Anda di halaman 1dari 14

Dengan Memahami Empat Poin Ini,

Hubungan Kita Dengan Tuhan Akan


Menjadi Lebih Dekat
2019-07-14462
A- A+

Oleh Saudari Xiamo, Tiongkok

Alkitab berkata: "Mendekatlah kepada Tuhan, dan Dia akan mendekat kepada
engkau" (Yakobus 4:8). Sebagai orang Kristen, hanya dengan mendekat
kepada Tuhan dan memiliki interaksi yang nyata dengan Tuhan, kita dapat
mempertahankan hubungan yang normal dengan Tuhan dan memperoleh
pekerjaan Roh Kudus. Ini seperti halnya dua orang yang saling bergaul, yang
hanya bisa menjaga hubungan dekat untuk waktu yang lama dengan menjadi
lebih terbuka satu sama lain, lebih banyak berkomunikasi ketika mereka
menghadapi masalah, dan dengan memahami dan menghormati satu sama
lain. Namun, di zaman kehidupan yang serba cepat ini, pekerjaan yang sibuk,
hubungan yang rumit, dan tren sosial yang jahat menarik kita ke dalamnya
dan makin memenuhi kita. Hati kita mudah diganggu oleh orang-orang,
peristiwa dan hal-hal dari dunia luar, dan itu mencegah kita mempertahankan
hubungan yang normal dengan Tuhan. Ini menuntun kita menjadi makin jauh
dari Tuhan dan, ketika menghadapi masalah, kita menjadi sangat sulit
menenangkan diri di hadapan Tuhan, mendekat kepada Tuhan dan mencari
pencerahan dan bimbingan Roh Kudus. Ketika melakukan sesuatu, kita
sering melakukannya tanpa arah atau tujuan yang benar, dan roh kita terus-
menerus dalam keadaan kehampaan dan kegelisahan. Jadi bagaimana
tepatnya kita dapat mempertahankan hubungan yang dekat dengan Tuhan?
Kita hanya perlu memahami empat poin di bawah ini, dan hubungan kita
dengan Tuhan pasti akan menjadi lebih dekat.

1. Berdoa kepada Tuhan dengan Hati yang Jujur dan Digerakkan oleh
Roh Kudus

Doa adalah saluran yang melaluinya kita berkomunikasi dengan Tuhan.


Melalui doa, hati kita lebih mampu untuk menjadi tenang di hadapan Tuhan,
untuk merenungkan firman Tuhan, mencari kehendak-Nya dan membangun
hubungan yang normal dengan Tuhan. Tetapi dalam kehidupan, karena sibuk
dengan pekerjaan atau tugas-tugas rumah tangga, kita sering sekadar
melakukan rutinitas dalam doa, dan hanya memperlakukan Tuhan secara
acuh tak acuh dengan mengucapkan beberapa kata dengan asal-asalan.
Ketika kita sibuk dengan hal pertama di pagi hari, misalnya, pergi bekerja atau
menyibukkan diri dengan sesuatu yang lain, kita berdoa dengan tergesa-
gesa: "Oh Tuhan! Aku memercayakan pekerjaan hari ini ke dalam tangan-Mu,
dan aku memercayakan anak-anak dan orang tuaku kepada-Mu. Aku
mempercayakan semuanya ke dalam tangan-Mu, dan aku mohon kiranya
Engkau memberkati dan melindungiku. Amin!" Kita memperlakukan Tuhan
secara acuh tak acuh dengan mengucapkan beberapa kata sembarangan.
Hati kita tidak tenang, apalagi memiliki interaksi yang nyata dengan Tuhan.
Terkadang, kita mengucapkan kata-kata yang terdengar menyenangkan, dan
beberapa kata yang hampa dan sombong kepada Tuhan dalam doa, dan kita
tidak mengucapkan apa yang ada di dalam hati kita kepada Tuhan. Atau
kadangkala, ketika berdoa, kita mengucapkan kata-kata tertentu yang kita
hafalkan, dan kita mengucapkan kata-kata lama dan basi yang sama setiap
waktu, dan ini sepenuhnya menjadi doa ritual keagamaan. Banyak doa seperti
ini diucapkan dalam hidup kita—doa yang berpegang teguh pada aturan, dan
doa di mana kita tidak membuka hati kita kepada Tuhan ataupun mencari
kehendak-Nya. Tuhan benci ketika kita berdoa tanpa maksud sesungguhnya,
karena doa semacam ini hanya menyangkut tampilan luar dan ritual
keagamaan, dan tidak ada interaksi yang nyata dengan Tuhan dalam roh kita.
Orang-orang yang berdoa seperti ini memperlakukan Tuhan secara acuh tak
acuh dan menipu Dia. Karena itu, doa-doa seperti ini tidak didengar oleh
Tuhan dan orang-orang yang berdoa dengan cara ini menjadi sangat sulit
digerakkan oleh Roh Kudus. Ketika berdoa seperti ini, mereka tidak dapat
merasakan hadirat Tuhan, roh mereka menjadi gelap dan lemah, dan
hubungan mereka dengan Tuhan semakin lama menjadi semakin jauh.

Tuhan Yesus berkata: "Tuhan adalah Roh dan mereka yang menyembah
Dia harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran" (Yohanes 4:24).
Tuhan adalah Pencipta yang memenuhi seluruh langit dan bumi. Dia berada
di samping kita setiap waktu, memperhatikan setiap kata dan tindakan kita,
setiap pikiran dan gagasan kita. Tuhan adalah yang tertinggi, benar-benar
bermartabat, dan ketika kita berdoa kepada Tuhan, kita menyembah Tuhan,
dan kita harus datang di hadapan Tuhan dengan hati yang jujur. Karena itu,
ketika berdoa kepada Tuhan, kita harus memiliki hati yang takut akan Tuhan,
berbicara dengan tulus dan jujur kepada-Nya, menyerahkan keadaan kita
yang sebenarnya, kesulitan dan penderitaan kita di hadapan Tuhan dan
memberi tahu Dia tentang semuanya itu. Kita juga harus mencari kehendak
Tuhan dan mencari jalan pengamalan, karena hanya dengan cara inilah doa
kita akan selaras dengan kehendak Tuhan. Misalnya, kita menghadapi
beberapa kesulitan dalam hidup, atau kita melihat diri kita hidup dalam situasi
di mana kita terus-menerus berbuat dosa dan mengakuinya, dan kita merasa
tersiksa. Jadi, kita membuka hati kepada Tuhan, memberitahukan masalah ini
kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya, lalu Tuhan akan melihat ketulusan
kita dan Dia akan menggerakkan kita. Dia akan memberi kita iman, atau Dia
akan menerangi kita untuk memahami kehendak-Nya. Dengan cara ini, kita
menjadi paham akan kebenaran dan memiliki langkah ke depan. Misalnya,
ketika kita benar-benar menyadari bahwa doa kita hanya berpegang teguh
pada aturan dan hanya dipanjatkan sebagai formalitas, atau kita berbicara
dengan sombong atau hampa, dan kita tidak memiliki interaksi yang nyata
dengan Tuhan, maka kita dapat berdoa dengan cara seperti ini: "Oh Tuhan!
Saat aku berdoa sebelumnya, aku hanya memperlakukan-Mu dengan acuh
tak acuh. Semua yang kukatakan itu kuucapkan untuk menipu-Mu dan aku
tidak berbicara dengan tulus sama sekali. Aku merasa sangat berutang
kepada-Mu. Mulai hari ini dan seterusnya, aku ingin berdoa dengan hatiku.
Aku akan mengatakan kepada-Mu apa pun yang kupikirkan dalam hatiku, dan
aku akan menyembah-Mu dengan hati yang jujur, dan memohon bimbingan-
Mu." Ketika kita membuka diri kepada Tuhan seperti ini dari lubuk hati kita,
hati kita pun akan digerakkan. Kemudian kita melihat betapa kita telah
memberontak terhadap Tuhan, dan kita bahkan berharap untuk lebih
sungguh-sungguh bertobat kepada Tuhan dan berbicara dengan tulus
kepada-Nya. Pada saat inilah kita akan merasa bahwa hubungan kita dengan
Tuhan sangat dekat, seolah-olah kita berhadapan muka dengan-Nya. Inilah
hasil dari membuka hati kita kepada Tuhan.

Membuka hati kita kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan seberapa
banyak kita berkata-kata kepada-Nya, atau apakah kita menggunakan kata-
kata yang semarak atau bahasa yang indah. Selama kita membuka hati kita
kepada Tuhan dan memberi tahu Dia tentang keadaan kita yang sebenarnya,
mencari bimbingan dan pencerahan-Nya, maka Tuhan akan mendengarkan
kita bahkan jika kita hanya mengucapkan beberapa kata sederhana. Jika kita
sering mendekat kepada Tuhan dengan cara ini, apakah itu pada pertemuan
ibadah atau selama bersaat teduh, atau ketika kita menyusuri jalan atau
duduk di dalam bus atau di tempat kerja, hati kita akan selalu diam-diam
membuka diri kepada Tuhan dalam doa. Tanpa menyadarinya, hati kita
kemudian dapat menjadi lebih tenang di hadapan Tuhan, kita akan lebih
memahami kehendak Tuhan dan, ketika menghadapi masalah, kita akan tahu
bagaimana melakukan kebenaran untuk memuaskan Tuhan. Dengan cara ini,
hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi jauh lebih normal.

2. Saat Membaca Firman Tuhan, Renungkanlah Dengan Hatimu dan


Engkau Akan Memahami Makna Sejatinya

Orang-orang Kristen melakukan saat teduh dan membaca firman Tuhan


setiap hari. Bagaimanakah cara kita membaca firman Tuhan agar dapat
mencapai hasil yang baik sekaligus membuat hubungan kita dengan Tuhan
menjadi lebih dekat? Firman Tuhan mengatakan: "Orang percaya kepada
Tuhan, mengasihi Dia, dan memuaskan Dia dengan cara menyentuh Roh
Tuhan dengan hati mereka, sehingga memperoleh kepuasan-Nya; saat
merenungkan firman Tuhan dengan hati mereka, mereka pun digerakkan
oleh Roh Tuhan oleh karenanya" ("Membangun Hubungan yang Benar
Dengan Tuhan Sangatlah Penting"). Firman Tuhan memberi tahu kita bahwa,
ketika membaca firman-Nya, kita harus merenungkannya dan mencari
dengan hati kita, kita harus memperoleh pencerahan dan penerangan Roh
Kudus, dan kita harus memahami kehendak Tuhan dan apa yang Dia
kehendaki dari kita. Hanya dengan membaca firman Tuhan dengan cara ini,
usaha kita akan membuahkan hasil dan kita akan lebih dekat kepada Tuhan.
Ketika membaca firman Tuhan, jika kita hanya melihatnya sepintas lalu tanpa
benar-benar memperhatikan, jika kita hanya berfokus memahami beberapa
huruf tertulis dan doktrin untuk memamerkan diri kita dan tidak menaruh
perhatian pada pemahaman akan makna firman Tuhan yang sebenarnya,
maka seberapa pun banyaknya kita membaca firman-Nya, kita tidak akan
selaras dengan kehendak-Nya, apalagi mampu membangun hubungan yang
normal dengan Tuhan.

Karena itu, ketika membaca firman Tuhan, kita harus menenangkan hati dan
menggunakan hati kita untuk merenungkan mengapa Tuhan mengatakan hal-
hal seperti itu, apakah kehendak Tuhan dan apakah hasil yang ingin dicapai
Tuhan bersama kita dengan mengatakan hal-hal seperti itu. Hanya
merenungkan firman-Nya secara mendalam dengan cara inilah kita dapat
memahami kehendak Tuhan dan menjadi lebih berkenan di hati-Nya, dan
hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi makin normal. Sebagai contoh,
kita melihat bahwa Tuhan Yesus berkata: "Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu, Kecuali engkau dipertobatkan, dan menjadi sama seperti anak
kecil, engkau tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Surga" (Matius 18:3).
Kita semua dapat memahami makna sepintas dari pernyataan ini, bahwa
Tuhan ingin kita menjadi orang jujur. Tetapi hal-hal seperti pentingnya
menjadi orang jujur, mengapa Tuhan mencintai orang jujur dan bagaimana
tepatnya menjadi seorang yang jujur, semua itu adalah persoalan yang harus
kita renungkan secara lebih mendalam. Melalui pembacaan doa dan
perenungan firman Tuhan, kita akan memahami bahwa esensi Tuhan adalah
setia, dan bahwa tidak ada kebohongan atau kecurangan dalam apa pun
yang Tuhan katakan atau lakukan, dan karena itulah Tuhan mengasihi orang
jujur dan membenci orang yang curang. Tuhan menghendaki kita agar
menjadi orang jujur, karena hanya dengan menjadi orang jujur sesuai dengan
tuntutan Tuhan, kita dapat dituntun oleh Tuhan ke dalam kerajaan-Nya. Jadi
bagaimana tepatnya kita menjadi orang jujur? Pertama, kita tidak boleh
berbicara dusta, tetapi kita harus murni dan terbuka serta mengatakan apa
yang ada dalam hati kita; kedua, kita tidak boleh bertindak curang, kita harus
mampu meninggalkan kepentingan kita sendiri, dan tidak menipu Tuhan
maupun manusia; ketiga, tidak boleh ada kecurangan dalam hati kita, tidak
boleh ada motif atau tujuan pribadi dalam tindakan kita, tetapi sebaliknya kita
harus bertindak hanya untuk melakukan kebenaran dan memuaskan Tuhan.
Setelah terang ini dicapai melalui perenungan, kita merenungkan tindakan
dan perilaku kita dan kemudian melihat apakah kita masih memiliki banyak
ungkapan curang: Saat berurusan dengan orang lain, sering kali kita tidak
dapat menghentikan diri kita sendiri untuk tidak berbohong atau menipu demi
melindungi kepentingan, reputasi, dan status kita sendiri. Ketika
mengorbankan diri kita sendiri untuk Tuhan, kita mungkin mengatakan dalam
doa bahwa kita ingin mengasihi Tuhan dan memuaskan-Nya, tetapi ketika
ujian menimpa kita, misalnya anak sakit atau kita sendiri sakit atau anggota
keluarga kehilangan pekerjaan, kita mulai mengeluh kepada Tuhan,
sedemikian rupa sehingga kita ingin menghentikan pekerjaan kita di gereja.
Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa kita mengorbankan diri kita sendiri
untuk Tuhan dengan cara yang cemar, dan dengan cara di mana kita
membuat kesepakatan dengan Tuhan. Kita mengorbankan diri kita untuk
Tuhan agar mendapat keuntungan dari Tuhan, dan tidak semata-mata demi
memuaskan Tuhan. Ini hanya beberapa contoh dari ungkapan kecurangan
kita. Dari ungkapan-ungkapan ini, kita dapat melihat bahwa kita bukanlah
orang yang benar-benar jujur. Setelah melihat dengan jelas kelemahan dan
kekurangan kita sendiri, ketetapan hati pun muncul dalam diri kita untuk haus
akan kebenaran dan kita berusaha melakukan lebih banyak firman Tuhan
dalam hidup kita. Inilah hasil yang dicapai dengan merenungkan firman
Tuhan.

Tentu saja, hasil ini tidak dapat dicapai dengan merenungkan firman Tuhan
satu kali, tetapi dengan merenungkan firman-Nya berkali-kali. Kita juga harus
secara sadar melakukan firman Tuhan setiap kali menghadapi masalah.
Singkatnya, selama kita tanpa henti merenungkan firman Tuhan dengan hati
kita dengan cara ini, maka kita akan dapat memperoleh pencerahan dan
penerangan Roh Kudus. Suatu hari, kita akan mendapatkan terang baru, dan
hari berikutnya kita akan mendapatkan sedikit lebih banyak terang baru dan,
seiring berjalannya waktu, kita akan dapat lebih memahami tentang
kebenaran dalam firman Tuhan, jalan pengamalan akan menjadi lebih jelas,
hidup kita akan mengalami kemajuan secara bertahap, dan hubungan kita
dengan Tuhan akan menjadi makin dekat.
3. Carilah Kebenaran dan Lakukanlah Firman Tuhan dalam Segala Hal

Hal yang paling penting bagi orang Kristen untuk mempertahankan hubungan
yang normal dengan Tuhan adalah dengan mencari kebenaran ketika mereka
menghadapi masalah dan melakukan sesuai dengan firman-Nya. Tetapi
dalam kehidupan, ketika menghadapi masalah, sering kali kita mengandalkan
pengalaman kita sendiri atau menggunakan cara-cara manusia untuk
menanganinya, atau kita menanganinya sesuai dengan pilihan kita sendiri.
Kita sangat jarang menenangkan diri di hadapan Tuhan dan mencari
kebenaran, atau menangani masalah sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini
menyebabkan kita kehilangan banyak kesempatan untuk melakukan
kebenaran, dan kita menjadi makin jauh dari Tuhan. Firman Tuhan berkata:
"Tidak peduli apa yang engkau lakukan, tidak peduli seberapa besar
masalahnya, dan terlepas apakah engkau melakukan tugasmu dalam
keluarga Tuhan atau apakah ini adalah masalah pribadimu, engkau
harus mempertimbangkan apakah masalah ini sesuai dengan kehendak
Tuhan, apakah masalah ini sesuatu yang seharusnya dilakukan
seseorang dengan kemanusiaan, dan apakah yang engkau lakukan akan
membuat Tuhan bahagia atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal
ini. Jika engkau melakukan dengan cara ini, engkau adalah orang yang
mencari kebenaran dan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan"
("Mencari Kehendak Tuhan dan Melakukan Kebenaran Sebisa Mungkin").
"Jika engkau tetap berada di dalam firman-Ku, engkau adalah sungguh-
sungguh murid-Ku" (Yohanes 8:31). Firman Tuhan menunjukkan kepada
kita jalan yang jelas. Apakah kita melakukan pekerjaan di gereja atau
menangani masalah yang kita temui dalam hidup kita, kita harus selalu
mencari kebenaran dan memahami kehendak Tuhan, melihat bagaimana
menangani masalah dengan cara yang memenuhi tuntutan Tuhan,
menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan semua masalah yang
mungkin kita hadapi dan mempertahankan hubungan normal kita dengan
Tuhan.

Ambillah contoh bagaimana kita harus mencari kebenaran ketika memilih


pasangan hidup, misalnya. Ketika mencari pasangan hidup, kita selalu
mengikuti pilihan kita sendiri dan berfokus pada penampilan dan perangai
orang itu, dan kita mencari pria yang jangkung, kaya, dan tampan, atau
wanita berkulit putih, yang kaya dan cantik, percaya bahwa kita hanya akan
memiliki pernikahan yang bahagia jika menikahi seseorang yang seperti itu,
dan bahwa kita akan menjalani kehidupan jasmaniah yang nyaman, tenteram,
dan menyenangkan, dan orang lain akan iri pada kita. Namun, pernahkah kita
bertanya-tanya apakah menemukan pasangan seperti itu bermanfaat bagi
kepercayaan kita kepada Tuhan dan bagi kemajuan hidup kita? Jika
pasangan hidup kita tidak percaya kepada Tuhan dan mereka mencoba
menghentikan kita untuk percaya kepada Tuhan, akan seperti apa hasilnya?
Alkitab berkata: "Janganlah engkau menjadi pasangan yang tidak seimbang
dengan orang-orang yang tidak percaya" (2 Korintus 6:14). Dari sini, kita
dapat melihat bahwa aspirasi orang tak percaya dan orang percaya tidak
berjalan seiring dan tidak cocok satu sama lain. Dalam pendekatan mereka
terhadap iman dan tren sosial, mereka masing-masing akan memiliki
pandangan sendiri dan akan mengejar hal-hal yang berbeda: seorang Kristen
akan punya keinginan untuk mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi
kejahatan, sedangkan orang tidak percaya akan punya keinginan untuk
mengikuti tren jahat dunia. Jika kita dipersatukan dengan orang tidak percaya,
kita tentu akan dipengaruhi oleh mereka, dan kemajuan hidup kita akan
terhambat. Karena itu, ketika memilih pasangan, kita harus
mempertimbangkan kemanusiaan dan karakter orang itu dan
mempertimbangkan apakah bergaul dengan mereka akan menguntungkan
kepercayaan kita kepada Tuhan, apakah kita berdua seia sekata atau tidak,
dan apakah aspirasi kita sesuai. Jika tidak mempertimbangkan hal-hal ini,
tetapi hanya berfokus semata-mata pada penampilan luar orang tersebut dan
situasi keluarga mereka, maka, setelah kita menikah, rasa sakit akan datang
karena kita tidak seia sekata. Jika pasangan hidup kita juga mencoba
memaksa dan menghentikan kita untuk percaya kepada Tuhan, ini akan
menghancurkan kehidupan rohani kita lebih jauh. Karena itu dapat dilihat
bahwa, tidak peduli masalah apa yang mungkin kita temui dalam hidup kita,
hanya dengan mencari kebenaran, memahami kehendak Tuhan dan
bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, kita dapat hidup di bawah
pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, dan hanya dengan cara itulah kita
dapat memelihara hubungan normal kita dengan Tuhan.
4. Datanglah di hadapan Tuhan dan Refleksikan Diri Sendiri Setiap Hari,
dan Peliharalah Hubungan Baikmu dengan Tuhan

Tuhan Yahweh berkata: "Pertimbangkanlah cara hidupmu" (Hagai 1:7).


Dari firman Tuhan, kita dapat melihat bahwa merefleksikan diri sendiri sangat
diperlukan untuk jalan masuk kehidupan kita! Melalui refleksi, kita dapat
melihat bahwa kita memiliki begitu banyak kekurangan dan bahwa kita terlalu
jauh dari kriteria yang dituntut Tuhan. Karena itu motivasi untuk mengejar
kebenaran muncul dalam diri kita, kita bertekad untuk meninggalkan daging
dan berupaya yang terbaik untuk melakukan sesuai dengan firman Tuhan.
Dengan cara ini, kita berhati-hati untuk bertindak sesuai dengan tuntutan
Tuhan dalam pengalaman praktis kita, kita melakukan firman Tuhan, dan
hubungan kita dengan Tuhan menjadi makin normal. Sebagai contoh, orang-
orang di antara kita yang melayani sebagai para pemimpin di gereja melihat
bahwa dikatakan di dalam Alkitab: "Gembalakanlah kawanan domba Tuhan
yang ada di antaramu, awasilah mereka, bukan dengan paksaan, tetapi
dengan rela; bukan demi mencari untung, tetapi dengan kesediaanmu; Bukan
sebagai penguasa atas warisan Tuhan, tetapi menjadi teladan bagi kawanan
domba itu" (1 Petrus 5:2–3). Karena itu, hendaknya kita melakukan refleksi
diri ketika sedang menggembalakan saudara-saudari kita, dan bertanya pada
diri sendiri: apakah kita berhati-hati untuk bersaksi tentang firman Tuhan dan
kehendak-Nya, dan memimpin saudara-saudari kita di hadapan Tuhan,
ataukah kita mengatakan hal-hal yang terdengar muluk dan sia-sia ketika
menyampaikan khotbah untuk pamer, dan memberitakan huruf-huruf tertulis
dan doktrin untuk membuat saudara-saudari memuja dan mengagumi kita?
Ketika saudara-saudari memberi saran yang masuk akal bagi kita, apakah
kita merefleksikan masalah kita sendiri ataukah kita menolak menerima saran
mereka, sampai-sampai kita bahkan berdalih dan berusaha membela diri kita
sendiri? Melalui refleksi diri, kita dapat melihat bahwa masih ada banyak area
dalam pelayanan kita kepada Tuhan di mana kita memberontak, dan bahwa
kita masih memiliki banyak watak rusak yang mengharuskan kita untuk tetap
terus-menerus mencari kebenaran agar semua masalah itu dapat
terselesaikan. Dengan cara ini, kita dapat berperilaku rendah hati, lebih
mencari kehendak Tuhan dalam pekerjaan kita, dan kita dapat memimpin
saudara-saudari kita sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika kita tidak dapat
sering datang di hadapan Tuhan dan merefleksikan diri kita sendiri, kita akan
gagal mengenali kerusakan dan kekurangan kita sendiri dan tetap
menganggap bahwa diri kita adalah orang-orang yang mengejar kebenaran.
Karena itu kita akan puas dengan berdiam diri dan menolak untuk mencapai
kemajuan lebih lanjut, dan kita akan menjadi lebih congkak dan merasa benar
sendiri, memercayai bahwa diri kita berkenan di hati Tuhan. Namun
kenyataannya, tindakan dan perilaku kita tidak akan dapat diterima oleh
Tuhan, dan Tuhan akan membenci kita. Karena itu dapat dilihat bahwa sering
terlibat dalam refleksi diri sangatlah penting dan bahwa pengamalan
kebenaran seseorang dibangun di atas dasar mengenal dirinya sendiri. Hanya
dengan memiliki pengetahuan yang benar tentang kerusakan dan
kekurangannya sendirilah seseorang dapat menyesal kemudian bangkit, lalu
dia akan mau mengejar kebenaran dan melakukan firman Tuhan. Refleksi diri
sangat bermanfaat bagi perkembangan hidup kita, dan itulah kunci yang tidak
bisa kita abaikan untuk mendekat kepada Tuhan.

Ada banyak cara untuk merefleksikan diri kita sendiri: kita dapat
merefleksikan diri kita sendiri dalam terang firman Tuhan; kita dapat
merefleksikan diri kita sendiri dalam kesalahan yang kita buat dalam
kehidupan sehari-hari; Ketika orang lain menunjukkan kelemahan dan
kerusakan kita, itu bahkan merupakan kesempatan yang sangat baik untuk
merefleksikan diri kita sendiri; selain itu, ketika kita melihat kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita, kita juga dapat merefleksikan diri
kita sendiri, menganggap kesalahan mereka sebagai peringatan, memetik
pelajaran dan diuntungkan oleh semua pelajaran itu, dan lain sebagainya.
Refleksi diri tidak terbatas pada siang atau malam hari. Kapan saja dan di
mana saja, kita dapat berdoa kepada Tuhan di dalam hati kita, merenungkan
dan mengetahui kerusakan kita sendiri, serta dapat mencari kehendak dan
tuntutan Tuhan dalam firman-Nya, lalu bertobat pada waktunya. Namun,
sebelum kita pergi tidur setiap malam, kita harus merenungkan dan
merangkum semua yang kita lakukan hari itu, dan kita akan dapat memiliki
pemahaman yang lebih jelas tentang keadaan kita dan mengetahui hal-hal
apa yang belum kita perbaiki. Begitu kita mulai melakukan ini, pengejaran kita
akan lebih terarah dan akan lebih bermanfaat untuk membangun hubungan
yang normal dengan Tuhan.

Saudara-saudari, keempat poin di atas adalah jalan pengamalan bagi kita


untuk mendekat kepada Tuhan. Selama kita melakukan poin-poin ini, maka
hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi lebih dekat, kita akan memiliki
jalan pengamalan dengan masalah-masalah yang kita hadapi, dan Tuhan
akan memberikan kita damai sejahtera dan sukacita dan akan memungkinkan
kita untuk hidup dalam berkat-berkat-Nya. Jadi, mengapa kita tidak mulai
sekarang?

Anda mungkin juga menyukai