Anda di halaman 1dari 35

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN


Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medekal Bedah I
Dosen pengampu: Widya Sepalanita, S.Kep, Ners. M.Kep,
Sp.Kep.MB

Disusun oleh:

1. Annisa Yunistya NIM: P27905119004


2. Diana Wulandari NIM: P27905119007
3. Iim Imaroh NIM: P27905119013
4. Nadia Nur Alfu NIM: P27905119020
5. Nofitasari NIM: P27905119023
6. Salsa Nabila NIM: P27905119030
7. Siti Rohayani NIM: P27905119037
8. Yusril NIM: P27905119041

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Persarafan” ini dapat di selesaikan tepat
waktu dan sebagaimana mestinya, dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Widya Sepalanita, S.Kep, Ners. M.Kep, Sp.Kep.MB selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam penyusunan makalah ini
kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu
untuk membaca makalah ini dan harapan kami dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftar Isi ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................

A. Sistem Persyarafan ...............................................................................


B. Asuhan Keperawatan Persarafan .........................................................
C. Stroke ...................................................................................................
D. Asuhan Keperawat Stroke ...................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Saraf Pusat (SSP) memiliki kriteria yang sama dengan
organ tubuh lainnya yaitu kerjanya sangat bergantung pada aliran darah
yang memadai untuk nutrisi dan pembuangan sisa-sisa metabolismenya.
Suplai darah ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah
yang bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga
dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini
dijamin oleh dua arteria, yaitu a.carotis interna dan a.vertebralis yang
cabang-cabangnya beranastomosis membentuk sirkulus arteriosus willisi
(Price & Wilson, 2006). Stroke adalah penyakit fungsional otak fokal
maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau bahkan sampai berujung pada kematian; akibat
gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan
(Junaidi, 2005). Tanda-tanda klinis pada penyakit stroke berkembang
cepat dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (PERDOSSI, 2011)
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang sistem persyarafan?
2. Asuhan Keperawatan Persyarafan?
3. Jelaskan tentang Stroke?
4. Asuhan Keperawatan pada Stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sistem persyarafan
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Persyarafan
3. Untuk mengetahui tentang Stroke
4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Stroke

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Persyarafan

A. Pengertian

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas


menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan
cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar
maupun dalam. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang
mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus


dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:

1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh


kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun
dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung
terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf
disebut neuron.
3. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah
diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada
manusia adalah otot dan kelenjar.
B.     Fungsi sistem saraf
Saraf sebagai sistem koordinasi atau pengatur seluruh aktifitas
tubuh manusia mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai alat
komunikasi, pengendali atau pengatur kerja, dan pusat pengendali
tanggapan.
1. Saraf sebagai alat komunikasi antara tubuh dan dunia di luar tubuh.
Hal ini dilakukan oleh alat indera yang meliputi mata, hidung,

3
telinga, lidah, dan kulit. Karena ada indera, dengan mudah kita dapat
mengetahui perubahan yang terjadi di luar tubuh kita.
2. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga
dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsi masing-masing.
3. Saraf sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap
perubahan keadaan di sekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali
kerja alat tubuh maka jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh
C. Struktur Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
1.      Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit
dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
2.      Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3.      Akson (Neurit)
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang
yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit
terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril
dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann
yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan
makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan

4
mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan
mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
D. Klasifikasi Neuron
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi
3 macam, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet
(asosiasi).
1.      Sel Saraf Sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor
ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang
(medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan
saraf asosiasi (intermediet).
2.      Sel Saraf Motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf
pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh
terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf
pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3.      Sel Saraf Intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan
sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel
saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf
asosiasi lainnya.

E.     Hubungan Antar Sel Saraf


Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi
menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini
banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang

5
dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf yang
satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf
tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit.
Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat
kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut
berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.
F. Mekanisme Penghantar Impuls
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui
sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara
tersebut.
1.      Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel.
Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar
dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan
bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan
perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai
dengan 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau
tidaknya selubung myelin. Bila impuls telah lewat maka untuk
sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk
dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang
dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat
atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls
yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas
ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson.

6
Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar
pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2.      Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak
membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis
terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang
disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis
disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya
yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai
pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan
membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat
kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke
post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya
asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di
sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di
otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan
menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel
saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka
akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh
membran post-sinapsis.
G.    Pembagian Sistem Saraf
Sistem Saraf terdiri atas dua :
1. Sistem Saraf Pusat.
Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat.
Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk
untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui
saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak,

7
sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Kedua organ tersebut dilindungi juga oleh selaput yang terdiri
dari jaringan ikat meninges.
Sistem Saraf Pusat terbagi atas 2 yaitu:
1.      Otak
Bagian-bagian dari otak adalah : 
a.       Otak besar
Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan
terdiri dari dua belahan (hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan
kanan. Belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan
kanan mengatur tubuh bagian kiri.
Otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks) yang
berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu
dendrit dan neurit. 
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama.
Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu:
Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan
berpikir. Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun
mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah belakang
kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang
dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat
untuk merasakan dingin, panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain
sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran.
b.      Otak tengah
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan
otak kecil. Otak tengah berperan dalam pusat pergerakan mata,
misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan pupil mata.
c.       Otak belakang
Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu :
Jembatan Varol (pons Varolli)

8
Jembatan Varol berisi serabut yang menghubungkan lobus kiri
dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan
korteks otak besar.
d.      Otak kecil (serebelum), 
Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang. Otak
kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak,
koordinasi kerja otot dan rangka.
e.       Sumsum lanjutan (medula oblongata).       
Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak,
berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis, misalnya
pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat
pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.
Ketiga bagian otak belakang ini membentuk batang otak. 

f.       Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas
tulang belakang,yaitu lanjutan dari medula oblongata memanjang
sampai tulang punggung tepatnya sampai ruas tulang pinggang kedua
(canalis centralis vertebrae).
Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks,
penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa
impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam tulang punggung
terdapat sumsum punggung dan cairan serebrospinal. 
2. Sistem Saraf Tepi
Sistem Saraf tepi terbagi atas 2 bagian juga yaitu :
a.       12 serabut saraf otak ( saraf kranial).
b.      31 pasang serabut saraf sum - sum tulang belakang.
Sistem Saraf Tepi (Sistem saraf Perifer) adalah lanjutan dari neuron
yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf
pusat.

9
Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua
yaitu:

3. Sistem Saraf Sadar


Sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar
atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Contohnya yaitu gerak
jalan.
Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sistem saraf kepala (kranial).
b. Sistem saraf tulang belakang (spinal).
4. Sistem saraf Tak Sadar
Sistem saraf yang gerakannya tanpa koordinasi dengan saraf pusat.
Contohnya yaitu gerak refleks. Alur impuls dimulai dari reseptor
sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum
tulang belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan
dikirim oleh saraf motorik menuju ke efektor.
Berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Saraf Simpatik
Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang.
Saraf simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat proses
pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri,
memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung
kemih.
b. Saraf Parasimpatik
Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Saraf parasimpatik dapat
memperlambat denyut jantung, mempercepat proses pencernaan,

10
menghambat ereksi, memperbesar diameter pembuluh arteri, memperkecil
pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.
Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi
pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis

H. Gangguan Pada Sistem Saraf


Gangguan pada sistem saraf akan berakibat pada pola gerak maupun
memori seseorang. Gangguan tersebut dapat diakibatkan oleh ketuaan, bakteri,
virus atau kerusakan akibat kecelakaan.contoh penyakit akibat gangguan
sistem saraf adalah:
1. Gangguan pada serebrum. 
Penyakit atau kerusakan yang timbul setelah cedera atau yang menyusul
kecelakaan serebro-vaskuler pada otak, tergantung dari daerah dan neuron
yang terserang.
· Paralis motorik jenis spastik, dengan gejala kaku-otot dan refleks-
meninggi merupakan akibat dari neuron atas yang terkena cedera.
Hemiplegis hanya dapat menyerang lengan dan tungkai sebelah saja,
sedang otot wajah, kepala, leher dan badan kendati badan tidak terkena,
· Paralis sensorik, sebagai akibat dari cedera pada halur sensorik. Gerak
refleksi tidak normal, ketidaknormalan ini melibatkan juga refleks
organik pupil mata yang mengalami kontrasi atau tidak dapat
berkontraksi.
2. Ganglion Basalis. 
Penyakit parkison, paralisis agitans diduga disebabkan oleh degenerasi
ganglion-ganglion basalis.
3. Batang otak,pons dan medula oblongata.
Pusat-pusat vital pengendalian pernapasan dan tekanan darah terletak di
sini, sehingga suatu kerusakan pada daerah ini akan menyebabkan
kematian. Jumlah jalur saraf yang berpusat disini sedemikian banyaknya,

11
sehingga suatu cedera kecil sekalipun yang terjedi di situ dapat
menyebabkan kelemahan dan hilangnya perasaan.
4. Kerusakan pada sumsum tulang belakang. 
Seringkali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah cedera serius
yang dapat berakibat menyeluruh atau sebagian. Apabila cedera itu
mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai maka penderita
itu tidak tertolong. Apabila saraf frenikus tidak terserang cedera maka
diafragma mungkin tidak terserang, sebaliknya bila saraf frenikus
terserang maka dibutuhkan pernapasan buatan.
5. Spastisitas dan kekakuan. 
Pada saat keadaan paralia lemas berlalu, otot mendapat kembali
tonusnya, kendati masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi
spastik dan kaku. Gerak refleks terjadi khususnya pada bagian yang
mempunyai hubungan dengan kelompok otot flexor dan abduktor,
walaupun tidak terdapat pengendalian sadar atas gerakan ini. Kemampuan
pengendalian sadar hilang. Pada tahap ini ada kemungkinan terjadi
deformitas.
6. Terputusnya serabut saraf campuran 
yang lazim terjadi pada kecelakaan lalu lintas, dapat menyebabkan
daerah-daerah yang dilayaninya kehilangan kemampuan bergerak, oleh
karena ini merupakan cedera neuron motorik bawah yang menyebabkan
hilangnya perasaan.
7. Neuritis 
adalah istilah gabungan yang digunakan dengan dengan adanya
gangguan pada saraf tepi, entah itu karena peradangan, keracunan, seperti
pada neuritis alkohol maupun karena tekanan. Simptom yang timbul
karena peradangan ada macam-macam biasanya berupa rasa sakit yang
justru menghebat pada malam hari, dan tidak berkurang kendati si
penderita beristirahat. Jenis-jenis neuritis dinamakan sesuai dengan plexus
atau urat saraf yang terserang, misalnya :

12
a. Neuritis plexus brakhialis yang mungkin disebabkan infeksi, cedera
ataupun tekanan.
b. Neuritis nervus radialis, dapat cidera apabila lengan dibiarkan
bergelantungan pada sisi alat pengusung atau meja operasi.
c. Tekanan pada nervus ulnaris, dapat timbul karena bertelekan pada
siku pada saat berbaring.
Kompresi nervus medianus dalam saluran karpal

8. Neuritis siatika atau lebih dikenal dengan siatika


Timbulnya siatika sering kali diduga disebabkan tekanan yang berasal
dari prolapsus diskus intervertebralis atau karena cedera lain pada bagian
bawah kolumna vertebra.
Nervus popliteus lateralis apabila tungkai dibalut gips, dapat tertekan pada
saat gips itu melingkari kepala fibula.
9. Ensefaliatis 
Adalah peradangan pada jaringan otak, yang biasanya disebabkan infeksi
virus.
10. Meningitis 
Adalah peradangan pada selaput otak.
· Bedah saraf adalah cabang atau jenis pembedahan yang sangat khusus serta
berkembang pesat. Termasuk kedalamnya adalah semua pembedahan yang
dilakukan terhadap otak, sumsum tulang belakang dan saraf tepi.
· Kraniotomi adalah melubangi tengkorak, yang umumnya dilaksanakan bila
terdapat tumor, darah atau gumpalan darah ataupun fraktur pada kubah yang
dapat menekan otak.

13
· 2.2 Asuhan Keperawatan Persyarafan
· Kasus
By. C datang ke rumah sakit dalam kondisi kejang-kejang. Ibunya
berkata akhir-akhir ini sering sekali kejang. Ibu by. C mengatakan bahwa
sebelumnya by. C mengalami flu, batuk pilek.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2016 pukul 10.00
WIB (Ruang Neurologi)
a. Biodata
Nama : By. C
TTL : Surabaya, 17 Desember 2015
Usia : 5 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah/ibu : Tn.A/Ny.K
Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Surabaya
No. DMK : 10-392-85
Tgl. MRS : 13 April 2016
Sumber informasi : Ibu
Diagnosa medis : S. Meningitis
b. Keluhan utama : Kejang
c. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya di rumah klien mengalami demam, flu dan
batuk, klien mulai kejang pada tanggal 23 April 2016 jam 20.00
(pada saat kejang mata melirik ke atas, pada seluruh badan, setelah
kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih
lewat mulut) dan langsung di bawa ke RS.
d. Riwayat penyakit dulu
Sebelumnya klien pernah msuk rumah sakit dengan diare pada saat
umur 1 bulan
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan
kejang didalan keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/batuk
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke
bidan didekat rumahnya, ia mengatakan bahwa ia juga
mengonsumsi jamu selama hamil. Menurut ibu, klien lahir kembar

14
di RS dengan berat 1200 gr, tidak langsung menangis, menurut ibu
ketubannya berwarna kehitaman dan kental

g. Analisa data

Tanda dan gejala Etiologi Masalah


DS: Peningkatan tekanan Gangguan perfusi
- Ibu mengatakan anaknya intrakranial jaringan
kejang-kenjang, keluar buih
dari mulutnya. Hipertermi Resiko terjadi kejang
DO: ulang
- Kejang-kejang
- Demam
- Flu
- Batuk
- Sakit kepala
- S: 40oC

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial ditandai dengan sakit kepala
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
ditandai dengan S: 40oC

C. Rencana Keperawatan
No Dx Kep Tujuan Rencana Rasio
1. Gangguan - Pasien kembali - Pasien bed rest - Perubahan pada
perfusi jaringan pada keadaan total dengan tekanan intakranial
berhubungan status neurologi posisi tidur akan dapat
dengan sebelum sakit terlentang menyebabkan resiko
peningkatan - Meningkatnya tanpa bantal untuk terjadinya
tekanan kesadaran pasien - Monitor tanda- herniasi otak
intrakranial dan fungsin tanda status - Dapat mengurangi
sensorik neurologi kerusakan otak lebih
Kriteria hasil: dengan GCS lanjut
- Tanda-tanda vital - Monitor tanda- - Pada keadaan normal
dalam batas tanda vital autoregulasi
normal seperti TD, memepertahankan
- Rasa sakit kepala Nadi, Suhu, keadaan tekanan
berkurang Respirasi dan darah sistemik
- Kesadaran hati-hati pada berubah secara
meningkat hipertensi fluktuasi. Kegagalan

15
- Adanya sistolik. autoreguler akan
peningkatan - Monitor intake menyebabkan
kognitif dan tidak dan output kerusakan vaskuler
ada atau - Bantu pasien cerebral yang dapat
hilangnya tanda- untuk dimanifestasikan
tanda tekanan mengatasi dengan peningkatan
intrakranial yang muntah, batuk. sistolik dan diikuti
meningkat Anjurkan oleh penurunan
pasien untuk tekanan diastolik.
mengeluarkan Sedangkan
napas apabila peningkatan suhu
bergerak atau dapat
berbalik di menggambarkan
tempat tidur. perjalanan infeksi.
- Kolaborasi - Hipertensi dapat
Berikan cairan menyebabkan
infus dengan peningkatam IWL
perhatian ketat dan meningkatkan
Monitor AGD resiko dehidrasi
bila diperlukan terutama pada pasien
pemberian yang tidak sadar,
oksigen nause yang
- Berikan terapi menurunkan intake
sesuai advis peroral
dokter seperti: - Aktifitas ini dapat
Steroid, mengakibatkan
Aminofel, tekanan intrakranial
Antibiotika dan intrabdomen.
Mengeluarkan napas
sewaktu bergerak
atau merubah posisi
dapat melindungi diri
dari efek valsava
- Meminimalkan
fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi
cairan dan cairan
dapat menurunkan
edema serebral.
- Adanya
kemungkinan
asidosis disertai
dengan pelepasan
oksigen pada tingkat
sel dapat

16
menyebabkan
terjadinya iskemik
serebral
- Terapi yang
diberikan dapat
menurunkan
permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema
serebri. Menurunkan
metabolik
sel/konsumsi dan
kejang
2. Resiko terjadi Klien tidak mengalami - Longgarkan - Proses konveksi akan
kejang ulang kejang selama pakaian, terhalang oleh
berhubungan berhubungan dengan berikan pakaian ketat dan
dengan hipertermi pakaian tipis tidak menyerap
hipertermi Kriteria hasil: yang mudah keringat
- Tidak terjadi menyerap - Perpindahan panas
serangan kejang keringat secara konduksi
ulang - Berikan - Saat demam
- Suhu 36,5-37,5o kompres dingin kebutuhan akan
C - Berikan ektra cairan tubuh
- Nadi 110- cairan (susu, meningkat
120x/mnt (bayi) sari buah dll) - Pemantauan yang
100-110x/mnt - Observasi teratur menentukan
(anak) kejang dan tindakan yang akan
- RR 30-40x/mnt tanda vital dilakukan
(bayi) 4jam - Aktivitas dapat
24-28x/mnt - Batasi aktivitas meningkatkan
(anak) selama anak metabolisme dan
- Kesadaran panas meningkatkan panas
composmentis - Berikan anti - Menurunkan panas
piretika dan pada pusat
pengobatan hipotalamus dan
sesuai advis sebagai propilaksis

D. Tindakan Keperawatan
Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan
Rabu/15/04/16 Gangguan perfusi - Melakukan bed rest tota; paad klien dengan posisi tidur
Jam: 08.00 jaringan berhubungan terlentang tanpa bantal
WIB dengan peningkatan
tekanan intrakranial
- Memonitor tanda-tanda status neurologi
Jam 08.30
WIB - Memonitor intake dan output

17
- Memonitor TTV
Jam 09.00
WIB
- Membantu pasien untuk membantasi gerak atau berbalik
di tempat tidur
Jam 09.30
WIB
- Kolaborasi
 Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat
Jam 10.00  Monitor AGD bila diperlukan pamberian
WIB oksigen
 Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika
Rabu/15/04/16 Resiko terjadi kejang - Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang
Jam: 10.00 ulang berhubungan mudah menyerap keringat
WIB dengan hipertermi

Jam 10.30 - Memberikan kompres dingin di daerah kepala, leher,


WIB dan ketiak

Jam 11.00 - Memberikan ektra cairan (susu, sari buah dll)


WIB

- Mengobservasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam


Jam 11.30
WIB
- Membatasi aktivitas selama anak panas
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis
Jam 12.00
WIB

E. Evaluasi Keperawatan
No. Dx Hari/tgl/jam SOAP
Kep
1. Kamis, S: Ibu klien mengatakan bahwa tanda-tanda spastik masih terjadi
16/04/16 O:
- Tangan dan kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

18
2. Kamis, S: Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
16/04/16 O:
- Jam 11.00 klien kejang
- Suhu tunuh jam 11. 00 38,6oC
- Keadaan umum klien masih lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
2.3 Stroke
A. Pengertian
Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan
karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak
harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap
hidup dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini
dibawa oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah yang
menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran
pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja, maka
dapat terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3
atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin
lama penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar
dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan
mengatasi serangan stroke sangat menentukan kesembuhan dan pemulihan
kesehatan penderita stroke.

B. Faktor Resiko

Faktor-faktor risik stroke adalah:


• Usia lanjut Hipertensi (tekanan darah tinggi),
• Serangan stroke sebelumnya atau transient ischemic attack (TIA),
• Diabetes
• Kolesterol tinggi
• Atrial fibrilasi

C. Gejala Stroke

Untuk mengetahui tanda-tanda stroke dapat dilakukan dengan


mengamati beberapa gejala stroke berikut:
 Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh.
 Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
 Penglihatan ganda.
 Pusing.

19
 Bicara tidak jelas (rero).
 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
 Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
 Pergerakan yang tidak biasa.
 Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
 Ketidakseimbangan dan terjatuh.
 Pingsan.

D. Tanda-tanda serangan stroke :

• Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada
muka, tangan atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh saja.
• Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti.
• Satu mata atau kedua mata mendadak kabur.
• Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan.
• Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui sebab
musababnya.

Selain itu harus dijelaskan pula kemungkinan munculnya tanda-tanda


ikutan lain yang bisa timbul dan atau harus diwaspadai, yaitu;
• Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.
• Rasa pingsan mendadak, atau merasa hilang kesadaran secara mendadak.

Adapun, untuk menghindari stroke seseorang bisa melakukan tindakan


pencegahan termasuk membiasakan diri menjalani gaya hidup sehat. Berikut
adalah 10 langkah yang dapat Anda lakukan guna menghindarkan diri dari
serangan stroke.
1. Hindari dan hentikan kebiasaan merokok. Kebiasaan ini dapat
menyebabkan atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah) dan
membuat darah Anda menjadi mudah menggumpal.
2. Periksakan tensi darah secara rutin. Tekanan darah yang tinggi bisa
membuat pembuluh darah Anda mengalami tekanan ekstra. Walaupun
tidak menunjukkan gejala, ceklah tensi darah secara teratur.
3. Kendalikan penyakit jantung. Kalau Anda memiliki gejala atau gangguan
jantung seperti detak yang tidak teratur atau kadar kolesterol tinggi,
berhati-hatilah karena hal itu akan meningkatkan risiko terjadinya stroke.
Mintalah saran dokter untuk langkah terbaik.
4. Atasi dan kendalikan stres dan depresi. Stres dan depresi dapat menggangu
bahkan menimbulkan korban fisik. Jika tidak teratasi, dua hal ini pun
dapat menimbulkan problem jangka panjang.

20
5. Makanlah dengan sehat. Anda mungkin sudah mendengarnya ribuan kali,
namun penting artinya bila Anda disiplin memakan sedikitnya lima porsi
buah dan sayuran setiap hari. Hindari makan daging merah terlalu banyak
karena lemak jenuhnya bisa membuat pembuluh darah mengeras.
Konsumsi makanan berserat dapat mengendalikan lemak dalam darah.
6. Kurangi garam. Karena garam akan mengikatkan tekanan darah.
7. Pantau berat badan Anda. Memiliki badan gemuk atau obesitas akan
meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah tinggi, penyakit
jantung dan diabetes, dan semuanya dapat memicu terjadinya stroke.
8. Berolahraga dan aktif. Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu
Anda menurunkan tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang
sehat dalam darah.
9. Kurangi alkohol. Meminum alkohol dapat menaikkan tensi darah, oleh
karena itu menguranginya berarti menghindarkan Anda dari tekanan darah
tinggi.
10. Up date pengetahuan Anda. Dengan mengikuti perkembangan informasi
tentang kesehatan, banyak hal penting yang diperoleh guna menghindari
kemungkinan atau menekan risiko stroke. Berhati-hatilah, beragam
hormon termasuk pil dan terapi penggantian hormon HRT diduga dapat
membuat darah menjadi kental dan cenderung mudah menggumpal.

E. Komplikasi

a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal napas

F. Tindakan Pencegahan

Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :


a. Pembatasan makan garam; dimulai dari masa muda, membiasakan
memakan makanan tanpa garam atau makanan bayi rendah garam.
b. Khususnya pada orang tua, perawatan yang intensif untuk
mempertahankan tekanan darah selama tindakan pembedahan.
Cegah jangan sampai penderita diberi obat penenang berlebihan
dan istirahat ditempat tidur yang terlalu lama.

21
c. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari
program kebugaran.
d. Penurunan berat badan apabila kegemukan
e. Berhenti merokok
f. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang
merokok, karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita
yang merokok dan menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16
kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak
menelan pil kontrasepsi.

2.4 Asuhan Keperawatan Stroke


KASUS
Tn.H datang ke rumah sakit dalam kondisi penurunan kesadaran dan
mengalami kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kanan .pasien memiliki
Riwayat hipertensi keturunan. Tanda tanda vital terkini TD = 200/100
mmHg,Nadi = 60 x/menit, Suhu = 36,8oC , RR = 24 x/menit, TB = 168cm, BB =
70 kg, IMT = 24,80 kg/m2. Dalam aktivitasnya pasien di bantu oleh keluarganya
maupun perawat. Pasien mengatakan merasa pusing, tangan dan kaki nya terasa
sangat lemah, dan mengeluh mengapa tensina naik terus menerus.
PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2016 pukul 10.00 WIB (Ruang
Neurologi)
1. Identitas
a. Pasien 1)
Nama Pasien : Tn. H
Tempat tanggal lahir : Demak , 19 Maret 1976
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : TNI
Status Perkawinan : Kawin
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro
Diagnosa Medis : Stroke non hemoragik
No.RM : 05 87 94
Tanggal Masuk RS : 30 Juni 2018

b. Penanggung Jawab/ Keluarga


Nama : Ny. A
Umur : 40 Th

22
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro
Hubungan dengan pasien : Istri
Status perkawinan : Kawin

2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
saat Pengkajian Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan
untuk bergerak dan bicara pelo.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
 Alasan masuk RS : pasien mengalami penurunan kesadaran dan mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan
 Riwayat kesehatan pasien :pasien mengatakan memiliki penyakit Hipertensi
tahun 2017. Pasien lalu ke IGD dr Soedjono dan kemudian pasien dirawat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
 Pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang bugenvil rs dr
soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan diagnosa hipertensi,pasien belum
pernah menjalani tindakan operasi
 Pasien mengatakan tidak mempunyai elergi makanan minuman maupun obat.

3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
b) Selama sakit
Tabel. Kemampuan perawatan diri
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √

23
Ambulasi/ROM √

Ket: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total 4) Kebutuhan Istirahat-tidur

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi : TB = 168cm BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m2
3) Tanda Vital TD = 200/100 mmHg Nadi = 60 x/menit
Suhu = 36,8oC RR = 24 x/menit
(4) Skala Nyeri Pasien mengatakan skala nyeri 1
b. Pemeriksaan head to toe
abnormal :
Ekstremitas
Atas
 Tangan kanan mengalami kelemahan dan tangan kiri bisa digerakkan
secara leluasa.
 Kekuatan otot kanan 4 dan kiri 5.
 Tangan kiri terpasang infus Asering 20 tpm.
 Kuku pada jari tangan terlihat bersih

Bawah
 kaki kanan mengalami kelemahan dan kiri tidak terjadi kelemahan,
 anggota gerak lengkap,
 tidak terdapat edema,
 kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5.
 Kuku pada jari kaki terlihat bersih

13) Pemeriksaan Fungsi saraf Kranialis


Saraf Kranials Jenis Fungsi Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Pasien dapat

24
membedakan bau
minyak wangi dan bauk
teh
II Optikus Sensorik Tidak ada gangguan
penglihatan
III Okulomotor Motorik Dilatasi reaksi pupil
normal, terjadi
pengecilan pupil ketika
ada pantulan cahaya.
IV Troklearis Motorik Tidak ada gangguan
dalam pergerakan bola
mata
V Trigeminalis Sensorik Wajah perot

Motorik Sedikit ada gangguan


pada saat mengunyah
VI Abdusens Motorik Tidak dapat
menggerakkan bola mata
ke samping.
VII Fasiali Motorik Terdapat gangguan pada
saat bicara, bicara pelo
VIII Vestibulokoklear Sensorik Tidak ada gangguan
pendengaran

IX Glosofaringeus Sensorik Motorik terdapat kesulitan dalam


menelan.
X Vagus Sensorik Motorik Tidak ada gangguan
XI Asesorius Spinal Sensorik Anggota badan sebelah
kanan suah digerakkan
dan dapat mengangkat
bahu sebelah kiri

XII Hipoglosus Motorik Respon lidah tidak baik,


klien tidak bisa
menggerakkan lidah dari
sisi yang satu ke yang
lain, terdapat kesulitan
dalam menelan

A. Analisa Data
N DATA PENYEBAB MASALAH
O

25
1. DS : Hipertensitroke Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan mengeluh non hemoragik perfusi jaringan
tensi selalu tinggi dan mempunyai perifer
riwayat darah tinggi.
- Pasien mengatakan kepala terasa
pusing
- Pasien mengatakan bicara pelo
sebelum masuk RS

DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- Pasien tampak lemah
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Bicara pelo
- Terdapat gangguan pada
pemeriksaan nervus IX
Glosofaringeus dan XII
Hipoglosus

DS : Penurunan Hambatan
- Pasien mengatakan tangan dan kekuatan mobilitas Fisik
kaki kanan mengalami kelemah otot(kerusakan
- Pasien mengatakan neuron)
kebutuhannya dibantu oleh
keluarga

DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan skala otot
5 4
5 2

- Segala aktifitas pasien dibantu


seperti makan minum mobilisasi
berpakaian dll
- Pasien terdapat gangguan pada
anggota badan sebelah kanan
tangan kanan hanya bisa
melakukan fleksi ekstensi

26
sedangkan kaki kanan hanya
abduksi dan adduksi

DS : - Pertahanan Risiko Infeksi


primer tidak
DO : adekuat
- Ku : Cukup, composmentis
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Terpasang infus Asering di
tangan kiri 20 tpm sejak tanggal
30 Juni 2018, tidak ada oedem.
- Terpasang kateter
- Leukosit 7,5 k/uL
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipertensi,
2. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot
(kerusakan neuron)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN/INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Senin, 2 Juni 2018 Setelah dilakukan asuhan - Kaji tanda-tanda - Memudahkan
09.00 WIB keperawatan selama 3 x vital perawat menentukan
24 jam, mencapai intervensi
Ketidakefektifan Circulation status dengan - Batasi gerakan selanjutnya.
perfusi jaringan kriteria hasil : kepala ,leher dan
perifer berhubungan a. Tekanan systole dan punggung -Teknik non
dengan hipertensi, distole dalam rentang farmakologis
ICH (intracerebral normal(130/90) - Anjurkan pasien membantu
hemmorrhage) b. Tidak ada tanda-tanda untuk banyak mengurangi kenaikan
tekanan intrakranial lebih istirahat tanda –tanda vital.
dari 15 mmHg
c. (TD: 110-120/60-80 -Kelola obat - Memberikan
mmHg, N: 60-100 x/mnt, amlodipin 10 mg/24 kenyamanan pada
RR: 1620x/mnt, S : jam dan injeksi pasien.
3636,5°C). piracetam 3gr
- Amlodipin sebagai
penurunkan tensi

27
secara farmakaologi

2. Senin, 2 Juni 2018 Setelah diberikan - Mengkaji kekuatan -Mengetahui tanda


09.00 WIB tindakan keperawatan otot skala kekuatan otot
Hambatan mobilitas selama 3 x 24
Fisik berhubungan jam diharapkan mencapai - Lakukan dan -Tindakan non
dengan prnurunan mobiity level dengan ajarkan tindakan famakologis untuk
kekuatan otot kreteria hasil : ROM pada pasien meningkatkan
a. Skala kekuatan otot kekuatan otot
bertambah - Anjurkan pasien
5 5 untuk mengurangi
5 5 makanan atau -Dengan mengurangi
b. Mampu melakukan minuman yang makanan maupun
aktivitas mandiri banyak mengandung minuman yang
c.Tangan sebelah kanan garam banyak
dapat digerakkan secara mengandung
bertahap -Kolaborasi dengan garam dapat
ahli fisioterapi jika membantu
dibutuhkan menurunkan risiko
darah tinggi

-Tindakan non
famakologis untuk
meningkatkan
kekuatan otot
Senin, 2 Juni 2018 Setelah dilakukan asuhan - Pantau tanda- - Mengidentifikasi
09.00 WIB keperawatan selama 3 x tanda vital. tanda-tanda
Risiko Infeksi 24 jam infeksi tidak peradangan
berhubungan dengan terjadi dengan kriteria: - Lakukan terutama bila
Pertahanan Sekunder a. Tidak ada tanda-tanda perawatan luka suhu tubuh
tidak adekuat infeksi (dolor, kalor, dengan teknik meningkat.
rubor, tumor, fungtio aseptic dan
laesa) Lakukan - Mengendalikan
b. Luka bersih, tidak perawatan penyebaran
lembab dan tidak kotor. terhadap prosedur mikroorganisme
c. Balutan infus bersih, invasif seperti patogen.
tidak, lembab, dan tidak infus, kateter,
kotor drainase luka - Untuk
d. Tanda-tanda vital mengurangi
dalam batas normal. - Edukasi pasien risiko infeksi
TD: 110-120/60-80 untuk menjaga nosokomial.
mmHg, kebersihan dan
N: 60-100 x/mnt, selalu cuci tangan - Penurunan Hb
RR: 1620x/mnt, dan peningkatan
S :3636,5°C - Kelola untuk jumlah leukosit

28
pemberian dari normal bisa
antibiotik terjadi akibat
ceftriaxone 1 terjadinya proses
gr/24 jam dan Jika infeksi
ditemukan tanda
infeksi kolaborasi - Antibiotik
untuk mencegah
pemeriksaan perkembangan
darah, seperti Hb mikroorganisme
dan leukosit patogen

G. Tindakan Keperawatan
Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan/implementasi Evaluasi
Senin, 2 Juni Ketidakefektifan 1. mengkaji tanda-tanda vital S :
2018 perfusi jaringan dan keluhan pasien - Pasien mengatakan pusing
perifer berhubungan 2. Menganjurkan pasien untuk badan terasa lemas
dengan hipertensi, banyak istirahat
Jam 11.00 ICH (intracerebral O:
WIB hemmorrhage - KU : Cukup, Composmentis
TTD. - Pasien terlihat lemas -
Bicara pelo
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat -
TD = 200/100 mmHg - Nadi
= 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot

A : Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi -
mengkaji tanda-tanda vital -
Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat tapi sering

Senin, 2 Juli Hambatan mobilitas 1. Mengkaji kekuatan otot S: - Pasien mengatakantangan


2018 11.00 Fisik berhubungan 2. Mengkaji keluhan pasien dan kaki kanan mengalami
WIB dengan prnurunan 3. Menganjurkan pasien untuk kelemah, Pasien mengatakan
kekuatan otot belajar sering menggerakan kebutuhannya dibantu oleh
tangan dan kakinya sesuai yg keluarga

29
telah diajarkan O:
- Ku : Cukup Composmentis
- Kebutuhan ADL dibantu
TTD. oleh keluarga dan perawat
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot
5 4
5 2

A: Hambatan Mobilitas fisik


belum teratasi

P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji kekuatan otot
- Mengkaji keluhan pasien
- Ajarkan pasien ROM
Senin, 2 Juni Risiko Infeksi a. Mengobservasi tanda-tanda S:
2018 09.00 berhubungan vital. - Pasien mengatakan pada
WIB dengan Pertahanan b. Mengobservasi tanda-tanda luka tusukan tidak gatal atau
Sekunder tidak infeksi panas
adekuat
O:
TTD. - Ku : Cukup, Composmentis
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR = 20 x/menit
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubor, kalor, dolor,
fungsiolaesa)

A : resiko infeksi teratasi


sebagian

P : Lanjutkan intervensi -
Mengobservasi tanda-tanda
vital. - Mengobservasi tanda-
tanda infeksi

30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
lainnya. Sel saraf terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung
(neuroglia). Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron
sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi
menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar.

Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan
pada sistem saraf yakni :
a. Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b. Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater
dan duramater.
c. Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah
di antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Fungsi dari cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik
pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini
mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa
keluar metabolit-metabolit

Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi
pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang
menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang
belakang.

Saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak
sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas
tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh
atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan stroke : Nusatirin,2018 Karya tulis ilmiah “ASUHAN


KEPERAWATAN TN. H DENGAN STROKE NON HEMORAGIK DI RUANG
BOUGENVIL RUMAH SAKIT TK. II DR. SOEDJONO MAGELANG ” :
politeknik kesehatan yogyakarta

Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam


Regulasi Kontraksi Otot Rangka. Medan: Fakultas Kedokteran USU.

Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung:

Yrama Widya. Nur, Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung: Sekolah
Tinggi Farmasi.

Sari, Mega. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Medan:


Fakultas Kedokteran USU.

32

Anda mungkin juga menyukai