Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kepemimpinan

(Oleh: Hasna Rosyida/12/7-02/D-IV Akuntansi Reguler)

Pertanyaan-1: Pernahkah anda mengindentifikasi dan mendefinisikan nilai pribadi anda?

Ya, saya pernah melakukannya. Di waktu pertama kali mengidentifikasi nilai pribadi, saya

mungkin malah belum mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan nilai pribadi (personal

values) itu. Berhubung sekarang di mata kuliah Kepemimpinan membahas perihal pentingnya

memiliki nilai pribadi, sebaiknya didefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan nilai

pribadi. Schwartz mendefinisikannya sebagai berikut:

Personal values are broad desirable goals that motivate people’s actions and serve as

guiding principles in their lives. Personal values are desirable to an individual and

represent what is important to someone, eg if someone values success, he may work very

hard to gain success in their career. [1]

Dari definisi yang dikemukakan Schwartz di atas, nilai pribadi dapat diartikan sebagai

tujuan hidup yang memotivasi tindakan seseorang dan dijadikan sebagai prinsip/pedoman dalam

hidup. Nilai pribadi ini merepresentasikan apa yang penting bagi seseorang itu. Misalnya ketika

“menjadi sukses” adalah nilai pribadi seseorang, ia akan bekerja keras untuk meraih kesuksesan

itu.

Bicara mengenai kapan pertama kalinya saya mengidentifikasi nilai pribadi yang saya miliki,

sewaktu di kelas 1 SMP seorang guru pernah menginstruksikan untuk menuliskan sebuah daftar

mengenai “karakter pribadi masing-masing”. Di saat itulah saya mencoba mengenali diri sendiri

serta apa yang saya anggap menjadi kualitas dari diri saya. Untuk pertama kalinya saya

mengindetifikasi dan mendefinisikan nilai pribadi saya dan menuliskannya di atas selembar

kertas. Meskipun tidak dapat mengingat seratus persen apa saja yang saya tulis waktu itu, saya

1
Sagiv L, Roccas S, Cieciuch J, Schwartz SH. “Personal values in human life”. Nature Human Behaviour.
2017 Sep;1(9):630
kira dua di antaranya ada hubungannya tentang bagaimana saya adalah orang yang selalu

berusaha berperilaku jujur dan bertutur kata santun terutama kepada orang yang lebih tua.

Kejujuran dan sopan santun adalah nilai pribadi yang terus berusaha saya pegang, sebab dua hal

ini lah yang memang selalu ditanamkan oleh orang tua sedari kecil.

Pertanyaan-2: Coba review nilai pribadi anda. Apakah sampai dengan saat ini nilai-nilai

tersebut sudah mengalami perubahan atau tetap sama?

Tentu untuk nilai kejujuran dan sopan santun sebagaimana yang saya sebutkan di atas,

keduanya masih tetap saya pertahankan hingga sekarang. Namun seiring bertambahnya umur dan

wawasan, dan pengalaman, nilai pribadi yang saya jadikan sebagai pegangan hidup terus saya

tingkatkan dan kembangkan. Karena nilai pribadi selain harus dikenali (recognize the values)

dan dirangkul (embrace the values), ia juga harus terus ditingkatkan (increase the values).

Misalnya baru-baru ini, saya berprinsip pada diri saya untuk “let the stuff go”, ini tentang untuk

membuang perasaan-perasaaan negatif yang awalnya menghantui diri saya sebab kegagalan-

kegagalan di masa lalu. Saya pikir daripada terbawa terus dengan perasaan-perasaan negatif

tersebut sebaiknya fokus pada urusan yang di hadapi saat ini. Adapun selain daripada prinsip

tersebut, berikut nilai-nilai pribadi yang saya tetapkan untuk diri sendiri, antara lain: taat kepada

perintah Allah SWT., integritas, disiplin, santun, sabar, peduli terhadap sesama, selalu

bertanggung jawab terhadap amanah yang diemban, serta selalu menjadi pribadi yang lebih baik

daripada hari kemarin.

Pertanyaan-3: Bagaimana anda menilai diri anda dari segi konsistensi? Ketika anda

dihadapkan pada situasi yang pelik, bagaimana konsistensi diri anda terhadap nilai-nilai

pribadi anda? Apakah anda masih bisa mmpertahankan nilai-nilai itu atau melakukan

perubahan (adjustment)?
“If you don't stick to your values when they're being tested, they're not values: they're

hobbies.” –John Stewart.

Berbicara mengenai values, hal tersulitnya mungkin adalah bagaimana mempratekkanya

secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari meski dalam situasi tersulit pun. Bagi saya nilai

pribadi yang saya tetapkan itu penting, namun kenyataannya saya mengakui bahwa saya masih

belum bisa 100% dalam menjaga konsistensi praktek nilai-nilai tersebut. Sebagai contoh: saya

seorang muslim sehingga saya punya prinsip untuk tidak boleh bersentuhan dengan yang bukan

mahram. Namun pada acara ramah-tamah dengan sanak famili terkadang saya takut dicap arogan

apabila tidak bersalaman dengan menjabat tangan, oleh karenanya ketika bersalaman kadang

saya cukup menelungkupkan kedua tangan di depan dada untuk sebagian orang namun juga

masih berjabat tangan dengan sebagian keluarga yang memang dekat hubungan kekerabatannya.

Pertanyaan 4: Begitu anda berinteraksi dengan orang lain apakah anda selalu take the

high road? Kalau orang lain memperlakukan anda dengan tidak baik, apakah anda

membalasnya dengan berperilaku tidak baik juga atau justru sebaliknya (take the high

road)?

Ya, sebab saya selalu berusaha untuk tidak dikendalikan oleh emosi. Saya kira membalas

perlakukan yang kurang menyenangkan dari orang lain dengan berperilaku serupa itu merupakan

akibat dari mengikuti amarah atau emosi yang pada akhirnya juga tidak akan menguntungkan

bagi diri sendiri. Tentu reaksi kecewa atau bahkan marah apabila diperlakukan buruk itu

manusiawi, namun jangan sampai amarah tersebut mengontrol kita untuk membalas orang lain

tersebut dengan berbuat serupa. Sebagai contoh: kadang saya berseteru dengan kakak saya,

apabila pertengkaran kami sudah semakin memanas, saya memilih untuk meminta maaf sebab

pada “adu mulut” tadi mungkin perkataan saya sudah menyakitki perasaannya. Setelah itu saya
biasanya pergi keluar untuk membelikan makanan ringan atau es krim untuk dimakan bersama.

Saya melakukan hal tersebut, meskipun mungkin dalam hati kami masih merasa berselisih,

namun saya berharap ketegangan di antara kami setidaknya dapat sedikit mereda.

Anda mungkin juga menyukai