BAB 11
Pada bab sebelumnya, kita membahas tentang transaction eksposur yang mempelajari
pengaruh perubahan kurs terhadap transaksi-transaksi yang berkaitan dengan utang-
piutang perusahaan yang terdenominasi dalam mata uang asing. Bab ini mempelajari
pengaruh perubahan kurs terhadap nilai perusahaan. Salah satu metode untuk
menentukan nilai perusahaan adalah dengan men-discounted aliran kas dimasa
yang akan datang. Dengan demikian eksposur operasi ini mempelajari bagaimana
pengaruh perubahan kurs terhadap aliran kas perusahaan di masa yang akan datang.
Yang dimaksud dengan aliran kas disini adalah aliran kas yang berasal dari aktivitas
operasional perusahaan, yaitu aliran kas yang terkait dengan aktivitas bisnis seperti
dari penjualan barang. Operating eksposur tergantung dari lingkungan dimana
perusahaan tersebut berkompetisi.
ALIRAN KAS
Aliran kas terdiri atas aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas yang
terjadi pada perusahaan multinasional dapat berasal dari tiga macam aktivitas yaitu
aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan, dan aktivitas investasi.Aktivitas operasi
adalah aliran kas yang berasal dari aktivitas sehari-hari perusahaan seperti hasil
penjualan barang, penggunaan kas untuk pembelian bahan baku atau untuk biaya
tenaga kerja. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas yang menyebabkan aliaran kas
masuk dan keluar yang bersumber dari penerimaan pinjaman, pembayaran bunga dan
pokok pinjaman. Sedangkan aktivitas investasi misalnya berasal dari penerimaan atas
penjualan saham atau penjualan aktiva perusahaan.
Perusahaan multinasional melakukan transksi dengan perusahaan lain
(intercompany ) dan dengan perusahaan dibawah kelompok atau afiliasinya
(intracompany). Dengan demikian aliaran kas perusahaan multinasional berasal dari
ketiga macam aktivitas baik intercompany maupun intracompany.
Dalam teori keuangan, komponen utama aliran kas berasal dari laba bersih
setelah pajak dan depresiasi. Laba perusahaan tergantung dari selisih antara
penjualan dan biaya-biaya baik produksi dan non produksi. Nilai penjualan diperoleh
melalui dua komponen yaitu harga jual per unit dan kuantitas unit barang yang terjual.
Untuk sebuah perusahaan manufaktur, biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja dan biaya overhead, sedangkan biaya non-produksi meliputi biaya
administrasi dan umum serta biaya pemasaran.
Bagi perusahaan multinasional yang aktivitas bisnisnya meliputi antar negara,
dan transaksi penjualan barang jadi atau pembelian bahan baku dan bahan setengah
jadi menggunakan mata uang asing, maka cash flow perusahaan tersebut juga
dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang asing. Misalnya perusahaan X di
Indonesia memiliki perusahaan anak Y di Malaysia. Jika X membutuhkan suplai bahan
setengah jadi dari Y, sementara mata uang rupiah semakin menguat terhadap ringgit,
maka harga bahan baku dari Y, berdasarkan nilai rupiah, semakin murah. Ini artinya
dibutuhkan sedikit rupiah untuk mendapatkan barang yang sama. Sebaliknya apabila
rupiah melemah terhadap runggit, maka harga barang dari Y akan semakin mahal bagi
X.
2. Perusahaan Eksportir
Perusahaan seperti ini menggunakan bahan-bahan produksi lokal namun
pendapatan penjualannya berasal dari pasar asing. Eksportir akan diuntungkan
oleh melemahnya mata uang domestik atau menguatnya mata uang asing dimana
barang tersebut dijual (kuadran B).
3. Perusahaan Importir
Perusahaan seperti ini menggunakan bahan-bahan produksi dari asing namun
pendapatan penjualannya berasal dari pasar domestik. Importir akan dirugikan
ketika mata uang domestik melemah terhadap mata uang asing, atau ketika mata
uang asing menguat terhadap mata uang domestik. Keadaan seperti itu akan
berdampak negatif terhadap perusahaan (kuadran C).
Pendapatan
Domestik Asing
Domestik 0 (A) + (B)
Asing - (C) +/-/0 (D)
Berkenaan dengan waktu terjadinya perubahan kurs valas, pada eksposur translasi
perubahan kurs telah terjadi ketika kita mengukur pengaruhnya terhadap laporan
keuangan konsolidasi. Jadi ketika perusahaan induk membuat leporan keuangan yang
mengkonsolidasikan seluruh laporan keuangan perusahaan anak, maka laporan
keuangan konsolidasi tersebut telah disesuaikan dengan perubahan kurs masing-
masing mata uang perusahaan anak terhadap mata uang yang digunakan perusahaan
induk.
Pada eksposur transaksi, -kewajiban finansial akibat transaksi telah terjadi sebelum
terjadinya perubahan kurs. Dengan kata lain aliran kas sudah akan terjadi dalam
waktu dekat. Selanjutnya pada eksposur operasi aliran kas belum terjadi dan masih
merupakan prakiraan, dan perubahan cash flow ini msih tergantung dari kondisi-
kondisi yang akan terjadi misalnya perubahan harga barang, volume penjualan atau
biaya. Selanjutnya eksposur operasi akan mengakomodasi perubahan-perubahan
diatas terhadap perubahan kurs.
Tabel 8.1
Tabel 8.1
Kondisi awal Proyeksi cash flow Zila Shd Berhad pada tahun 2004.
Rp –10 juta Rp –10 juta Rp –10 juta Rp –10 juta Rp –10 juta
NPV = --------------- + ----------------- + ---------------- + --------------- + ---------------
(1+0,1)1 (1+0,1)2 (1+0,1)3 (1+0,1)4 (1+0,1)5
NPV sebesar minus 37,9 juta ini artinya adalah apabila rupiah menguat terhadap
ringgit dan berlangsung selama waktu lima tahun ke depan, maka dengan
menggunakan discount rate 10%, PT AFI akan menderia kerugian sebesar 37,9 juta.
Jadi menguatnya mata uang rupiah terhadap mata uang asing (ringgit) Malaysia,
berdampak merugikan bagi perusahaan induk. Dalam jangka pendek perusahaan
induk tidak bisa berbuat banyak untuk mengantisipasi atau menurunkan risiko akibat
fluktuasi maata uang.
Situasi 2
Pada situasi ini kita berasumsi bahwa jumlah produk yang terjual naik sebesar 25%
dan variabel-variabel lainnya tetap tidak berubah. Kenaikan volume penjualan ini
antara lain karena makin meningkatnya penjualan personal computer, dimana produk
meja komputer ini sebenarnya merupakan barang komplementer dari personal
computer. Hal yang perlu dicermati adalah situasi 2 ini perushaan perlu menambah
modal kerjanya dan diasumsikan bahwa terdapat penambahan modal kerja senilai 20
juta ringgit.
Tabel 8.2
Proyeksi cash flow Zila Shd Berhad tahun 2004 dibawah situasi 2
Situasi 2
Penjualan Rm 400 X 1.250 unit 500.000
Biaya-biaya Variable Rm 200 X 1.250 unit (250.000)
Margin Kontribusi 250.000
Biaya-biaya Tetap (40.000)
Depresiasi (10.000)
Laba Sebelum Pajak 200.000
Pajak 40% (80.000)
Laba Bersih Setelah Pajak 120.000
Penambahan Kembali Depresiasi 10.000
Cash Flow dalam rupiah 130.000
Kurs Rp 2.400/Rm
Cash Flow dalam ringgit Rp 312 juta
Apabila situasi situasi 2 dibandingkan dengan keadaan semula, maka akan ada selisih
cash flow antara situasi 2 dengan situasi semula sebagaimana nampak pada Tabel
8.3.
Tabel 8.3
Kumulaitif present value selisih cash flow antara situasi 2 dan keadaan dasar.
(ringgit dalam ribu, rupiah dalam juta)
Tahun 1 2 3 4 5
Cash Flow dalam Rm 130 130 130 130 130
a)
Modal Kerja (Rm) (20) 20
Total CF (Rm) 110 130 130 130 150
Kurs Rp 2400/Rm
Cash Flow Dalam rupiah 264 312 312 312 312
Cas Flow Keadaan Semula (Rp) 250 250 250 250 250
Selisih 14 62 62 62 110
Discount factor 10% 0,9091 0,8264 0,7513 0,6830 0,6209
Nilai Present Value (Rp) 12,7 51,2 46,6 42,3 68,3
Kumulatif Present Value = 221,1
a)
Modal kerja tahun pertama diperoleh kembali (recaptured) pada tahun ke-5.
Situasi 3
Situasi 3 ini mengasumsikan harga jual produk naik 12,5%, dan terdapat penambahan
modal kerja tahun pertama 15 juta, sedangkan variabel-variabel lain konstan, misalnya
volume penjualan tetap sebesar 1000 unit sebagaimana pada keadaan dasar.
Tabel 8.4
Proyeksi cash flow Zila Shd Berhad tahun 2004 dibawah situasi 3.
Tabel 8.5
Kumulaitif present value selisih cash flow antara situasi 3 dan keadaan dasar.
(ringgit dalam ribu, rupiah dalam juta)
Tahun 1 2 3 4 5
Cash Flow dalam Rm 118 118 118 118 118
Modal Kerja (Rm)a) (15) 15
Total CF (Rm) 103 118 118 118 133
Kurs Rp 2400/Rm
Cash Flow Dalam rupiah 247,2 283,2 283,2 283,2 319,2
Cash Flow Keadaan Semula (Rp) 250 250 250 250 250
Selisih -2,8 33,2 33,2 33,2 69,2
Discount factor 10% 0,9091 0,8264 0,7513 0,6830 0,6209
Nilai Present Value (Rp) -2,5 27,4 24,9 22,7 43,0
Kumulatif Present Value=Rp 115,5 juta
a)
Modal kerja tahun pertama diperoleh kembali (recaptured) pada tahun ke-5.
Tabel 8.6
Ringkasan dan perbandingan antara keadaan dasar dan Situasi 1,2,3.
Semula Situasi 1 Situasi 2 Situasi 3
Nilai Tukar Rp2.500/Rm Rp2.400/Rm Rp2.400/Rm Rp2.400/Rm
Volume Penjualan 1.000 unit 1.000 unit 1.250 unit 1.000 unit
Harga jual per unit (Rm) 400 400 400 450
Biaya Variabel per unit 200 200 200 220
(Rm)
Cash flow dalam ribu 100 100 130 118
ringgit
Cash flow dalam juta 250 240 312 283,2
rupiah
PV Selisih Rp - 37,9 221,1 115,5
juta
Analisis diatas tidak lain merupakan analisis sensitivitas yang mengukur tingkat
kepekaan perubahan satu atau lebih variabel terhadap cash flow. Analisis ini
bermanfaat untuk memberikan gambaran simulasi cash flow dengan membuat
berbagai skenario. Dalam contoh diatas secara sederhana digambarkan bagaimana
efek terhadap cash flow ketika terjadi perubahan nilai tukar dan terdapat kenaikan
harga jual, sementara jumlah penjualan tetap, atau ketika volume penjulan naik
sementara harga barang tetap. Akan tetapi yang lebih realistis sebenarnya adalah
terdapat perubahan dua atau lebih variabel secara simultan. Jika hal ini terjadi, maka
perusahaan harus memanage aktivitas operasionalnya untuk meminimalkan efek
negatif yang timbul atau mengoptimumkan manfaat dari perubahan-perubahan
tersebut.
dan X = 110.000.
Dari ilustrasi diatas terlihat bahwa perubahan (kenaikan) kurs nominal adalah sebesar
10% (dari Rp10.000/Є menjadi Rp11.000/Є), namun sebenarnya kenaikan kurs riil
hanya sebesar 5% (dari Rp10.000/Є menjadi Rp10.500).
Adanya perbedaan kurs nominal dan kurs riil ini dimungkinkan terjadi karena tidak
dipenuhinya hukum partitas daya beli (purchasing power parity). Berdasarkan teori ini,
harga-harga barang akan selalu menyesuaikan dengan perubahan kurs secara
proporsional, namun kenyataanya tidak selalu demikian.
O1- O0 O1
%ΔO= ---------- = ----- - 1
O0 O0
X1- X0 X1
%ΔX= ---------- = ----- - 1
X0 X0
%ΔO
B0 = ------------
%ΔX
O1/ O0 -1
B0 = --------------
X1/X0 - 1
Selanjutnya kita akan mencari nilai O1 yaitu cash flow yang baru setelah terjadi
perubahan nilai kurs.
X1 O1
B0 ------ - 1 = ------ - 1
X0 O0
X1
O1= O0 B0 ------ - 1 + 1
X0
X1
O1 = O0 1 + B0 ---- - 1 …………………………..
X0
Rp2000/Rm
O1 = Rp400 juta 1 + 2 ------------ - 1
Rp2500/Rm
Hasil tersebut juga dapat dicari dengan cara menghitung persentase perubahan
nilai tukar yaitu
Rp2000/ Rm
------------------ - 1 = -0,2
Rp2500/Rm
karena B0 = 2, maka persentase kenaikan (+) atau penurunan (-) dari cash flow adalah
2 kali -0,2= -0,4, sehingga nilai O1= 400 juta (1-0,4) = 240 juta.
Pada contoh diatas nilai B0 telah diketahui. Lalu bagaimana caranya untuk
menentukan nilai B0 tersebut?Nilai B0 ini dapat diturunkan dari persamaan yang telah
digunakan diatas.
Operating cash flow sama dengan Operating revenue dikurangi operating cost.
Karena kita akan memprediksi besarnya cash flow di masa yang akan datang, maka
kita menggunakan istilah “yang diharapkan” atau expected. Untuk mencari keuntungan
expected operating cash flow yang diharapkan adalah dengan merasio antara
expected operating cash flow dengan expected operating revenue.
R0 = expected operating revenue pada tahun ke-0
C0 = expected operating cost pada tahun ke-0
BR = operating revenue exposur
BC = operating cost exposur
%ΔR
BR = ----------
%ΔX
R1
----- - 1
R0
= ------------
X1
----- - 1
X0
Sedangkan
%C
Bc = ----------
%ΔX
C1
-------- - 1
C0
BC = ----------------
X1
-------- - 1
X0
R0 C0
B0 = BR ---- - BC -----
O0 O0