Anda di halaman 1dari 2

Kesesuaian Sistem Informasi dengan Tujuan Organisasi

Untuk menjawab pertanyaan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh penting atas
keberhasilan dan kegagalan IT Project, harus ditentukan terlebih dahulu apa yang
membuat sebuah sistem informasi dikatakan berhasil/gagal. Berhasil maknanya dapat
mencapai tujuan sedangkan gagal berarti sebaliknya. Adapun tujuan yang dimaksud
adalah tujuan organisasi. Lalu apa sebenarnya tujuan organisasi? Pada umumnya suatu
organisasi bisnis dibentuk untuk mendapatkan laba dan menjaga kelangsungan hidup
usahanya (going concern). Sedangkan untuk organisasi sektor pemerintah, tujuan
dibentuknya adalah untuk memberikan pelayanan publik. Oleh karenanya, suatu sistem
dapat dikatakan sukses apabila mendukung ketercapaian tujuan-tujuan tersebut.
Kesesuaian sistem informasi dengan tujuan organisasi menjadi kriteria utama dalam
menilai apakah sistem tersebut sukses atau gagal.

Mengapa suatu sistem bisa tidak sesuai dengan tujuan organisasi sehingga
berakhirnya gagal? Sebab pada tahap perancangan, penentuan output yang ingin
dicapai oleh sistem, ataupun pada tahapan lain dalam IT project--alih-alih
dikaitkan dengan sungguh-sungguh dengan tujuan organisasi, justru lebih dekat pada
tujuan oknum di dalam organisasi. Contoh: Di organisasi pemerintah pembangunan
sistem sekadar untuk membangun citra bahwa organisasi tersebut sudah menggunakan
IT, ataupun pada kasus yang lebih parah, pembangunan sistem dilakukan untuk
penyerapan anggaran, sekadar ikut-ikutan, maupun menjalankan perintah--bukan dalam
rangka mencapai tujuan utama organisasi.

Penerimaan dari Berbagai Pihak (Stakeholder)


Sebagus apapun sistem baru yang diciptakan, bila pengguna menolak untuk menerapkan
secara benar (sabotase) atau bahkan tidak mau menerima sama sekali-- sistem
tersebut akan gagal dilaksanakan. Meskipun sistemnya bagus, bisa dalam artian sudah
sesuai dengan tujuan organisasi serta mudah digunakan--masih ada risiko sistem tsb.
tidak memperoleh penerimaan dari stakeholer. Yang dimaksud dengan stakeholder, bisa
ner eksekutif, user, pihak luar, dsb. Contoh: Adanya kesenjangan (gap) antara
kompetensi yang diperlukan untuk dapat mengoperasikan sistem dan realita kemampuan
yang dimiliki oleh user (SDM) menyebabkan user menolak untuk beralih ke sistem yang
baru, sehingga sistem gagal diterapkan.

Perencanaan
Sistem juga dapat gagal jika perencanannya tidak bagus. Perencaaan bisa terkait
dengan anggaran yang diperlukan untuk membangun sistem, fitur-fitur kemudahannya
untuk dipakai, ataupun fitur-fitur teknis yang memungkinkan sistem tsb. untuk bisa
berinteraksi dengan sistem lain (kompabilitas dengan sistem lain).
Contoh: Pada tahun 2012, sebuah proyek untuk memodernisasi sistem manajemen kasus
di pengadilan California dibatalkan sebab tidak cukup dana. Kemudian meski proyek
diteruskan hingga selesai, proyek tersebut akan segera ketinggalan zaman. Kasus ini
menunjukkan adanya perencanaan yang tidak matang pada aspek anggaran serta
kelanggengan (going-concern) dari sistem yang akan dibangun.

Ketersediaan Teknologi yang Mendukung


Dalam hal ini yang dimaksud adalah sarana dan prasarana teknologi untuk mendukung
agar sistem bisa digunakan. Contoh: Tidak tersedianya sarana berupa komputer, baik
dari segi minimnya jumlah, perawatan, maupun spesifikasinya di bawah yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem. Lalu prasarana yang dibutuhkan juga tidak
tersedia, misal: jaringan internet yang lambat dan belum terpasang secara merata
sehinga memperlambat proses input data dan menghambat penyelesaian pekerjaan.

Vendor yang Membangun Sistem


Pada IT Project bisa terjadi vendor yang dipercaya untuk membangun sistem tidak
kompeten, ataupun vendor tidak mengerti mengenai kebutuhan yang diharapkan oleh

Pengelolaan Proses Pembangunan Sistem


Daftar Rujukan
penjelasan oleh Bapak Marmah Hadi

Akuntansi tidak memiliki kapasitas untuk menen. Secara hipotesis LK benar jika kita
bisa membuktikan bahwa angka profit itu bisa menunjukkan penambahan kekayaan secara
pasti (precise). Di

Anda mungkin juga menyukai