FAKTA:
Gian Hamdani mengakuisisi PT Indokeramika, perusahaan yang begerak di
bidang peralatan makan. Bidang usaha tersebut merupakan bidang usaha baru
bagi beliau.
Pengelolaan PT Indokeramika lebih didasarkan pada kekeluargaan yang erat.
Budaya tersebut yang membuat perusahaan berkembang seperti sekarang.
Total pekerja 103 orang termasuk 4 orang yang merupakan kepala bagian.
Adapun rincian jumlah pegawai di tiap-tiap bagian sebagai berikut:
1. Bagian Produksi sebanyak 60 orang, berikut rincian jumlah pegawai untuk
masing-masing subbagian di dalamnya:
a. sub bagian penyiapan bahan sebanyak 15 orang;
b. sub bagian pencetakan bahan sebanyak 30 orang;
c. sub bagian finishing dan pengemasan sebanyak 15 orang.
2. Bagian pemasaran dan pengiriman 20 orang;
3. Bagian pengadaan 10 orang;
4. Bagian administrasi 9 orang.
Para pekerja telah bekerja di perusahaan minimal 10 tahun.
Pengendalian terhadap kegiatan pekerja hanya didasarkan pada perencanaan
kegiatan dan anggaran yang disusun pada awal tahun. Penyusunan
perencanaan kegiatan dan anggaran dilakukan oleh pimpinan sekaligus pemilik
dibantu oleh kepala-kepala bagian dan beberapa orang pekerja mewakili setiap
bagian. Penyusunan perencanaan kegiatan, tahapannya:
1. penentuan target penjualan yang didasarkan atas realisasi penjualan tahun
berjalan ditambah 10%
2. dibuat rencana kebutuhan bahan, rencana produksi*, serta rencana
pembiayaan. *rencana produksi dibuat rata setiap bulan sesuai dengan
rencana produksi setahun namun apabila permintaan pasar tidak sesuai
dengan prediksi maka produksi dikurangi agar tidak terdapat persediaan yang
banyak.
Pekerja dibayar gaji bulanan sebesar UMR sesuai dengan tingkat senioritas
pekerja dan hadiah lebaran sebesar 1 kali gaji dibayarkan menjelang lebaran.
Pekerja tidak mengenal bonus, dan bekerja sesuai dengan perencanaan
kegiatan yang telah ditetapkan. Kemungkinan ada uang lembur apabila harus
memproduksi melebihi kapasitas produksi bulanan.
Para pekerja telah hafal campuran/resep yang dibutuhkan untuk menyiapkan
bahan guna memproduksi peralatan makan. Tidak ada SOP tertulis untuk
pelaksanaan kegiatan terkait dengan proses produksi dan kegiatan lainnya.
Informasi dari survei kegiatan pabrik PT Indokeramika:
1. Untuk penanganan bahan masih belum efisien dan efektif, masih banyak
bahan yang tercecer dan gagal sehingga akhirnya terbuang.
2. Kegiatan proses produksi masih perlu diatur lebh baik lagi sehingga tidak
akan terjadi banyak persediaan dan penggunaan bahan akan menjadi lebih
efisien, tidak seperti yang terjadi sekarang masih banyak bahan yang
tercecer di area pabrik, dan banyak produk gagal karena penyiapan bahan
yang tidak memadai
3. Untuk pemasaran sebenarnya masih bisa mengambil pangsa pasar yang
lebih besar, kalau usaha pemasaran lebih agresif tidak pasif seperti sekarang
karena kondisi persaingan masih belum ketat/konvensional. Dengan
demikian menurut hasil survey tersebut bahwa pangsa pasar yang bisa
diambil oleh perusahaan masih bisa dinaikkan sampai dengan 40% dan profit
bisa dinaikkan sampai dengan 15 s.d. 20% dari penjualan.
Berdasarkan informasi tersebut di atas pak Gian Hamdani berencana untuk
melakukan perubahan dalam pengelolaan perusahaan termasuk di dalam menyiapkan
seperangkat mekanisme pengendalian yang akan diimplementasikan agar perusahan
dapat lebih maksimal dan mencapai volume penjualan dan profit seperti hasil survey.
PERTANYAAN:
1. Bagaimanakah pendapat anda terkait dengan pengendalian manajemen yang
diterapkan di PT Indokeramika sebelum diakuisisi oleh pak Gian Hamdani?
Jelaskan
2. Alternative pengendalian apakah yang menurut anda perlu dan tepat untuk
diimplementasikan di perusahaan tersebut agar kegiatan perusahaan dapat
memenuhi harapan Pak Gian Hamdani sebagai pemilik yang baru? Jelaskan
JAWABAN:
1. Menurut saya, PT Indokeramika ini sebenarnya sudah mempraktikkan sejumlah
konsep-konsep pengendalian manajemen. Namun praktik tersebut tadi masih
sangat minim, masih banyak fungsi atau area dalam perusahaan tersebut yang
belum “tersentuh” konsep pengendalian manajemen. Sebagai sebuah
perusahaan yang berusia sudah lebih dari 10 tahun (terindikasi dari fakta bahwa
pegawai di perusahaan tersebut minimal sudah bekerja selama jangka waktu
tersebut), adalah sebuah kritik yang pas apabila dikatakan perusahaan masih
tertinggal dalam urusan pengendalian manajemen. Sehingga tidak mengejutkan
bahwa ditemukan sejumlah informasi bahwa ada sejumlah hal yang “kurang
beres” pada fungsi-fungsi di perusahaan tersebut, baik fungsi penanganan
bahan, produksi, maupun pemasaran. Berikut yang dapat saya komentari atas
pengendalian manajemen yang diterapkan di PT Indokeramikan, saya jabarkan
dalam sejumlah poin sebagai berikut:
Belum adanya tujuan perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang
yang menjadi acuan dalam mengarahkan sumber daya perusahaan. Jika
tidak ada tujuan maka tidak ada indikator atau tolak ukur untuk mengetahui
apakah perusahaan berhasil atau tidak. Kemudian tidak adanya tujuan
mengakibatkan pegawai tidak tahu apakah kegiatan yang dilakukannya
sudah merupakan yang terbaik atau sudah sesuai dengan tujuan
perusahaan. Meskipun sudah ada rencana kegiatan dan anggaran yang
dibuat tiap awal tahun, dan pegawai berpedoman pada itu untuk melakukan
kegiatannya—namun sebaiknya rencana kegiatan dan anggaran tesebut
dibuat mengacu pada tujuan perusahaan. Selain itu, jika tidak ada tujuan
maka tidak dapat disusun strategi perusahaan. Strategi menentukan
bagaimana organisasi sebaiknya menggunakan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Disebutkan bahwa: “Pengelolaan PT Indokeramika lebih didasarkan pada
kekeluargaan yang erat. Budaya tersebut yang membuat perusahaan
berkembang seperti sekarang.”
Adanya budaya kekeluargaan yang mendasari pengelolaan atau manajemen
di PT Indokeramika dapat menjadi nilai lebih bagi perusahaan tersebut,
terbukti bahwa budaya itulah yang mengantarkan perusahaan hingga terus
bisa berkembang hingga saat ini. Akan tetapi budaya kekeluargaan yang
terlalu dominan bisa menjadi faktor penyebab munculnya masalah-masalah
dalam organisasi, misalnya adalah: Sikap terlalu percaya pimpinan kepada
employee sehingga kurang ada kewaspadaan apabila employee bisa jadi
melakukan kegiatan yang menyimpang. Kemudian adanya rasa ketidak-
enakan untuk saling mengingatkan antar pekerja sehingga apabila ada
individu yang menyimpang atau tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan
yang diharapkan oleh perusahaan maka dibiarkan saja atau tidak ada yang
menegur dan membenarkan.
Sudah ada jenis pengendalian yaitu action control. Dalam hal ini yang saya
maksudkan adalah adanya perencanaan kegiatan dan anggaran, ini
merupakan contoh action control yang berupa preaction review.
Yang sudah baik dalam praktik penyusunan rencana kegiatan dan
anggaran di PT Indokeramika, yakni:
Tidak hanya melibatkan pimpinan dan pemilik saja namun penyusunan
rencana kegiatan dan anggaran juga dibahas bersama kepala dan
perwakilan dari setiap bagian. Di sini, kepala dan perwakilan dari setiap
bagian bisa mengusulkan kebutuhan anggaran untuk bagiannya masing-
masing untuk kemudian dirundingkan bersama oleh pimpinan dan pemilik
perusahaan. Pelibatan kepala dan perwakilan bagian ini, bisa mengatasi tiga
masalah pengendalian, antara lain:
a. Mengurangi lack of direction
Dengan tatap muka bersama kepala dan perwakilan bagian. Pimpinan
dapat menyampaikan apa yang diinginkan oleh organisasi untuk
dituangkan dalam rencana kegiatan dan anggaran. Jika misalkan ada
employee yang mengajukan perencanaan yang tidak sesuai dengan
tujuan organisasi maka saat itu juga disampaikan bahwa usulan tersebut
perlu dimodifikasi. Namun di kasus ini sayangnya tidak ada tujuan yang
ditetapkan oleh PT Indokeramika.
b. Memberikan motivasi
Dengan dibicarakan bersama antara perwakilan bagian dan pimpinan
maka employee mendapat rasa kepastian bahwa kegiatan yang akan
dilakukannya sudah mendapat approval atau persetujuan pimpinan, ini
memotivasi employee dalam mengeksekusi rencana kegiatan tersebut,
karena rencana yang ia usulkan mendapat approval maka dia harus
bertanggung jawab dengan memberikan kinerja terbaiknya.
c. Mengurangi masalah personal limitation
Pimpinan memberikan masukan kepada employee yg mengusulkan
rencana. Apabila ada hal-hal yang tidak sejalan, pimpinan dapat
memberikan arahan dan pengetahuan sebagai mentor. Sehingga
employee yang tidak mengerti tadi dengan adanya review bersama dia
akan mendapatkan tambahan wawasan. Ini mengurangi masalah
personal limitation. Pemahaman employee akan meningkat terkait
kegiatan yang akan dilakukannya.
Adapun yang menjadi kekurangan dalam praktik penyusunan rencana
kegiatan dan anggaran di PT Indokeramika, antara lain:
a. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tidak berdasarkan
tujuan organisasi
Tidak adanya tujuan dan strategi organisasi yang ditetapkan sehinga
tidak ada pedaman dalam menyusun rencana kegiatan dan anggaran ini.
Tentunya hal ini tidak boleh sebab tanpa adanya tujuan dan strategi
organisasi sebagai pedoman, rencana kegiatan dan anggaran menjadi
kurang terarah dan tidak menuju pada pencapaian keberhasilan
organisasi.
b. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran disusun pada awal
tahun
Menurut saya, proses penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
seharusnya dimulai 1 tahun sebelum memasuki tahun anggaran yang
baru atau paling tidak beberapa bulan sebelumnya. Penyusunan rencana
kegiatan dan anggaran tidak cukup apabila hanya melalui waktu 1 atau 2
bulan saja di awal tahun anggaan baru dan lagi seharusnya rencana
tersebut harus sudah siap sejak dimulainya tahun anggaran baru
sehingga otomatis penyusunannya sudah harus selesai pada tahun
anggaran sebelumnya.
c. Penentuan target penjualan yang didasarkan atas realisasi
penjualan tahun berjalan ditambah 10%
Target penjualan yang seperti ini menurut saya kurang bagus, sebab
meskipun mendorong pegawai pemasaran untuk berperforma lebih baik
setiap tahunnya dengan menambah 10% dari penjualan tahun
sebelunya. Namun pematokan pada angka persentase 10% tersebut
menurut saya terkesan kurang menantang sehingga tidak memotivasi
pegawai yang seharusnya bisa berkinerja lebih baik dari itu. Target
penjualan seharusnya tidak stagnan pada "penjualan tahun berjalan
ditambah 10%" namun apabila diperkirakan penjualan tahun berikutnya
sanggup lebih baik daripada itu, tidak salah apabila mencoba menaikkan
ke persentase yang lebih besar, misalnya penjualan tahun berjalan
ditambah 12% atau bahkan hingga 15%.
d. Rencana produksi dibuat rata setiap bulan sesuai dengan rencana
produksi setahun, namun apabila permintaan pasar tidak sesuai
prediksi maka produksi dikurangi
Ini menurut saya juga kurang ideal, karena seharusnya rencana produksi
tidak semudah dengan di sama-ratakan setiap bulan seperti itu. Untuk
setiap bulannya rencana produksi harus dibuat dengan pertimbangan:
kapasitas mesin dan peralatan, tenaga kerja, kemampuan pengadaan
dan penyediaan, dan perkiraan permintaan pasar pada bulan tsb.
Adanya penyama-rataan seperti itu dapat mengakibatkan under-
production atau over-production yang kemudian mengakibatkan
persediaan yang berlebihan dan menambah biaya penyimpanan hasil
produksi di gudang.
Disebutkan bahwa: “Pekerja dibayar gaji bulanan sebesar UMR sesuai
dengan tingkat senioritas pekerja dan hadiah lebaran sebesar 1 kali gaji
dibayarkan menjelang lebaran. Pekerja tidak mengenal bonus, dan bekerja
sesuai dengan perencanaan kegiatan yang telah ditetapkan. Kemungkinan
ada uang lembur apabila harus memproduksi melebihi kapasitas produksi
bulanan.”
Sistem remunerasi yang seperti ini menurut saya kurang memperhatikan
konsep result control. Menurut Octa (2020), komponen sistem remunerasi
terdiri dari fixed income (pendapatan tetap), allowance (tunjangan) dan
reward (insentif, komisi, dan bonus). Adapun sistem remunerasi yang baik
harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
a. Adil: artinya pemberian remunerasi harus berdasar kinerja, effort yang
dikerjakan dan tanggung jawab yang diembannya.
b. Menarik dan Menantang: pemberian gaji harus menarik dan kompetitif,
dibandingkan perusahaan lain atau rata-rata gaji perusahaan sejenis, Ini
penting karena jaman sekarang informasi gaji di perusahaan kompetitor
dapat dengan mudah diperoleh pegawai kita.
c. Sesuai UU Ketenagakerjaan: pemberian gaji harus memenuhi ketentuan
peraturan perundangan pemerintah / UU ketenagakerjaan.
d. Layak: sistem remunerasi ini harus layak bagi penerimanya, hal ini
disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, kompensasi kurang layak,
akan menurunkan produktivitas pegawai.
Di sini, PT Indokeramika paling tidak sudah memberikan remunerasi
pendapatan tetap berupa gaji yang sesuai UU Ketenagakerjaan atau sebesar
UMR. Serta besar gaji juga mempertimbangkan faktor lamanya berkerja, hal
ini menurut saya bagus karena pekerja yang lebih senior harus dihargai
pengabdiannya sehingga sangat wajar sekali jika diberikan gaji yang lebih
besar. Namun tentunya tetap harus ada pengawasan bagiamana kinerja
pekerja senior itu, akan tidak adil bagi pekerja yang lain apabila ada pekerja
yang performanya tidak terlalu bagus namun faktanya diberikan gaji yang
lebih besar. Kemudian adanya tunjangan hari raya itu juga merupakan nilai
tambah bagi sistem remunerasi yang ada di PT Indokeramika.
Kritik saya untuk PT Indokeramika adalah perusahaan ini nyaris tidak
mengenal reward system, berupa pemberian bonus, insentif, maupun komisi.
Padahal dalam result control penting agar sistem remunerasi ini dibuat
menarik dan menantang untuk memotivasi pekerja untuk memberikan hasil
kerja yang terbaik. Maka tak heran apabila ada under-performance di PT
Indokeramika lebih-lebih di bagian pemasaran yang seharusnya
penghargaan kinerjanya harus dominan pada reward-based-system. Alih-alih
menerapkan reward control, PT Indokeramika justru sekadar menerapkan
action control terbukti dari kalimat “Pekerja tidak mengenal bonus, dan
bekerja sesuai dengan perencanaan kegiatan yang telah ditetapkan”
meskipun action control ini bisa cocok untuk fungsi-fungsi tertentu, namun
action control yang mendikte agar pegawai saklek untuk mengerjakan hanya
yang diinstruksikan dalam rencana kegiatan ini menurut saya kurang cocok
bila diterapkan di fungsi pemasaran, yang lagi-lagi lebih baik kinerjanya
dimotivasi berdasarkan bonus yang dijanjikan apabila mampu memberikan
hasil yang ditargetkan oleh perusahaan.
DAFTAR RUJUKAN
Merchant, K.A. & W.A. Van der Stede (2009), Management Control Systems:
Performnace Measurement, Evaluation and Incentives, 3 rd ed., Harlow: Pearson
Education/Prentice-Hall
Octa, Agus. (2020). Remuneration System yang Mendongkrak Penjualan Anda. Diambil
dari https://distribusi pemasaran.com/remuneration-system-yang-mendongkrak-
penjualan-anda/.