Mengelola (resourcing)
(final) Akuntansi, tujuan kebijakan: proses
evaluasi, pelaporan penganggaran (budget
cycle)
Uang, uang, dan uang
Penyaluran (delivering)
barang publik:
operasional, manajemen,
pengendalian
• Framework
• Memposisikan manajemen keuangan
7. Bendahara Penerima
a. Melaksanakan pengelolaan Perbendaharaan dan Tata Usaha Keuangan sesuai
aturan yang berlaku;
b. Menerima pembayaran berupa uang, chek, dan surat-surat berharga lainnya;
c. Membukukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Wajib menyetor/melimpahkan seluruh penerimaan negara yang telah dipungut ke
Rekening Kas Negara sekurang-kurangnya sekali seminggu;
e. Membuat laporan penerimaan dan penyetoran uang;
f. Bertanggung jawab kepada Kuasa Pengguna Anggaran.
8. Bendahara Pengeluaran
a. Selaku penanggung gugat, bendahara menyelenggarakan pengurusan keuangan
yang diserahkan negara kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan
yang berlaku;
b. Menyelenggarakan tata pembukuan/administrasi keuangan negara secara tertib,
rapih dan teratur;
c. Mengajukan penyedian uang persediaan untuk melaksanakan program dan
menyetorkan ke rekening kas negara sisa uang pesediaan paling lambat 10 hari
setelah berakhirnya tahun anggaran;
d. Meneliti klengkapan administrasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP) yang
diterbitkan oleh Pejabat pengeluaran Anggaran Belanja;
e. Menguji kebenaran perhitungan yang tercantum dalam perintah pembayaran
f. Menguji kesediaan dana yang bersangkutan;
g. Wajib menolak perintah bayar dari Pejabat Pengeluaran Anggaran Belanja bila
persyaratan tidak dipenuhi sbb :
1) Kelengkapan administrasi Permintaan Pembayaran tidakdipenuhi;
2) Kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) tidak dipenuhi;
3) Tidak adanya ketersediaan dana yang bersangkutan
h. Melakukan pemungutan Pph serta pajak lainnya dan membukukan ke dalam buku
Kas Umum dan Buku Pajak serta menyetorkannya ke Kas Negara;
i. Membanu Pejabat Pengeluaran Anggaran Belanja dalam penyusunan surat
pertanggung jawaban keuangan;
j. Bertanggung jawab atas keadaan Kas termasuk bagaimana penyimpanan uang kas
serta dokumen-dokumen lainnya;
k. Menyimpan dan mengarsipkan bukti-bukti Kas/Bank, dokumen sumber
pertanggungjawaban keuangan serta lampirannya;
l. Menyusun dan mengirimkan Laporan Realisasi Anggaran Belanja, Triwulanan,
Semesteran dan Tahunan kepada Kuasa Pengguna Anggaran;
m. Bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilakksanakannya;
n. Bertanggung jawab kepada Kuasa Pengguna Anggaran
• Budget
- Terdiri atas special purpose budget dan master budget.
1. Special purpose budget adalah budget dengan tujuan khusus, tidak dilaksanakan secara
rutin. Contohnya adalah tujuan diadakannya budget dalam menangani pandemi covid-
19
2. Master budget, terdiri atas operating budget dan financial budget.
a. Operating budget terdiri atas revenue budget dan expense budget.
b. Financial budget terdiri atas cash budget dan capital budget.
- Budget menampilkan mengenai angka-angka instead of words.
3. Budget to Yardstick
Membandingkan hasil aktual dengan budget (per bulan, triwulan, tahunan). Asumsi awal
akan dinilai apakah benar atau tidak, untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan evaluasi
untuk budget tahun depan.
2. Zero-based budgeting
Zero-Based Budgeting adalah metode penganggaran berdasarkan perkiraan tiap
kegiatan tanpa mengacu pada rencana kegiatan atau hasil kegiatan di periode
sebelumnya atau dengan kata lain penganggaran mulai dari nol (udah kayak ngisi
bensin…. ). Dimulai dengan mengidentifikasi hasil yang akan diinginkan di tahun
berjalan itu, lalu bekerja kembali untuk mengidentifikasi bagaimana cara memperoleh
hasil, lalu membangun anggaran untuk setiap proyek dan layanan yang akan
memberikan hasil.
Kelebihan dan kekurangan zero-based budgeting adalah sebagai berikut.
3. Performance budgeting
Robinson (2013) menyatakan bahwa, “Performance budgeting is funding mechanisms
which use formal performance information to link funding to results (outputs and/or
outcomes), with the aim of improving performance.” Di Indonesia, jenis penganggaran
ini dikenal dengan istilah Penganggaran Berbasis Kinerja atau PBK. Menurut UU no 17
tahun 2003, Penganggaran Berbasis Kinerja adalah suatu pendekatan dalam
penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin
dicapai.
4. Participatory budgeting
Participatory budgeting adalah jenis penganggaran yang melibatkan seluruh
stakeholder untuk berpartisipasi dalam suatu projek, entah itu dalam menyusun
prioritas maupun pada memberikan ide. Prosesnya, yakni dari daftar prioritas yang ada,
stakehholder memilih projek mana yang akan didanai, kemudian
mengimplementasikan program terpilih tersebut untuk dilakukan monitoring dan
evaluasi. Ciri-cirinya dalam pemerintahan, yakni terdapat pemeriksaan prioritas
belanja oleh anggota masarakat, pemilihan delegasi penggangaran yang
representasikan komunitas yang berbeda-beda, fasilitas dan teknikal asistensi oleh
pegawai negeri, adanya pertemuan pada tingkat lokal dan level diatasnya untuk
membahas dan menentukan prioritas belanja, serta implementasi dari proyek yang
berdampak langsung pada masarakat lokal.
Kelebihan dan kekurangan participatory budgeting adalah sebagai berikut.
• Budget Process
Ingat bahwa pada proses penganggaran, ada permainan politik yang terlibat. Banyak juga
form yang harus diisi yang melibatkan special concern dari pemerintah. Dalam sektor
publik pun, banyak perbedaan kepentingan, sehingga harus dipertimbangkan kembali.
Misal, terkait lockdown atau tidak. Ada kubu yang sangat ngotot ingin lockdown.
Meskipun demikian, pemerintah juga harus mempertimbangkan anggaran yang harus
ditanggung, seperti subsidi lalala.
1. Budget cycle atau siklus penganggaran, pada umumnya terdiri dari 4 tahap:
persiapan penganggaran, reviu anggaran dan adaptasi, pelaksanaan anggaran, dan
evaluasi atas hasil serta memberi masukan. Pada kenyataannya, siklus ini tidak dapat
terlepas dari pengaruh politik, dan selalu menjadi concern utama pemerintah. Oleh
karena itu, terdapat berbagai bentuk dari siklus budget pada sektor publik.
2. Budget Presentation atau penyajian anggaran
3. Budget Timeline atau linimasa anggaran.
Terdapat aspek perilaku yang harus dipertimbangkan dalam budget cycle ini, yakni
a. rumusan kebijakan yang tepat sasaran dan sesuai visi misi pemerintah;
b. program dan kegiatan mencapai tujuan pemerintah serta merencanakan
alternatif sumber pembiayaannya;
c. alokasi anggaran yang sesuai dengan prioritas pembangunan;
d. indikator kinerja pemerintah;
e. motivasi dalam melaksanakan pemerintahan.
Relevant range adalah rentang satuan kegiatan/waktu ketika pola behavioural cost
masih berlaku secara akurat. Sederhananya, dalam menentukan suatu cost bersifat
fixed atau variable, harus dilihat terhadap apa penentuan itu didasarkan. Misal :
terhadap waktu (1 tahun, 1 bulan, 1 hari). Contohnya gaji naik setiap 4 tahun, maka
dalam satuan 5 tahun, gaji tersebut dapat dianggap fixed cost karena relatif tidak
berubah.
Contoh lain :
Kampus PKN STAN, jika driver yang digunakan adalah jumlah mahasiswa, maka
semua operating cost bersifat variable dan supporting bersifat fixed. Supporting cost
misalnya: satpam, cleaning service.
c. Outsourcing and marginal cost analysis
Marginal cost adalah biaya tambahan untuk memproduksi satu unit produk
tambahan. Marginal cost = Incremental cost = out of pocket cost.
Marginal cost analysis berhubungan erat dengan make or buy decision (outsourcing
decision).
Contoh :
Kota A saat ini memiliki 2500 siswa yang bersekolah di kota A dengan biaya tetap Rp
15.000.000 dan biaya per siswa Rp 3000. Sementara itu, tetangga kota A, yaitu kota
B bersedia menampung siswa dari kota A (apabila tidak tertampung) dengan biaya
Rp7000 per siswa. Bila sekarang siswa di kota A menjadi 3000 siswa, maka keputusan
apa yang sebaiknya diambil oleh kota A?
Dari penghitungan pada table di atas, dapat dilihat bahwa biaya per siswa terendah
didapat apabila 3000 siswa bersekolah di kota A (tanpa outsourcing).
Akan tetapi, terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
outsourcing, yaitu:
1. Apakah suatu organisasi memiliki kemampuan untuk memproduksi sendiri?
2. Apakah ada efek hubungan yang dapat dijaga dengan melakukan outsourcing
tersebut?
3. Apakah suatu output cukup penting bagi organisasi tersebut untuk diproduksi
sendiri?
4. Apakah pihak luar cukup dapat dipercaya?
5. dll
- Breakeven analysis
a. Single product/services
BEP → total revenue = total expense
Revenue = P x Q
Expense = (Variable cost x Q) + Fixed Cost
Contoh :
Diketahui PKN STAN akan membuat pogram makanan gratis bagi anak-anak di
sekitar Ceger. Diperlukan biaya tetap Rp 1 juta (administrasi dan persuratan) dan
biaya variabel Rp 30000 per anak.
a. Berapa nilai hasil proyek ini bila diperoleh 100 donor dengan nilai donasi Rp
50000 (asumsi diberikan untuk 100 anak)
Donor (revenue) = 100 x Rp 50.000
= Rp 5.000.000
Expense = (100 x Rp 30.000) + Rp 1.000.000
= Rp 4.000.000
Nilai hasil proyek = 5.000.000 – 4.000.000
= Rp 1.000.000
b. Berapa donor dibutuhkan agar BEP?
BEP → revenue = expense
Rp 50.000 x Q = Rp 4.000.000
Q (donor) = 80 orang donor
c. Berapa contribution margin dari proyek ini sesuai data pada pertanyaan (a).
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠−𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐶𝑜𝑠𝑡
Contribution margin ratio = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
5.000.000−3.000.000
= 5.000.000
= 0.4
b. Multiple product/services
Contoh :
Bila biaya tetap proyek ini adalah 10 juta maka hitung pada jumlah donatur berapa
proyek ini BEP?
Ceger Bintaro Sarmili Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Donasi 1.5juta 100 4juta 100 2.5juta 100 8juta 100
Less: VC 840k 56 900k 22.5 750k 30 2.49jt 31.125
Cont. Marg 660 44 3.1jt 77.5 1.75jt 70 5.51jt 68.875
𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐶𝑜𝑠𝑡
BE sales in Dollar = 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
10.000.000
= 0,68875
= Rp 14.519.056
Donasi % Sales at Breakeven
(mix)
Ceger 1.5 juta 18.75 18.75% x Rp 14.519.056 = Rp 1.722.323
Bintaro 4 juta 50 50% x Rp 14.519.056 = Rp 7.259.528
Sarmili 2.5 juta 31.25 31.25% x Rp 14.519.056 = Rp 4.537.205
Total 8 juta 100 100%
c. Managerial implication
1. Arrange FC, P, or VC (disesuaikan dengan tujuan/strategi)
2. Pilih aktivitas dengan high Contribution Margin
3. Apabila ditemukan BEP negative, berarti pemerintah harus memberikan subsidi
untuk barang/jasa tersebut.
d. BEP cautions
1. Volume bersifat prediksi
2. P dan C diasumsikan konstan
3. Perhatikan daya saing industry
4. Perhatikan kewajaran hasil penghitungan.
- Cost measurement
a. Cost allocation
1. Direct cost (direct tracing)
2. Indirect cost (cost allocation) → materi cost accounting
b. Theory of constraints
Management Constraint atau lebih dikenal dengan Theory of Constraint (TOC) adalah
teori dalam ilmu manajemen bisnis untuk mencapai laba melalui identifikasi kendala
yang dialami oleh perusahaan (organisasi) dan kemudian mencari solusi untuk
mengatasi hambatan tersebut.
Faktor-faktor kendala:
1. Resource Constraint : kendala sumber daya, seperti bahan baku, pegawai, jam
kerja
2. Market Resource Constraint : kendala pasar
3. Balanced Constraint : berasal dari factor keseimbangan perusahaan
Jenis-Jenis Management Constraint
1. Internal Constraint, berasal dari dalam organisasi. Misalnya, jam kerja terbatas.
2. External Constraint, berasal dari luar, seperti keterbatasan pemasok.
- Activity based cost & activity based management
Activity based costing adalah salah satu metode akuntansi yang dilakukan untuk
meningkatkan informasi biaya yang lebih akurat dibanding metode konvensional. Titik
berat penghitungan biaya menggunakan metode activity based costing terletak pada
aktivitas-aktivitas yang dilakukan suatu perusahaan dalam proses produksi.
Activity Based Management adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan
perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba
yang dicapai dengan menyediakan nilai ini (Hansen dan Mowen, 2004).
• Kartu Prakerja
Di negara lain, kartu prakerja di negara lain merupakan tunjangan minimal untuk
pengangguran. Angka penganggurannya cukup tinggi (terlihat dari sekolah kedinasan laku)
dan tidak bisa dicover seluruhnya dengan anggaran yang ada.
• Anggaran Pendidikan
Anggaran pendidikan untuk Kemenristekdikti banyak dialokasikan untuk operasional
sekjen, dan tersisa sedikit untuk perguruan tinggi, sehingga masih butuh UKT. Semakin
banyak unit dalam suatu perguruan tinggi, semakin banyak fixed cost. Dosen merupakan
fixed cost, sehingga jika tidak menerima mahasiswa, terjadi inefisiensi.
• Investasi Desa
Alokasi 1M per desa, dibagi dari 3 tahap. Per tahap kiriman 300juta, dibagi lagi jadi 4
pekerjaan: SDM, bencana, infrastruktur, 1 lagi lupa. Infrastruktur contohnya jalan. Di
Kalimantan, batu kerikil susah ditemukan. Biaya per meternya mahal, karena bahan-bahan
dasarnya harus didatangkan dari lokasi tertentu. Level jalan: jalan nasional (tanggung jawab
pempus, PUPR), jalan provinsi (pemprov), jalan kota/kabupaten (pemkot/kab), jalan desa
(pemdes). Di Kalimantan 1 kecamatan bisa seluas 1 provinsi di Jawa. Di sana tidak ada pabrik
semen, seperti di Papua. Jadi harga membangun-nya 2 kali lipat. Belum termasuk gangguan
OPM.
Itu yang perlu dipikirkan: dari pembagian level jalan itu, apakah sudah tepat. Anggaran
daerah dibagi berdasarkan jumlah penduduk. Jadi di Kalimantan tetap dapat sedikit. Itu
adalah kelemahan pembagian dengan formula.
Pengeluaran rinci itu untuk pelaksanaan. Tapi kalau anggaran, dibuatsesuai standar daerah.
Realisasi anggaran bisa lebih mahal/murah daripada anggaran. Contoh Jakarta makanan
pegawai 48rb. Kalau Banten 30rb. Padahal Tangerang deket Jakarta, jadi kadang anggaran ga
terlalu sesuai.
Selain itu di Indonesia sering anggarannya udah bener tapi pelaksanaan ga sesuai. Kadang
walau lebih murah dari 48ribu tetep ditulis full. Perilaku PBJ kita sering kaya gitu. Jadinya ga
efisien.
• Bantuan Pemerintah
Subsidi listrik yg wattnya 450 udah dikit, karena program PLN menaikkan jadi 900watt.
Subsidi pemerintah semakin berkurang. Subsidi BBM untuk premium, carinya susah.
Banyaknya bantuan kesehatan masuk ke gaji & tunjangan. Dana kapitasi: dana bantuan BPJS
buat puskesmas sama RS. Puskesmas, Rp6rb/masyarakat yang dilayanani. 60% boleh untuk
menambah tunjangan. 40% untuk peralatan.
• Revisi Anggaran
Revisi anggaran untuk pagu belanja saja, kalau revisi anggaran untuk pendapatan itu dibatasi.
Sekarang sedang dihindari penganggaran yang asal-asalan yang mengandalkan revisi.
Pendapatan sulit direvisi karena takut ada moral hazard. Padahal justru pendapatan di
pemerintah itu tidak pasti, yang pasti belanja.
Karena covid-19, anggaran diturunkan. Menkeu: refocusing, belanja-belanja yang bukan
prioritas 1 (kesehatan & ekonomi), di hold semua. Gaji pokok PNS tetap, tapi tunjangannya
bisa ga dibayar.
• Anggaran Pertahanan
Anggaran pertahanan: tertutup. Sistemnya penunjukan langsung bukan lelang. Kalaupun
lelang, itu jadinya biaya makelarnya (transport dan informasi) dan jadi ga terbuka.
Prinsipnya percaya aja sama lembaga yang ditunjuk. Tanggung jawabnya di presiden.
• Bagaimana agar budget execution tidak rumit?
Contohnya bantuan sosial untuk covid itu macam-macam. Udah dicanangkan lama, tapi
banyak masyarakat yang belum menerima. Walau presiden udah titah, dalam proses
pencairannya harus ngikutin tahapan yang ditentukan. Pagunya dikunci dan berjenjang.
Kalau mau revisi, dari bawah sampe DIPA harus direvisi juga.
Buka PMK 190/2012 tentang mekanisme pembayaran dari APBN, bagian budget
executionnya. Terus bandingkan sama negara lain. Contohnya Kanada, procurement-nya
lebih mudah. Di Indonesia, ada birokrasi bendahara, KPPN, bank tertentu. Di Kanada, semua
bank yang punya kartu bisa jadi tempat pencairan.
PERTEMUAN 6
Pertanyaan Maut Pak Asgar I (Presentasi Kelompok “Efisiensi Belanja”)
● bagaimana mengetahui bahwa angka-angka yang disajikan baik untuk BLT desa
ataupun anggaran yang berubah ....di K/L telah dilakukan secara efisiensi? (terkait
refocusing dandes 25-35 persen ke BLT karena covid)
Tiap K/L menerima dana secara bertahap agar dana BLT lebih efisien dan terkontrol.
Mengukur efisiensinya antara lain dari laporan realisasi penyerapan (min 75%), laporan
realisasi keluaran (min 50%).
Cara mengukur efisiensi? Harus ada standar/acuan yg bisa jadi ukuran/komparasi. Yang jelas
ga boleh melebihi budget. Kalo di swasta di bawah budget dan ada output itu efisien. Di
pemerintahan beda, pemerintah harus ngukur output & standar biaya.
● apa pengurangan anggaran merupakan efisiensi anggaran? bagaimana dengan
kegiatan yang tetap harus diadakan? bagaimana pula dengan fixed cost yang harus
ditanggung oleh suatu satker?
Pengurangan anggaran tidak serta merta berarti efisiensi, karena ada target kinerja. Kegiatan
yang harus dilakukan tetep dilakukan tapi anggarannya lebih dikit. Dampaknya fixed cost
lebih besar dari variable cost.
Terkait fixed cost, ketika model berubah fixed cost berubah. Contoh PJJ STAN. Harusnya di
kampus biaya listriknya berkurang, terus direalokasi. Ada yang ga berubah juga, contohnya
gaji pegawai dan THR. Tiap ada kasus/perubahan model, lakukan rekalkulasi fixed cost &
variabel cost.
● bagaimana masalah efisiensi ini diukur? ketika variasi harga di satu satker / lokasi
bervariasi
Efisiensi diukur berdasarkan kinerja/output yg dicapai dari harga tsb. Misal sekolah, efisiensi
bisa tercapai kalo sekolah dibangun dengan anggaran yang seminimal mungkin.
Sebelum itu, ukuran efisiensinya standarnya sama atau ga? Kalo ada standarnya harusnya
efisiensinya sama walau harga beda-beda, contohnya Jayapura vs Jawa.
● bagaimana kaitan efesiensi dengan adaptability dalam kasus pandemi? biaya pandemi
termasuk compliance.
Kepatuhan tetap diutamakan, tapi jangan sampe karena terlalu strict malah jadi ga terealisasi
(misal impor alat medis dari LN). Jadi beratkan ke tujuan/output yang mau dicapai.
Pengadaan emergency atau pengadaan diskresi? Jika compliance saat covid bisa bikin belanja
tidak efisien, maka boleh diarahkan ke emergency. Tapi harus dilihat udah ga emergency ga?
Misalnya setelah maret-april-mei muncul keseimbangan baru, itu jadi diskresi lagi.
● apakah desentralisasi fiskal bisa meningkatkan efisiensi belanja daerah?
Cuma DAK, DAU bukan untuk efisiensi. Dibutuhkan intervensi pemerintah agar DAU lebih
efisien. Peningkatan DAU tidak secara signifikan berpengaruh pada peningkatan pelayanan
umum. Selain itu, kita ga bisa menyamaratakan SDM di daerah-daerah yang berbeda.
Pertanyaan Maut Pak Asgar II (Presentasi Kelompok “Belanja dalam Keadaan Darurat”)
● mengapa pengeluaran pemerintah direkomendasi dengan dilakukan dengan bidding
..padahal dengan penunjukkan bisa lebih efisien
Bidding/lelang bisa lebih murah tanpa mengesampingkan kualitas. Salah satu yg dinilai
adalah administrasi. Selain itu, syarat spesifikasi mendorong kompetisi.
● sejauh mana pengadaan pemerintah ini bisa mendukung pertumbuhan ekonomi
Belanja pemerintah PBJ bisa menimbulkan permintaan/demand (lapangan kerja) yang
memicu growth/pertumbuhan ekonomi.
● bagaimana dengan posisi LPSE yang ada di setiap K/L bahkan esel satu atau per daerah
provinsi?
Fungsi LPSE fasilitas PBJ scr elektronik.
● bagaimana pula peran LPSE dikaitkan dengan pengadaan berkaitan mengatasi covid
19
Di LPSE sudah ada record vendor-vendor, jadi mempermudah penunjukan langsung.
● penunjukkan langsung berkaitan masalah tanggung jawab KPA?PPK...secara
langsung....bagaimana agar KPA/PPK berani mengambil keputusan
(pas mau jawab ini zoom-nya habis, terus bapaknya ga jawab lagi, aku ga mau ngide)
● swakelola itu modelnya ada 4 tipe tapi tidak menghilangkan pengadaan barang jasa
denga pihak ketiga..
(ini juga)
● bagaimana swakelola bisa menyelesaikan masalah efisiensi, compliance.
Spesifikasi PBJ nya lebih sesuai dengan tupoksi instansi pembuatnya. PA dapat mengusulkan
standar biaya untuk swakelola pada menteri.
Rekap Link PPT
(ps. maaf ga kurangkum sekalian karena isinya detail tapi ga mencakup semua RPS, ga semua
dibahas pas kelas, dan bentuknya udah poin-poin yang cukup jelas)
1. DIPA
2. Komitmen I
3. Komitmen II
4. Pembayaran
5. Budget Execution (isinya judul-judul subbab Salvator)
6. Manajemen Kas
PERTEMUAN 6 Public Procurement
Eksekusi anggaran yang baik melewati pengadaan yang baik. Dimana terdapat pemerintah,
terdapat pula pembelian barang dan jasa untuk melaksanakan fungsi pemerintahan atau membuat
pemangku kepentingan menjadi puas. Kegiatan pengadaan meningkat seiring dengan meluasnya
peran pemerintah dan menjadi fungsi inti dari eksekusi anggaran. Tingkat pembelian dan kontrak
pemerintah sangat luas, dari sistem persenjataan dan insdustri besar seperti kertas, susu, jarum
vaksin, konstruksi, dll.
Ada beberapa perbedaan penting antara proses pengadaan dalam pemerintahan dan
perusahaan privat. Perusahaan privat tidak terlalu menekankan pada penawaran resmi yang
kompetitif, prosedur dokumen dan perbedaan kepentingan. Ini dikarenakan manajer di perusahaan
privat memiliki insentif untuk membeli barang yang menghasilkan nilai uang yang tinggi dan
menyewa kontraktor yang ingin melakukan pekerjaan dengan kualitas tinggi pada harga yang
kompetitif. Akuntabilitas mereka terletak pada hasil, bukan proses, dan inefisiensi pengadaan privat
akan muncul pada dampak mereka dalam keuntungan perusahaan secara keseluruhan.
Sebaliknya, pengadaan public adalah persoalan terhadap kendala spesial, dan wajib
mengikuti prosedur yang telah ditentukan yang memberikan penilaian berat terhadap keadilan, dan
pengadaan pemerintah adalah persoalan pengawasan dari legislatif dan akuntan publik. Juga,
pengadaan pemerintah sering kali digunakan sebagai alat untuk tujuan kebijakan publik (membina
pertumbuhan industri lokal, menguntungkan pihak yang dirugikan, dll). Tidak seperti pengadaan
privat, kesalahan dan penyimpangan dalam pengadaan publik dapat berakibat pada politik dan
perhatian media dan masyarakat. Pada akhirnya, perusahaan privat cenderung menginginkan
hubungan yang stabil dengan supplier dan kontrak jangka panjang untuk kepastian dan kemudahan
pada perencanaan bisnis, akan tetapi pemerintah menginginkan untuk membina kompetisi dan
mencegah hubungan jangka panjang dikarenakan faktor lain seperti kolusi dengan kontraktor.
Contoh dalam kehidupan sekarang : Kondisi pandemic Corona Virus Disease 19 sekarang ini dapat
dikategorikan ke dalam keadaan darurat. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Pengadaan barang dan jasa merupakan titik rawan utama kemungkinan terjadinya korupsi seperti
pengadaan Alat Kesehatan. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200520135802-12-
505294/kpk-sebut-empat-titik-rawan-korupsi-penanganan-covid-19)
Peran Diskresi Pembeli. Semakin besar batas diskresioner yang diberikan kepada pembeli
akan berakibat pada semakin memburuknya hasil pengadaan. Sebuah analisis dari pekerjaan publik
di Italia menemukan ketika pembeli memiliki beberapa diskresi dengan kondisi dari siapa yang tidak
diundang untuk penawaran, hasil dari pengadaan tidak memburuk dan pada beberapa kasus justru
membaik.
Korupsi dalam Pengadaan
• Korupsi Terbuka. Jalur yang paling banyak untuk penyuapan adalah menghindari
penawaran kompetitif sama sekali dan memilih pemenang kontrak sesuai dengan pihak
terkait. Selain dari itu, untuk menggali penyuapan staff pengadaan dapat :
▪ Mencari spesifikasi yang menguntungkan pihak tertentu
▪ Menghalangi informasi mengenai kesempatan penawaran hanya kepada
penawar potensial
▪ Klaim urgensi sebagai alasan untuk memenangkan pihak tertentu
▪ Mendikualifikasi supplier potensial dari prekualifikasi yang tidak sesuai
▪ Bertindak langsung dalam kolusi dengan penawar atau pihak luar yang dapat
mempengaruhi proses
Ketika penawaran telah diserahkan, pejabat pengadaan dapat memenangkan penawar
terendah. Kesempatan korupsi juga dapat terjadi setelah pemenangan kontrak dan eksekusi
kontrak melalui :
▪Gagal melaksanakan standar kualitas, kuantitas ataupun persyaratan lainnya
dari kontrak
▪ Persetujuan untuk pembayaran dari konstruksi yang buruk atau barang/jasa
buruk, ataupun klaim fiktif
▪ Memperbolehkan “lowballing” (estimasi yang sengaja dibuat rendah)
▪ Menunda pembayaran dari faktur untuk memeras penyuapan
▪ Memberikan legislator individu untuk mempengaruhi pemenang kontrak
dalam konstitusinya
Bentuk termudah dan paling menguntungkan dari korupsi dalam pengadaan adalah tidak
mengantarkan barang atau bangunan yang dikerjakan.
• Korupsi Tersembunyi : Risiko dari Relasi yang Nyaman. Seorang pejabat publik yang
bertanggung jawab dalam pembelian dan kontrak dengan perusahaan privat, ataupun
mengawasi regulasi yang mempengaruhinya, dapat bekerja pada perusahaan privat yang
sama setelah meninggalkan pekerjaannya di pemerintahan. Belakangan ini, setelah
meninggalkan pemerintahan semua anggota legislatif dan cabangnya dilarang setidaknya
minimal 2 tahun untuk bekerja di perusahaan privat dimana mereka pernah bertanggung
jawab.
• Fleksibilitas tanpa Akuntabilitas. Ketika pengeluaran publik stabil dan bertumbuh pada
laju yang tetap ataupun rendah, fleksibilitas kurang berisiko, sehingga penyalahgunaan lebih
terlihat dan jarang terjadinya. Ketika pengeluaran meningkat secara cepat, ataupun
transaksinya banyak dan kompleks, maka supervisi akan sulit untuk mengimbangi hingga
pengukuran pengawasan khusus digunakan, pemborosan pengadaan dan kecurangan
cenderung meningkat.
Kasus Korupsi di Indonesia telah terjadi berulang kali, seperti kasus BLBI, E-KTP, Proyek
Hambalang,dll
Mengelola Risiko dalam Pengadaan Publik
Faktor Penentu dari Risiko Pengadaan. Risiko Pengadaan termasuk korupsi, inefisiensi
dan ketidakcocokan. Tiga Variabel untuk menentukan risiko adalah : Spesifisitas, struktur pasar,
ukuran dari transaksi, dan tingkat dari manajemen. Spesifisitas berhubungan terbalik dengan risiko;
semakin spesifik produk atau kontrak maka semakin sedikit pula kesempatan untuk memanipulasi
dalam proses. Semakin kecil dan kurang kompetitif semakin besar risiko pengadaan. Semakin besar
ukuran dari transaksi akan membuatnya semakin kompleks sehingga meningkatkan kesempatan
dalam manipulasi dan menyulitkan dalam pengawasan. Tingkat manajemen menengah merupakan
tingkat yang paling berisiko dikarenakan manajer menengah memiliki diskresi operasional dan
pengabaian oleh senior manajer akan menimbulkan kesempatan untuk korupsi. Delegasi apapun
dari transaksi pengadaan seharusnya dimulai pertama kali dengan mengurangi risiko terlebih
dahulu dan secara bertahap meluas ke sektor lainnya. Juga, pemerintah sebaiknya mendelegasikan
fase yang berisiko paling sedikit dalam siklus pengadaan terlebih dahulu, menjaga biaya pada fungsi
dan memelihara pengendalian terpusat yang kuat pada fase lainnya.
Mengkuantifikasi Risiko Pengadaan. Fase utama dari pengadaan, penetapan standar dan
undangan untuk penawaran, evaluasi penawaran, negosiasi kontrak dan pemenangan, dan
pengawasan kontrak tentu saja saling terhubung, tetapi tiap fase terkait dengan tinkat risiko yang
berbeda-beda.
Pada ilustrasi diatas, kita dapat melihat sektor A yang teraman dapat didelegasikan; sedangkan
sektor E yang paling berisiko tidak dapat kita delegasikan; pengendalian terpusat yang kuat
sebaiknya ditempatkan pada sektor B, dalam penetapan standar untuk sektor C, dan baik dalam
evaluasi penawaran dan negosiasi kontrak pada sektor D. Pada praktisnya, ini sulit untuk
menempatkan penilaian yang realistis dari risiko pada berbagai fase dari pengadaan dan dalam
sektor berbeda dari ekonomi.
Pengadaan di Indonesia
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan
Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. (Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). PBJ
Pemerintah terdiri dari: 1) Barang, 2) Pekerjaan Konstruksi, 3) Jasa Konsultansi, dan 4) Jasa Lainnya
Prinsip PBJ Pemerintah :
• Efisien • Bersaing
• Efektif • Adil / Tidak diskriminatif
• Transparan • Akuntabel
• Terbuka
PERTEMUAN 7 Pembiayaan Anggaran : Manajemen Utang dan Bantuan
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, tanggung jawab fiskal tidak berfokus kepada apakah
defisit tinggi atau rendah, tetapi menentang menentang implikasi pengeluaran dari aktifitas
pemerintah secara realistis dan mencari cara yang pantas dalam mengerahkan pendapatan untuk
membayar pengeluaran dan membiaya defisit.
Membiayai Anggaran : Tampilan Keseluruhan
Transaksi Kompensatori dan Otonom. Ada perbedaan mendasar antara transaksi
pemerintah yang dikarenakan alasan otonom (gaji yang dibayar untuk memperoleh jasa dari
pegawai) dan pembiayaan transaksi yang dikarenakan hanya kompensatori dari transaksi otonom
(pemerintah meminjam untuk membiayai hasil anggaran dan tidak sebagai tujuan itu sendiri).
Defisit dapat dibiayai dari pemberian ataupun utang, dan dari dalam ataupun luar negeri. Pemberian
yang dipertimbangkan disini adalah pemberian yang tidak bisa dihitung secara berlanjut (Pemberian
yang berulang kali terjadi adalah bagian dari pendapatan). Sehingga pada akhirnya, utang baru
merupakan bagian dari pembiayaan positif, pembayaran dari pokok utang (amortisasi), yang
mengurangi utang pemerintah, merupakan bagian dari pembiayaan negatif. Setiap pembiayaan
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Secara umum, pemberian lebih baik dari
utang dan utang dengan ketentuan lunak lebih baik dari utang dengan ketentuan komersial. Oleh
karena itu manajemen utang dan bantuan yang baik sangatlah penting.
Pembiayaan vs Penyesuaian : Likuiditas vs Solvabilitas. Permasalahan fiskal dapat
terjadi secara sementara ataupun secara permanen dari ketidakseimbangan antara komitmen
pengeluaran dan pendapatan. Permasalahan sementara dapat membutuhkan penggunaan utang
ataupun menggunakan saving, sedangkan permasalahan permanen membutuhkan penyesuaian
utama dalam pola pengeluaran atau meningkatkan pendapatan. Permasalahan sementara
menghasilkan kurangnya likuiditas dan dapat ditangani oleh pembiayaan hingga situasi normal fiskal
kembali; sedangkan permasalahan permanen menghasilkan ketidaksolvabilitasan dan
membutuhkan penyesuaian dalam pengeluaran dan pendapatan ataupun reformasi struktural.
Kesalahan dalam menilai ketidaksovabilitasan sebagai permasalahan likuiditas menghasilkan
permasalahan sementara tanpa solusi dan menunda penyesuaian penting yang diisyaratkan situasi.
Akan tetapi kurangnya likuiditas dapat menuju kesulitan permanen utama kecuali hingga syarat
pembiayaan sementara tersedia.
Kebersinambungan Utang
Apa tingkat kebersinambungan dari Utang Publik? Sebuah contoh yang baik adalah India,
yang memiliki utang publik meningkat secara pesat dalam beberapa dekade terakhir. Dari sekitar
90% dari GPP dalam 2004, utang India telah menurun pada 74% pada 2008 dan 65% pada 2015. Hal
ini dikarenakan perekonomiannya telah bertumbuh lebih cepat daripada utangnya, biaya dari utang
pemerintah telah menurun. Ini tidak akan menjadi kebiajakan yang baik sepuluh tahun yang lalu
untuk menekan pengeluaran dan meningkatkan pendapatan untuk mencegah meningkatnya utang
karena dapat mencegah pertumbuhan ekonomi. Berhati-hatilah, kebersinambungan dari
keseluruhan pengeluaran tidak mengatakan apa-apa tentang komposisi dari pengeluaran publik.
Faktor apa yang penting untuk kebersinambungan utang? Ada 4 Faktor. Pertama, jika
aktivitas pembiayaan utang pemerintah akan menambah lebih pada kapasitas produktivitas negara
dibanding biaya pinjaman. Kedua, stok dari utang yang ditentukan jelas lebih mudah jika tingkat
bunga rendah. Ketiga, denominasi mata uang sangatlah penting. Hal ini tidak terlalu berpengaruh
jika utang diperoleh dari domestik. Akan tetapi jika terdenominasi dari mata uang asing, untuk
membayarnya membutuhkan penyerahan sumber daya dari ekonomi dalam negeri terhadap
kreditor luar negeri. Keempat, kebangsaan dari kreditur juga penting. Semua utang yang berasal dari
non-residen diartikan sebagai utang luar negeri tidak memperhatikan mata uang.
Bagaimana menilai kebersinambungan utang. Pertama-tama, sebuah negara yang besar
dapat memiliki utang yang lebih besar dibanding dengan yang ekonominya kecil, sehingga yang
terpenting bukanlah seberapa banyak jumlah utang tetapi kemampuan sebuah negara untuk
mengatasi utangnya, yang diukur dengan rasio utang terhadap GDP. Kedua, dinamika dari rasio utang
bergantung pada produk/hasil fiskal dan juga hubungan antara tingkat bunga utang dan tingkat
pertumbuhan GDP.
Defisit primer adalah defisit fiskal dikurangi pembayaran bunga, dan pembayaran bunga adalah
tingkat bunga rata-rata dikalikan dengan jumlah utang. Jika defisit primer seimbang dan GDP tumbuh
lebih cepat daripada pembayaran bunga, beberapa dari utang dapat dibayar dan jumlah utang
beredar dapat menurun serta sebaliknya. Sehingga :
Akhirnya, sebuah negara yang menghadapi permasalahan dari kebersinambungan utang mungkin
dapat reschedule utangnya ataupun menegosiasikan ketentuan dari utangnya.
Manajemen Utang
Mengatasi Risio Utang. Tujuan utama adalah mengurangi risiko keseluruhan dari portofolio
utang publik. Pada umumnya, yang paling berisiko adalah utang jangka pendek, utang dengan tingkat
bunga variabel dan utang dengan denominasi mata uang asing. Sehingga risikonya adalah bagian
utang jangka pendek, tingkat bunga variabel dan denominasi mata uang asing. Beberapa tipe risiko
yang dihadapi oleh manajemen utang adalah risiko pasar, risiko komersial dan risiko operasi.
Pilar dari Manajemen Utang. Berikut adalah 4 pilar dari manajemen utang :
• Strategi manajemen utang. Sebuah negara memerlukan strategi, setidaknya mencakup
periode yang sama dengan perspektif fiskal medium-term dan juga diperbarui tahunan.
Ketiadaan dari strategi tersebut dapat menuju pada biaya meminjam yang lebih tinggi
daripada yang dibutuhkan dan risiko yang lebih tinggi. Mengembangkan strategi berarti
mengidentifikasi komposisi dari utang dalam negeri vs luar negeri yang diinginkan, tingkat
bunga tetap vs variabel, profil jatuh tempo, dll. Komposisi tersebut dapat menjelaskan tingkat
risiko dari utang.
• Pengendalian Terpusat. Pengeluaran dilakukan oleh kementerian/lembaga tetapi mereka
tidak dapat melakukan pembiayaan atau mengikat kontrak utang. Hal ini dikarenakan
persyaratan peminjaman tidaklah terkait pada suatu sektor tertentu akan tetapi anggaran
secara keseluruhan. Pinjaman haruslah ditangani secara keutuhan untuk menjamin anggaran
dibiayai pada biaya biaya terkecil terhadap ekonomi dan kebutuhan pembiayaan memenuhi
seluruh pemerintah.
• Pembiayaan Tahunan dan Rencana Peminjaman. Setelah anggaran disetujui, kita harus
menjamin sumber daya untuk pengeluaran. Jika defisit, jelas akan ada persyaratan
pembiayaan secara keseluruhan, dan bagian dari persyaratan akan ditemui melalui
pinjaman. Dokumentasi anggaran tahunan menguraikan pembiayaan pemerintah dan
rencana peminjaman, konsisten dengan target tahunan dan kebutuhan untuk mengisi celah
antara pengeluaran dan pendapatan tiap bulan.
• Catatan yang layak. Tiap transaksi pinjaman haruslah dicatat untuk transparansi fiskal dan
menjamin pembayaran kembali pinjaman dijadwalkan. Laporan jumlah utang dan
pembayaran kembali serta pinjaman baru sebaiknya di hasilkan oleh pemerintah, secara
teratur dalam format standard an dipublikasikan. Jika sebuah pemerintah tidak membayar
ketika jatuh tempo, akan berakibat buruk pada kredibilitas pemerintah tersebut. Sebuah
perbaruan basis data yang mencakup semuanya dari semua utang beredar dan jadwal
pembayaran kembali tiap utang adalah sebuah kewajiban.
Utang dan Negara Berkembang. Untuk negara miskin dan berutang banyak, komunitas
internasional haruslah merancang solusi yang diterima. Pertama-tama, ketika utang menjadi besar
hingga tidak dapat dibayar, menjaganya dalam pembukuan hanyalah persyaratan akuntansi dan jalur
praktikal haruslah ditemukan untuk mengurangi hingga ke tingkat yang terjangkau. Lagipula,
permasalah utang dalam negara miskin juga memiliki demensi pemerintahan dan moral.
Menjadwalkan ulang utang dan pengampunan utang. Baik penjadwalan ulang dan pengampunan
utang menurunkan biaya tahunan dari utang luar negeri. Bagaimanapun penjadwalan ulang
mengulur jatuh tempo tetapi tidak mengurangi jumlah utang. Sedangkan pengampunan utang
mengurangi jumlah utang dan akhirnya mengurangi alur pembayaran utang dimasa depan secara
permanen.
Penjadwalan ulang komedi putar. Utang kepada institusi keuangan internasional secara
resmi non-reschedulable, sesuai dengan piagamnya. Ini menciptakan komedi putar yang rapi :
kecuali hingga negara tersebut membayar kepada IMF, World Bank dan Regional Developtment Bank
(Afrika, Asia, Inter-American).
Pengampunan Utang. Pengalaman pada tahun akhir 1980an dan awal 1990an dengan
penjadwal ulang yang berulang kali dari utang negara miskin menjadi pemicu dari inisiatif Highly
Indebted Poor Countries (HIPC) oleh World Bank pada tahun 1996 untuk mengampuni utang dari
negara miskin. Melampaui hasil dari permasalahan keuangan yang tidak stabil, tujuan dari
keringanan utang adalah untuk melepaskan dana yang akan digunakan untuk pengembangan dan
pengurangan kemiskinan.
Perlakuan Anggaran dari Keringanan Utang di Negara Berkembang. Sumber daya dari
keringanan utang dapat beraneka ragam. Salah satu ekstrem, sumber daya dapat dipisahkan pada
sebuah dana khusus untuk pengeluaran yang disetujui untuk pengembangan dan pengurangan
kemiskinan. Ekstrem satunya, sumber dayanya dapat dicampur aduk dengan sumber daya lainnya
dan untuk digunakan pada berbagai pengeluaran.
Manajemen Bantuan. Manajemen bantuan berbeda dengan koordinasi bantuan dimana pokoknya
menyumbangkan usaha untuk mencegah inkonsistensi dan duplikasi dalam program bantuan.
Prinsip dari Manajemen Bantuan
Menempatkan pemerintah pada kursi pengemudi. Bantuan luar negeri seharusnya
mendukung perkembangan negara penerima dan seharusnya membantu membiayai prioritas,
program dan aktivitas yang ditentukan oleh negara penerima. Permasalahan muncul ketika
legitimasi pemerintah diragukan dan adanya kekurangan utama.
Fokus pada aktivitas yang dibiayai, tidak pada ketentuan pembiayaan. Perhatiannya
seharusnya pada kualitas dari pengeluaran dan kontribusinya pada perkembangan, dan tidak pada
transaksi kompensatori yang membiayai pengeluaran. Bantuan dapat diinginkan untuk membuat
fasilitas yang tidak prioritas dan mensyaratkan kelangkaan dana domestik untuk operasi dan
perawatan masa depan. Bantuan itu sendiri adalah “free money”, akan tetapi dampak ekonominya
dapat mahal.
Menunjukkan semua bantuan ekonomis dan keuangan di anggaran. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, anggaran seharusnya sekomprehensif mungkin dan dokumentasi anggaran
melingkup semua tipe dari pengeluaran pemerintah, bahkan jika harus dikelola oleh perjanjian
khusus. Semua bantuan ekonoimis dan keuangan baik bantuan dan pinjaman, dan darimanapun
sumbernya haruslah terintegrasi ke dalam anggaran atau setidaknya tercermin dalam dokumentasi
anggaran untuk menyediakan gambaran penuh dari keuangan publik.
Menangani Dana Rekan secara Transparan. Ditunjukkan dalam anggaran dengan sebutan
“dana rekanan” contohnya hasil mata uang lokal dari penjualan barang/jasa dari pemberi bantuan,
tidak memperhitungkan kondisi dari pemanfaatan pemberi donor. Di masa lalu, dana rekanan
merupakan sumber dari duplikasi dan melingkupi transparansi fiskal. Dana rekanan yang diberikan
haruslah diawasi dengan baik oleh pemerintah.
Ini layak untuk diuji dengan beberapa perhatian, karena ini mencakup informasi penting dan
hubungan yang tujukan dari dan kepada organisasi lainnya dari pemerintahan dan dengan implikasi,
pada fungsi utama dari manajemen pengeluaran publik.
Keefektifan Bantuan dan Perkembangan Kapasitas. Tiga faktor strategis membantu menentukan
keefektifan dari bantuan pada negara berkebang : kepemilikan nasional, harmonisasi dari bantuan
dan perkembangan kapasitas. Dalam faktanya, fokus tidak seharusnya pada memperbaiki
keefektifan bantuan, tetapi memperbaiki keefektifan perkembangan (yang membuat bantuan
menjadi kontribusi penting). Kepentingan dari kepimilikan nasional dan peran bantuan luar negeri
sebagai tambahan selalu diakui oleh penyumbang, walaupun hampir semuanya hanya pada “lip
service”.
Harmonisasi Prosedur Bantuan dan Membina Perkembangan Kapasitas. Disamping
kepemilikan sendiri, 2 faktor paling relevan untuk keefektifan perkembangan adalah harmonisasi
dari prakrik penyumbang dan kepercayaan penyumbang pada sistem negara (khususnya pada
pengadaan dan manajemen keuangan). Praktik penyumbang yang berbeda menjadi sumber abadi
dari kebingungan dan biaya transaksi yang besar dari percobaan untuk mengatasi persyaratan yang
berseteru.
Hasilya sejauh ini. Dalam beberapa negara, mekanisme “basket fund” dengan tujuan untuk
mendukung agenda yang disetujui dari reformasi manajemen keuangan publik (Reformasi
Manajemen Keuangan Publik Tanzania). Mekanisme lain untuk bantuan terkumpul dari bantuan dan
sinergi terbatas diperoleh oleh “sector-wide approaches”.
Ada beberapa sedikit perbaikan menuju tujuan dari membina kepercayaan pada pengadaan
pemerintah dan sistem manajemen keuangan yang lebih baik. Itu juga benar bahwa jalan menuju
perkembangan kesinambungan kapasitas melewati praktik aktual dalam penyusunan pengeluaran,
manajemen keuangan dan pengadaan, dll.
“Jika saya mendengar, saya melupakan; Jika saya membaca, saya mengingat; Jika saya melakukan,
saya mengerti.” (Confucius, 551 BC)