Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010).
2. Bentuk / Type Keluarga
Bentuk/Tipe Keluarga sebagai berikut:
a. Tradisional
1) The Nuclear family (keluarga inti): Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak
2) The dyad family: Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa
anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila: Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
4) The childless family: Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang
disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada
wanita.
5) The extended family: Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family
disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan
6) The single parent famili: Keluarga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
7) Commuter family: Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga
pad saat ”weekend”

4
5

8) Multigenerational family: Keluarga dengan beberapa generasi atau


kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family: Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar
mandi, televisi, telepon,dll)
10) Blended family: Duda atau janda (karena perceraian) yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/single adult family: Keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother: Keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family: Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family: Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan
anak bersama.
4) The nonmarital heterosexsual cohabiting family: Keluarga yang
hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families: Seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”
6) Cohabitating couple: Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family: Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu
termasuk sexsual dan membesarkan anak.
6

8) Group network family: Keluarga inti yang dibatasi oleh set


aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan,
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster family: Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family: Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
11) Gang: Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
Menurut Kamanto Sunarto (1993:159-160), keluarga dapat
dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a) Berdasarkan keanggotaannya, terdiri dari keluarga batih dan
keluarga luas.
b) Berdasarkan garis keturuan, terdiri atas keluarga patrilineal,
keluarga matrilineal, dan keluarga bilateral.
c) Berdasarkan pemegang kekuasaannya, terdiri dari keluarga
patriarhat, keluarga matriarhat, dan keluarga equalitarian.
d) Berdasarkan bentuk perkawinan, terdiri atas keluarga
monogami, keluarga poligami, dan keluarga poliandri.
e) Berdasarkan status sosial ekonomi, terdiri atas keluarga
golongan rendah, keluarga golongan menengah, dan keluarga
golongan tinggi.
f) Berdasarkan keutuhan, terdiri atas keluarga utuh, keluarga
pecah atau bercerai, dan keluarga pecah semu.
Bentuk/type keluarga menurut Suprayitno (2004), yaitu :
7

a) Keluarga inti (Nuclear Family)


b) Keluarga besar (Extended Family)
c) Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)
d) Orang tua tunggal (Single Parent Family)
e) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmarried Teenage
Mother)
f) Keluarga yang di bentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(Gay And Lesbian Family).
3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004), tahap dan tugas
perkembangan keluarga sebagai berikut:

Tahap lingkaran Proses emosional Tugas perkembangan


kehidupan transisi
keluarga

Keluarga dengan Menerima a. Mengembangkan


anak dewasa yang pemisahan dengan hubungan saudara
belum menikah orang tua yang intim
b. Pemisahan dengan
keluarga
c. Mampu bekerja
sendiri

Keluarga yang baru Komitmen dengan a. Membentuk sistem


menikah sistem baru keluarga
b. Menyusun kembali
hubungan dengan
ekstended family dan
teman-teman

Keluarga dengan Menerima generasi a. Mengambil peran


anak muda/anak baru dari anggota orangtua
yang masih kecil yang ada b. Menyusun kembali
8

dalam sistem hubungan dengan


ekstended famili
terhadap peran
orangtua dan kakek
nenek
c. Menyediakan tempat
untuk anaknya
Keluarga dengan Meningkatkan a. Perubahan hubungan
anak remaja fleksibilitas keluarga orang tua anak dari
dari ketergantunga masuk remaja ke arah
anak dewasa
b. Memfokuskan
kembali pada masa
mencari teman dekat
dan karir
c. Memulai perubahan
perhatian untuk
generasi yang lebih
tua

Keluar dan Menerima sistem a. Membicarakan


pindahnya anak- yang keluar dan kembali sistem
anak masuk dalam jumlah perkawinan sebagai
yang banyak ke keluarga dyad
dalam kelurga b. Mengembangkan
hubungan orang
dewasa ke orang
dewasa diantara
anak-anak yang
sudah besar dengan
orang tua
c. Menyesuaikan
hubungan termasuk
9

kepada menantu dan


cucu
d. Menerima
ketidakmampuan dan
kematian dari orang
tua (kakek/nenek)

Keluarga lansia Menerima perubahan a. Mempertahankan diri


dari peran generasi sendiri dan atau
pasangan dalam
fungsi dan minat
dalam menghadapi
penurunan fisiologis,
eksplorasi terhdap
keluarga baru dan
pilihan peran sosial
b. Mendukung lebih
banyak peran sentral
untuk generasi
pertengahan
c. Membuat ruang
sistem untuk hal-hal
yang bijaksana dan
pengalaman pada
saat dewasa akhir,
mendukung generasi
yang lebih tua tanpa
memberikan fungsi
yang berlebihan
kepada mereka
d. Menerima
kehilangan pasangan,
sibling, dan teman
10

sebaya dan
mempersiapkan
untuk kematian diri
sendiri, menerima
dengan pandangan
dan keutuhan

DUVALL (1985) dalam [ CITATION Set12 \l 1057 ] Membagi keluarga


dalam 8 tahap perkembangan, yaitu :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak.
Tugas Perkembangan Keluarga pada Tahap idi adalah:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak (atau KB).
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memahami Pre Natal Care.
b. Keluarga dengan Anak Pertama < 30 bln (Child Bearing) [ CITATION
Sar14 \l 1057 ]
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang kemungkinan
akan menimbulkan krisis keluarga.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga terhadap peran, interaksi,
seksual dan kegiatan yang lainnya.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab.
4) Memberikan bimbingan sebagai orang tua terkait pertumbuhan
dan perkembangan anak.
5) Konseling KB Post Partum.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Menata ulang biaya/dana Child Bearing
11

8) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.


c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan kebutuhan anak pra sekolah.
4) Merencanakan kelahiran/kehamilan berikutnya.
5) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga
6) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
7) Pembagian tanggung jawab.
8) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh kembang
anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 th)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektualnya.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas kominitas dengan mengikutsertakan
anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 th)


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Pengembangan terhadap remaja dengan memberikan kebebasan
yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang dewasa muda yang mulai memiliki otonomi.
12

2) Memelihara komunikasi terbuka.


3) Memelihara hubungan ntim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan merelakan
kepergiannya.
2) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
3) Mempertahankan keintiman.
4) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
5) Manata kembali fasilitas dan sumber daya yang ada pada keluarga.
6) Berperan sebagai suami-istri, kakek ataupun nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anakanaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Middle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada masa ini adalah:
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai.
2) Memulihkan hubungan antara generasi muda-tua.
3) Kekakraban dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/komunikasi/kontak dengan anak dan
keluarga.
5) Persiapan menghadapi masa tua/pensiun.

h. Keluarga Lanjut Usia


1) Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
2) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup.
3) Menefrima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
13

4) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.


5) Melakukan life review masa lalu.
4. Struktur keluarga
Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak,
hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam
komponen komunikasi seperti: sender, chanel-media, massage,
environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
1. Karakteristik pengirim yang berfungsi
a) Yakin ketika menyampaikan pendapat
b) Jelas dan berkualitas
c) Meminta feedback
d) Menerima feedback
2. Pengirim yang tidak berfungsi
a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan
dasar/data yang
b) obyektif)
c) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti
ekspresi wajahnya)
d) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang
memutuskan/menyatakan sesuatu yang
e) tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah
benar, baik/buruk,
f) normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu
harus...”
g) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
h) Komunikasi yang tidak sesuai
3. Karakteristik penerima yang berfungsi
a) Mendengar
b) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
14

c) Memvalidasi
4. Penerima yang tidak berfungsi
a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
b) Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
c) Offensive (menyerang bersifat negatif)
d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
e) Kurang memvalidasi
5. Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
b) Komunikasi terbuka dan jujur
c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya
6. Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
c) Kurang empati
d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
f) Komunikasi tertutup
g) Bersifat negatif
h) Mengembangkan gosip
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai
istri/suami atau anak
Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
15

lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan


dalam keluarga.
Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
1. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang
tua terhadap
anak)
2. Referent power (seseorang yang ditiru)
3. Resource or expert power (pendapat ahli)
4. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima)
5. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
6. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses
persuasi)
7. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih
8. misalnya hubungan seksual)
9. Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam
10. pengambilan keputusan dalam keluarga seperti::
11. Konsensus
12. Tawar menawar atau akomodasi
13. Kompromi atau de facto
14. Paksaan
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
16

Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman


bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku
yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah.
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
1. Fungsi afektif dan koping: Keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas
dan mempertahankan saat terjadi stress.
2. Fungsi sosialisasi: Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan,
nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan
memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
3. Fungsi reproduksi:Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan
anak dan meneruskan keturunan.
4. Fungsi ekonomi:Keluarga memberikan finansial untuk anggota
keluarganya dan kepentingan di masyarakat
5. Fungsi fisik: Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami


dan dilakukan, meliputi:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga


2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya

B. KONSEP RUMAH SEHAT


1. Definisi
17

Pengertian Rumah menurut kamus Oxford Advanced Learner’s


Dictionary, yaitu “A building made for people to live in, usual for one
family or for a family and lodgers”. Sedangkan menurut bidang kesehatan,
definisi rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Pengertian sehat berdasarkan wester’s New Word Dictionary,
“physical and mental well being; freedom from disease”. Sedangkan
berdasarkan Dinas Perumahan DKI Jakarta sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin setiap orang hidup produktif
secara sosial ekonomi.
Dinas Perumahan DKI menetapkan Persyaratan Kualitas Minimal
Perumahan dan Permukiman Sehat dengan pengertian Rumah Sehat
adalah tempat tinggal yang memenuhi ketetapan atau ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah
dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
2. Kriteria Rumah Sehat
Kriteria untuk rumah agar dapat dikatakan sehat harus memenuhi
ketentuan-ke-tentuan sebagai berikut, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan,
dan ru-ang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,
komunikasi yang sehat yang antar anggota keluarga dan penghuni
rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah
rumah tangga, be-bas binatang yang potensial menularkan penyakit
(misalnya tikus), kepadatan hunian tidak berlebihan, cukup sinar
matahari, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah, antara lain
18

persyaratan garis sepa-dan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,


dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
3. Syarat-syarat Rumah Sehat
Syarat-syarat rumah dapat dikatakan sebagai rumah sehat adalah sebagai
berikut:
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
mem-bahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :
1) Debu total kurang dari 150 µg/m2
2) Asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam
3) Timbal (Pb) atau timah hitam kurang dari 300 mg/kg bahan;
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan
berkem-bangnya mikroorganisme patogen. 2.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis
sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan; 
b. Dinding rumah secara keseluruhan memiliki ventilasi untuk
pengaturan sirkulasi udara, dan dinding untuk kamar mandi dan
tempat cuci harus ke-dap air dan mudah dibersihkan;
c. Langit-langit mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
d. Bumbungan atau atap rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau
lebih ha-rus dilengkapi dengan penangkal petir;
e. Ruang di dalam rumah harus ditata sesuai dengan fungsi dan
peruntukan-nya;
f. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh bagian rumah dengan intensitas minimal 60
lux dan tidak menyilaukan mata.
4. Kualitas udara
19

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai


berikut:
a. Suhu udara nyaman berkisar antara 18˚C sampai 30˚C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 kurang dari 0.10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni
e. Konsentrasi gas CO2 kurang dari 100 ppm/8 jam
f. Konsentrasi gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
dari luas lantai.
6. Vektor/penular penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus bersarang di dalam rumah.
7.  Penyediaan air
a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/orang/hari
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan
Kepmenkes 907 tahun 2002
8. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.
9. Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari
permukaan tanah
b. Limbah padat, seperti plastik dan lain-lain, harus dikelola dengan
baik a-gar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan
tanah dan air tanah.
10.  Kepadatan hunian
Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah
umur 5 tahun.
20

4. Standar dan Peraturan


Standar-standar dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan
berlaku di In-donesia untuk bangunan, termasuk di dalamnya rumah,
adalah sebagai berikut:
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
KDB adalah angka persentase berdasarkan perbandingan jumlah
luas lantai dasar bangunan terhadap luas tanah yang dikuasai. Mengacu
pada Undang-Undang Tata Ruang No. 26 tahun 2007, telah ditetapkan
bahwa KDB memili-ki nilai sebesar 70%. Ini berarti bahwa untuk
membangun sebuah bangunan, luas tanah yang digunakan tidak boleh
melebihi 70% dari tanah yang dimiliki. Sedangkan 30% sisanya
digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).
2. Koefisien Lantai Banguanan (KLB)
KLB adalah besaran ruang yang dihitung dari angka perbandingan
jumlah seluruh lantai bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah
yang dikuasai sesuai rencana tata ruang kota.
3. Garis Sepadan Bangunan (GSB)
GSB adalah garis di atas permukaan tanah yang pada pendirian bangunan ke
arah yang berbatasan tidak boleh dilampaui.
4. Garis Sepadan Jalan (GSJ)
GSJ adalah garis batas pekarangan terdepan. GSJ merupakan batas
terdepan pagar halaman yang boleh didirikan. Oleh karena itu,
biasanya di muka GSJ terdapat jalur untuk instalasi air, listrik, gas,
serta saluran-saluran pembuang-an. Pada GSJ tidak boleh didirikan
rumah, kecuali jika GSJ terletak berhimpit dengan GSB.
5. Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)
Pada bangunan tunggal dan renggang, induk bangunan harus
mempunyai jarak bebas terhadap batas pekarangan yang terletak di
samping (sisi). Pada bangun-an turutan, boleh dibangun rapat dengan
batas pekarangan samping dengan le-tak bangunan turutan terdepan
berada pada jarak minimal dua kali jarak antara GSB dan GSJ sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Lebar jarak bebas sam-ping antara
21

bangunan dengan batas pekarangan ditentukan berdasarkan jenis


bangunan dan perpetakan tanah setempat. Luas areal bebas samping
dikalikan  jarak antara GSB dengan GSJ yang ditentukan. Adanya
garis jarak bebas sam-ping dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
kesehatan, kenyamanan, dan keindahan mengingat faktor iklim tropis
lembab di Indonesia dengan ciri-ciri temperatur yang tinggi, curah
hujan yang besar sepanjang tahun, sudut datang sinar matahari yang
besar, dan sebagainya.
6. Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)
GJBB adalah garis batas bangunan yang boleh didirikan pada
bagian belakang terhadap batas pekarangan bagian belakang. Panjang
garis bebas belakang di-tentukan sesuai dengan jenis bangunan dan
lingkungan persil tanah setempat. Pada halaman belakang suatu persil
tanah boleh didirikan bangunan turutan, a-pabila bangunan turutan
tersebut tidak memenuhi seluruh pekarangan bela-kang. Secara
umum, bangunan turutan boleh dibangun dengan syarat tidak
memenuhi seluruh pekarangan belakang sehingga masih tersisa
halaman ko-song. Halaman kosong pada halaman belakang minimal
mempunyai lebar sa-ma dengan panjang garis jarak bebas belakang
yang ditentukan. Jadi, luas ha-laman kosong atau bebas bangunan
pada halaman belakang minimal sama de-ngan kuadrat panjang garis
bebas belakang. Tujuan adanya garis jarak bebas belakang secara garis
besar sama dengan tujuan adanya garis jarak bebas sam-ping, antara
lain sebagai sirkulasi udara, pertamanan, berguna untuk mengu-
rangi/menghindari bahaya kebakaran.
7. Rasio/Perbandingan Luas Bangunan dengan Penghuni
Setiap 8 m2 tanah maksimal didiami oleh satu orang penghuni
dengan keting-gian bangunan dari tanah minimal 2.8 m2.
8. Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB

Anda mungkin juga menyukai