu
di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam pada 1921. Ia bergabung dengan Indische Vereniging yang
lantas berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Pada 1926, Hatta menjadi pemimpin organisasi pergerakan
nasional di Belanda tersebut. Perjuangannya tak pernah berhenti hingga menjadi sosok yang mendampingi
Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 1945. Selain menjadi wakil presiden, Hatta
juga sempat menjabat menteri luar negeri dan perdana menteri.
Dalam satu kisah hidupnya yang diberi judul “Demi Sebuah Rahasia”. Kala itu ketika Bung Hatta
mengumumkan senering, beliau mendapat kekecewaan dari istri nya sendiri yaitu Rahmi Hatta. Sang istri
merasa dikhianati karena tidak diberi tahu tentang kebijakan tersebut, padahal dirinya akan membeli
mesin jahit dengan uang yang telah ia kumpulkan. Uang tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk
membeli mesin jahit karena nilai nya menurun. Bung Hatta menanggapi nya dengan bijak bahwasanya
apabila ia memberitahukan rahasia negara akan melakukan senering kepada sang istri, maka itu tidak
baik bagi orang lain.kebijakan negara tidak ada sangkut paunya dengan usaha memupuk kepentingan
keluarga.

Nilai Jujur Beliau tidak membocorkan rahasia negara yaitu


kebijakan Senering, walaupun kepada istrinya sendiri. Rahasia
negara tetap rahasia
Nilai Berani dan Tanggung Jawab Atas rahasia negara senering
yang tidak disampaikan kepada istrinya, beliau tidak gentar
menghadapi istrinya yang dipastikan kecewa. Pun juga dari
keluarganya. Dan beliau siap menanggung resiko atas
perbuatannya tersebut.
“Ingat, Kamu Kuliah Pakai Uang Rakyat!”
Sebagai mahasiswa PKN STAN tentunya bukan sekali atau dua kali dosen-dosen
mengingatkan kami, para mahasiswa, untuk selalu mengingat petikan kalimat tersebut.
Ya, selama menempuh pendidikan ini, kami dibebaskan dari biaya alias gratis, karena
kampus kami merupakan kampus berstatus ikatan dinas yang berarti dibiayai oleh
negara dan dipastikan setelah kami lulus kami akan langsung ditempatkan di instansi-
instansi pemerintah dengan status baru sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Adapun
segala fasilitas penunjang pendidikan yang kami terima ini mulai dari, buku-buku, ruang
kelas yang nyaman, dan bahkan alat tulis kami yang kami peroleh secara cuma-cuma,
tak lain dibiayai oleh pajak-pajak yang dibayarkan oleh rakyat. Lantas, apakah pantas
bila mahasiswa PKN STAN itu kuliah tak sungguh-sungguh, kadang mengantuk atau
bahkan tertidur selagi dosen menerangkan di depan ruang kelas, tak antusias untuk
memahami ilmu baru yang diajarkan, padahal kelak ilmu itu akan digunakan saat nanti
bekerja. Kalau dipikir-pikir sama saja mahasiswa-mahasiswa yang kuliah dengan kurang
semangat itu menghambur-hamburkan uang negara saja. Bukankah itu bisa
dikategorikan sebagai tindak korupsi atau penghabisan uang rakyat? Kurasa betul.
Hari ini aku meniulis artikel ini sembari mengevaluasi diri, di tahun ketigaku kuliah
di PKN STAN ini, jujur aku masih merasa jauh dari mengerahkan usahaku dengan
semaksimal mungkin dalam menempuh pendidikan. Sudah saatnya aku membenahi diri
Karena tiap hari, tiam jam, dan tiap detik yang alih-alih bisa kugunakan untuk belajar,
tapi tak kumanfatkan itu sama saja dengan aku mengkorupsi “uang rakyat” yang
aku sudah tahu, dipercayakan padaku.
Buku ini mengajak kita untuk memperdalam kembali mengenai apa
itu korupsi, jenis perbuatan korupsi, serta dampak-dampaknya bagi
negara atau kepentingan umum. Buku ini juga memberikan contoh
kasus perilaku korupsi yang sering kita jumpai di sekitar kita., yang
kemudian diilakukan analisis mengenai apa motivasi pelaku dalam
melakukan perbuatan tersebut Selain itu juga terdapat kisah
inspiratif seorang tokoh yang menunjukkan perilaku integritas atau
anti korupsi.

Buku yang bagus karena mengasah kita untuk berpikir kritis mengenai
bahaya korupsi, yang pada kenyatannya cukup parah terjadi di negari
kita. Selain itu juga mendorong anak-anak muda untuk lebih melek
hukum dan melek literasi dengan memberikan referensi berupa buku-
buku, sistus, atauoyn undang-undang mengenai korupsi untuk
memperkaya wawasan diri

Penting bagi anak muda untuk dikenalkan mengenai bahaya korupsi


sejak dini. Khususnya bagi mereka calon-calon abdi negara yang kelak
diberikan amanah untuk mengelola uang rakyat. Adanya buku ini
sangat bagus dan baiknya diwajibkan bagi para pelajar untuk menuliskan
gagasan dan memperkaya pengetahuannya dengan mengisi buku kerja
ini.

Anda mungkin juga menyukai