Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Nilai-nilai dan Keyakinan-keyakinan yang Dimiliki Konselor


1. Konselor Harus Bersikap Tulus untuk Memastikan bahwa Hubungannya
Tidak Dibuat-Buat

Kita tidak memiliki hak untuk memberlakukan standar nilai-nilai kita


terhadap klien. Tetapi kami yakin bahwa ada sat-saat yang tepat bagi kita
sebagai konselor untuk bersikap terbuka terhadap klien tentang nilai-nilai
yang kita yakini supaya dapat bersikap tulus.

Jika kita memiliki pemahaman yang jelas tentang nilai-nilai sendiri, kita
akan memiliki tambahan kekuatan internal. Kita tidak harus bersikap defensif
untuk membenarkan system nilai yang diyakini karena itu milik kita dan bisa
berdiri sendiri tanpa perlu pembenaran.

Jika kita tidak memahami dan mengenal nilai-nilai tersebut saat sesi
konseling sedang berjalan. Kita yang seharusnya dapat berkonsentrasi melihat
dunia dari kacamata klien, malah terganggu oleh usaha kita mengatasi
kebingungan kita sendiri. Pernyataan-pernyataan seperti, secara moral ini
benar atau salah?, dapat meresahkan kita dan menghalangi kita untuk
melibatkan diri dengan klien dalam perjuangan mereka menentukan apa yang
benar bagi mereka.

a. Orang bisa Berubah ketika Mereka telah Memahami Diri Sendiri dengan
Lebih Baik
Makin banyak jam terbang kita sebagai konselor, makin kuat kita
meyakini bahwa kebanyakan orang pada dasarnya bermaksud baik, peduli
pada sesama, bertanggung jawab secara sosial dan mampu memberi dan
menerima kasih sayang. Ketika kami bertemu seseorang yang tampaknya

1
kasar, seiring waktu kami hampir selalu menemukan dampak-dampak
negatif yang menimpanya dari pengalaman-pengalamannya di masa lalu.
Selagi konseli berlanjut, kami biasanya melihat perubahan-perubahan
terjadi ketika orang tersebut berdamai dengan pengalaman-pengalaman
masa lalunya. Seolah-olah tanaman yang tadinya seperti tumbuhan berduri
berubah menjadi sesuatu yang lebih menarik. Dengan keyakinan ini kami
tidak perlu berusaha meyakinkan orang lain untuk menerima nilai-nilai
kami, kami cuma harus memahami mereka dengan baik dan membantu
memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.

b. Bersikap tidak Menilai atau Netral itu Tidak Mudah


Saat masih kanak-kanak, system nilai dan keyakinan yang kita pegang
adalah nilai dan keyakinan orang tua kita dan orang-orang lain yang
berpengaruh dalam hidup kita, misalnya guru. Ketika kita masih muda
tidak masalah jika menerima nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan orang-
orang dewasa yang berarti dalam hidup kita tanpa membantah. Menurut
konsep terapi Gestalt, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan ini ditelan dan
mentah-mentah. Dalam terapi Gestalt, dikatakan bahwa materi-materi
tersebut di introjectkan dalam pikiran kita; karena itu materi-materi ini
disebut dengan introjeksi (introjection). Saat kita tumbuh dewasa, nilai-
nilai dan keyakinan akan berubah ketika kita menerima sebagian dari
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan kita sebelumnya, tetapi mengubah
sebagian yang lainnya sesuai dengan pengalaman-pengalaman kita
sendiri. Namun demikian, tentu saja nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
kita cenderung dipengaruhi oleh latar belakang cultural dimana kita
menghabiskan masa kanak-kanak maupun kultur kontemporer dari
kelompok sosial dimana kita tinggal. Karena itulah sebagai konselor
kami kadang-kadang bekerja menghadapi klien-klien yang bisa jadi
memiliki nilai-nilai yang cukup berbeda dengan nilai-nilai kami.

2
2. Konselor Harus Menerima Nilai-Nilai yang Diyakini Klien jika Konselor
ingin Membantunya
Bersikap tidak menilai kadang-kadang tidak mudah. Konselor kadang-
kadang dihadapkan pada situasi-situasi dimana nilai-nilai yang dimiliki oleh
klien sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakininya. Ketika ini
terjadi, konselor dapat dengan mudah terpicu emosinya oleh rasa takut akan
ancaman terhadap sistem nilainya sendiri.
Langkah pertama menangani pertentangan nilai antara diri anda
sendiri dengan seorang klien adalah dengan menyadarinya. Barangkali anda
akan dapat menyadarinya dengan mudah jika ingat bahwa tanda-tanda yang
mengindikasikan terjadinya konflik nilai dapat berupa terpicunya perasaan
emosional dalam diri anda. Jika anda merasa tubuh anda menegang atau
merasakan tanda-tanda fisik lainnya berkaitan dengan kebangkitan emosi,
diam dan berpikirlah. Tanyalah diri anda sendiri, Apa yang sedang terjadi?
amatilah apakah nilai-nilai anda sedang dipertanyakan. Sama halnya dnegan
ini, jika anda merasa mulai tidak sepakat dengan klien dan ingin
medebatnya, diam, dan berpikirlah untuk mengetahui dengan pasti apakah
anda terlibat dalam sebuah konflik nilai.
a. Akui Sistem Nilai anda Sendiri
Tidak akan menguntungkan keadaannya bagi klien jika seorang
konselor dengan sengaja mencoba mengubah sudut pandangnya. Seperti
yang telah ditekannya sebelumnya, konselor yang efektif akan
melibatkan diri dengan kliennya dan berusaha memandang dunia
sebagaimana kliennya memandang dunianya. Ketika anda merasakan
menghadapi konflik nilai, maka anda harus memilih untuk bertanya pada
diri sendiri, Dapatkah aku menggeser standar nilai-nilaiku ke satu sisi
supaya dapat melibatkan diri dengan klien? jika jawabannya ya, maka
konselingnya dapat diteruskan. Jika jawabannya tidak maka bersikap
adillah terhadap klien karena harus mengatakan padanya bahwa

3
meskipun anda menghormatinya dan haknya untuk memiliki sudut
pandang yang berbeda, anda sendiri memiliki nilai-nilai yang berbeda
terkait dengan persoalan-persoalan yang sedang dibahas. Jika anda rasa
bisa melakukannya, akan lebih baik jika menjelaskannya pada klien
bahwa anda tidak bermaksud mengatakan bahwa nilai-nilai anda lebih
baik atau buruk dari pada nilai-nilai yang diyakininya. Nilai-nilai
tersebut berebda hanya karena anda berdua adalah dua orang pribadi
yang berbeda. Lalu anda dapat menawarkan pada klien apakah akan
melanjutkan pembicaraannya atau ingin berbicara dengan orang lain.
Jika klien ingin berbicara dengan orang lain, lebih baik anda merujuk
pada seseorang yang mungkin dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai
yang dimiliki klien.
b. Perlunya Pengawasan
Setiap kali konsep nilai mencampuri kegiatan konseling anda dengan
klien, penting bagi anda untuk berbicara dengan pengawasan tentang
problem-problem yang terlibat di dalamnya. Hal ini akan dapat
meminimalisir kemungkinan terjadinya lagi situsi-situasi dimana
keefektifan konseling mulai terkena pengaruh negatif dari nilai-nilai
tertentu. Diharapkan jika sepenuhnya mengeksplorasi isu-isu terkait,
anda akan dapat bekerja sama dengan klien yang memiliki sudut
pandang yang snagat berbeda tanpa ada pengaruh-pengaruh dari nilai-
nilai anda sendiri terhadap kelayakan respons-respons konseling anda.
3. Berbicaralah kepada Pengawas Anda tentang Konflik-konflik Nilai

Seperti yang telah dibahas tadi, sangat penting abgi konselor untuk
mengetahui system nilai yang mereka yakini sejelas mungkin.

a. Mengenal Nilai-nilai Moral Anda


Sebagai konselor baru, bagaimana mengetahui nilai-nilai yang anda
miliki? Terdapat begitu banyak wilayah dalam kehidupan kita dimana

4
nilai-nilai moral begitu penting sehingga tidak mungkin proyek
pelatihan mencakup semua situasi yang melibatkan nilai-nilai moral.
Mau tidak mau, sebagian nilai-nilai pribadi akan muncul dalam sesi-sesi
konseling. Konselor harus terus-menerus menangani persoalan-
persoalan baru. Meski demikian, dalam pelatihan, bisa dilakukan
penelitian terhadap beberapa situasi atau keyakinan yang umumnya
dihadapi dimana nilai-nilai memiliki arti penting.
b. Latihan Klarifikasi Nilai-nilai
Sebagi pendukung pelatihan konselor, kami menawarkan latihan
praktik megklarifikasi nilai-nilai berikut ini. Latihan ini sebaiknya
dikerjakan dalam kelompok supaya diskusi tentang perbedaan nilai-nilai
yang dapat dilakukan. Satu cara yang bagus untuki mengerjakan latihan
ini adalah melabeli salah satu ujung dari ruang pelatihan dengan tanda
setuju dan ujung yang satunya dengan tanda tidak setuju. Para
peserta pelatihan dengan kelompoknya kemudian diminta untuk
merespon masing-masing pernyataan di bawah ini dengan cara tiap-tiap
orang mengambil posisi tersebut dalam ruang pelatihan sepanjang jalur
setuju-tidak setuju yang sejajar dengan panjangnya ruangan. Jika para
peserta sudah memosisikan dirinya masing-masing sebagi respons
terhadap sebuah pernyataan, fasilitatornya dapat meminta komentar, lalu
membuka diskusi mengenai posisi-posisi yang diambil para peserta
dalam ruangan tersebut.
Jika anda tidak bergabung dalam sebuah kelompok, anda boleh
memikirkan dan mencoba menentukan dimana anda akan berdiri
sebagai respons untuk masing-masing pernyataan di bawah ini. Apakah
anda setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut, atau pada titik
tertentu diantara posisi setuju dan tidak setuju?.
Perhatikan bahwa diantara pernyataan-pernyataan di bawah ini
banyak yang merupakan pernyataan tentang suatu keyakinan, bukan

5
pernyataan tentang nilai. Tetapi nilai-nilai moral yang kita pegang
ditentukan oleh kayakinan-keyakinan kita, jadi untuk menentukan nilai-
nilai kita, sebaiknya juga memperhatikan keyakinan-keyakinan.
c. Pernyataan-pernyataan untuk Latihan Mempraktikkan Klarifikasi Nilai-
nilai
Beberapa pernyataan sengaja dibuat provokatif dan bisa
menyinggung orang lain.
1) Uang kompensasi pengangguran harus dihentikan setelah tiga bulan.
2) Orang-orang dari kelompok-kelompok etnis asing harus diwaspadai.
3) Menggugurkan kandungan adalah hak wanita.
4) Laki-laki selalu menjadi pihak dipersalahkan atas kekerasan dalam
ruma tangga.
5) Wanita dan laki-laki itu setara.
6) Senjata tidak bisa membunuh, tetapi orang yang menembaklah yang
membunuh.
7) Hokum-hukum kepemilikan senjata diperuntukkan bagi keuntungan
masyarakat secara keseluruhan.
8) Dengan metode konsentrasi modern kesetian dalam hubungan
seksual tidak diperlukan lagi.
9) Penyensoran secara sosial itu bagus.
10) Homoseksualitas adalah kondisi yang normal.
11) Kenakalan anak-anak disebabkan oleh orang tua yang terlalu
membebaskan anak-anaknya.
12) Konselor tidak akan dibutuhkan jika orang berserah diri pada Tuhan.
13) Biasanya salah satu pihak dipersalahkan ketika terjadi keretakan
rumah tangga.
14) Mariyuana semestinya dilegalkan.
15) Tunjangan kesejahteraan terlalu tinggi.

6
Ketika anda mempertimbangkan posisi dalam kaitannya dengan
pernyataan-pernyataan di atas, ingatlah bahwa kita semua adalah pribadi-
pribadi yang unik-unik, yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
Konsekuensinya dalam beberapa hal, nilai-nilai yang nada miliki
barangkali serupa dengan kami, namun dalam hal beberapa hal yang lain
berbeda.

B. Kerahasiaan dan Problem-problem Etis Lainnya

1. Kerahasiaan Mutlak Sering Kali Tidak Memungkinkan dan Bisa Jadi Tidak
Etis
Banyak konselor berpengalaman yang setuju dengan Woolfe dan Dryden,
dalam buku mereka Handbook of Counselling Psychologi (2003) yang
mengemukakan bahwa menjanjikan kerahasiaan total itu tidak etis.
a. Kebutuhan untuk Membuat Catatan
Terdapat alsan yang mendesak mengapa harus memiliki catatan
lengkap. Konselor yang bekerja di lembaga sering menggunakan sistem
komputerisasi atau mengguunakan sistem penyimpanan arsip tersentral.
Sehingga ada kemungkinan bagi konselor lain dan staf-staf non-konseling
seperti resepsionis dan petugas-petugas pengelola arsip untuk memperoleh
akses ke catatan rahasia. Bebrapa konselor tidak menyertakan catatan
tentang kategori tertentu dari materi yang sensitive dalam kartu-kartu
catatan mereka sebagai jalan untuk melindungi klien. Tetapi jelas ada
konsekuensi jika kebijakan ini diterapkan; beberapa informasi penting bisa
jadi terlewatkan atau terlupakan saat pertemuan konseling berikutnya.
Tentu saja untuk melindungi klien, catatan dalam komputer harus dijaga
dengan sistem keamanan yang memadai, salinan tidak boleh dibiarkan
tergelatak sembarangan tempat. Dan harus di simpan di lemari-lemari
arsip yang terkunci atau ruang arsip yang aman.
b. Persyaratan-persyaratan dari dalam Pengawas Konselor Sendiri

7
Persyaratan-persyaratan pengawas profesional seperti, menuntut
konselor untuk bebas mengungkapkan sepenuhnya materi klien pada
pengawas-pengawas mereka. ini merupakan kebijakan yang esensial untuk
memastikan klien bahwa klien memperoleh layanan yang terbaik dan
kebijakan ini juga diperlukana untuk kebaikan konselor sendiri. Bebrapa
konselor menyampaikan secara terus terang kepada klien mengenai
persyaratan dalam pengawasan profesional dan kadang pemberitahuan ini
dapat membuat klien lebih tenang karena mereka mengetahui bahwa
konselor mereka mendapatkan pengawasan.
2. Pengawas (Supervisor) untuk Konselor Sangat Penting dan Ditujukan untuk
Kepentingan Klien
a. Kebutuhan untuk Melindungi Orang Lain
Konselor-konselor berpengalaman kadang-kadang menghadapi klien
yang mempunyai kecenderungan untuk bunuh diri, klien yang berbahaya,
dank lien yang telah melakukan pelanggaran seruis terhadap orang lain.
Mereka semua berkemungkinan mengulangi perbuatan mereka. konselor
memiliki tanggung jawab terhadapa kliennya, dan kepada masyarakat.
Karena itu, konselor harus membocorkan informasi demi melindungi klien
dari kecenderungan menyakiti diri dan untuk melindungi pihak ke-tiga.
Contohnya konselor mengetahui bahwa kliennya memiliki senjata dan
berniat untuk membunuh seseoang, jika konselor tidak memberitahu polisi
atau para penangggung jawab psikiatri, bebrarti konselor tersebut
bertindak tidak etis dan tidak bertanggung jawab. Seprti yang disebutkan
dalam British for Counselling and Psychotherapy (2002), situasi-situasi
dimana klien menunjukkan resiko yang dapat sangat membayangkan diri
mereka sendiri atau orang lain adalah tantangan khusus bagai praktisi.
Konsultasi dengan seorang pengawas atau praktisi berpengalaman sangat
direkomendasikan; dilakukan pada waktu yang tidak menyebabakan
penundaan yang tidak seharusnya. Apa pun konndisinya, tujuan yang

8
harus dicapai adalah kepastian bahwa klien untuk menentukan nasib
sendiri dan terhadap kepercayaan mereka sejauh kondisi memungkinkan.
b. Jalinan Kerja Sama dengan PRofesional-profesional Lain
Para profesional seprti psikiater, praktisi medis, psikolog, pekerja
sosial, pendeta, dan pekerja-pekerja kesejahteraan sosial sering menelpon
konsleor untuk membicarakan tentang klien-klien yangs edang ditangani
bersama. Kadang-kadang demi kepentingan klien tersebut, profesional-
profesioanal lain perlu mendapatkan informasi yang memadai tentang
situasi-situasi klien tersebut. Konselor juga diharapkan untuk menjaga
hubungan kerja sama yang dengan profesional-profesional pemberi
pertolongan tersebut. Dala hal ini penilaian yang logis diperlukan untuk
memilah-milah informasi mana yang bisa disampaikan dan mana yang
harus disembunyikan, maka berhati-hatilah untuk tidak merusak
kepercayaan klien dan menghargai hak-hak mereka sebagai individu.
3. Bekrerja Sama dengan Profesional-profesional Lain dapat Menguntungkan
Klien
Konselor harus meminta persetujuan dnegan klien dalam
mengungkapakan meteri yang sensitif. Kemudian persutujuan yang berdasar
tersebut diabsahkan dalam bentuk tulisan, sehingga tidak ada
kesalahpahaman. Banyak lembaga memiliki formulir persetujuan standar yang
dapat digunakan ketika ada informasi yang harus diberikan, formulir ini di
diskusikan dnegan klien, lalu ditandatangani baik oleh klien maupun oleh
konselor.
Saat dua atau lebih anggota keluraga membutuhkan jasa konseling, terapi
keluarga bisa membantu mereka. tetapi jika jasa terapi keluarga tidak tersedia
atau dipandang kurang tepat, maka profesional-profesional pemberi
pertolongan yang terlibat dnegan anggota-anggota keluarga tersebut akan
dapat lebih banyak membantu klien-kliennya jika mereka saling
berkonsultasi, mengadakan konferensi-konferensi kasus dan bekerja sama

9
sebagai sebuah tim. Agar hal ini bisa dijalankan, prosesnya harus dibuat
transparan untuk semua anggota keluarga yang terlibat, dan persetujuan
mereka atasa pengungkapan informasi harus diperoleh.
a. Partisipasi dalam Program-program Pelatihan Pendidikan, Konferensi-
konferensi, Workshop-workshop, dan Seminar-seminar
Wilayah problem lainnya yang berkenaan dengan kerahasiaan adalah
pelatihan yang berkesinambungan keterampilan-keterampilan, dan
menyumbangkan pengetahuan tentang teknik-teknik baru. Konselor harus
tumbuh dan berkembang sebagai pribadi dan sebagai konselor. Hal ini
dapat dilakukan sebagian melalui pengawasan personal dan sebagian
melalui diskusi kelompok besar di konferensi-konferensi kasus. Materi
klien yang disampaikan pada acara tersebut kadang-kadang dapat
disamarkan dengan mengubah nama-nama dan rincian-rincian lainnya,
tetapi seringkali ini tidak bisa dilakukan, khususnya ketika menggunakan
rekaman video dari sesi-sesi konseling. Meteri klien tidak boleh
digunakan untuk kepentingan ini tanpa persetujuan tertulis sebelumnya
dari klien. Selain itu, aka nada problem-problem hukum maupun kode etik
jika persetujuan klien tidak didapatkan.
b. Kasus-kasus dimana Hukum Menuntut Pengungkapan Informasi
Harus diingat bahwa kerahasiaan klien dapat terbatasi oleh intervensi
hukum. Kadangkadang konselor mendapat panggilan untuk menghadiri
siding pengadilan untuk mmeberikan bukti-bukti dalam pengadilan, dan
dalam kasus seprti ini, menyembunyikan informasi bisa dianggap
pelanggaran terhadap tata tertib pengadilan. Selain itu, wajib lapor
diperlukan oleh konselor dari profesi tertentu di beberapa negara atau
bagian berkaitan dengan kasus-kasus seprti penganiayaan terhadap anak-
anak.
c. Menghormati Hak Klien untuk Mendapatkan Privasi

10
Sangat jelas bahwa terdapat banyak alasan mengapa kerahasiaan
dalam situasi konseling terbatas. Tetapi konselor tetap memiliki tugas
untuk memastikan bahwa kerahasiaan klien dipertahankan sejauh itu
memungkinkan menurut logika, hukum, dank ode etik. Meyakinkan klien
dalam menjaga kerahasiaannya, karena klien butuh mendapatkan jaminan
bahwa apapun yang mereka ungkapkan merupakan informasi yang
dilindungi dan tidak akan dibocorkan kepada pihak lain secara sembrono
dan tanpa alasan jelas. Tidaklah etis berbicara tentang klien atau problem-
problem klien kepada orang lain apa pun alasannya. Segala hal yang
diceritakan klien adalah property pribadi dan tidak boleh disebarkan ke
sembarang orang.
4. Kita Semua ingin Privasi Kita Dihargai
Konselor harus membuta keputusan-keputusan sendiri tentang cara terbaik
yang dapat dilakukan untuk menangani isu kerahasiaan berdasarkan
konsultasi dengan pengawas. Kebijakannya ialah herus terbuka terhapa klien
dan menjelaskan batasan-batasan kerahsiaan yang diberlakukan.
a. Etika-etika Profesi
Perihal kerahasiaan ini telah dibahas secara rinci. Meski demikian,
masih banyak isu etis lainnya bagi konselor. Konselor-konselor baru harus
mengetahui hal ini. Banyak konselor yang bergabung dalam asosiasi-
asosiasi profesi yang memiliki kode etik. Kode-kode ini langsung tersedia
begitu diminta, dan konselor baru hendaknya membaca kode etik yang
relevan untuk profesi yang relevan. Konselor yang bkerja di Inggris harus
mengenal sepenuhnya kerangka ketika BACP untuk menjalankan praktik
konseling dan psikoterapi yang baik (2002).
b. Penghargaan terhadap Klien
Tak masalah siapa saja kliennya dan bagaimana perilaku mereka, klien
telah datang kepada konselor untuk memperoleh bantuan dan layak untuk
diperlakukan seprti umumnya manusia yang memiliki harga diri. Jika

11
konselor menghargai mereka dan mereka merasakan penghargaan
tersebut, mereka diberi kondisi yang optimal untuk memaksimalkan
potensi sebagai individu. Sebagian besar profesional pemberi pertolongan
sepakat bahwa di dalam diri masing-masing ada potensi kebaikan, dan
supaya potensi tersebut terealisasi kita harus merasa nyaman dengan diri
sendiri. Maka dari itu konselor memiliki tanggung jawab untuk membantu
klien merasa nyaman dengan diri mereka sendiri dan meningkatkan
keyakinan mereka terhadap harga diri mereka.

5. Memberikan Klien Rasa Hormat sebagaiman Diri Sendiri Membutuhakan


Jika konselor menerima klien serta nilai-nilai yang diyakini, konselor
cenderung akan menemukan seiring berjalan waktu bahwa mereka akan lebih
dekat. Hal seperti ini pasti terjadi suka ataupun tidak suka, konselor menjadi
panutan bagi klien. Dalam hala ini ada gunanya konselor mmebuka
kesempatan bagi klien untuk memberikan umpan balik mengenai apa yang
mereka alami selama proses konseling. Langkah ini dapat memperlihatkan
penghargaan kita terhadap pandangan mereka dan hak mereka untuk
memberikan pengaruhnya dalah hubungan konseling.
Harus kita ingat bahwa kepentingan klien adalah prioritas utama di atas
kepentingan konselor selama proses konseling. Tidak etis jika sebagai
konselor malah memanfaatkan sesi-sesi konseling untuk menyelesaikan
persoalan-persoalannya.
a. Batasan-batasan dalam Hubungan antara Klien dan Konselor
Dalam hubungan apapun yang dijalani, konselor harus menentukan
batasan-batasan. Kekutan dari garis batasa tersebut dan karakteristiknya
bergantung pada dengan siapa kita menjali hubungan dan konteks dari
hubungan tersebut. Hubungan klien dan konselor adalah tipe hubungan
yang istimewa, yang dibangun oleh klien untuk suatu tujuan. Klien
melibatkan diri dalam sebuah hubungan dimana ia memberi kepcayaan

12
kepada konselor kesehatan jiwa mereka dan dalam perjalanan hubungan
tersebut, berharap bahwa konselor akan member mereka lingkungan yang
aman dimana mereka dapa mengusahakan penyelesaian problem-problem
mereka.
Hubungan klien konselor bukan hubungan yang sejajar, melainkan
posisi yang memegang kekuatan dan pengaruh yaitu konselor. Konselor
sering menangani klien yang sedang dalam kondisi tekanan emosional
yang tinggi dan karenanya sangat rapuh. Cara konselor berinteraksi
dengan klien adalah perilaku manusia yang tidak biasa, konselor
mencurahkan sebagian besar energinya untuk mendengarkan dan
memahami kliennya, jadi klien hanya bisa melihat sebagian dari karakter
konselor. Dalam situasi seperti ini klien mungkin akan melihat konselor
sebagai orang yang luar biasa peduli dan perhatian. Pengaruh besar
konseor ditambah persepsi klien yang tidak netral dapat membuat klien
sangat rapuh sehingga terdorong untuk menawarkan persahabatan atau
kedekatan.
6. Konselor juga Rapuh
Maksud konselor juga rapuh yaitu dimana dalam hubungan konseling
klien sering mengungkapkan rahasia-rahasia terdalamnya, dan mau tifak mau
mengarah pada perkembangan kedekatan yang nyata anatara klien dan
konselor. Konselor belajar untuk beremepati sehingga ia mengembangkan
hubungan istimewa dangan klien mereka. jika tidak hati-hati, konselor juga
bisa menjadi rapuh sehingga menawarkan hubungan yang lebih dekat
daripada yang seharusnya. Karena itu konselor harus berhati-hati agar tidak
mengabaikan gejala-gejala yang menandakan bahwa hubungan konseling
sedang melemah.
Maka, ketika hubungan klien-konselor dibiarkan berkembang melampaui
batasan-batasan situasi konseling, hasilnya hampir selalu tidak
menguntungkan bagi proses konseling dan merugikan klien. Jika

13
prekembangan yang seperti ini terjadi, kemampuan konselor untuk menangani
kepentingan-kepentingan klien akan sangat berkurang, dan kemungkinan
besar hal ini dapat membawa dampak psikologis yang serius bagi klien.
Sebagi konselor kadang-kadang mungkin sulit menolak ajakan untuk
menjalin hubungan dengan klien, maka konselor akan lebih dekat dari yang
diperbolehkan dalam konteks konseling. Ingatlah bakwa jika konselor tidak
menetapkan batasan-batasan yang tepat nantinya hanya akan memuaskan
kepentingan-kepentingan konselor dan member dampak yang tidak baik
terhadap klien. Konselor akan merusak posisinya sebagai seorang profesional
yang dipercaya dan konselor harus menanggung kenyataan itu, beserta
konsekuensi-konsekuensi lainnya yang lebih serius. Ketika konselor
membiarkan pelanggaran batasan-batasan terjadi, mareka akan merusak atau
menghilangkan kemanfaatan dari proses konseling dan mengurangi
kemungkinan klien mencari bantuan konseling lanjutan.
Konselor harus mewaspadai tanda-tanda bahaya ketika hubungan anatara
konselor dengan klien menjadi terlalu dekat, dan bicarakanlah masalah
tersebut secara terbuka kepada pengawas, demikian juga dengan klien jika
situasinya memungkinkan. Konselor juga harus sangat berhati-hati ketika
menyentuh klien dalam situasi apapun. Sentuhan yang tidak diharapkan bukan
hanya tidak etis, tetapi juga bisa diartikan sebagai pelecehan seksual.
a. Tanggung Jawab Konselor
Konselor sering mengalami semacam konflik antara tanggung jawab
terhadap klien, terhadap lembaga yang telah mempekerjakan mereka, dan
terhadapa masyrakat. Konselor akan menemui situasi-situasi dimana
konselor mengambil keputusan-keputusan sendiri tentang tanggung jawab
yang mana yang akan didahulukan, dan dalam pandangan tersebut
keputusannya tidak akan selalu sama. Jika konselor mengalami keraguan
dalam mengambil keputusan maka dapat berkonsultasi dengan pengawas.

14
Konselor memiliki tanggung jawab terhadap klien dan harus secara
langsung merespon permintaan klien untuk mendapatkan bantuan
konseling. Ketika seorang klien datang kepada konselor untuk meminta
bantuan yang sifatnya rahasia, konselor memgang sebuah kesepakatan tak
tertulis dengannya untuk memberikan bantuan tersebut kecuali konselor
mengatakan hal yang sebaliknya kepadanya. Konselor tidak dapat
memenuhi kebutuhan klien tersebut sesuai standar kode etik jika dalam
pelaksanaannya:
1) Harus bertentangan dengan kebijakan-kebijakan organisasi yang
mempekerjakan konselor.
2) Melibatkan pelanggaran hukum.
3) Membahyakan anggota-anggota masyarakat lainnya.

Akan tetapi, dalam situasi seperti itu, konselor harus menerangkan


kepada klien tentang posisinya, sehingga klien memeahami dalam kondisi
bagaimana mereka berbicara kepada konselor. Konselor yang bekerja
untuk sebuah organisasi atau institusi memiliki tanggung jawab terhadap
manajemen yang mempekerjakannya tersebut. Segala aktivitas kerja yang
dijalankan dalam organisasi atau isntitusi tersebut harus memenuhi
persyaratan yang berlaku disana, dan menyesuaikan diri dengan harapan-
harapan filosofis dari manajemen yang berwenang.

7. Konselor Mempunyai Tanggung Jawab terhadap Klien, Atasan, Masyarakat,


dan Diri Konselor Sendiri
Konselor harus selalu berhati-hati dalam mengemban tanggung jawab
terhadap masyrakat umum, karena dapat memunculkan masalah-masalah
sehubungan dengan kerahasiaan. Ketika ada anggota masyarakat yang berada
dalam bahaya, atau ada property yang terancam dirusak, atau ada
kemungkinan terjadinya aksi-aksi yang melanggar hukum atau aksi-aksi
pelanggaran hukum yan terjadi, maka konselor harus mengambil keputusan

15
terkait dengan tindakan apa yang harus dilakukan, disini kadang-kadang
konselor menemui kesulitan dalam menentukan pilihan terbaik untuk
menemui kebutuhan-kebutuhan klien dan masyrakat untuk jangka panjang. Di
saat seperti ini, langkah penanganan yang masuk akal adalah membicarakan
isu-isu etis ini dengan pengawas.
a. Kompetensi Konselor
Konselor hatus memiliki tanggung jawab untk memastikan bahwa
mereka telah memberikan kualitas layanan yang setinggi-tingginya, hal ini
tidak dapat dilakukan tanpa pelatihan dan pengawasan dari konselor lain
secara rutin. Tidak dipenuhinya persyaratan ini dapat dipastikan akan
berakibat pada suatu kondisi dimana problem-problem konselor sendiri
mengganggu proses konseling dan klien akan dirugikan.
Konselor juga harus berhati-hati terhadap keterbatasan-keterbatasan
kompetensi mereka, sehingga sangat penting bagi konselor untuk
menyadari keterbatasan-keterbatasannya dan berterus terang kepada klien
tentang hal tersebut. Klien berhak mengetahui apakah mereka datang pada
orang yang memiliki kemampuan untuk member bantuan yang mereka
butuhkan atau tidak.
b. Rujukan
Ketika kebutuhan klien tidak cukup dapat dipenuhi oleh seorang
konselor, maka konselor mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
rujukan yang tepat untuk klien untuk meneruskan konsultasi dengan
profesional lain yang dipandang berkompeten. Meski demikian, tidak
seharusnya konselor menghindari tugas yang sulit dan tidak
menyenangkan dengan cara terlalu sering merujuk klien-kliennya kepada
profesional-profesional lain. Semua konselor mempunyai tanggung jawab
untuk mengemban tugas-tugas sesuai kapasitasnya dan bersikap logis
dalam mengambil keputusan-keputusan untuk membuat rujukan.

16
Keputusan seperti ini sebaiknya diambil setelah melalui konsultasi dengan
soerang pengawas.
Kadang-kadang konselor boleh juga memutuskan untuk tetap
menemui kliennya smentara ia juga menjalani pengawasan intensif, dari
pada merujuk kliennya kepada konselor lain, jika ini dijalankan, maka
konselor bertanggung jawab untuk memberi tahu klien.
Sering kali rujukan perlu dilakukan ketika menghadapi orang-orang
yang memiliki cacat fisik tertentu, orang-orang dari latar belakang kultur
yang berbeda, dan orang-orang yang berbicara dengan bahsa asing akan
lebih baik mendapatkan rujukan ke sebuah lembaga (atau seorang ahli)
yang dapat memenuhi kebutuhan khusus mereka, ketika merujuk ke klien
kepada pihak lain, ada gunanya menghubungi profesional yang akan
dilimpahi klientersebut atas izin klien untuk memastikan bahwa rujukan
dapat diterima dan tepat.
c. Penghentian Konseling
Penghentian onseling harus dilakukan dengan sangat hati-hati dengan
penentuan waktu yang tepat. Tidak etis jika konseling dihentikan pada
saat klien masih membutuhkan bantuan lebih lanjut. Jika untuk sebab-
sebab yang tidak dapat dielakkan (misalnya harus keluar daerah), maka
konselor berkewajiban membuat rujukan yang sesuai ke konselor lainnya
yang dapat melanjutkan bantuan konseling kepada klien.
d. Kewajiban-kewajiban dalam Hukum
Sebagaimana profesional lainnya, konselor harus mengenal
persyaratan-persyaratan hukum yang terkait dengan profesinya. Secara
khusus penting bagi konselor untuk mengetahui apakah wajib lapor
mengenai perilaku-perilaku tertentu seprti dalam kasus tersangka
penganiayaan anak diperlukan.
e. Promosi Diri

17
Sebagian besar asosiasi profesi konselor memiliki aturan-aturan
tertentu tentang periklanan. Jelas ada kode etik terhadap cara konselor
menggambarkan diri mereka dan layanan-layanan mereka. tidak etis jika
seorang konselor membuta pernyataan yang tidak akurat dan tidak benar
tentang dirinya dan jasa yang ditawarkannya. Konselor yang melakukan
hal ini tidak hanya akan menciptakan resiko bagi klienya tetapi juga
menghadapi kemungkinan dituntut.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Konselor harus mengetahui keyakinan-keyakinan dan nilai-nilainya sendiri
sehingga ia dapat menghormati nilai-nilai yang dimiliki klien dan
perhatiannya tidak terganggu selama konseling karena mencoba memastikan
nilai-nilainya sendiri. Konselor tidak mempunyai hak untuk berusaha
menerapkan keyakinan-keyakinan atau nilai-nilainya sendiri terhadap klien,
dan setiap kali konflik nilai mengganggu aktivitas konseling, maka
konsultasikan kepada pengawas.
2. Konseling dapat berjalan efektif karena kerahasiaan tingkat tinggi harus
dijaga, kerahasiaan juga harus dibatasi, dan dalam konseling terdapat etika-
etika profesi.

B. Saran

18
1. Kita sebagai calon konselor harus benar-benar memahami keyakinan-
keyakinan baik diri sendiri maupun orang lain, agar tidak terjadi suatu konflik
yang tidak diinginkan .

2. Konselor yang profesional tentu akan menjaga hal-hal yang harus di


rahasiakan, disini diharapkan kita sebagai calon konselor bisa menjaga rahasia
klien ketika melakukan proses konseling.

DAFTAR PUSTAKA

Geldard Kathryn, dan Geldard David.2011. KETERAMPILAN PRAKTIK


KONSELING. Indonesia: Pustaka Pelajar.

19

Anda mungkin juga menyukai