Anda di halaman 1dari 2

Hasil Reponden shinta selvia

Tn. W berusia 48 Tahun berjenis kelamin laki-laki status duda, beragama islam, dan pendidikan
terakhir SLTA. Klien masuk RSJ Grhasia Yogyakarta pada tanggal 9 januari 2020 dengan
diagnose medis (skinzofrenia paranoid)

Alasan masuk Tn.W dibawa ke RSJ Grhasia Yogyakarta oleh keluarganya dikarenakan tiba-tiba
ingin bunuh diri. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan TN. W melakukan percobaan
bunuh diri bahkan sampai 2 kali. Terdapat 2 faktor yaitu factor predisposisi dan factor
presipitasi.

Menurut saya Tn. W melakukan pencobaan bunuh diri karena kedua factor tersebut factor
predisposisi dan factor presipitasi

Factor predisposisi dari Tn.W disebabkan karena mulai mengalami gangguan jiwa kurang lebih 1
tahun yang lalu.

Factor prepitasi pada Tn. W yaitu klien putus obat selama kurang lebih dua bulan dan istri klien
meminta cerai pada tahun 2019.

Tn. W dapat beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan meskipun secara perlahan-lahan,

Dari masalah keperawatan risiko bunuh diri yang dialami Tn. W peneliti membuat beberapa
rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu identifikasi pola koping yang bisa
dilakukan, dan anjurkan menerapkan pola koping konstruktif dalam kegiatan sehari hari.

Menurut saya hasil dari yang dilakukan peneliti bisa untuk merubah koping Tn. W karena sudah
di buktikan hasilnya bahwa Tn. W ketika dilakukan tindakan keperawatan yang membahas pola
koping, klien kooperatif, klien tampak memahami topik pembicaraan. Klien juga dapat dapat
mengetahui pola koping apa yang ingin di terapkan dalam kehidupan sehari hari ketika
menghadapi suatu masalah.

Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan tindakan keperawatan sesuai intervensi yang telah di
buat peneliti membuat Tn. W mengatakan lebih senang dan lega dapat diterapkan yaitu dengan
cara apabila memiliki suatu masalah klien akan cerita kepada ibunya. Klien mengatakan akan
berusaha menerapkan pola koping dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan menurut saya Tn. W bisa melakukan aktivitasnya kembali secara kooperatif dan
tidak akan lagi melakukan pencobaan bunuh diri dengan bercerita segala apapun masalah yang
dihadapinya dan tidak di pendam sendiri melainkan dihadapi bersama-sama, bercerita atau
terbuka dengan masalah yang dihadapi dengan orang yang dipercayainya. Sehingga penelitian ini
menunjukan bahwa pemberian asuhan keperawatan pada klien skinzofernia dengan risiko bunuh
diri menunjukan hasil yang positif dengan adanya intervensi dari perawat sesuai dengan respon
verbal dan non verbal

Anda mungkin juga menyukai