Anda di halaman 1dari 16

EKSPOSUR OPERASI

BAB 11

11.1 Aliran Kas


11.2 Taksonomi Perusahaan Multinasional
11.3 Dampak Perubahan Kurs Pada Operating Eksposur
11.4 Ilustrasi Operating Eksposur
11.5 Kurs Nominal dan Kurs Riil
11.6 Mengelola Operating Eksposur
11.7 Mengukur Perubahan Cash Flow Akibat Perubahan Kurs

 
Pada bab sebelumnya, kita membahas tentang transaction eksposur yang mempelajari
pengaruh perubahan kurs terhadap transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang-
piutang perusahaan yang terdenominasi dalam mata uang asing. Bab ini mempelajari
pengaruh perubahan kurs terhadap nilai perusahaan. Salah satu metode untuk
menentukan nilai perusahaan adalah dengan men-discounted aliran kas dimasa
yang akan datang. Dengan demikian eksposur operasi ini mempelajari bagaimana
pengaruh perubahan kurs terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang.
Yang dimaksud dengan aliran kas disini adalah aliran kas yang berasal dari aktivitas
operasional perusahaan, yaitu aliran kas yang terkait dengan aktivitas bisnis seperti
dari penjualan barang. Operating eksposur tergantung dari lingkungan dimana
perusahaan tersebut berkompetisi.

ALIRAN KAS
Aliran kas terdiri atas aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas yang
terjadi pada perusahaan multinasional dapat berasal dari tiga macam aktivitas yaitu
aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas investasi.Aktivitas operasi
adalah aliran kas yang berasal dari aktivitas sehari-hari perusahaan seperti hasil
penjualan barang, penggunaan kas untuk pembelian bahan baku atau untuk biaya
tenaga kerja. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas yang menyebabkan aliaran kas
masuk dan keluar yang bersumber dari penerimaan pinjaman, pembayaran bunga dan
pokok pinjaman. Sedangkan aktivitas investasi misalnya berasal dari penerimaan atas
penjualan saham atau penjualan aktiva perusahaan.
Perusahaan multinasional melakukan transksi dengan perusahaan lain
(intercompany ) dan dengan perusahaan dibawah kelompok atau afiliasinya
(intracompany). Dengan demikian aliaran kas perusahaan multinasional berasal dari
ketiga macam aktivitas baik intercompany maupun intracompany.
Dalam teori keuangan, komponen utama aliran kas berasal dari laba bersih
setelah pajak dan depresiasi.  Laba perusahaan tergantung dari selisih antara
penjualan dan biaya-biaya baik produksi dan non produksi. Nilai penjualan diperoleh
melalui dua komponen yaitu harga jual per unit dan kuantitas unit barang yang terjual.
Untuk sebuah perusahaan manufaktur, biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead, sedangkan biaya non-produksi meliputi biaya
administrasi dan umum serta biaya pemasaran.
Bagi perusahaan multinasional yang aktivitas bisnisnya meliputi antar negara,
dan transaksi penjualan barang jadi atau pembelian bahan baku dan bahan setengah
jadi menggunakan mata uang asing, maka cash flow perusahaan tersebut juga
dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang asing. Misalnya perusahaan X di
Indonesia memiliki perusahaan anak Y di Malaysia. Jika X membutuhkan suplai bahan
setengah jadi dari Y, sementara mata uang rupiah semakin menguat terhadap ringgit,
maka harga bahan baku dari Y, berdasarkan nilai rupiah, semakin murah. Ini artinya
dibutuhkan sedikit rupiah untuk mendapatkan barang yang sama. Sebaliknya apabila
rupiah melemah terhadap runggit, maka harga barang dari Y akan semakin mahal bagi
X.

TAKSONOMI PERUSAHAAN MULTINASIONAL


Terdapat empat kemungkinan sebuah perusahaan multinasional menghadapi
perubahan nilai kurs.
1. Perusahaan Domestik Murni
Perusahaan yang beroperasi di suatu negara dengan menggunakan bahan-bahan
produksi lokal dan pendapatan penjualannya juga dari pasar lokal. Perusahaan
seperti ini tidak terlalu terpengaruh terhadap fluktuasi mata uang asing (Kuadran
A).

2. Perusahaan Eksportir
Perusahaan seperti ini menggunakan bahan-bahan produksi lokal namun
pendapatan penjualannya berasal dari pasar asing. Eksportir akan diuntungkan
oleh melemahnya mata uang domestik atau menguatnya mata uang asing dimana
barang tersebut dijual (kuadran B).

3. Perusahaan Importir
Perusahaan seperti ini menggunakan bahan-bahan produksi dari asing namun
pendapatan penjualannya berasal dari pasar domestik. Importir akan dirugikan
ketika mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing, atau ketika mata
uang asing menguat terhadap mata uang domestik. Keadaan seperti itu akan
berdampak negatif terhadap perusahaan (kuadran C).

4. Perusahaan Multinasional global


Perusahaan yang menggunakan baik bahan-bahan produksi lokal ataupun
penerimaan lokal, perusahan ini akan sangat sensitif terhadap perubahan kurs.
Jika perusahaan menggunakan bahan baku dari negra lain, maka biaya produksi
juga sangat terspengaruh oleh fluktuasi mata uang asing dimana bahan-baku
tersebut dibeli. Selanjutnya karena penerimaan penjualannya juga berasal dari
mata uang asing, maka perubahan kurs juga sangat berpengaruh terhadap nilai
penjualan tersebut. Oleh karena itu dampak terhadap perubahan kurs tersebut bisa
positif, negatif atau netral atau tidak berpengaruh secara signifikan (Kuadran D).

Pendapatan
Domestik Asing
Domestik 0 (A) + (B)
Asing - (C) +/-/0 (D)
Berkenaan dengan waktu terjadinya perubahan kurs valas, pada eksposur translasi
perubahan kurs telah terjadi ketika kita mengukur pengaruhnya terhadap laporan
keuangan konsolidasi. Jadi ketika perusahaan induk membuat leporan keuangan yang
mengkonsolidasikan seluruh laporan keuangan perusahaan anak, maka laporan
keuangan konsolidasi tersebut telah disesuaikan dengan perubahan kurs masing-
masing mata uang perusahaan anak terhadap mata uang yang digunakan perusahaan
induk.

Pada eksposur transaksi, -kewajiban finansial akibat transaksi telah terjadi sebelum
terjadinya perubahan kurs. Dengan kata lain aliran kas sudah akan terjadi dalam
waktu dekat. Selanjutnya pada eksposur operasi aliran kas belum terjadi dan masih
merupakan prakiraan, dan perubahan cash flow ini msih tergantung dari kondisi-
kondisi yang akan terjadi misalnya perubahan harga barang, volume penjualan atau
biaya. Selanjutnya eksposur operasi akan mengakomodasi perubahan-perubahan
diatas terhadap perubahan kurs.

DAMPAK PERUBAHAN KURS PADA OPERATING EKSPOSUR


Dampak perubahan kurs ini dapat dibedakan dalam tiga kategori yaitu jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.
a. Jangka pendek
Perusahaan tidak mempunyai cukup waktu untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap harga barang atau faktor biaya. Dengan demikian aliran
kas akan berbeda dari apa yang diharapkan.
b. Jangka menengah.
Jangka menengah ini bisa diukur waktunya antara satu tahun sampai lima tahun.
Pada saat ini terdapat dua kemungkinan, bahwa jika pasar valas dalam keadaan
keseimbangan dan nilai tukar adalah stabil, maka perusahaan dapat
menyesuaikan harga dan biaya untuk menghitung kembali aliran kas. Sebaliknya
apabila pasar valas tidak dalam keadaan keseimbangan dan nilai tukar valas tidak
stabil maka dampak terhadap perubahan kurs tidak bisa diestimasi.
c. Jangka panjang
Dalam jangka panjang atau lebih dari lima tahun, aliran kas perusahaan akan
tergantung dari reaksi pesaing terhadap perubahan kurs. Perusahaan bisa
mengambil kebijakan mengubah haraga jual produk atau mengurangi faktor biaya
untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi persaingan di pasar. Lebih dari itu aliran
kas dalam jangka panjang akan dipengaruhi oleh faktor-faktor makro ekonomi atau
disbut seagai ketidakpastian makroekonomi (Eiteman 235). Selanjutnya aliran kas
dalam jangka panjang dapat dibuat berbagai skenario dari berbagai kemungkinan
perubahan nilai tukar.
Hedging Melalui Pasar Finansial
Apabila perusahaan belum memiliki kepastian dalam memperoleh cash inflow di masa
yang akan datang, dan perusahaan ingin mengurangi risiko yang mungkin timbul,
maka ia dapat melakukan hedging dengan cara membeli mata uang forward. Diskripsi
tabel berikut ini memperlihatan bagaimana hedging bisa mengantisipasi timbulnya
risiko ini .

Tabel 8.1

Alternatif 25 50 75 100 125 150 175


Penerimaan
Casf Flow
Forward
Beli
Jual 100 100 100 100 100 100 100
Net Position -75 -50 -25 0 25 50 75

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa hedging bisa meng-offset cash flow,sehingga


bisa mengurangi deviasi dan secara teoritis keadaan tersebut bisa digambarkan
sebagaimana diagarm berikut ini.

Nilai Cash Flow Rp/$

0 Spot Rate Rp/$


ILUSTRASI OPERATING EXPOSURE
Berikut ini disajikan ilustrasi bagaimana perubahan kurs berdampak pada cash flow
perusahaan mutinasional. Misalkan kita ambil contoh PT AFI (induk perusahaan di
Indonesia ) memiliki 100% saham Zila Shd Berhad di Malaysia. Perusahaan induk
dan anak tersebut bergerak di bidang pembuatan meja komputer. Perusahaan anak
menjual sebagian besar produknya di pasar Malaysia sendiri, sedangkan sisanya
diekspor ke Brunei dan Singapura. Perusahaan anak menggunakan bahan baku kayu
lokal Malaysia dan mempekerjakan tenaga kerja dari Indonesia namun digaji menurut
standar upah Malaysia.
Data awal atau keadaan dasar meliputi:
 Quantitas terjual = 1000 unit
 Harga jual per unit = Rm 400
 Biaya operasional dan non operasional variabel per unit = Rm 200
 Biaya-biaya operasional dan non operasional tetap Rm 40.000
 Biaya depresiasi tahunan Rm 10.000
 Biaya penggunaan modal (cost of capital) = 10%
 Pajak perseroan di Malaysia 40%
 Kurs Rp 2.500/Rm

Tabel 8.1
Kondisi awal Proyeksi cash flow Zila Shd Berhad pada tahun 2004.

Penjualan Rm 400 X 1.000 unit Rm 400.000


Biaya-biaya Variable Rm 200 X 1.000 unit (200.000)
Margin Kontribusi 200.000
Biaya-biaya Tetap (40.000)
Depresiasi (10.000)
Laba Sebelum Pajak 150.000
Pajak 40% (60.000)
Laba Bersih Setelah Pajak 90.000
Penambahan Kembali Depresiasi 10.000
Cash Flow dalam rupiah Rm 100.000
Kurs Rp 2.500/Rm
Cash Flow dalam ringgit Rp 250 juta
Pada bagian bawah Tabel 8.1 terlihat bahwa cash flow dalam ringgit sebesar Rm
100.000, dan jumlah ini jika dikonversi ke rupiah dengan kurs Rp 2.500/Rm diperoleh
Rp 250 juta.
Situasi 1
Selanjutnya asumsikan bahwa semua variabel pembentuk cash flow dalam ringgit
sebagaimana perkiraan awal tersebut tetap tidak berubah, tetapi rupiah menguat
terhadap ringgit yakni dari Rp 2.500/ Rm menjadi Rp 2.400/Rm. Pada situasi ini cash
flow dalam rupiah menjadi Rp 240 juta. (Rm 100.000 X Rp 2.400/Rm). Cash flow
dalam rupiah ini turun sebesar 10 juta rupiah karena terjadi apresiasi rupiah terhadap
ringgit. Jika misalnya kerugian sebesar Rp 10 juta tersebut berlangsung lima tahun
ke depan, dan kita gunakan discount rate sebesar 10% per tahun, maka present value
saat ini akan sebesar :

Rp –10 juta Rp –10 juta Rp –10 juta Rp –10 juta Rp –10 juta
NPV = --------------- + ----------------- + ---------------- + --------------- + ---------------
(1+0,1)1 (1+0,1)2 (1+0,1)3 (1+0,1)4 (1+0,1)5

NPV = Rp - 37,9 juta.

NPV sebesar minus 37,9 juta ini artinya adalah apabila rupiah menguat terhadap
ringgit dan berlangsung selama waktu lima tahun ke depan, maka dengan
menggunakan discount rate 10%, PT AFI akan menderia kerugian sebesar 37,9 juta.
Jadi menguatnya mata uang rupiah terhadap mata uang asing (ringgit) Malaysia,
berdampak merugikan bagi perusahaan induk. Dalam jangka pendek perusahaan
induk tidak bisa berbuat banyak untuk mengantisipasi atau menurunkan risiko akibat
fluktuasi maata uang.

Situasi 2
Pada situasi ini kita berasumsi bahwa jumlah produk yang terjual naik sebesar 25%
dan variabel-variabel lainnya tetap tidak berubah. Kenaikan volume penjualan ini
antara lain karena makin meningkatnya penjualan personal computer, dimana produk
meja komputer ini sebenarnya merupakan barang komplementer dari personal
computer. Hal yang perlu dicermati adalah situasi 2 ini perushaan perlu menambah
modal kerjanya dan diasumsikan bahwa terdapat penambahan modal kerja senilai 20
juta ringgit.

Tabel 8.2
Proyeksi cash flow Zila Shd Berhad tahun 2004 dibawah situasi 2
Situasi 2
Penjualan Rm 400 X 1.250 unit 500.000
Biaya-biaya Variable Rm 200 X 1.250 unit (250.000)
Margin Kontribusi 250.000
Biaya-biaya Tetap (40.000)
Depresiasi (10.000)
Laba Sebelum Pajak 200.000
Pajak 40% (80.000)
Laba Bersih Setelah Pajak 120.000
Penambahan Kembali Depresiasi 10.000
Cash Flow dalam rupiah 130.000
Kurs Rp 2.400/Rm
Cash Flow dalam ringgit Rp 312 juta

Apabila situasi situasi 2 dibandingkan dengan keadaan semula, maka akan ada selisih
cash flow antara situasi 2 dengan situasi semula sebagaimana nampak pada Tabel
8.3.

Tabel 8.3
Kumulaitif present value selisih cash flow antara situasi 2 dan keadaan dasar.
(ringgit dalam ribu, rupiah dalam juta)
Tahun 1 2 3 4 5
Cash Flow dalam Rm 130 130 130 130 130
a)
Modal Kerja (Rm) (20) 20
Total CF (Rm) 110 130 130 130 150
Kurs Rp 2400/Rm
Cash Flow Dalam rupiah 264 312 312 312 312
Cas Flow Keadaan Semula (Rp) 250 250 250 250 250
Selisih 14 62 62 62 110
Discount factor 10% 0,9091 0,8264 0,7513 0,6830 0,6209
Nilai Present Value (Rp) 12,7 51,2 46,6 42,3 68,3
Kumulatif Present Value = 221,1
a)
Modal kerja tahun pertama diperoleh kembali (recaptured) pada tahun ke-5.

Situasi 3
Situasi 3 ini mengasumsikan harga jual produk naik 12,5%, dan terdapat penambahan
modal kerja tahun pertama 15 juta, sedangkan variabel-variabel lain konstan, misalnya
volume penjualan tetap sebesar 1000 unit sebagaimana pada keadaan dasar.

Tabel 8.4
Proyeksi cash flow Zila Shd Berhad tahun 2004 dibawah situasi 3.

Penjualan Rm 450 X 1.000 unit Rm 450.000


Biaya-biaya Variable Rm 220 X 1.000 unit (220.000)
Margin Kontribusi 230.000
Biaya-biaya Tetap (40.000)
Depresiasi (10.000)
Laba Sebelum Pajak 180.000
Pajak 40% (72.000)
Laba Bersih Setelah Pajak 108.000
Penambahan Kembali Depresiasi 10.000
Cash Flow dalam ringgit Rm 118.000
Kurs Rp 2.400/Rm
Cash Flow dalam rupiah Rp 283,2 juta

Tabel 8.5
Kumulaitif present value selisih cash flow antara situasi 3 dan keadaan dasar.
(ringgit dalam ribu, rupiah dalam juta)

Tahun 1 2 3 4 5
Cash Flow dalam Rm 118 118 118 118 118
Modal Kerja (Rm)a) (15) 15
Total CF (Rm) 103 118 118 118 133
Kurs Rp 2400/Rm
Cash Flow Dalam rupiah 247,2 283,2 283,2 283,2 319,2
Cash Flow Keadaan Semula (Rp) 250 250 250 250 250
Selisih -2,8 33,2 33,2 33,2 69,2
Discount factor 10% 0,9091 0,8264 0,7513 0,6830 0,6209
Nilai Present Value (Rp) -2,5 27,4 24,9 22,7 43,0
Kumulatif Present Value=Rp 115,5 juta
a)
Modal kerja tahun pertama diperoleh kembali (recaptured) pada tahun ke-5.

Tabel 8.6
Ringkasan dan perbandingan antara keadaan dasar dan Situasi 1,2,3.
Semula Situasi 1 Situasi 2 Situasi 3
Nilai Tukar Rp2.500/Rm Rp2.400/Rm Rp2.400/Rm Rp2.400/Rm
Volume Penjualan 1.000 unit 1.000 unit 1.250 unit 1.000 unit
Harga jual per unit (Rm) 400 400 400 450
Biaya Variabel per unit 200 200 200 220
(Rm)
Cash flow dalam ribu 100 100 130 118
ringgit
Cash flow dalam juta 250 240 312 283,2
rupiah
PV Selisih Rp - 37,9 221,1 115,5
juta

Analisis diatas tidak lain merupakan analisis sensitivitas yang mengukur tingkat
kepekaan perubahan satu atau lebih variabel terhadap cash flow. Analisis ini
bermanfaat untuk memberikan gambaran simulasi cash flow dengan membuat
berbagai skenario. Dalam contoh diatas secara sederhana digambarkan bagaimana
efek terhadap cash flow ketika terjadi perubahan nilai tukar dan terdapat kenaikan
harga jual, sementara jumlah penjualan tetap, atau ketika volume penjulan naik
sementara harga barang tetap. Akan tetapi yang lebih realistis sebenarnya adalah
terdapat perubahan dua atau lebih variabel secara simultan. Jika hal ini terjadi, maka
perusahaan harus memanage aktivitas operasionalnya untuk meminimalkan efek
negatif yang timbul atau mengoptimumkan manfaat dari perubahan-perubahan
tersebut.

Kurs Nominal dan Kurs Riil


Perubahan kurs dibedakan dalam dua hal yaitu perubahan yang bersifat nominal dan
perubahan yang bersifat riil.1 Perubahan kurs yang bersifat nominal terlihat dari kurs
sebelum terjadinya perubahan dan kurs setelah perubahan, misalnya dari Rp10.000/Є
menjadi Rp 9.000/Є. Sementara itu perubahan kurs yang bersifat riil ditunjukkan oleh
perubahan nilai atau harga barang dan jasa akibat perubahan kurs tersebut. Misalnya
harga sebuah kalkulator saku adalah Rp100.000 pada kurs Rp10.000/Є. Harga ini
setara dengan Є10. Namun ketika kurs menjadi Rp11.000/Є dan harga kalkulator
tersebut hanya berubah menjadi Rp105.000, maka sebenarnya perubahan riil kursnya
adalah Rp10.500/Є. Mestinya harga kalkulator menyesuaikan perubahan kurs
sehingga menjadi Rp 110.000 sebuah, agar tetap senilai Є10. Keadaan ini
digambarkan dalam bagan berikut:

Harga dalam Rp Kurs Harga dalam Є


Rp 100.000 Rp10.000/Є = Є10
Rp …X… Rp11.000/Є = Є10

Jika dicari nilai X, maka akan diperoleh


100.000 10.000
----------- = ------------
X 11.000

dan X = 110.000.
Dari ilustrasi diatas terlihat bahwa perubahan (kenaikan) kurs nominal adalah sebesar
10% (dari Rp10.000/Є menjadi Rp11.000/Є), namun sebenarnya kenaikan kurs riil
hanya sebesar 5% (dari Rp10.000/Є menjadi Rp10.500).
Adanya perbedaan kurs nominal dan kurs riil ini dimungkinkan terjadi karena tidak
dipenuhinya hukum partitas daya beli (purchasing power parity). Berdasarkan teori ini,
harga-harga barang akan selalu menyesuaikan dengan perubahan kurs secara
proporsional, namun kenyataanya tidak selalu demikian.

MENGELOLA OPERATING EXPOSURE

Sebagaimana diuraikan dimuka, komponen pembentuk operating cash flow


terdiri atas beberapa variabel, misalnya harga barang, jumlah barang yang terjual,
biaya variabel dan biaya tetap. Perusahaan harus mengoptimalkan strategi penjualan
untuk meningkatkan revenue. Misalnya melakukan strategi promosi penjulan dan
perluasan lini produk. Pada saat yang sama perusahaan dituntut untuk bisa melakukan
efisiensi biaya dalam rangka memperbesar margin keuntungan. Tindakan-tindakan
tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi risiko akibat perubahan kurs.
Perusahaan multinasional yang memerlukan pasokan input dari satu atau lebih
negara, dan menjual produknya di satu atau lebih pasar asing, akan menghadapi risiko
perubahan kurs. Dari aspek biaya produksi misalnya, jika bahan baku atau bahan
setengah jasi berasal dari impor maka kenaikan kurs mata uang asing akan
berdampak merugikan bagi perusahaan. Misalnya ketika awal krisis moneter tahun
1997-1998, PT Toyota Astra harus membayar semakin mahal harga mesin-mesin dari
Jepang untuk dipasang di mobil Toyota Kijang. Kenaikan biaya produksi ini
mengakibatkan tingginya harga mobil Toyota Kijang.

MENGUKUR PERUBAHAN CASH FLOW AKIBAT PERUBAHAN KURS


Operating cash flow merupakan selisih antara penerimaan operasi dengan
biaya operasi. Penerimaan operasional berasal dari penerimaan penjualan barang atau
jasa, sedangkan biaya opersi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka
menghasilkan barang atau jasa untuk dijual. Biaya-biaya finansial seperti bunga
hutang tidak tergolong dalam komponen untuk menetukan operating cah flow.
Untuk mengukur perkiraan perubahan cash flow akibat dari perubahan kurs,
berikut ini akan diuraikan secara matematis. Untuk keperluan itu kita akan
menggunakan beberapa simbol-simbul berikut ini:
O0 = Operating cash flow tahun ke-0
O1= Operating cash flow tahun ke-1
X0 = Nilai tukar (kurs) tahun ke-0
X1 = Nilai tukar (kurs) tahun ke-1
%ΔO = persentase perubahan O1 dari O0
%ΔX = persentase perubahan X1 dari O0
B0 = operating cash flow eksposur

O1- O0 O1
%ΔO= ---------- = ----- - 1
O0 O0

X1- X0 X1
%ΔX= ---------- = ----- - 1
X0 X0
%ΔO
B0 = ------------
%ΔX

O1/ O0 -1
B0 = --------------
X1/X0 - 1

Selanjutnya kita akan mencari nilai O1 yaitu cash flow yang baru setelah terjadi
perubahan nilai kurs.

X1 O1
B0 ------ - 1 = ------ - 1
X0 O0

X1
O1= O0 B0 ------ - 1 + 1
X0

X1
O1 = O0 1 + B0 ---- - 1 …………………………..
X0

Untuk memperjelas persamaan diatas, berikut ini disajikan contoh perhitungan


dengan tetap menggunakan simbul-simbul di depan.

PT Induk (perusahaan induk di Indonesia) memiliki Penang Shd (perusahaan anak di


Malaysia). Home currency adalah rupiah, sedangkan foreign currency adalah ringgit.

O0 = 400 juta rupiah


O1= …?
X0 = Rm 0,0004/Rp = Rp 2500/Rm
X1 = Rm 0,0005/Rp = Rp 2000/Rm

Rp2000/Rm
O1 = Rp400 juta 1 + 2 ------------ - 1
Rp2500/Rm

= 400 juta {1 + 2(-0,2)}


= 240 juta

Hasil tersebut juga dapat dicari dengan cara menghitung persentase perubahan
nilai tukar yaitu

Rp2000/ Rm
------------------ - 1 = -0,2
Rp2500/Rm

karena B0 = 2, maka persentase kenaikan (+) atau penurunan (-) dari cash flow adalah
2 kali -0,2= -0,4, sehingga nilai O1= 400 juta (1-0,4) = 240 juta.

Pada contoh diatas nilai B0 telah diketahui. Lalu bagaimana caranya untuk
menentukan nilai B0 tersebut?Nilai B0 ini dapat diturunkan dari persamaan yang telah
digunakan diatas.

Operating cash flow sama dengan Operating revenue dikurangi operating cost.
Karena kita akan memprediksi besarnya cash flow di masa yang akan datang, maka
kita menggunakan istilah “yang diharapkan” atau expected. Untuk mencari keuntungan
expected operating cash flow yang diharapkan adalah dengan merasio antara
expected operating cash flow dengan expected operating revenue.
R0 = expected operating revenue pada tahun ke-0
C0 = expected operating cost pada tahun ke-0
BR = operating revenue exposur
BC = operating cost exposur

Keuntungan expected operating cash flow tahun 0 adalah R0 – C0, sedangkan


keuntungan expected operating cash flow tahun 1 adalah R1 – C1.

%ΔR
BR = ----------
%ΔX

R1
----- - 1
R0
= ------------
X1
----- - 1
X0
Sedangkan

%C
Bc = ----------
%ΔX

C1
-------- - 1
C0
BC = ----------------
X1
-------- - 1
X0

R0 C0
B0 = BR ---- - BC -----
O0 O0

Dengan masih menggunakan simbul sebagaimana digunakan diatas,


O0 = 400 ribu
R0= Operating cash flow tahun ke-1
C0 = Nilai tukar (kurs) tahun ke-0
X1 = Nilai tukar (kurs) tahun ke-1
B0 = … ?
1
Alan C, Shaphiro (1995). Foundation of Multinational Financial Management. Prentice Hall. P.237.

Anda mungkin juga menyukai