Anda di halaman 1dari 9

ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika

Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54


http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

Isotermal Remanent Magnetisation


Wawan Purnama
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
Jalan Dr. Setiabudhi nomor 229 Bandung 40154
e-mail: wawanpurnama@gmail.com

Abstrak— Pengukuran IRM bertujuan untuk pemberian medan selesai dilakukan, kemudian
mendapatkan keadaan saturasi sampel yang ukur lagi IRMnya dengan prosedur yang sama
sedang diuji. Pengukuran ini dilakukan dengan seperti sebelumnya sampai mendapatkan
meletakan sampel yang sudah selesai saturasi sampel yang sedang di uji. Biasanya
didemagnetisasi berada ditengah kutub magnet, jumlah step yang diperlukan untuk saturasi
kemudian diberikan medan yang dihasilkan oleh antara 11-15 step atau mungkin juga kurang
elektromagnetik Weiss dengan arus listrik yang dari itu. Sampel yang akan diukur IRMnya ini
dapat diterima sebesar 16 A dengan tegangan diambil satu dari setiap site dengan
power supply 120 V DC serta tahanan listrik 6,6 mempertimbangkan bahwa sampel tersebut
Ohm. Untuk mendapatkan medan magnet yang peluruhan intensitasnya lambat, karakterisasi
kuat, tentu saja diperlukan arus listrik yang deklinasi, inklinasi dan 95 yang cukup
besar dan untuk menjaga efek panas yang signifikan dan tidak berbeda jauh dengan nilai
ditimbulkan dari arus yang besar tadi maka karakterisasi lainnya.
elektromagnet Weiss didinginkan dengan air
yang dialirkan melalui pipa pendingin dengan Keywords— isothermal, remanen, magnetisasi.
pompa.Kuat medan yang ditimbulkan oleh
elektromagnet Weiss, selain bergantung pada Abstract— Measurement IRM aims to get the
arus juga bergantung pada jarak kutub-kutub saturation state of the sample being tested. This
magnetnya. Hasil pengukuran yang didapat measurement is done by placing a sample of the
semestinya menunjukan hubungan yang linier finished didemagnetisasi in center of magnetic
antara medan magnet dengan arus listrik poles, then given electromagnetic field generated
melalui hubungan M= ai + b dimana M by electric currents Weiss with an acceptable rate
menyatakan besarnya medan magnet dalam of 16 A with voltage of 120 V DC Power Supply
kumparan elektomagnet Weiss, i menyatakan and electrical resistance 6,6 Ohm. To obtain a
besarnya kuat arus dalam Ampere sedangkan a strong magnetic field, of course, required large
dan b adalah angka hasil pengukuran yang electrical currents and to keep the heat effect
didapat yakni a=80,26 dan b=12,03. Pengukuran resulting from large currents Weiss electromagnet
IRM dilakukan dengan alat Minispin was then cooled with water that flowed through the
Magnetometer dengan prosedur yang sama cooling pipe with pompa.Kuat electromagnetic
seperti pada pengukuran NRM, catat besarnya field generated by Weiss, in addition to relying the
intensitas magnetisasi yang ditunjukan sebagai flow is also dependent on the distance of the
akibat induksi dari medan magnet oleh magnetic poles. The measurement results obtained
elektromagnetik Weiss, kemudian naikkan should show a linear relationship between the
medan yang diberikan dengan cara mengatur magnetic field with an electric current through the
posisi switch ke posisi ke-2 kemudian catat besar relationship M = ai + b where M states in the
kuat arus yang ditimbulkannya. Setelah magnitude of the magnetic field coil elektomagnet

46
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

Weiss, i declare a strong magnitude of the current  Diamagnetik, sifat material ini sangat
in Amperes, while a and b is the number of lemah kemagnetannya jika dibandingkan
measurement results obtained ie a = b = 80.26 and dengan ferromagnetik dan sesungguhnya
12.03. IRM measurements performed by means of material ini tidak bergantung pada
Minispin Magnetometers with the same procedure temperatur. Logam-logam yang memiliki
as in the measurement of NRM, note the sifat diamagnetik diantaranya : Tembaga
magnitude of the intensity of magnetization is (Cu), Emas (Au), Perak (Ag) dan Timah
shown as a result of the magnetic field induced by (Pt).
electromagnetic Weiss, then raise the terrain is
given by way of adjusting the position switch to  Paramagnetik, sifat material ini dapat
position 2 and note the large strong currents memperoleh magnetisasi hanya dari
caused. After administering field is done, then induksi oleh medan magnet eksternal.
measure again IRMnya with the same procedure Magnetisasinya memiliki arah yang sama
as before to obtain saturation of the sample being dengan medan magnet induksi.
tested. Usually the number of steps required for
saturation between 11-15 step or maybe less.  Ferromagnetik, sifat material yang
IRMnya sample to be measured is taken one from ditandai dengan adanya magnetisme
each site by considering that the sample is slow spontan walaupun tidak ada medan
decay of its intensity, the characterization of 95 magnet dinamakan ferromagnetik, tetapi
which is quite significant and doesdeclination, jika bahan ferromagnetik dipanaskan
inclination and not vary much with the other sampai diatas temperatus kritis
characterization. kemampuan untuk memiliki medan
Keywords: web page interface, current, voltage, magnetik permanennya hilang. Saturasi
apparent power, realtime chart magnetisasi akan menurun akibat naiknya
temperatur dan menjadi nol pada
I.PENDAHULUAN temperatur curie (TC) yang merupakan
karakteristik dari material ferromagnetik
Pengukuran remanen magnetic bertujuan
(580oC untuk magnetite dan 680oC untuk
untuk mendapatkan keadaan saturasi sampel
hematite). Ferromagnetik yang diatas
yang sedang diuji. Pengukuran ini dilakukan
temperatur currienya bersifat
dengan meletakan sampel yang sudah selesai
paramagnetik dinamakan ferrimagnetik.
didemagnetisasi berada ditengah kutub magnet, Magnetite adalah contoh ferrimagnetik
kemudian diberikan medan yang dihasilkan oleh
yang paling populer, sedangkan
elektromagnetik Weiss dengan arus listrik yang
ferromagnetik yang mempunyai pola
dapat diterima sebesar 16 A dengan tegangan
momen magnetik yang anti paralel
Power Supply 120 V DC serta tahanan listrik dibawah temperatur kritis (temperatur
6,6. Neel) dinamakan anti ferromagnetik [1],
Untuk mendapatkan medan magnet yang [14]
kuat, diperlukan arus listrik yang besar dan Mineral magnetik dapat dikenal dari sifat
untuk menjaga efek panas yang ditimbulkan dari magnetik remanen yang dikandung dalam
arus yang besar tadi maka elektromagnet Weiss batuan, sedangkan pembawa sifat remanen pada
didinginkan dengan air yang dialirkan melalui batuan dapat di bedakan melalui kandungan
pipa pendingin dengan pompa. Kuat medan oksida besi titanium (FeTi) yang dimiliki oleh
yang ditimbulkan oleh electromagnet. mineral batuan tersebut. Berdasarkan kandungan
oksida besi titanium dalam mineral magnetik
A. Material Dan Mineral Magnetik maka mineral tersebut dapat di kategorikan ke
Berdasarkan jenis dan jumlah relatif mineral- dalam:
mineral ferromagnetiknya serta sifat dari
material magnetiknya, material magnetik dapat  Deret Titanomagnetite, terdiri dari larutan
ditinjau dalam tiga grup utama yaitu : padat atau komposisi yang berbeda dari
bahan (Fe3O4) magnetite dan (Fe2TiO4)

47
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

ulvospinel. Rumus kimia secara umum magnetite. Pada temperatur 1400C


dari titanomagnetite adalah Fe3-xTixO4 haematite merupakan antiferromagnetik
dengan x=0,0 untuk magnetite dan x=1,0 dan titik Currienya 680C.
untuk ulvospinel. Karakter khusus
magnetite (Fe3O4) merupakan mineral  Oksihidroksida Besi, merupakan bahan
berteksturr kubus, warna gelap dan anti ferromagnetik dengan temperatur
memiliki sifat magnetik yang kuat dengan Neel 120C, tetapi secara umum yang
saturasi magnetisasi yang beragam kecuali berada di alam bersifat ferromagnetik
besi. Suseptibilitas intrinsik dari yang lemah. Oksihidroksida besi yang
magnetite sangat tinggi, tetapi terpenting adalah geothite [2].
suseptibilitas asal yang efektif dari Untuk menunjukan komposisi dari keluarga
sekumpulan butiran yang tidak oksida besi titanium tersebut dapat di lihat pada
berinteraksi dipengaruhi oleh faktor ternary diagram berikut ini:
demagnetisasinya [1]. Magnetite TiO2
mengalami perubahan struktural dari
kubus ke orthorombik pada temperatur –
145oC sampai dengan –155oC. Ulvospinel
merupakan anggota terakhir dari FeTi2O5
titanomagnetite yang bersifat
ferrimagnetik lemah dengan temperatur FeTiO3
Neel 120 K. Pada temperatur ruang, T it
Fe2TiO4 ano Fe2TiO5
ulvospinel merupakan paramagnetik dan h em
atit
T it
dapat mengoksidasi ilmenite dan ano
magn
e

magnetite. et i te

 Deret Titanohaematite, terdiri dari dua


FeO Fe3O4 Fe2O3
anggota terakhir yaitu haematite (-
Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) dengan Gambar 1. Ternary diagram oksida besi titanium
perbandingan berbeda-beda yang sifat-
sifatnya bervariasi sesuai komposisinya.
B. Batuan Beku
Titanohaematite pada umumnya
merupakan mineral yang tak tembus Batuan beku merupakan kumpulan mineral-
cahaya yang memiliki rumus umum Fe2- mineral dari magma yang mengkristal,
xTixO3, x=0,0 untuk haematite dan x=1,0 sedangkan magma adalah cairan kompleks yang
untuk ilmenite. Ilmenite (FeTiO3) mengandung silika, air serta berbagai macam
merupakan paramagnetik pada temperatur gas yang berada di bawah permukaan bumi.
diatas 60K, sedangkan dibawah Berdasarkan letak kejadiannya, batuan beku
temperatur ini ilmenite merupakan anti dibedakan atas batuan beku interusif yaitu
ferromagnetik, meleleh pada temperatur batuan beku hasil dari pembekuan magma di
1470C dan secara alami sering dalam bumi dan batuan beku ektrusif yaitu
mengandung jejak magnetite atau batuan beku hasil pembentukan magma di atas
haematite, merupakan mineral kehitam- permukaan bumi. Batuan beku dapat dikenali
hitaman tapi kelihatan putih keabu-abuan dari komposisi mineral dan teksturnya.
pada bagian yang disemir. Ilmenite sangat Komposisi mineral batuan beku berkaitan
tahan pada perubahan cuaca , oleh karena dengan warna batuan dan informasi mengenai
itu selalu ada dalam beberapa sedimen. magma asal batuan, sedangkan tekstrur suatu
Haematite (-Fe2O3) secara umum sangat batuan memberikan informasi tentang proses
bervariasi sifatnya. Titik leleh yang pembekuan yang dialami oleh magma
sebenarnya adalah 1750C , akan tetapi tersebut[6] [13].
diudara haematite berdisosiasi ke

48
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

C. Medan Magnetik Bumi


1. Teori tentang medan magnetik bumi Apabila M adalah momen dipole magnetik, 
didasarkan pada suatu asumsi bahwa adalah lintang geografi yang berharga mulai dari –
medan magnettik bumi merupakan suatu 90 pada kutub geografi selatan hingga 90 pada
dipole dan merupakan sebuah vektor. kutub geografi utara, r adalah jari-jari bumi dari
Arah dari medan magnetik bumi dipole magnetik. Kemudian Hh merupakan
dinyatakan dalam deklinasi dan komponen horizontal, Hv merupakan komponen
inklinasi. Deklinasi adalah arah yang vertikalnya dari medan magnetik yang dihasilkan
menunjukan penyimpangan arah utara oleh dipole magnetik, maka H merupakan medan
selatan magnet terhadap arah kutub magnetik total yang dihasilkan dipole magnetik.
utara-selatan bumi, sedangkan inklinasi Dari deskripsi parameter diatas didapat suatu
menunjukan arahnya terhadap bidang rumusan berikut :
ekuator (horizontal). Arah kutub
magnetik bumi tidak tetap tetapi dapat M cos 
Ηh  (1)
berubah-ubah yang kita kenal sebagai r3
variasi sekuler yang dapat dilihat dari
2M sin 
nilai perubahan posisi lintang kutub (P) Ηv  (2)
antara satu dengan site lainnya. Posisi r3
lintang kutub untuk variasi sekuler yang Inklinasi I dapat dihitung dengan,
berharga positif meng-indikasikan posisi H
tempat (site) tersebut berada di belahan tan I  v  2 tan  (3)
Hh
bumi bagian utara, demikian sebaliknya.
Untuk medan magnetik total H kita dapatkan,
Disamping itu arah kutub magnetik bumi
M
dapat juga mengalami reversal H  H h2  H v2  1  3 sin 2  (4)
(pembalikan) yang dapat dilihat dari r3
perolehan posisi lintang kutub (P) yang [11].
berharga negatif terhadap posisi site
lainnya, sehingga posisi site tersebut
D. Natural Remanent magnetization (NRM)
berada di selatan. [7], [12].
Nilai NRM suatu batuan merupakan nilai
Model Geocentrical Axial Dipole merupakan magnetisasi mineral magnetik alamiah sebelum
suatu model yang menunjukkan bahwa inklinasi dilakukan proses demagnetisasi pada batuan
medan magnetik bumi merupakan fungsi dari tersebut. Proses magnetisasi pada batuan di alam
lintang. Dalam model ini ditunjukkan bahwa terdiri dari dua jenis yakni magnetisasi primer
medan dipole magnetik rata-rata arahnya sejajar dan magnetisasi sekunder.
dengan sumbu rotasi bumi. Disamping itu Magnetisasi primer terjadi ketika mineral-
model ini juga ditunjukkan bahwa sumbu mineral magnetik pada batuan beku melewati
geomagnetik berimpit dengan sumbu geografi, temperatur curie atau yang dinamakan Thermo
sehingga ekuator geomagnetik juga berimpit Remanent Magnetization (TRM), namum tidak
dengan ekuator geografi [2]. semua TRM diperoleh pada temperatur curie
tetap beberapa puluh derajat dibawahnya, proses
ini dinamakan Partial Thermo Remanent
Magnetization (PTRM).
Magnetisasi sekunder ditimbulkan oleh
beberapa sebab diantaranya proses kimiawi dari
oksidasi pada batuan, proses ini dinamakan
Chemical Remanent Magnetization (CRM).
Sebab lain adalah saat mineral-mineral
magnetik batuan tersambar petir yang
Gambar 2 : Model geocentrical axial dipole

49
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

menyebabkan arah magnetisasi remanennya  sin p sin Dm 


berubah, proses ini dinamakan Isothermal   sin 1  
Remanent Magnetization (IRM).  cos  p  (7)
 
Prosedur yang ditempuh untuk memisahkan Pada bagian ini dalam perhitungan, ada dua
magnetisasi primer dan magnetisasi sekunder kemungkinan untuk posisi kutub bujur. Jika,
pada batuan dilakukan dengan proses
Demagnetisasi pada sample batuan. Proses ini cos p  sin s sin  p (8)
dapat menghilangkan magnetisasi sekunder
maka posisi bujur dapat dihitung dengan
pada batuan, sehingga didapatkan informasi
tentang arah magnetisasi mineral magnetik saat persamaan berikut,
batuan itu terbentuk. Proses demagnetisasi yang  p  s   (9)
dilakukan pada sample batuan dilakukan oleh
alat Molspin AF Demagnetizer [3]. Tetapi jika,
cos p  sin s sin  p (10)
E. Virtual Geomagnetic Pole (VGP) maka posisi bujur dihitung dengan persamaan,
Untuk menentukan posisi suatu tempat (site)  p   s  180   (11)
dimasa lampau,. dimana posisi suatu tempat
atau objek penelitian dianggap diam sementara
posisi kutubnya dianggap berubah-ubah, dapat
ditentukan dengan metode Virtuil Geomagnetic II.METODE
Pole (VGP). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
yaitu melakukan eksperiment dengan diawali
Penentuan posisi VGP meliputi p dan p , studi literature dan analisis data –data
dimana p merupakan posisi lintang purba dan pendukung selain melakukan diskusi dengan
p merupakan posisi dari bujur purba. Untuk peneliti yang memiliki kesamaan kajian. Studi
menentukan posisi VGP diperlukan data literature dilakukan dengan mengkaji beberapa
karakterisasi arah rata-rata deklinasi, inklinasi, materi dalam buku dan penelitian yang telah
colatitude, posisi lintang dan posisi bujur saat dilkukan sebelumnya dari jurnal dan hasil riset.
ini, data tersebut diperoleh dari Geo Positing
System (GPS). ) [4]. Lokasi penelitian dilakukan di daerah
istimewa jogyakarta yaitu di sungai bondalem,
Perhitungan VGP dimulai dengan gunung suru, gunung sekopiah dan parangtritis
menentukan colatitude yaitu jarak putaran
terbesar (great-circle) dari suatu site ke kutub Pengukuran dilakukan terhadap specimen
yang dinyatakan dengan persamaan berikut, batuan beku andesit dengan menggunakan
minispin magnetometer untuk mengetahui arah
 2  medan magnet saat batuan beku terbentuk dan
p  tan 1  
 (5) elektromagnetik Weiss untuk mengukur sifat
 tan I m  isothermal remanennya.
yang memberikan lintang kutub sebagai berikut, Yang menjadi varibel yang diukur dalam
 p  sin 1
sin s cos p  cos s sin p cos Dm  (6) penelitian ini adalah sifat remanen magnetic dan
sifat isothermal remanen magnetiknya Studi
literature dilakukan dengan mengkaji beberapa
Perbedaan bujur antara kutub dan site materi dalam buku dan penelitian yang telah
dilambangkan dengan  adalah positif menuju dilkukan sebelumnya dari jurnal dan hasil riset.
timur dari meridian Greenwitch dan diberikan
oleh persamaan, Diskusi dilakukan dengan rekan-rekan satu
lab yang memiliki kajian yang sama dengan
tema yang berbeda sesuai bidang garapan
masing-masing sebelum di diseminasikan di
lingkungan terbatas laboratorium.
50
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

A. Metode Statistik Fisher 140o


Melalui fungsi distribusi probabilitas, sampel 95 
kN [5]
dapat ditentukan arah paleomagnetiknya seperti
rata-rata deklinasi, rata-rata iklinasi, nilai .
karakteristik (k) serta derajat kepercayaan (95) B. Pengukuran Isothermal Remanent
terhadap arah-arah yang diperoleh dari hasil Magnetization (IRM)
pengukuran [3]. Untuk menghitung rata-rata
arah dari N vektor misalnya, perlu ditentukan Pengukuran IRM bertujuan untuk
cosinus arah dari vektor-vektor individualnya mendapatkan keadaan saturasi sampel yang
yakni, sedang diuji. Pengukuran ini dilakukan dengan
meletakan sampel yang sudah selesai
li  cos Ii cos Di mi  cos Ii sin Di ni  sin Ii (12) didemagnetisasi berada ditengah kutub magnet,
kemudian diberikan medan yang dihasilkan oleh
Dimana Di adalah deklikasi ke-i ; Ii adalah elektromagnetik Weiss dengan arus listrik yang
inklinasi ke-i ; dan li, mi dan ni cosinus arah dapat diterima sebesar 16 A dengan tegangan
terhadap arah utara, timur dan down. Power Supply 120 V DC serta tahanan listrik
Selanjutnya rata-rata dari cosinus arah li, mi dan 6,6 [8].
ni dinyatakan sebagai berikut.
Untuk mendapatkan medan magnet yang
N N N
kuat, tentu saja diperlukan arus listrik yang
 li  mi  ni besar dan untuk menjaga efek panas yang
i 1 i 1 i 1
l m n (13) ditimbulkan dari arus yang besar tadi maka
R R R
elektromagnet Weiss didinginkan dengan air
dimana R adalah vektor resultan yang diberikan
yang dialirkan melalui pipa pendingin dengan
oleh, pompa.
2 2 2
N  N  N 
R    li     mi     ni 
2
(14)
Kuat medan yang ditimbulkan oleh
 i 1   i 1   i 1  elektromagnet Weiss, selain bergantung pada
arus juga bergantung pada jarak kutub-kutub
berdasarkan persamaan (13) dan (14) maka arah magnetnya. Hasil pengukuran yang didapat
deklinasi dan inklinasi rata-ratanya dapat semestinya menunjukan hubungan yang linier
ditentukan yakni: antara medan magnet dengan arus listrik melalui
m
I m  sin 1 n  (15)
hubungan M= ai + b dimana M menyatakan
Dm  tan 1   dan
l  besarnya medan magnet dalam kumparan
Selanjutnya nilai karakteristik (k) yang elektomagnet Weiss, i menyatakan besarnya
merupakan suatu ukuran dari sebaran suatu kuat arus dalam Ampere sedangkan a dan b
populasi arah dapat dihitung dengan persamaan adalah angka hasil pengukuran yang didapat
berikut. yakni a=80,26 dan b=12,03.
Pengukuran IRM dilakukan dengan alat
N 1
k Minispin Magnetometer dengan prosedur yang
NR sama seperti pada pengukuran NRM, catat
(16)
besarnya intensitas magnetisasi yang ditunjukan
Dalam statistik Fisher, arah rata-rata sampel
sebagai akibat induksi dari medan magnet oleh
yang kita ukur dinyatakan oleh nilai -95
elektromagnetik Weiss, kemudian naikkan
(dalam steradian) yang menunjukan derajat
medan yang diberikan dengan cara mengatur
kepercayaan terhadap hasil pengukuran yang
posisi switch ke posisi ke-2 kemudian catat
dilakukan, semakin kecil nilai -95 berarti hasil besar kuat arus yang ditimbulkannya. Setelah
pengukuran yang kita lakukan sudah benar dan pemberian medan selesai dilakukan , kemudian
cukup akurat. Besarnya derajat kepercayaan ukur lagi IRMnya dengan prosedur yang sama
terhadap distribusi arah yang diperoleh dapat di seperti sebelumnya sampai mendapatkan
hitung dengan persamaan berikut. saturasi sampel yang sedang di uji. Biasanya

51
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

jumlah step yang diperlukan untuk saturasi Plot stereonet merupakan transformasi dari
antara 11-15 step atau mungkin juga kurang dari deklinasi dan inklinasi ke dalan stereografis
itu [10]. dengan tujuan untuk memudahkan dalam
melihat pola dan arah dari deklinasi dan
Sampel yang akan diukur IRMnya ini
inklinasi pada setiap step demagnetisasi.
diambil satu dari setiap site dengan
Indikasi kestabilan arah dari sampel dapat
mempertimbangkan bahwa sampel tersebut
dilihat dari keadaan titik-titik pada stereografis
peluruhan intensitasnya lambat, karakterisasi
tersebut yang cenderung mengumpul disuatu
deklinasi, inklinasi dan 95 yang cukup
tempat yang berdekatan.
signifikan dan tidak berbeda jauh dengan nilai
karakterisasi lainnya [9]. Untuk melihat kandungan mineral magnetik
yang dimiliki oleh sampel yang diteliti tersebut,
III.HASIL DAN PEMBAHASAN sampel di ukur IRMnya oleh alat Elektromagnet
Weis dengan cara memberikan medan tinggi
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
secara bertahap dan pada setiap stepnya sampel
dalam penelitian ini diproses, kemudian
tersebut di ukur intensitasnya dengan Minispin
hasilnya disajikan dalam bentuk: kurva
Magnetometer sampai mendapatkan nilai
peluruhan intensitas NRM, plot Zijderveld,
saturasi. Gambaran tingkat saturasi IRM dari
plot Stereonet dan kurva saturasi IRM.
sampel tersebut dapat ditunjukan melalui kurva
Plot peluruhan NRM diperoleh dengan cara saturasi IRMnya.
memplot nilai intensitas relatif (I/I0) pada
Program PMGSC adalah program aplikasi
sumbu vertikal dan nilai medan demagnetisasi
yang digunakan untuk memudahkan penentuan
pada sumbu horizontal, kemudian dari data
distribusi intensitas NRM, plot Zijderveld, plot
peluruhan tersebut dilihat kestabilan nya dengan
stereonet serta nilai karakterisasi deklinasi,
memperhatikan kemiringan dari grafik yang
diperoleh. Tingkat kestabilan data yang baik inklinasi dan 95 dari data demagnetisasi yang
ditunjukan oleh grafik peluruhan yang relatif diperoleh. Program ini diciptakan oleh
landai. Randolph J.Enkin, dkk yang bermarkas di
Geological Survey of Canada. Untuk
Plot zijderveld diperoleh dari proyeksi vektor menjalankan program ini prosedeur yang harus
magnetisasi remanen pada bidang XY dan XZ ditempuh adalah sebagai berikut :
yang ditunjukan oleh nilai deklinasi dan
inklinasi yang diperoleh dari proses  Input data ke excel pada file yang sudah
demagnetisasi sampel. Proyeksi deklinasi dan ditentukan yakni Pola Data PMGSC.
inklinasi tersebut yaitu : X untuk arah utara-  Setelah entry data selesai , save as ke
selatan, Y untuk arah barat timur dan Z untuk Folder XL dengan type microsoft work
up-down. Apabila plot dari deklinasi dan book.
inklinasi menunjukan arah yang konsisten
menyerupai garis lurus yang menuju ke pusat  Save as lagi ke Folder PRN dengan type
koordinat, berarti komponen NRM primer dari formatted Text (Space delimated) yang
sampel tersebut dianggap baik. berektensi .prn.
 Aktifkan notepad dan open file dengan
Folder PRN untuk data yang baru di
entry tadi .
 Save as lagi data tadi ke Folder PMD
dengan ekstensi .pmd.
 Aktifkan program PMGSC lalu open file
dari data yang dikehendaki, maka layar
Gambar 3: Plot zijderveld (a) diagram arah deklinasi akan langsung menampilkan plot
(b) diagram arah inklinasi (c) gabungan a dan b Zijderveld dan plot Stereonet.

52
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

 Klik PCA untuk mendapatkan nilai 4. Plot Zijderveld dari kelima site yang
deklinasi, inklinasi dan 95 dari step yang diwakili oleh satu sampel setiap sitenya
diinginkan. menunjukan kecenderungan mengarah
pada pada pusat koordinat dan mendekati
 Apabila dikehendaki tampilan kurva
peluruhan NRM, klik Int pada bagian atas garis lurus, hal ini menunjukan bahwa
layar. peluruhan intensitas batuan pada kelima
site tersebut cukup konsisten.
Melalui program PMGSC ini , semua 5. Hasil perhitungan IGRF 2000 melalui
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini internet di alamat :
dapat disajikan baik nilai maupun tampilannya. http://swdcwww.kugi.kyoto-
u.ac.jp/igrf/point/ untuk data saat ini
IV. KESIMPULAN menunjukan nilai yang berbeda dengan
Berdasarkan hasil pengukuran dan hasil pengukuran, hal ini mengindikasikan
perhitungan terhadap sampel-sampel yang bahwa hasil pengukuran terhadap sampel
terdapat pada site Sungai Bondalem, Pantai bukan arah medan magnet Bumi saat ini
Parang Tritis, Purwoharjo, Pantai Wedi Ombo melainkan arah medan magnet Bumi
dan Kali Widoro diperoleh kesimpulan sebagai pada saat batuan itu terbentuk di masa
berikut: purba .
1. Sampel dari kelima site yang diteliti 6. Hasil perhitungan VGP menunjukan
menunjukkan peluruhan intensitas NRM bahwa lintang kutub purba dari kelima
yang relatif lambat, berarti remanen site tersebut berada di utara yang ditandai
magnetik primer dari batuan-batuan dengan besarnya lintang kutub purba
tersebut cukup stabil sehingga berharga positif. Nilai p dari site-site
representatif untuk dijadikan kajian tersebut adalah : BDA (81,0), PRA
paleomagnetik. (64,8), PWH (65,3), WDO (78,3) dan
2. Plot Stereonet untuk kelima site tersebut WDR (25,6) yang mengindikasikan
berkumpul pada titik yang berdekatan, hal bahwa site-site tersebut mengalami
ini mengindikasikan bahwa sampel- perubahan posisi dari masa purba ke
sampel tersebut konsisten arahnya posisinya sekarang, sehingga hipotesis
sehingga cukup efektif untuk kajian Hall dapat ditunjukan.
paleomagnetik. Site BDA, PRA, PWH 7. Melalui tipe dari kurva saturasi IRMnya
dan WDO berkumpul di sekitar arah utara dapat diidentifikasi bahwa mineral
ke barat, sedangkan untuk site WDR lebih magnetik yang dikandung oleh sampel
mengarah ke timur. Hal ini batuan beku andesit di kelima site
mengindikasikan bahwa formasi yang tersebut adalah Magnetite (Fe3O4).
terjadi pada site WDR berbeda dari site-
site lainnya, juga dimungkinkan karena REFERENSI
umur batuan pada site tersebut berbeda [1] ASM, Metal handbook, vol 10, Material
characterization, The American Society for Metal,
dari site-site lainnya. Metal Park, Ohio, 1992.
3. Tingkat kepercayaan atau nilai -95 [2] Butler, R. F. (1992) Paleomagnetism : Magnetic
untuk kelima site tersebut berkisar antara Domains to Geologic Terranes, Blackwell.
1,7 sampai dengan 7,6 yang [3] Cullity, B.D, Introduction to Magnetic Material,
Addison-Wesley Publishing Company, 1972
mengindikasikan bahwa distribusi arah
[4] Collinson. David, W, Method in Rock Magnetism
deklinasi dan inklinasi dari kelima site and Paleomagnetism Techniques Instrumentation,
tersebut sangat kecil, hal ini ditunjukan Chapman-Hall, New York, 1983
oleh plot stereonet yang mengumpul pada [5] Dunlop, D. J and Ozdemir. O, Rock Magnetism
Fundamentals and Frontiers. Canbridge University
tempat yang cukup berdekatan. Press, 1997.

53
ELECTRANS, Jurnal Teknik Elektro, Komputer dan Informatika
Volume 14, No. 1, Maret 2016, hal. 26-54
http://ejournal.upi.edu/index.php/electrans

[6] Graha, D. Setia., Batuan dan Mineral, 1987.


[7] Katili, J.A, Geology, National Research, Jakarta,
1967
[8] Operation’s Manual Minispin. Molspin Ltd. New
Castle, England.
[9] Reilly, W.O, Rock and Mineral Magnetism, Blackie,
Chapman-Hall, New York, 1984
[10] Reynold, J. M., (1997) An Introduction to Applied
and Envronmental Geophysics.
[11] Sutanto, Soeria Atmadja, R., Maury, R. C. Bellon,
H., Proceed. Geologi dan Geoteknologi Pulau Jawa,
73 – 76, 1994.
[12] Soeria Atmadja, R., Maury, R. C., Bellon, H.,
Pringgoprawiro. H., Polve, M., Tertiary Magnetic
Belt in Java, 9, 12, 13-27, 1994.
[13] Sunata, S, Hendro, W., Penerapan Metode
Paleomagnetik untuk Rekonstruksi Pergerakan
Jangka Panjang Kalimantan, PIT HAGI, 1999.
[14] Tauxe, L., Paleomagnetic Principles and Practice.
Kluwer Academic Publishers, 1998.

54

Anda mungkin juga menyukai