Anda di halaman 1dari 42

E-Learning Volunteer

by Indonesia Volunteering Hub


www.idvolunteering.id

Modul Kebencanaan
Disusun oleh :
Tika Savitri Pandanwangi S.Si, M.Si (Han), dkk.
Ketua Bidang Penanggulangan Bencana
Rumah Millennials
ORGANISASI

• Ketua Bidang Penanggulangan Bencana Rumah Millennials


• Anggota MPBI, U-inspire Indonesia, dan PREDIKT

PENDIDIKAN FORMAL

• SMA Labschool Rawamangun


• S1 Mass Communications - The London School of Public Relations (LSPR) Jakarta
• S2 Disaster Management for National Security (Manajemen Bencana) - Universitas Pertahanan (UNHAN)

KONTAK tika.savitri@gmail.com
@princesstika
TIM PENYUSUN MODUL TAMBAHAN

 Standar Layanan Kemanusiaan


Yusra Tebe, SH, MA (Team PREDIKT)

 Manajemen Bencana
Muhammad Reperiza Furqon, ST, MT (Program Manager PREDIKT)

 Konsep & Implementasi Pengurangan Risiko Bencana


Intani Nur Kusuma, S.IP, M.ICM (Founder Keenfluence dan Senior Officer Disaster Management &
Humanitarian Assistance ASEAN Secretariat)

 Peran Relawan dalam Respon Bencana


Avianto Amri, Ph.D (Founder & CEO PREDIKT)
Manajemen Tanggap Darurat
SIKLUS MANAJEMEN PENANGANAN BENCANA

Kemampuan untuk secara cepat,


cerdas, dan tepat mengambil
keputusan dan melangkah dengan
keputusan tersebut untuk mengatasi
bencana dan menghadapi berbagai
macam krisis.

SIKLUS
MANAJEMAN
PENANGANAN
BENCANA Responsif terhadap perubahan,
mampu beradaptasi, dan
memanfaatkan peluang secara
optimal
Tahap pemulihan merupakan saat
untuk melenting kembali, meloncat
menuju ke level ketangguhan yang
lebih tinggi.
KAPAN MASA DARURAT?

Aman
Peringatan

MASA DARURAT

Bencana

Tanggap Darurat
Normal Waspada Siaga Awas
Perbaikan Darurat
Pemulihan
Kerangka Kebijakan

 Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


(Peraturan Pemerintah No. 21/ 2008) memberikan rincian dan penjelasan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang berkaitan
dengan penanggulangan bencana.
 Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 memberikan gambaran menyeluruh tentang pembiayaan dan pengelolaan bantuan
bencana, termasuk pengawasan, pelaporan, dan akuntabilitas.
 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 dan Peraturan Kepala BNPB No. 22 Tahun 2010 mengatur tentang penggunaan dan
integrasi organisasi internasional dan organisasi non-pemerintah selama tanggap bencana. Peraturan ini memberikan penjelasan
bagaimana para stakeholders bekerja sama dalam lingkup tanggapan secara nasional, pernyataan kebutuhan awal serta kemudahan
bagi bantuan internasional ketika diperlukan untuk suatu penanganan darurat.
 Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2018: Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dalam Keadaan Tertentu bisa dilaksanakan
setelah disetujui lewat rapat yang melibatkan kementerian/ lembaga yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator yang
membidangi koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Keadaan tertentu yang dimaksud harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
I. adanya potensi bencana dengan tingkat ancaman maksimum; dan
II. telah terjadi evakuasi/ penyelamatan/ pengungsian atau gangguan fungsi pelayanan umum
yang berdampak luas terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Kerangka Kebijakan

 Peraturan Presiden No. 17 Tahun 2018: Penentuan status Keadaan Darurat Bencana ditetapkan oleh masing-masing tingkat
pemerintahan. Untuk tingkat nasional ditetapkan oleh presiden, tingkat daerah provinsi oleh gubernur, dan tingkat daerah
kabupaten/ kota oleh bupati/ walikota sesuai dengan dampak dari kejadian bencana tersebut.
ARAHAN
PRESIDEN RI
tentang Penanggulangan
Bencana
SISTEM & MANAJEMEN TANGGAP
DARURAT DI INDONESIA
KEADAAN DARURAT

Situasi/ kondisi keterancaman kehidupan atau kesejahteraan individu manusia atau masyarakat, dan apabila tidak
dilakukan tindakan yang tepat dan segera, sekaligus menuntut tanggapan dan cara penanganan yang luar biasa
(di luar prosedur rutin/ standar) akan dapat menimbulkan bencana.

DEFINISI MANAJEMEN KEDARURATAN


• Seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan kedaruratan, pada menjelang, saat,
Dan sesudah terjadi keadaan darurat.
• Manajemen kedaruratan ini mencakup:
-Kesiapsiagaan darurat
-Tanggap darurat
-Pemulihan darurat
TUJUAN MANAJEMEN
KEDARURATAN

• Mengurangi jumlah korban


• Meringankan penderitaan
• Stabilisasi kondisi korban/ pengungsi
• Mengamankan aset
• Memulihkan fasilitas kunci
• Mencegah kerusakan lebih jauh
• Menyediakan pelayanan dasar dalam penanganan pascadarurat
• Meringankan beban masyarakat setempat
Manajemen Tanggap Darurat memerlukan 3C:
MANAJEMEN & • Command (komando)
• Control (pengendalian)
KOORDINASI • Coordination (koordinasi)
Coordination (koordinasi)
MANAJEMEN & Bentuk kegiatan:

KOORDINASI • Mendirikan POSKO


• Membuat Tim Reaksi Cepat
TANGGAP DARURAT BENCANA
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar
perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana.
(UU 24/ 2007 pasal 1 butir 10)
Fase Manajemen Bencana & Peran BNPB

Disaster Management

Activity Disaster Risk


Reduction

Mitigation
Emergency Recovery
Preparedness Response (REHAB-RECON)

Phase Pre-Disaster During Disaster Post-Disaster

Coordination Command Coordination


Function
Implementer
MEKANISME PENANGANAN
DARURAT

• Koordinasi awal;
• Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap:
• lokasi,
• kerusakan, dan
• sumber daya tersedia;
• Penentuan status keadaan darurat bencana;
• Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana;
• Pemenuhan kebutuhan dasar;
• Perlindungan terhadap kelompok rentan;
• Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
KOORDINASI AWAL
• UNTUK MENENTUKAN RENCANA PENGIRIMAN TIM KAJI CEPAT
• PERSIAPAN RENCANA PENGERAHAN SUMBER DAYA
PENGKAJIAN CEPAT & TEPAT
PP 21/ 2008 pasal 22
TUJUAN : Menentukan kebutuhan dan tindakan yang tepat

KENDALA MENUGASKAN TIM KAJI CEPAT


BNPB MENGIDENTIFIKASI :
BPBD
CAKUPAN LOKASI
JUMLAH KORBAN
KERUSAKAN PRASARANA
DAN SARANA
GANGGUAN LAYANAN
UMUM DAN PEMERINTAH
KETERSEDIAAN/
KEMAMPUAN
SUMBER DAYA
PENETAPAN STATUS DARURAT
PELAKSANA
Pemerintah atau Pemerintah Daerah (sesuai skala bencana)

Skala Nasional PRESIDEN

Skala Provinsi GUBERNUR

Skala Kabupaten/ Kota BUPATI/ WALIKOTA

MEMPUNYAI KEMUDAHAN AKSES


Saat status keadaan darurat
bencana ditetapkan, KEPALA BNPB
dan BPBD MEMBENTUK KOMANDO
PENANGANAN DARURAT
Kemudahan Akses

a. Pengerahan Sumber Daya Manusia

b. Pengerahan Peralatan PP No. 21 pasal 25-31

c. Pengerahan Logistik

d. Imigrasi, Cukai, dan Karantina PP No. 21 pasal 32-36

e. Perizinan PP No. 21 pasal 38

f. Pengadaan Barang/ Jasa PP No. 21 pasal 39-41

g. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban


PP No. 21 pasal 42-45
Uang dan/ atau Barang

h. Penyelamatan PP No. 21 pasal 46


i. Komando untuk Memerintahkan Sektor/
PP No. 21 pasal 47-50
Lembaga
MANAJEMEN PENANGGULANGAN
BENCANA SAAT TANGGAP DARURAT
UU No. 24 Tahun 2007 pasal 52
PENYELAMATAN & EVAKUASI (SAR)
PP No. 21 Tahun 2008 pasal 51

KOMANDAN
PENANGANAN KEGIATAN
DARURAT Pencarian & penyelamatan
KOMANDO Pertolongan darurat
prioritas pada korban luka parah &
TRC kelompok rentan
Evakuasi korban
PERAN SERTA

MASYARAKAT Dilakukan identifikasi & pemakaman


untuk korban meninggal
MANAJEMEN PENANGGULANGAN
BENCANA SAAT TANGGAP DARURAT
UU No. 24 Tahun 2007 pasal 53
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
PP No. 21 Tahun 2008 pasal 52

PELAKU
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Lembaga Usaha,
Lembaga Internasional/ Lembaga Asing Non Pemerintah

AIR BERSIH & SANITASI PELAYANAN PSIKOSOSIAL PELAYANAN KESEHATAN PANGAN & SANDANG PENAMPUNGAN & HUNIAN
MANAJEMEN PENANGGULANGAN
BENCANA SAAT TANGGAP DARURAT
UU No. 24 Tahun 2007 pasal 55
PERLINDUNGAN KELOMPOK RENTAN
PP No. 21 Tahun 2008 pasal 53

PELAKSANA
Instansi/ lembaga terkait

PENDAMPINGAN/ KOORDINATOR
FASILITASI Kepala BNPB/ BPBD

Prioritas : KELOMPOK RENTAN:


- Penyelamatan
- Bayi, balita, dan anak-anak
- Evakuasi
- Pengamanan - Ibu mengandung atau
- Pelayanan menyusui
kesehatan - Orang berkebutuhan khusus
- Psikososial - Lanjut usia (manula)
MANAJEMEN PENANGGULANGAN
BENCANA SAAT TANGGAP DARURAT
UU No. 24 Tahun 2007 pasal 56
PEMULIHAN PRASARANA & SARANA
PP No. 21 Tahun 2008 pasal 54

PEMULIHAN FUNGSI PRASARANA DAN SARANA VITAL DILAKUKAN DENGAN MEMPERBAIKI DAN/ ATAU
MENGGANTI KERUSAKAN AKIBAT BENCANA

(1) Agar berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera


PP No. 21 pasal 54: (2) Dilaksanakan oleh instansi/ lembaga terkait,
dikoordinasikan oleh Kepala BNPB dan/ atau Kepala BPBD
sesuai kewenangannya
PELIBATAN SEKTOR SAAT TANGGAP DARURAT

A. Sektor Sosial Distribusi kebutuhan dasar

B. Sektor Kesehatan Pengerahan sumber daya kesehatan, pelayanan kesehatan

C. Sektor Pekerjaan Umum Air bersih & sanitasi, huntara, alat berat

D. Sektor Perhubungan Pengerahan alat & sarana transportasi

E. Sektor ESDM BBM, kelistrikan, alat berat

F. Sektor Dalam Negeri Koordinasi lintas sektor dalam negeri

G. Palang Merah Indonesia SAR, pelayanan kesehatan, ambulance, RS lapangan

H. Tentara Nasional Indonesia SAR, distribusi logistik, pelayanan kesehatan, pembersihan, pengamanan lokasi

I. Polisi Republik Indonesia Dukungan SAR, distribusi logistik, pengamanan lokasi

J. Sektor SAR SAR & evakuasi


K. Sektor Luar Negeri Imigrasi, cukai, karantina, perijinan bantuan asing

L. Sektor Kehutanan Pemadaman kebakaran hutan

M. Sektor Teknologi Teknologi modifikasi cuaca (Karhutla)


PENANGANAN DARURAT
(UU 24/ 2007, pasal 48)

• Pengkajian cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
• Penentuan status keadaan darurat bencana
• Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana
• Pemenuhan kebutuhan dasar
• Perlindungan terhadap kelompok rentan
• Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
Pada setiap kejadian bencana, pemerintah menetapkan
komandan penanganan darurat sesuai dengan tingkatannya

SISTEM KOMANDO Komandan penanganan darurat bertanggung jawab pada


satu kejadian bencana dan bertanggung jawab langsung
PENANGANAN kepada bupati/ walikota/ gubernur/ presiden sesuai dengan
DARURAT tingkatan bencana

Satu Komandan, Satu Komando, Satu Rencana,


Satu Manajemen Darurat
KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA

TAHAPAN PEMBENTUKAN
Penugasan Pembentukan
TRC KTD)

1 2 3 4
Informasi Penetapan Status
Kejadian Awal Keadaan Darurat
• Back up plan (Plan B)
KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA –
TAHAPAN PEMBENTUKAN

INFORMASI AWAL KEJADIAN


INFORMASI AWAL KEJADIAN
Apa (jenis bencana) SUMBER INFORMASI
Bilamana (waktu kejadian bencana) Pelaporan, media massa,
Di mana (lokasi kejadian bencana) instansi/ lembaga terkait,
masyarakat, internet, dan
Berapa (besaran dampak kejadian bencana) informasi lain yang dapat
Penyebab (penyebab kejadian bencana) dipercaya
Bagaimana (upaya penanganan)

BNPB/ BPBD
Melakukan klarifikasi
KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA –
TAHAPAN PEMBENTUKAN

PENUGASAN TIM REAKSI CEPAT (TRC)

PENUGASAN TRC BNPB/ BPBD


INFORMASI AWAL Melaksanakan tugas pengkajian bencana dan HASIL KAJI CEPAT DAN
dampaknya secara cepat dan tepat, serta MASUKAN INSTANSI/
KEJADIAN pendampingan dalam rangka penanganan LEMBAGA TERKAIT
darurat bencana

Merupakan bahan PENETAPAN STATUS/


pertimbangan bagi: TINGKAT BENCANA
Ka. BPBD Kab/ Kota Usulan kepada Bupati/ Walikota
Ka. BPBD Provinsi Usulan kepada Gubernur
Ka. BNPB Usulan kepada Presiden RI
KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA –
TAHAPAN PEMBENTUKAN

PENETAPAN STATUS/ TINGKAT BENCANA


USULAN PENETAPAN STATUS/ TINGKAT BENCANA
STATUS/ TINGKAT BENCANA
Skala Kabupaten/ Kota

Skala Provinsi
BUPATI/WALIKOTA
Skala Nasional
GUBERNUR

PRESIDEN
KEPALA BNPB/ BPBD
sesuai kewenangannya
Menunjuk pejabat sebagai
Komandan Penanganan Darurat
Bencana
KOMANDO TANGGAP DARURAT BENCANA –
TAHAPAN PEMBENTUKAN
PEMBENTUKAN KOMANDO
TANGGAP DARURAT (KTD) BENCANA

Mengeluarkan SK Pembentukan
Komando Tanggap Darurat Bencana

KEPALA BNPB/ BPBD Mobilisasi sumber daya manusia,


Sesuai status/ tingkatan peralatan, logistik, dan dana dari
bencana dan instansi/ lembaga terkait dan/ atau
kewenangannya masyarakat

Meresmikan pembentukan
Komando Tanggap Darurat Bencana
TIM/ UNIT YANG BERGERAK
MENANGANI BENCANA
Tim Reaksi Cepat
(Rapid Response Team)

 Tim Reaksi Cepat (TRC) merujuk pada tim yang ditugaskan oleh Kepala BNPB/ BPBD sejalan dengan otoritas mereka untuk
melakukan kaji cepat suatu kejadian bencana dan dampaknya serta memberikan dukungan dalam penanganan darurat
bencana.
 Peraturan Presiden 10/ 2010 mewajibkan TRC militer untuk melakukan kajian dan respons. Ada rantai komando yang jelas
dalam unsur militer di unit ini yang ada di bawah otoritas BNPB/ BPBD selama penanganan darurat bencana. Kementerian
PUPR bisa mengirimkan TRC mereka sendiri atau bergabung dengan TRC yang ada.
 TRC mempunyai tugas utama untuk melakukan kajian tepat dan cepat pada lokasi bencana. Hal ini termasuk kebutuhan
untuk mengidentifikasi luasnya daerah bencana, jumlah korban, kerusakan pada prasarana dan sarana, gangguan terhadap
layanan publik dan fungsi pemerintahan, dan dampak pada sumber daya alam.
 Fungsi TRC:
a. Melaksanakan kajian awal segera sesudah suatu bencana, sewaktu penanganan darurat bencana
b. Membantu BPBD Provinsi/ Kabupaten/ Kota untuk:
• Mengaktifkan pos-pos yang diperlukan
• Merampingkan koordinasi dengan semua sektor yang terlibat dalam penanggulangan bencana
• Memberikan saran yang sesuai untuk membantu usaha-usaha penanggulangan bencana
c. Melaporkan hasil kajian atau kegiatan kepada Kepala BNPB dan mengkopi BPBD setempat dengan:
• Memberikan laporan awal setelah sampai di lokasi bencana
• Mengeluarkan laporan kemajuan/ berkala (harian dan khusus/ luar biasa)
• Memberikan laporan penuh di akhir penugasan
Satuan Reaksi Cepat -
Penanggulangan Bencana (SRC-PB)

• SRC-PB (Satuan Reaksi Cepat - Penanggulangan Bencana) adalah suatu unit yang didirikan pada tingkat
nasional untuk bisa segera ditugaskan melakukan penanganan darurat bencana. Pembangunan kapasitas
dan mobilisasi SRC-PB langsung berada di bawah BNPB dan TNI.
• Terdiri dari berbagai institusi/ lembaga yang dimobilisir untuk bertindak awal dalam kegiatan
penanganan bencana secara cepat dan komprehensif.
• Tiap unit mempunyai 3x75 personil = 225 personil (termasuk PMI, Tagana, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan, BNPP/ BASARNAS, Kementerian Kesehatan, dan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat
[PPRC]) dari TNI yang bermarkas di Divisi I di Jakarta dan Divisi II di Malang, Jawa Timur.
• Pengembangan kemampuan dan mobilisasi dari SRC-PB berada di bawah langsung BNPB dan Mabes TNI.
PRINSIP-PRINSIP UTAMA DARI
SRC-PB ADALAH:
Kecepatan
Penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepat untuk memastikan kesempatan terbaik dalam
menyelamatkan jiwa.
Keluwesan
SRC-PB harus memberikan pelayanan yang konsisten, luwes, dan mudah diadaptasi terhadap kondisi
yang ada dalam mengelola bencana, dengan tidak memandang sebab, skala, lokasi dan kompleksitas dari
bencana.
Akuntabilitas
Setiap tindakan yang dilakukan oleh SRC-PB dilakukan secara terbuka dan akuntabel, baik secara etis
maupun legal.
TUGAS SRC-PB

Melakukan tindakan awal pada fase Tanggap Darurat yang meliputi:


• Pengkajian kerusakan dan kebutuhan secara cepat
• Pengendalian situasi darurat bencana termasuk pembuka jalan (debottle necking)
• Pencarian, penyelamatan, dan evakuasi
• Pelayanan kesehatan, pengungsian, dan hunian sementara
• Penyaluran logistik dari titik penerimaan hingga ke sasaran
• Pemulihan segera fungsi prasarana dan sarana vital
• Pengaturan bantuan dan relawan dalam dan luar negeri
• Mengkoordinasikan dukungan pusat sesuai tugas reguler K/L

Dalam melaksanakan tugasnya, SRC-PB selalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah.

Tugas Tambahan SRC-PB:


Melakukan pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan SDM daerah dalam PB.
STRUKTUR
ORGANISASI
SRC-PB
Youth Volunteer dalam
Tanggap Darurat
 Youth volunteer dapat mepunyai peran dalam
penanggulangan bencana (tanggap darurat) di bidang
pemanfaatan teknologi informasi, inovasi, dan sains.
 Aktivitas organisasi kepemudaan mampu menjadi aset
untuk perluasan informasi terkait bencana. Contoh:
Penyebarluasan informasi kepada masyarakat, sekolah,
atau pun komunitas pemuda lainnya dengan
memanfaatkan sosial media dan media elektronik,
seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp,
YouTube, TikTok, dll.
 Pelibatan menjadi relawan yang turut membantu dalam
proses evakuasi, mengelola bantuan yang datang dari
pemerintah maupun non-pemerintah, dan mendata
warga yang mengungsi.
• Setiap relawan yang bergerak dalam penanggulangan
bencana harus berbekal keahlian atau keterampilan
tertentu, khususnya pada masa tanggap darurat.
"Relawan harus • Pada Seminar Latihan Gabungan dan Jambore Nasional
Relawan Muhammadiyah di Bantul - Yogyakarta, Mantan
mengenali keahlian Kepala BNPB - Syamsul Maarif, mencontohkan kepada para
relawan mengenai adanya cluster-cluster pada masa tanggap
dan keterampilannya darurat, seperti psikososial, kesehatan, dan sebagainya.
• BNPB telah memiliki Peraturan Kepala (Perka) yang
sesuai dengan cluster menyebutkan bahwa pada saat masa tanggap darurat akan
pada masa tanggap ada tiga posko, yaitu posko kabupaten sebagai posko utama,
posko BNPB sebagai posko pendamping, dan posko khusus
darurat.” untuk relawan. Oleh karena itu, apabila ada bencana,
relawan dapat melaporkan pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) setempat dan memberitahukan
tentang keahlian mereka sehingga dapat bergabung pada
cluster yang ada.

Source: https://www.bnpb.go.id/berita/relawan-harus-berbekal-keahlian-dan-keterampilan-
E-Learning Volunteer
by Indonesia Volunteering Hub
www.idvolunteering.id

Disunting oleh : Putri Agustina, S.Pd Desain dan Tata Letak oleh : Beatrice Jasmine
@pu3agustina @juliaalyssaa

Anda mungkin juga menyukai