Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Nama:vasco freito soleman sahureka

Npm:12161201210038

Tugas:

1. Kasus keuangan
2. kasus operasional
3. kasus akuntansi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha kuasa karena atas karuniaNya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah Etika Bisnis dan Profesi. Tugas ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas dari mata kuliahEtika Bisnis dan Profesi. Selain itu juga saya ingin
memberikan pengetahuan

mengenai bagimana Budaya dan Etika dalam berbisnis.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Etika
bisnis yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada saya dalam menyusun tugas ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, khususnya dari
teman-teman mahasiswa dan dosen mata kuliah.
DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR:..................................................................................................

DAFTAR ISI:................................................................................................................

BAB I:..........................................................................................................................

PENDAHULUAN:....................................................................................................

BAB II:.........................................................................................................................

PERMASALAHAN KASUS:....................................................................................

PEMBAHASAN ANALISA KASUS:........................................................................

BAB III:........................................................................................................................

PENUTUP:..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pentingnya penerapan Etika Profesi merupakan pedoman yang penting dalam berperilaku
yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini banyak sekali pelanggaran dan kecurangan
yang timbul akibat penerapan etika profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan-
kecurangan yang timbul karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam berperilaku.
Disini akan diulas beberapa kasus tentang etika profesi khususnya bidang akuntansi. Hal ini
menjadi menarik karena bidang akuntansi menjadi pondasi ekonomi yang baik dalam negeri
Indonesia ini.

Maka dari itu, pemahaman akan etika dalamkehidupan bertetangga dan bermasyarakat sangat 
penting untuk dalam mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
BAB II

PERMASALAHAN KASUS

1. KASUS KEUANGAN.
Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut Sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan
Pengawas Keuangan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang
pernah diauditnya antara tahum 1995 – 1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis,
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, Sembilan dari sepuluh KAP yang
melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya
mayoritas bank – bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank – bank yang
dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP
tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY , S & S, SD &R, dan
RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.
Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa
untuk memoles laporannnya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu
kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan
kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak
kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekedar “human error” atau kesalahan
dalam penulisan laporan keungan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada
berbagai penyimpangan dan pelanggaran yang coba ditutupi dengan melakukan
rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu
kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena
kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai. Kesembilan KAP itu
telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan
masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam
waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan
administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan
publik itu,” tegasnya. Menurut Teten, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari
kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya
yang melanggar kode etik profesi akuntan.

2. KASUS OPERASIONAL.
Johnson & Johnson adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan
dan pemasaran obat-obatan dan alat kesehatan lainnya di banyak negara di dunia.
Pada hari kamis tgl 30 September 1982, laporan mulai diterima oleh kantor pusat
Johnson & Johnson bahwa adanya korban meninggal dunia di Chicago setelah
meminum kapsul obat Extra Strength Tylenol. Tylenol adalah obat rasa nyeri yang di
produksi oleh McNeil Consumer Product Company yang kemudian menjadi bagian
anak perusahaan Johnson & Johnson.Kasus kematian ini menjadi awal penyebab
rangkaian crisis management yang telah dilakukan oleh Johnson & Johnson.
Penyelidikan terhadap kasus kematian itu menyatakan bahwa terkandung sianida di
dalam kemasan Tylenol. Sianida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
melakukan test bahan baku di pabrik. Jika dikonsumsi oleh masusia maka akan
menyebabakan kematian mendadak. Awalnya temuan ini dibantah oleh perusahaan
akibat salah komunikasi namun keesokan harinya diumumkan langsung kepada media
massa. Dugaan sementara adalah ada sekelompok orang yang membeli Tylenol dalam
jumlah besar kemudian membubuhi sianida kedalamnya lalu menjual kembali Tylenol
ke pasar. Menjelang sore hari, perusahaan meyakini bahwa pembubuhan sianida
bukan terjadi di pabrik Fort Washington, Pennsylvania, namun perusaahn tidak mau
menannggung resiko dan memutuskan untuk menarik kembali peredaran semua
93.000 botol dari batch itu yang dibubuhi racun. Semua kegiatan promosi Tylenol pun
dibatalkan.
Keesokan harinya, pimpinan perusahaan menerima laporan lagi mengenai terdapatnya
korban keenam yang meminum kapsul Tylenol yang diproduksi di Round Rock,
texas. Hal ini tambah meyakinkan pimpinan perusahaan bahwa pembunuhan racun
terjadi di Chicago dan bukan dii pabrik Johnson & Johnson, sebab sangat mustahil
untuk melakukan pembubuhan racun pada dua pabrik pembuat Tylenol

3. KASUS AKUNTANSI
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup
Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada
tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan
mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Selain PT AAG, terdapat
perusahaan lain yang berada di bawah naungan Grup Raja Garuda Mas, di antaranya:
Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL), Indorayon, PEC-
Tech, Sateri International, dan Pacific Oil & Gas.
a. Asian Agri merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di
Asia dengan kapasitas produksi per tahun mencapi 1 juta ton. Saat ini, Asian
Agri mengelola 28 perkebunan minyak kelapa sawit dan 19 pabrik
pengilangan minyak kelapa sawit. Perusahaan ini memiliki total area
perkebunan kelapa sawit sebesar 160.000 hektar, yang mana 60.000 hektar
diantaranya dikembangkan oleh para petani kecil di bawah Plasma/Skema
KKPA. Ini adalah salah satu skema kerja sama komunitas paling besar dan
paling sukses di Indonesia yang telah membawa keuntungan ekonomi dan
transformasi sosial bagi 29.000 keluarga petani plasma yang semuanya
berlokasi di Sumatera.
AWAL MULA PENGGELAPAN PAJAK PT. AAG DIKETAHUI NEGARA
Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius
Amin Sutanto (Vincent) berusaha mencuri uang perusahaan AAG dengan membobol
brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13
November 2006.
b. Vincent saat itu menjabat sebagai group financial controller di PT AAG –
yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus
oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent kabur ke
Singapura dengan membawa sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut.
Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vincent dan
wartawan Tempo.
c. Pada tanggal 1 Desember 2006 Vincent sengaja datang ke KPK untuk
membeberkan permasalahan keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan
sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah satu dokumen tersebut
adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under
Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat
semua persiapan transfer pricing PT AAG233 secara terperinci dan
membeberkan penyimpangan pajak yang dilakukan PT AAG.
d. Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan
menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang
permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.Direktur
Jendral Pajak Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri
atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung.

e. Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk


penggeledahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di
Medan. Kemudian, penyidik menemukan pelanggaran administrasi sekaligus
pelanggaran pidana yang dilakukan Suwir Laut dan lainnya. Dan pada bulan
Desember 2007 telah ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing
berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang
tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan penanggung jawab
perusahaan
f. Selanjutnya, kasus ini diproses hukum hingga akhirnya MA memutuskan
Suwir Laut bersalah dan 14 perusahaan yang tergabung dalam AAG turut
dihukum dengan membayar pajak terhutang Rp. 1.259.977.695.652 dan
hukuman denda 2 kali pajak terhutang, yaitu sebesar Rp 2,5 triliun.
g. Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari
pemberitaan investigatif Tempo baik koran maupun majalah dan
pengungkapan dari Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara,
apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap, mestinya dua pihak ini
mendapat perlindungan sebagai whistle blower (tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan kekurangan
yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain, berkaitan
dengan kecurangan yang merugikan perusahaan sendiri maupun pihak lain).
h. Kenyataannya, Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang –
karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT
AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum 11 tahun penjara pada 3
April 2008 akan tetapi, bebas bersyarat pada 11 januari 2013 karena
dinyatakan sebagai justice collaborator (istilah untuk narapidana yang
bekerjasama dengan aparat penegak hukum, mengungkapkan kejahatan yang
lebih besar). Sementara itu, pesan pendek (SMS) Metta Dharmasaputra –
wartawan Tempo disadap aparat penegak hukum, print-out-nya beredar di
kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan
komunikasinya dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan Pers, bahkan
nyaris diproses secara pidana.

BABIII

PEMBAHASAN ANALISA KASUS

KASUS KEUANGAN

Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi akuntan.
· Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi.
Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi jasa
professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham.
Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan palsu, maka akuntan telah menyalahi
kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat
dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
· Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik.
Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Dalam kasus ini, para akuntan dianggap telah menghianati kepercayaan publik dengan
penyajian laporan keuangan yang direkayasa.
· Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas
Prinsip integritas yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi
mungkin.
Dalam kasus ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada
masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.
· Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas.
Prinsip objektifitas yaitu setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Mereka
telah bertindak berat sebelah yaitu, mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat
memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan pihak
lain.

KASUS OPERASIONAL

• Kenapa kasus bisa terjadi?

Kasus bermula pada bulan September 1982, di mana tylenol yang merupakan salah satu
produk Johson & Johson terkontaminasi oleh racun sianida dan menyebabkan tujuh orang
meninggal di Chicago. Kasus meninggalnya konsumen tersebut menjadi sorotan oleh media
massa dan masyarakat Amerika Serikat dan diikuti tentang berbagai laporan dan pemberitaan
tentang 250 kematian dan penyakit sebagai akibat mengkonsumsi kapsul Tylenol.Aktivitas
organisasi atau dalam kasus ini adalah perusahaan Johson & Johson tentu diharapkan mampu
memberikan manfaat kesembuhan bagi publik. Akan tetapi obat yang diproduksi oleh Johson
& Johson justru mengakibatkan kematian pada masyarakat di Chicago. Dari sini kemudian
isu bahwa Tylenol terkontaminasi racun sianida sehingga bisa menimbulkan kematian orang
yang mengkonsumsinya Sehingga bisa disimpulkan bahwa kasus yang terjadi pada Johnson
& Johnsonini disebabkan oleh adanya isu tentang adanya racun sianida yang telah tercampur
dalam kapsul Tylenol sehingga mengakibatkan kematian pada beberapa orang di Chicago. Isu
ini kemudian membuat perusahaan mendapat banyak pemberitaan negatif dari media dan
menimbulkan kepanikan banyak orang. Pada kondisi inilah perusahaan dapat disebut
mengalami krisis.

• Jenis dan Tahapan Isu

Isu eksternal adalah isu yang mencakup peristiwa yang berkembang di luar organisasi yang
berpengaruh langsung atau tidak langsung pada aktivitas organisasi. Kasus Tylenol
perusahaan Johnson & Johnsonini dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap isu.

• Tahap origin (potential stage).

Pada tahap ini, seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perhatiannya pada isu dan
memberikan opini. Pada kasus Tylenol, tahapan pertama ditandai dengan mulai beredarnya
kabar tentang kematian tujuh orang di Chicago yang diduga karena dalam kapsul Tylenol
terdapat racun sianida. Kemudian disusul oleh berbagai pemberitaan di media tentang 250
kematian dan penyakit sebagai akibat mengkonsumsi kapsul Tylenol.
• Tahap mediation dan amplifying (imminent stage/emerging).

Pada tahap ini, isu berkembang karena isu-isu tersebut telah mempunyai dukungan publik,
yaitu ada sekelompok orang yang saling mendukung dan memberikan perhatian pada isu-isu
tersebut. Berdasarkan jurnal ini, Wall Street Journal yang menulis: “perusahaan lebih
memilih untuk kehilangan dalam jumlah yang besar daripada mengambil resiko hingga lebih
banyak orang yang terkena”. Sehingga kemudian muncul gerakan “anti-perusahaan”. Dalam
kasus ini tahap mediasi tidak begitu tampak.

• Tahap organization (current stage dan critical stage).

Pada tahap current stage, isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa
memberitakannya berulang kali dengan eskalasi tinggi. Tahap ini terjadi ketika banyak media
memberitakan tentang kematian warga Chicago akibat mengkonsumsi kapsul Tylenol yang
mengandung asam sianida.Sedangkan pada tahap critical stage, terjadi ketika publik mulai
terbagi menjadi dua kelompok, setuju dan menentang.

• Tahap resolution (dormant stage).

Pada tahap ini, pada dasarnya perusahaan dapat mengatasi isu dengan baikkarena pertanyaan-
pertanyaan seputar isu “dapat terjawab”, pemberitaan media mulai menurun, sehingga isu
diasumsikan telah berakhir.

• Jenis dan Tahapan Krisis

Jenis krisis yang terjadi pada perusahaan Johnson & Johnsonadalah krisis malevonce.
Menurut Kriyantono (2012:177) krisis malevonce terjadi apabila seseorang atau sekelompok
orang mempunyai keinginan untuk menjatuhkan atau membahayakan organisasi, seperti
sabotase. Secara umum krisis berkembang melalui tiga tahap (Coombs, 2010; Devlin. 2007;
Smudde 2001). Tahapan tersebut adalah :

• Tahap pra krisis (pre-crisis)

Tahap pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi menyadarinya. Pada
tahap ini, anggota organisasi baik karyawan maupun pimpinan manajemen telah mengetahui
tanda-tanda akan terjadinya krisis. Pada kasus Johnson & Johnsontahap pra krisis terjadi
ketika ditetemukan racun sianida dalam produk kapsul Tylenol.

• Tahap krisis (acute crisis)

Tahap krisis (acute crisis) terjadi ketika situasi tidak dapat dimanajemen dengan baik oleh
organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi. Pada kasus Johnson &
Johnsontahap ini terjadi ketika berita terkontaminasinya Tylenol dengan racun sianida sudah
menyebar ke massa serta munculnya pemberitaan di media tentang dugaan 250 kematian dan
penyakit yang dialami akibat konsumsi Tylenol.

• Tahap pascakrisis (post-crisis)

Tahap ini terjadi ketika perusahaan Johson dan Johson menarik semua produk Tylenol serta
menghentikan produk tersebut dari pasaran kemudian melakukan. • Respon yang dilakukan
perusahaan.Adapan langkah yang diambil oleh Johnson & Johnson secara ringkas adalah
sebagai berikut,

• Menarik semua penjualan dan pemasaran Tylenol di Amerika.

• Melakukan pengujian terhadap delapan juta tablet kapsul Tylenol, namun ternyata tidak
lebih dari 75 tablet yang terkontaminasi.

• Menghabiskan uang hingga setengah juta dollar untuk perawatan rumah sakit para korban
yang keracunan Tylenol sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan.

• Meluncurkan serta memasarkan kembali kapsul Tylenol dengan kemasan yang baru.

KASUS AKUNTANSI
I. Pendahuluan

Pentingnya penerapan Etika Profesi merupakan pedoman yang penting dalam berperilaku
yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini banyak sekali pelanggaran dan kecurangan
yang timbul akibat penerapan etika profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan-
kecurangan yang timbul karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam berperilaku.
Disini akan diulas beberapa kasus tentang etika profesi khususnya bidang akuntansi. Hal ini
menjadi menarik karena bidang akuntansi menjadi pondasi ekonomi yang baik dalam negeri
Indonesia ini.

II. Kasus-kasus etika profesi akuntansi :

1. sembilan KAP yang dianggap melakukan koalisi dengan kliennya

Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut Sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
diauditnya antara tahum 1995 – 1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan,
berdasarkan temuan BPKP, Sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap
sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar
audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank – bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank – bank yang dibekukan kegiatan
usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT
& M, H & R, JM & R, PU & R, RY , S & S, SD &R, dan RBT & R. “Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor
akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannnya sehingga
memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu
dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan
mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak
perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekedar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keungan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang coba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif
meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. “Kami mencurigai. Kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Teten, ICW juga sudah melaporkan tindakan
dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar
kode etik profesi akuntan.

ANALISA:

Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi akuntan.
· Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi.
Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi jasa
professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham.
Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan palsu, maka akuntan telah menyalahi
kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat
dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
· Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik.
Prinsip kepentingan publik adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Dalam kasus ini, para akuntan dianggap telah menghianati kepercayaan publik dengan
penyajian laporan keuangan yang direkayasa.

· Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas


Prinsip integritas yaitu untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi
mungkin.
Dalam kasus ini, sembilan KAP tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada
masyarakat umum dengan melakukan koalisi dengan kliennya.
· Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas.
Prinsip objektifitas yaitu setiap anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Mereka
telah bertindak berat sebelah yaitu, mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat
memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepingan pihak
lain.

2. Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri Keuangan
pun memberi sanksi pembekuan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati
membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik
(KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said dalam siaran pers
yang diterima Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi pembekuan izin diberikan
karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP).
Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek
Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu, Petrus
juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan
melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana
dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum,
review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi pemimpin
rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang
telah diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan
Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003.

Analisa :

Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Berdasarkan
etika profesi akuntansi, auditor tersebut telah melanggar prinsip keempat, yaitu prinsip
objektivitas. Dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek
Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Drs. Petrus Mitra Winata.
Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum
dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha
Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.
Sebagai seorang akuntan publik, Drs. Petrus Mitra Winata seharusnya mematuhi Standar
Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan jasa
audit, maka audit yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA) dalam
SPAP.
Penelitian terhadap perilaku akuntan telah banyak dilakukan baik di luar negeri maupun di
Indonesia. Penelitian ini dipicu dengan semakin banyaknya pelanggaran etika yang terjadi.
Dari kondisi tersebut banyak peneliti yang ingin mencari tahu mengenai “faktor – faktor apa
saja yang menjadi penentu atau mempengaruhi pengambilan keputusan tidak etis atau
pelanggaran terhadap etika.
Trevino (1990) menyatakan bahwa terdapat dua pandangan mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi tindakan tidak etis yang dibuat oleh seorang individu. Pertama, pandangan
yang berpendapat bahwa tindakan atau pengambilan keputusan tidak etis lebih dipengaruhi
oleh karakter moral individu. Kedua, tindakan tidak etis lebih dipengaruhi oleh lingkungan,
misalnya sistem reward dan punishment perusahaah, iklim kerja organisasi dan sosialisasi
kode etik profesi oleh organisasi dimana individu tersebut bekerja.
Sementara Volker menyatakan bahwa para akuntan profesional cenderung mengabaikan
persoalan etika dan moral bilamana menemukan masalah yang bersifat teknis, artinya bahwa
para akuntan profesional cenderung berperilaku tidak bermoral apabila dihadapkan dengan
suatu persoalan akuntansi.
Selain itu Finn Etal juga menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada situasi
adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat independen.
Akuntan diminta untuk teta independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan
mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga seringkali akuntan
berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak sesuai
dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan
berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang
bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang
mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya.
Situasi dilematis sebagaimana yang digambarkan di atas adalah situasi yang sangat sering
dihadapi oleh auditor. Situasi demikianlah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhada
etika dan sangat wajarlah apabila ketika para pemakai laporan keuangan seperti investor dan
kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan sebagai pihak independen yang
menilai kewajaran laporan keuangan.

3. Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat


Selasa, 18 Mei 2010 | 21:37 WIB
KOMPAS/ LUCKY PRANSISKA

AMBI, KOMPAS.com – Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan


perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI
Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.

Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut
pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut.

Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu,
Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya
dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan
publik dalam kasus ini.

Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap
ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan
pinjaman ke BRI.

Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh
akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya.

“Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan
keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan
dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri.

Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap,
namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan
Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan
publik.

Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi
dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa
saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap
kasus korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau memberikan
komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam dengan
saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah
kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor.

Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi
Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.

sumber : http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntan-publik.html

Analisa :
Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik,
integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku
profesional dan standar teknis. Apabila dugaan keterlibatan akuntan publik terhadap kasus
korupsi dalam mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari bank BRI cabang
Jambi tahun 2009 oleh perusahaan raden motor sehingga menyebabkan kredit macet untuk
pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa pelanggaran etika profesi akutansi yang dilanggar oleh akuntan publik,
yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesi


Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawab secara profesional dikarenakan
akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas profesinya dengan baik dalam hal
pembuatan laporan keungan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga menyebabkan
kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik hilang.

2. Kepentingan Publik
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden motor) dikarenakan
melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan
pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat laporan mengenai empat kegiatan.

3. Objektivitas
Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan cara melakukan tindak
ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan kecurangan dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan Raden Motor.

4. Perilaku Profesional
Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan pembuatan laporan keuangan palsu
sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk dan dapat mendiskreditkan profesinya.

5. Integritas
Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan publik dan
kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.

6. Standar Teknis
Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada etika profesi yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP)
diantaranya etika tersebut antara lain :
a. Independensi, integritas, dan obyektivitas
b. Standar umum dan prinsip akuntansi
c. Tanggung jawab kepada klien
d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
e. Tanggung jawab dan praktik lain

4. Kasus Enron

Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati
booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar
yang begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil
menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat dari
siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming
industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy merchants: membeli natural gas
dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil
profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut “spark spread“.

Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan seperti Enron dan Worldcom yang
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh
bangkrut itu meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan
memanipulasi akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan
Publik Arthur Andersen. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan public yang disebut
sebagai “The big five” yaitu (pricewaterhouse coopers, deloitte & touché, KPMC, Ernest &
Young dan Anderson) yang melakukan Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp.
Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh perusahaan akunting
ternama di dunia, Arthur Andersen, ternyata penuh dengan kecurangan (fraudulent) dan
penyamaran data serta syarat dengan pelanggaran etika profesi.

Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan
oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh
terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar
modal Amerika jatuh sampai 25 %.

ANALISA :

Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan
oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh
terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar
modal Amerika jatuh sampai 25 %. Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan
Enron, Arthur andersen, tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh
Enron. Di samping sebagai eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai
konsultan manajemen Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang diterima Arthur
Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap temuan auditnya dengan
klien mereka.

KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian
dari kertas kerja audit formal. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan
internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan
Arthur Andersen pun ditutup. Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang
sangat bertentangan dengan good corporate governance philosofy yang membahayakan
terhadap business going cocern.

5. Manipulasi laporan keuangan PT Kereta API Indonesia

Komisaris PT Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN


tersebut di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan.

“Saya tahu bahwa ada sejumlah pos yang sebetulnya harus dinyatakan sebagai beban bagi
perusahaan tetapi malah dinyatakan masih sebagai aset perusahaan. Jadi ada trik akuntansi,”
kata salah satu Komisaris PT Kereta Api, Hekinus Manao di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, hingga kini dirinya tidak mau menandatangani laporan keuangan itu karena
adanya ketidakbenaran dalam laporan keuangan BUMN perhubungan itu.

“Saya tahu laporan yang diperiksa oleh akuntan publik itu tidak benar karena saya sedikit
banyak mengerti akuntansi, yang mestinya rugi dibuat laba,” kata penyandang Master of
Accountancy, Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio USA tahun 1990.

Akibat tidak ada tanda tangan dari satu komisaris, rapat umum pemegang saham (RUPS) PT
Kereta Api yang seharusnya dilaksanakan sekitar awal Juli 2006 ini juga harus dipending.

Analisa :

ebagai Suatu lembaga, PT Kereta Api Indonesia memang memiliki kewenangan untuk
menyusun laporan keuangannya dan memilih auditor eksternal untuk melakukan proses audit
terhadap laporan keuangan tersebut. Tetapi, ada hal mendasar yang harus diperhatikannya
sebagai wujud penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya
harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya, dalam hal ini
Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Profesional Akuntan Publik. Selain itu,
auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara benar dengan komite audit yang ada
pada PT Kereta Api Indonesia. Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu
kepentingan. Seperti halnya yang telah diketahui bersama, hal ini jelas mempunyai dimensi
etis.

III. Kesimpulan

Dari berbagai contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengawasan terhadap aktivitas
manajerial dewan direksi yang dilaksanakan oleh dewan komisaris dinilai makin
membutuhkan kontribusi komite audit agar semakin optimal. Selain itu, komite audit
diharapkan mampu menjembatani komunikasi antara dewan direksi dan dewan komisaris
guna menciptakan soliditas manajerial.

Proses audit laporan keuangan memang membuka peluang bahkan pada kondisi tertentu
mensyaratkan pelibatan auditor eksternal. Untuk itu, auditor eksternal yang dipilih haruslah
diakui integritasnya serta prosesnya harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah
diakui validitasnya, dalam hal ini Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Standar
Profesional Akuntan Publik.

Pemberian pemahaman masalah esensial akuntansi dan keuangan yang ada pada seluruh
bagian lembaga dengan proporsi yang tepat adalah penting untuk membangun kesepahaman
diantara seluruh unsur lembaga.

Anda mungkin juga menyukai