Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Persarafan” ini dapat di selesaikan tepat
waktu dan sebagaimana mestinya, dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Ibu Widya Sepalanita, S.Kep, Ners. M.Kep, Sp.Kep.MB selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam penyusunan makalah ini
kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktu
untuk membaca makalah ini dan harapan kami dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem Saraf Pusat (SSP) memiliki kriteria yang sama dengan
organ tubuh lainnya yaitu kerjanya sangat bergantung pada aliran darah
yang memadai untuk nutrisi dan pembuangan sisa-sisa metabolismenya.
Suplai darah ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah
yang bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga
dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini
dijamin oleh dua arteria, yaitu a.carotis interna dan a.vertebralis yang
cabang-cabangnya beranastomosis membentuk sirkulus arteriosus willisi
(Price & Wilson, 2006). Stroke adalah penyakit fungsional otak fokal
maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau bahkan sampai berujung pada kematian; akibat
gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan
(Junaidi, 2005). Tanda-tanda klinis pada penyakit stroke berkembang
cepat dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (PERDOSSI, 2011)
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang sistem persyarafan?
2. Asuhan Keperawatan Persyarafan?
3. Jelaskan tentang Stroke?
4. Asuhan Keperawatan pada Stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sistem persyarafan
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Persyarafan
3. Untuk mengetahui tentang Stroke
4. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Stroke
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
3
telinga, lidah, dan kulit. Karena ada indera, dengan mudah kita dapat
mengetahui perubahan yang terjadi di luar tubuh kita.
2. Saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja organ tubuh sehingga
dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsi masing-masing.
3. Saraf sebagai pusat pengendali tanggapan atau reaksi tubuh terhadap
perubahan keadaan di sekitarnya. Karena saraf sebagai pengendali
kerja alat tubuh maka jaringan saraf terdapat pada seluruh alat tubuh
C. Struktur Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
1. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit
dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
3. Akson (Neurit)
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang
yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit
terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril
dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya
rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann
yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan
makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan
4
mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan
mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
D. Klasifikasi Neuron
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi
3 macam, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet
(asosiasi).
1. Sel Saraf Sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor
ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang
(medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan
saraf asosiasi (intermediet).
2. Sel Saraf Motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf
pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh
terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf
pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3. Sel Saraf Intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan
sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel
saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf
intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf
asosiasi lainnya.
5
dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf yang
satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf
tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit.
Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat
kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut
berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.
F. Mekanisme Penghantar Impuls
Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, diantaranya melalui
sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara
tersebut.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel.
Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar
dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan
bahwa rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya
pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini
(depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan
perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai
dengan 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau
tidaknya selubung myelin. Bila impuls telah lewat maka untuk
sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi
perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk
dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang
dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat
atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls
yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas
ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson.
6
Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar
pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak
membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis
terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang
disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis
disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya
yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai
pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan
membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat
kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke
post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya
asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di
sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di
otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan
menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis.
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel
saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka
akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh
membran post-sinapsis.
G. Pembagian Sistem Saraf
Sistem Saraf terdiri atas dua :
1. Sistem Saraf Pusat.
Seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf pusat.
Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang masuk
untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan melalui
saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak,
7
sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Kedua organ tersebut dilindungi juga oleh selaput yang terdiri
dari jaringan ikat meninges.
Sistem Saraf Pusat terbagi atas 2 yaitu:
1. Otak
Bagian-bagian dari otak adalah :
a. Otak besar
Otak besar mengisi penuh bagian depan dari rongga tengkorak, dan
terdiri dari dua belahan (hemifer) besar, yaitu belahan kiri dan belahan
kanan. Belahan kiri mengatur tubuh bagian kanan, sebaliknya belahan
kanan mengatur tubuh bagian kiri.
Otak besar terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (korteks) yang
berisi badan neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu
dendrit dan neurit.
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama.
Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian yang berbeda, yaitu:
Lobus frontalis (daerah dahi), berhubungan dengan kemampuan
berpikir. Lobus temporalis (daerah pelipis), dan ubun-ubun
mengendalikan kemampuan berbicara dan bahasa. Daerah belakang
kepala merupakan pusat penglihatan dan memori tentang apa yang
dilihat. Daerah ubun-ubun selain sebagai pusat berbicara juga pusat
untuk merasakan dingin, panas, dan rasa sakit. Daerah pelipis selain
sebagai pusat bicara juga sebagai pusat pendengaran.
b. Otak tengah
Otak tengah manusia berukuran cukup kecil,dan terletak didepan
otak kecil. Otak tengah berperan dalam pusat pergerakan mata,
misalnya mengangkat kelopak mata, refleks penyempitan pupil mata.
c. Otak belakang
Otak belakang terdiri atas tiga bagian utama yaitu :
Jembatan Varol (pons Varolli)
8
Jembatan Varol berisi serabut yang menghubungkan lobus kiri
dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan antara otak kecil dengan
korteks otak besar.
d. Otak kecil (serebelum),
Otak kecil, terletak di bawah bagian belakang otak belakang. Otak
kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi kegiatan otak,
koordinasi kerja otot dan rangka.
e. Sumsum lanjutan (medula oblongata).
Sumsum lanjutan membentuk bagian bawah batang otak,
berfungsi sebagai pusat pengatur refleks fisiologis, misalnya
pernapasan, detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, gerak alat
pencernaan, gerak refleks seperti batuk, bersin, dan mata berkedip.
Ketiga bagian otak belakang ini membentuk batang otak.
9
Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua
yaitu:
10
menghambat ereksi, memperbesar diameter pembuluh arteri, memperkecil
pupil, mempebesar bronkus dan mengerutkan kantung kemih.
Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi
pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis
11
sehingga suatu cedera kecil sekalipun yang terjedi di situ dapat
menyebabkan kelemahan dan hilangnya perasaan.
4. Kerusakan pada sumsum tulang belakang.
Seringkali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah cedera serius
yang dapat berakibat menyeluruh atau sebagian. Apabila cedera itu
mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai maka penderita
itu tidak tertolong. Apabila saraf frenikus tidak terserang cedera maka
diafragma mungkin tidak terserang, sebaliknya bila saraf frenikus
terserang maka dibutuhkan pernapasan buatan.
5. Spastisitas dan kekakuan.
Pada saat keadaan paralia lemas berlalu, otot mendapat kembali
tonusnya, kendati masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi
spastik dan kaku. Gerak refleks terjadi khususnya pada bagian yang
mempunyai hubungan dengan kelompok otot flexor dan abduktor,
walaupun tidak terdapat pengendalian sadar atas gerakan ini. Kemampuan
pengendalian sadar hilang. Pada tahap ini ada kemungkinan terjadi
deformitas.
6. Terputusnya serabut saraf campuran
yang lazim terjadi pada kecelakaan lalu lintas, dapat menyebabkan
daerah-daerah yang dilayaninya kehilangan kemampuan bergerak, oleh
karena ini merupakan cedera neuron motorik bawah yang menyebabkan
hilangnya perasaan.
7. Neuritis
adalah istilah gabungan yang digunakan dengan dengan adanya
gangguan pada saraf tepi, entah itu karena peradangan, keracunan, seperti
pada neuritis alkohol maupun karena tekanan. Simptom yang timbul
karena peradangan ada macam-macam biasanya berupa rasa sakit yang
justru menghebat pada malam hari, dan tidak berkurang kendati si
penderita beristirahat. Jenis-jenis neuritis dinamakan sesuai dengan plexus
atau urat saraf yang terserang, misalnya :
12
a. Neuritis plexus brakhialis yang mungkin disebabkan infeksi, cedera
ataupun tekanan.
b. Neuritis nervus radialis, dapat cidera apabila lengan dibiarkan
bergelantungan pada sisi alat pengusung atau meja operasi.
c. Tekanan pada nervus ulnaris, dapat timbul karena bertelekan pada
siku pada saat berbaring.
Kompresi nervus medianus dalam saluran karpal
13
· 2.2 Asuhan Keperawatan Persyarafan
· Kasus
By. C datang ke rumah sakit dalam kondisi kejang-kejang. Ibunya
berkata akhir-akhir ini sering sekali kejang. Ibu by. C mengatakan bahwa
sebelumnya by. C mengalami flu, batuk pilek.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 April 2016 pukul 10.00
WIB (Ruang Neurologi)
a. Biodata
Nama : By. C
TTL : Surabaya, 17 Desember 2015
Usia : 5 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Nama ayah/ibu : Tn.A/Ny.K
Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Surabaya
No. DMK : 10-392-85
Tgl. MRS : 13 April 2016
Sumber informasi : Ibu
Diagnosa medis : S. Meningitis
b. Keluhan utama : Kejang
c. Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya di rumah klien mengalami demam, flu dan
batuk, klien mulai kejang pada tanggal 23 April 2016 jam 20.00
(pada saat kejang mata melirik ke atas, pada seluruh badan, setelah
kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih
lewat mulut) dan langsung di bawa ke RS.
d. Riwayat penyakit dulu
Sebelumnya klien pernah msuk rumah sakit dengan diare pada saat
umur 1 bulan
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan
kejang didalan keluarga tidak ada yang menderita sakit flu/batuk
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ibu mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke
bidan didekat rumahnya, ia mengatakan bahwa ia juga
mengonsumsi jamu selama hamil. Menurut ibu, klien lahir kembar
14
di RS dengan berat 1200 gr, tidak langsung menangis, menurut ibu
ketubannya berwarna kehitaman dan kental
g. Analisa data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial ditandai dengan sakit kepala
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
ditandai dengan S: 40oC
C. Rencana Keperawatan
No Dx Kep Tujuan Rencana Rasio
1. Gangguan - Pasien kembali - Pasien bed rest - Perubahan pada
perfusi jaringan pada keadaan total dengan tekanan intakranial
berhubungan status neurologi posisi tidur akan dapat
dengan sebelum sakit terlentang menyebabkan resiko
peningkatan - Meningkatnya tanpa bantal untuk terjadinya
tekanan kesadaran pasien - Monitor tanda- herniasi otak
intrakranial dan fungsin tanda status - Dapat mengurangi
sensorik neurologi kerusakan otak lebih
Kriteria hasil: dengan GCS lanjut
- Tanda-tanda vital - Monitor tanda- - Pada keadaan normal
dalam batas tanda vital autoregulasi
normal seperti TD, memepertahankan
- Rasa sakit kepala Nadi, Suhu, keadaan tekanan
berkurang Respirasi dan darah sistemik
- Kesadaran hati-hati pada berubah secara
meningkat hipertensi fluktuasi. Kegagalan
15
- Adanya sistolik. autoreguler akan
peningkatan - Monitor intake menyebabkan
kognitif dan tidak dan output kerusakan vaskuler
ada atau - Bantu pasien cerebral yang dapat
hilangnya tanda- untuk dimanifestasikan
tanda tekanan mengatasi dengan peningkatan
intrakranial yang muntah, batuk. sistolik dan diikuti
meningkat Anjurkan oleh penurunan
pasien untuk tekanan diastolik.
mengeluarkan Sedangkan
napas apabila peningkatan suhu
bergerak atau dapat
berbalik di menggambarkan
tempat tidur. perjalanan infeksi.
- Kolaborasi - Hipertensi dapat
Berikan cairan menyebabkan
infus dengan peningkatam IWL
perhatian ketat dan meningkatkan
Monitor AGD resiko dehidrasi
bila diperlukan terutama pada pasien
pemberian yang tidak sadar,
oksigen nause yang
- Berikan terapi menurunkan intake
sesuai advis peroral
dokter seperti: - Aktifitas ini dapat
Steroid, mengakibatkan
Aminofel, tekanan intrakranial
Antibiotika dan intrabdomen.
Mengeluarkan napas
sewaktu bergerak
atau merubah posisi
dapat melindungi diri
dari efek valsava
- Meminimalkan
fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan
intrakranial, vetriksi
cairan dan cairan
dapat menurunkan
edema serebral.
- Adanya
kemungkinan
asidosis disertai
dengan pelepasan
oksigen pada tingkat
sel dapat
16
menyebabkan
terjadinya iskemik
serebral
- Terapi yang
diberikan dapat
menurunkan
permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema
serebri. Menurunkan
metabolik
sel/konsumsi dan
kejang
2. Resiko terjadi Klien tidak mengalami - Longgarkan - Proses konveksi akan
kejang ulang kejang selama pakaian, terhalang oleh
berhubungan berhubungan dengan berikan pakaian ketat dan
dengan hipertermi pakaian tipis tidak menyerap
hipertermi Kriteria hasil: yang mudah keringat
- Tidak terjadi menyerap - Perpindahan panas
serangan kejang keringat secara konduksi
ulang - Berikan - Saat demam
- Suhu 36,5-37,5o kompres dingin kebutuhan akan
C - Berikan ektra cairan tubuh
- Nadi 110- cairan (susu, meningkat
120x/mnt (bayi) sari buah dll) - Pemantauan yang
100-110x/mnt - Observasi teratur menentukan
(anak) kejang dan tindakan yang akan
- RR 30-40x/mnt tanda vital dilakukan
(bayi) 4jam - Aktivitas dapat
24-28x/mnt - Batasi aktivitas meningkatkan
(anak) selama anak metabolisme dan
- Kesadaran panas meningkatkan panas
composmentis - Berikan anti - Menurunkan panas
piretika dan pada pusat
pengobatan hipotalamus dan
sesuai advis sebagai propilaksis
D. Tindakan Keperawatan
Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan
Rabu/15/04/16 Gangguan perfusi - Melakukan bed rest tota; paad klien dengan posisi tidur
Jam: 08.00 jaringan berhubungan terlentang tanpa bantal
WIB dengan peningkatan
tekanan intrakranial
- Memonitor tanda-tanda status neurologi
Jam 08.30
WIB - Memonitor intake dan output
17
- Memonitor TTV
Jam 09.00
WIB
- Membantu pasien untuk membantasi gerak atau berbalik
di tempat tidur
Jam 09.30
WIB
- Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat
Jam 10.00 Monitor AGD bila diperlukan pamberian
WIB oksigen
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:
Steroid, Aminofel, Antibiotika
Rabu/15/04/16 Resiko terjadi kejang - Melonggarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang
Jam: 10.00 ulang berhubungan mudah menyerap keringat
WIB dengan hipertermi
E. Evaluasi Keperawatan
No. Dx Hari/tgl/jam SOAP
Kep
1. Kamis, S: Ibu klien mengatakan bahwa tanda-tanda spastik masih terjadi
16/04/16 O:
- Tangan dan kaki klien masih terlihat kaku dan tegang
- Keadaan umum klien masih lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
18
2. Kamis, S: Ibu klien mengatakan bahwa kejang masih terjadi
16/04/16 O:
- Jam 11.00 klien kejang
- Suhu tunuh jam 11. 00 38,6oC
- Keadaan umum klien masih lemah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
2.3 Stroke
A. Pengertian
Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan
karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak
harus selalu mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup agar tetap
hidup dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oksigen dan nutrisi ini
dibawa oleh darah yang mengalir di dalam pembuluh-pembuluh darah yang
menuju sel-sel otak. Apabila karena sesuatu hal aliran darah atau aliran
pasokan oksigen dan nutrisi ini terhambat selama beberapa menit saja, maka
dapat terjadi stroke. Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3
atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Makin
lama penghambatan ini terjadi, efeknya akan makin parah dan makin sukar
dipulihkan. Sehingga tindakan yang cepat dalam mengantisipasi dan
mengatasi serangan stroke sangat menentukan kesembuhan dan pemulihan
kesehatan penderita stroke.
B. Faktor Resiko
C. Gejala Stroke
19
Bicara tidak jelas (rero).
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
Pergerakan yang tidak biasa.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
Ketidakseimbangan dan terjatuh.
Pingsan.
• Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada
muka, tangan atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh saja.
• Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti.
• Satu mata atau kedua mata mendadak kabur.
• Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan.
• Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui sebab
musababnya.
20
5. Makanlah dengan sehat. Anda mungkin sudah mendengarnya ribuan kali,
namun penting artinya bila Anda disiplin memakan sedikitnya lima porsi
buah dan sayuran setiap hari. Hindari makan daging merah terlalu banyak
karena lemak jenuhnya bisa membuat pembuluh darah mengeras.
Konsumsi makanan berserat dapat mengendalikan lemak dalam darah.
6. Kurangi garam. Karena garam akan mengikatkan tekanan darah.
7. Pantau berat badan Anda. Memiliki badan gemuk atau obesitas akan
meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah tinggi, penyakit
jantung dan diabetes, dan semuanya dapat memicu terjadinya stroke.
8. Berolahraga dan aktif. Melakukan aktivitas fisik secara teratur membantu
Anda menurunkan tensi darah dan menciptakan keseimbangan lemak yang
sehat dalam darah.
9. Kurangi alkohol. Meminum alkohol dapat menaikkan tensi darah, oleh
karena itu menguranginya berarti menghindarkan Anda dari tekanan darah
tinggi.
10. Up date pengetahuan Anda. Dengan mengikuti perkembangan informasi
tentang kesehatan, banyak hal penting yang diperoleh guna menghindari
kemungkinan atau menekan risiko stroke. Berhati-hatilah, beragam
hormon termasuk pil dan terapi penggantian hormon HRT diduga dapat
membuat darah menjadi kental dan cenderung mudah menggumpal.
E. Komplikasi
a. TIK meningkat
b. Aspirasi
c. Atelektasis
d. Kontraktur
e. Disritmia jantung
f. Malnutrisi
g. Gagal napas
F. Tindakan Pencegahan
21
c. Peningkatan kegiatan fisik; jalan setiap hari sebagai bagian dari
program kebugaran.
d. Penurunan berat badan apabila kegemukan
e. Berhenti merokok
f. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang
merokok, karena resiko timbulnya serebrovaskular pada wanita
yang merokok dan menelan kontrasepsi oral meningkat sampai 16
kali dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok dan tidak
menelan pil kontrasepsi.
22
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Asr Rindam IV/Diponegoro
Hubungan dengan pasien : Istri
Status perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
saat Pengkajian Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan
untuk bergerak dan bicara pelo.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Alasan masuk RS : pasien mengalami penurunan kesadaran dan mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah kanan
Riwayat kesehatan pasien :pasien mengatakan memiliki penyakit Hipertensi
tahun 2017. Pasien lalu ke IGD dr Soedjono dan kemudian pasien dirawat.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di ruang bugenvil rs dr
soedjono kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan diagnosa hipertensi,pasien belum
pernah menjalani tindakan operasi
Pasien mengatakan tidak mempunyai elergi makanan minuman maupun obat.
3. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
b) Selama sakit
Tabel. Kemampuan perawatan diri
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
23
Ambulasi/ROM √
Ket: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total 4) Kebutuhan Istirahat-tidur
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi : TB = 168cm BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m2
3) Tanda Vital TD = 200/100 mmHg Nadi = 60 x/menit
Suhu = 36,8oC RR = 24 x/menit
(4) Skala Nyeri Pasien mengatakan skala nyeri 1
b. Pemeriksaan head to toe
abnormal :
Ekstremitas
Atas
Tangan kanan mengalami kelemahan dan tangan kiri bisa digerakkan
secara leluasa.
Kekuatan otot kanan 4 dan kiri 5.
Tangan kiri terpasang infus Asering 20 tpm.
Kuku pada jari tangan terlihat bersih
Bawah
kaki kanan mengalami kelemahan dan kiri tidak terjadi kelemahan,
anggota gerak lengkap,
tidak terdapat edema,
kekuatan otot kanan 2 dan kiri 5.
Kuku pada jari kaki terlihat bersih
24
membedakan bau
minyak wangi dan bauk
teh
II Optikus Sensorik Tidak ada gangguan
penglihatan
III Okulomotor Motorik Dilatasi reaksi pupil
normal, terjadi
pengecilan pupil ketika
ada pantulan cahaya.
IV Troklearis Motorik Tidak ada gangguan
dalam pergerakan bola
mata
V Trigeminalis Sensorik Wajah perot
A. Analisa Data
N DATA PENYEBAB MASALAH
O
25
1. DS : Hipertensitroke Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan mengeluh non hemoragik perfusi jaringan
tensi selalu tinggi dan mempunyai perifer
riwayat darah tinggi.
- Pasien mengatakan kepala terasa
pusing
- Pasien mengatakan bicara pelo
sebelum masuk RS
DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- Pasien tampak lemah
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Bicara pelo
- Terdapat gangguan pada
pemeriksaan nervus IX
Glosofaringeus dan XII
Hipoglosus
DS : Penurunan Hambatan
- Pasien mengatakan tangan dan kekuatan mobilitas Fisik
kaki kanan mengalami kelemah otot(kerusakan
- Pasien mengatakan neuron)
kebutuhannya dibantu oleh
keluarga
DO :
- Ku : Cukup, composmentis
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan skala otot
5 4
5 2
26
sedangkan kaki kanan hanya
abduksi dan adduksi
27
secara farmakaologi
-Tindakan non
famakologis untuk
meningkatkan
kekuatan otot
Senin, 2 Juni 2018 Setelah dilakukan asuhan - Pantau tanda- - Mengidentifikasi
09.00 WIB keperawatan selama 3 x tanda vital. tanda-tanda
Risiko Infeksi 24 jam infeksi tidak peradangan
berhubungan dengan terjadi dengan kriteria: - Lakukan terutama bila
Pertahanan Sekunder a. Tidak ada tanda-tanda perawatan luka suhu tubuh
tidak adekuat infeksi (dolor, kalor, dengan teknik meningkat.
rubor, tumor, fungtio aseptic dan
laesa) Lakukan - Mengendalikan
b. Luka bersih, tidak perawatan penyebaran
lembab dan tidak kotor. terhadap prosedur mikroorganisme
c. Balutan infus bersih, invasif seperti patogen.
tidak, lembab, dan tidak infus, kateter,
kotor drainase luka - Untuk
d. Tanda-tanda vital mengurangi
dalam batas normal. - Edukasi pasien risiko infeksi
TD: 110-120/60-80 untuk menjaga nosokomial.
mmHg, kebersihan dan
N: 60-100 x/mnt, selalu cuci tangan - Penurunan Hb
RR: 1620x/mnt, dan peningkatan
S :3636,5°C - Kelola untuk jumlah leukosit
28
pemberian dari normal bisa
antibiotik terjadi akibat
ceftriaxone 1 terjadinya proses
gr/24 jam dan Jika infeksi
ditemukan tanda
infeksi kolaborasi - Antibiotik
untuk mencegah
pemeriksaan perkembangan
darah, seperti Hb mikroorganisme
dan leukosit patogen
G. Tindakan Keperawatan
Hari/tgl/jam Dx Kep Pelaksanaan/implementasi Evaluasi
Senin, 2 Juni Ketidakefektifan 1. mengkaji tanda-tanda vital S :
2018 perfusi jaringan dan keluhan pasien - Pasien mengatakan pusing
perifer berhubungan 2. Menganjurkan pasien untuk badan terasa lemas
dengan hipertensi, banyak istirahat
Jam 11.00 ICH (intracerebral O:
WIB hemmorrhage - KU : Cukup, Composmentis
TTD. - Pasien terlihat lemas -
Bicara pelo
- Kebutuhan ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat -
TD = 200/100 mmHg - Nadi
= 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot
A : Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi -
mengkaji tanda-tanda vital -
Menganjurkan pasien untuk
banyak istirahat tapi sering
29
telah diajarkan O:
- Ku : Cukup Composmentis
- Kebutuhan ADL dibantu
TTD. oleh keluarga dan perawat
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR = 20 x/menit
- Kekuatan otot
5 4
5 2
P: lanjutkan intervensi
- Mengkaji kekuatan otot
- Mengkaji keluhan pasien
- Ajarkan pasien ROM
Senin, 2 Juni Risiko Infeksi a. Mengobservasi tanda-tanda S:
2018 09.00 berhubungan vital. - Pasien mengatakan pada
WIB dengan Pertahanan b. Mengobservasi tanda-tanda luka tusukan tidak gatal atau
Sekunder tidak infeksi panas
adekuat
O:
TTD. - Ku : Cukup, Composmentis
- TD = 200/100 mmHg,
- Nadi = 60 x/menit,
- Suhu = 36,8oC,
- RR = 20 x/menit
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubor, kalor, dolor,
fungsiolaesa)
P : Lanjutkan intervensi -
Mengobservasi tanda-tanda
vital. - Mengobservasi tanda-
tanda infeksi
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
lainnya. Sel saraf terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung
(neuroglia). Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron
sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi
menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan
pada sistem saraf yakni :
a. Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b. Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara piamater
dan duramater.
c. Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah
di antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Fungsi dari cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik
pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. Cairan ini
mengontrol eksitabilitas otak dengan mengatur komposisi ion, membawa
keluar metabolit-metabolit
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi
pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang
menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang
belakang.
Saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak
sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas
tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh
atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.
Bandung:
Yrama Widya. Nur, Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung: Sekolah
Tinggi Farmasi.
32