Disusun Oleh :
Kelompok 4
Israk Fabian Hasan (18311005)
Abad Amru Al Majid (18311021)
Anditori Ramadhan (18311037)
Damastri Angga Hadi (18311040)
Farrel Anggara (18311062)
Ichwan Mastito (18311064)
Strategic sealift vessel (SSV) bikinan PT PAL seharusnya menjadi kebanggaan Indonesia. Itu
adalah kapal perang pertama yang diekspor industri dalam negeri. Sayang, prestasi tersebut
tercoreng oleh kasus dugaan korupsi yang kini tengah diusut Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Kemarin (31/3) Dirut PT PAL M. Firmansyah Arifin ditetapkan sebagai tersangka karena
tuduhan menerima hadiah terkait penjualan kapal itu. Penetapan Firmansyah sebagai tersangka
hanya selang sehari dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK di Jakarta.
B. Permasalahan Utama
Strategic sealift vessel (SSV) bikinan PT PAL seharusnya menjadi kebanggaan Indonesia. Itu
adalah kapal perang pertama yang diekspor industri dalam negeri. Sayang, prestasi tersebut
tercoreng oleh kasus dugaan korupsi yang kini tengah diusut Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Kemarin (31/3) Dirut PT PAL M. Firmansyah Arifin ditetapkan sebagai tersangka karena
tuduhan menerima hadiah terkait penjualan kapal itu. Penetapan Firmansyah sebagai tersangka
hanya selang sehari dari operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK di Jakarta.
Selain dia, ada tiga orang lain yang ditetapkan sebagai tersangka. Yaitu, General Manager (GM)
Treasury PT PAL Arief Cahyana, Direktur Keuangan PT PAL Saiful Anwar, serta Agus
Nugroho, perantara suap dari Ashanti Sales Inc Filipina, perusahaan agen penjualan kapal perang
SSV.
Tiga di antara empat tersangka sudah diamankan KPK. Yakni, Firmansyah, Arief, dan Agus.
Saiful Anwar belum ditangkap karena masih berada di luar negeri. “Kami minta supaya yang
bersangkutan (Saiful Anwar, Red) kembali ke Indonesia,” ujar Wakil Ketua KPK Basaria
Pandjaitan di Jakarta kemarin.
KPK menyita barang bukti berupa uang USD 25 ribu (Rp 350 juta) dalam OTT tersebut. Uang
itu didapat dari Arief yang ditangkap saat dalam perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta,
Jakarta, Kamis (30/3) sekitar pukul 13.00 WIB. Tim kemudian berlanjut ke MT Haryono (MTH)
Square, Jakarta Timur, dan mengamankan delapan orang. Salah satunya Agus Nugroho, pemberi
uang itu.
Tim melanjutkan pengembangan OTT ke Surabaya pukul 20.00 WIB pada hari yang sama.
Mereka memeriksa sejumlah pejabat PT PAL yang berkantor di Tanjung Perak. Ada tujuh
pejabat PT PAL yang diboyong ke Polda Jatim untuk diperiksa. KPK juga memeriksa sejumlah
ruangan di kantor perusahaan pelat merah itu. “Esoknya (kemarin, Red) dibawa satu orang MFA
untuk pemeriksaan lebih lanjut, yang lain enam tidak dibawa ke Jakarta,” jelas Basaria.
Setelah mengumpulkan barang bukti dan memeriksa belasan saksi, KPK akhirnya memutuskan
menaikkan status kasus itu ke penyidikan. Empat orang yang diduga berkaitan dengan uang hasil
OTT KPK pertama di sektor perkapalan tersebut lantas ditetapkan sebagai tersangka. Sedangkan
saksi lain dipulangkan. “Uang itu merupakan bagian total commitment fee yang akan diterima
oknum pejabat PT PAL,” ujarnya.
Menurut Basaria, uang yang diamankan merupakan pembayaran commitment fee tahap kedua.
Sebelumnya, pada Desember, duit haram juga mengalir kepada para pejabat PT PAL sebesar
USD 163 ribu (Rp 2,2 miliar). Rencananya total uang komitmen dari perusahaan agen yang akan
didistribusikan adalah USD 1,087 juta (Rp 14,4 miliar).
Semua uang itu merupakan kesepakatan antara PT PAL dan perusahaan agensi penjualan kapal
SSV, Ashanti Sales Inc Filipina. Pihak agen sejatinya mendapatkan fee 4,75 persen (USD 4,1
juta) dari penjualan dua unit kapal SSV sebesar USD 86,96 juta (Rp 1,15 triliun). Nah, 1,25
persen dari nilai itulah yang disepakati untuk diberikan kepada sejumlah pejabat PT PAL.
C. Solusi Alternatif
2. Di Indonesia sendiri, UU yang mengatur tindak kejahatan KKN masih sangat terbatas
pada keuangan negara. Padahal suap menyuap marak terjadi pada perusahaan swasta.
Para oknum di perusahaan kerap melakukan mark-up pada anggaran perusahaan demi
kepentingannya sendiri, sehingga berdampak pada kerugian perusahaan. Mengatasi hal
tersebut dari sisi badan penegak hukum, KPK sendiri telah menyusun 10 program
pencegahan terhadap maraknya gratifikasi antara lain :
1.Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Gratifikasi
yang saat ini sedang berjalan di Kementerian Hukum dan HAM.
2.Membangun koalisi dan advokasi bersama di tingkat pusat dalam wadah Komite
Advokasi Nasional (KAN) di sektor infrastruktur termasuk properti, minyak, gas dan
tambang, kesehatan, pendidikan, kehutanan dan sektor pangan.
4.Menerbitkan panduan pencegahan korupsi sektor swasta baik perusahaan besar dan
Usaha Kecil Menengah (UKM).
5. Mensosialisasikan risiko hukum bagi perusahaan sebagai subjek hukum (legal person)
dan tanggung jawab pidananya (corporate criminal liability), sebagaimana diatur dalam
Peraturan Mahkamah Agung No 13 Tahun 2016.
Sementara dari perusahaan, seperti yang telah dijelaskan pada 10 program KPK,
perusahaan dapat memutus kontrak kerja sama terhadap pihak pemberi gratifikasi. Dari literasi
lain, terdapat perusahaan yang membangun Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG). Unit ini
memungkinkan untuk dapat meningkatkan integritas pegawainya pada prinsip akuntabilitas
dengan rutin merilis Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Laporan harta
kekayaan juga berlaku pada seluruh pegawai yang berhubungan dengan pihak ketiga.
Transparansi perusahaan dapat menjadi acuan untuk melakukan Langkah pencegahan terhadap
gratifikasi seperti yang terjadi pada PT. PAL.
Solusi yang kami pilih adalah memberhentikan Direktur Utama PT PAL Indonesia serta
General Manager (GM) Treasury PT PAL Indonesia dan Direktur Keuangan PT PAL Indonesia
selaku perantara suap. Supaya budaya suap (korupsi) di instansi BUMN hilang. Kasus-kasus
seperti ini juga berpotensi mengganggu penjualan PT PAL ke luar negeri. Keputusan ini juga
diharapkan agar menjadi peringatan bagi BUMN-BUMN lain untuk tidak melakukan
penyimpangan yang berujung pada sanksi hokum.
NGGO TAMBAHAN REFERENSI. SEPURANE NEK AKEH SALAH E. NUWUN.
https://www.gadjian.com/blog/2017/12/20/5-1-cara-bagi-pengusaha-untuk-mencegah-
korupsi-di-perusahaan/