Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMERIKSAAN PAJAK

“STUDI KASUS PENGGELAPAN PAJAK PADA PERUSAHAAN PT. ASIAN


AGRI GROUP”

DOSEN PENGAMPUN :
Shanty Amalia Muryati, SE, CA, SS, MBA

DISUSUN OLEH :
Anggra Haerudin 181063003
Euis Nurjanah 181065012
Isma Apriyani 181063009
Nur Rahmah Jayanti 181063006
Ricky Julyus 181065014

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2020 / 2021
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................4

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................5

1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN MASALAH..................................................................6

2.1 Deskripsi perusahaan PT. Asian Agri Group.........................................6

2.2 Penyelesaian Kasus Asian Agri.............................................................9

2.3 Celah Keluar dari Pengadilan................................................................9

2.4 Tidak Hanya Urusan Pajak..................................................................10

2.5 Berujung di Pengadilan........................................................................11

BAB III KESIMPULAN......................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan
rahmat, karunia serta hidayah-Nya lah hingga saat ini kami masih diberikan
kehidupan dan anugrah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini tepat pada waktunya. Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu
Shanty Amalia Muryati, SE, CA, SS, MBA selaku Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umum dan
khususnya kita sebagai mahasiswa menjadi salah satu referensi proses belajar
mengajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada penggelapan pajak
pada perusahaan PT. Asian Agri Group.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menjadi acuan
sehingga pembuatan yang akan datang menjadi lebih baik.

Jakarta, 29 Oktober 2021

Penyusun

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan dari


sumber migas dan non migas. Dengan posisi yang sedemikian penting itu pajak
merupakan penerimaan strategis yang harus dikelola dengan baik oleh negara.
Dalam struktur keuangan Negara tugas dan fungsi penerimaan pajak dijalankan
oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen Keuangan Republik
Indonesia.Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai kebijakan untuk
meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan Negara. Kebijakan
tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang penerbitan
peraturan perundangundangan baru dibidang perpajakan, guna meningkatkan
kepatuhan wajib pajak maupun menggali sumber hukum pajak lainnya. Berbagai
upaya yang dilakukan belum menunjukkan perubahan yang signifikan bagi
penerimaan Negara. Bahkan kondisi ini makin diperparah pada tahun 1997
dengan terjadinya krisis ekonomi bahkan krisismulti dimensi yang sampai
sekarang ini belum terselesaikan di Indonesia.

Pada umumnya dinegara berkembang, penerimaan pajaknya yang terbesar


berasal dari pajak tidak langsung. Hal ini disebabkan Negara berkembang
golongan berpenghasilan tinggi lebih rendah persentasenya. Namun dalam hal ini
masih saja banyak terjadi pengusaha yang menghindarkan diri dari pajak atau
dalam arti lainnya melakukan penyelewengan pajak dimana penghindaran diri dari
pajak ini bisa saja disebut dengan pelanggaran undang-undang dan resikonya
dapat merugikan negara selain itu juga masih banyak terjadi kasus penggelapan
pajak yang masih bisa lolos dari jerat hukum dan mengambang kasusnya
dikarenakan aparat penegak hukum kita tidak tegas dan sungguh-sungguh dalam
menegaka n keadilan malah berusaha menyiasati hukum dengan segala cara tidak
lain tidak bukan tujuannya adalah untuk melindungi tersangka mafia pajak. Dalam
hal ini kami akan membahas mengenai salah kasus penggelapan pajak yang

iv
dilakukan oleh PT Asian Agri Group yang telah terungkap namun belum jelas
mengenai tuntutan hukum dan proses peradilan bagi tersangkanya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari uraian diatas adalah :

1. Siapakah pemilik dari PT. Asian Agri Group?


2. Berapakah kerugian negara yang disebabkan dari penggelapan pajak yang
dilakukan oleh PT Asian Agri Group?
3. Bagaimana awal mula kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT
Asian Agri Group hingga bisa terbongkar dan diketahui oleh negara?
4. Jenis pajak apa sajakah yang digelapkan oleh PT.Asian Agri Group?
5. Mengapa perlindungan saksi menjadi permasalah yang lemah dalam kasus
PT.Asian Agri Group?
6. Apa yang dimaksud dengan penyelesaian kasus pajak PT.Asian Agri Group
melalui celah keluar pengadilan?

1.3. Tujuan Masalah

Tujuan dari pembuatan paper analisis time series ini antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kerugian negara yang disebabkan dari penggelapan pajak
yang dilakukan oleh PT Asian Agri Group.
2. Untuk mengetahui awal mula kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh
PT Asian Agri Group hingga bisa terbongkar dan diketahui oleh negara.
3. Untuk mengetahui jenis pajak apa sajakah yang digelapkan oleh PT.Asian
Agri Group.
4. Untuk mengetahui perlindungan saksi menjadi permasalah yang lemah dalam
kasus PT.Asian Agri Group.
5. Untuk mengetahui penyelesaian kasus pajak PT.Asian Agri Group melalui
celah keluar pengadilan.

v
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Deskripsi perusahaan PT. Asian Agri Group

PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua
di Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah
Forbes, pada tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan
kekayaan mencapai US$ 2,8miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Selain PT AAG,
terdapat perusahaan lain yang berada dibawah naungan Grup Raja Garuda Mas, di
antaranya: Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL),
Indorayon, PECTech, Sateri International, dan Pacific Oil &Gas.Secara khusus,
PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet, kakao di Indonesia,Filipina,
Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT AAG merupakan salah satu penghasil
minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1 juta
ton minyak sawit mentah – selain tiga pabrik minyak goreng.

Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi


Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis
Singapura senilai US$3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu
menjabat sebagai group financialcontroller di PT AAG – yang mengetahui
selukbeluk keuangannya. Perbuatan Vincent initerendus oleh perusahaan dan
dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent diburu bahkan diancam akan dibunuh.
Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah dokumen penting
perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara
Vincent dan wartawan Tempo.

Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia


menyerahkan diri ke Polda Metro Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1
Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan
keuangan PT AAG yang dilengkapidengan sejumlah dokumen keuangan dan data
digital. Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross
Border Tax Planning (Under Pricing of Export Sales)”,disusun pada sekitar 2002.
Dokumen ini memuat semua persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci.

vi
Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah(Crude
Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga
dibawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan
harga tinggi.Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu,
rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA
sebagian adalah perusahaan fiktif.

Pembeberan Vincent ini kemudian ditindak lanjuti oleh KPK dengan


menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak karena memang
permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.Menindak lanjuti
hal tersebut, Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim
khusus yang terdiri atas pemeriksa, penyidik danintelijen. Tim ini bekerja sama
dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan(PPATK) dan
Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan
termasuk penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun
di Medan.

Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa),


ditemukan Terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak
penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Selain itu juga "bahwa
dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp2,62 triliun penyimpangan pencatatan
transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5
triliun. mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar.mengecilkan hasil
penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini, Asian Agri diduga telah
menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp 2,6 triliun.
Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT periode 2002-
2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu diduga berpotensi
merugikan keuangan negara hinggaRp 1,3 triliun.

Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007


telah ditetapkan 8orang tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA,
TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan
pengurus, direktur dan penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak
Depertemen Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.

vii
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari
pemberitaan investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan
pengungkapan dari Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi
perkara tersebut tergolong perkara kakap,mustinya dua pihak ini mendapat
perlindungan sebagai whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming.
Alih-alih memberikan perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba
mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-
pasal tentang pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya, sempat
mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum
11 tahun penjara.Sementara itu, pesan pendek (SMS) Metta Dharmasaputra –
wartawan Tempo – disadap aparat penegak hukum, print-out-nya beredar di
kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan komunikasinya
dengan Vincent sempat menjadi urusan DewanPers, bahkan nyaris diproses secara
pidana.Selain itu, pemberitaan Tempo juga di-blaming melalui riset di bidang
komunikasi publik oleh dosen Fisipol UGM atas pesanan PT AAG –yang
menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan seputar kasus penggelapan pajak
tersebut tidak mencari solusi yang komprehensif. Sedangkan P3- ISIP UI – yang
melakukan riset serupa atas pesanan PT AAG – menyimpulkan bahwa pers
(pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias dan keberpihakan yang secara
etis patut direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai legitimasi untuk
memperkarakan Tempo.Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut
sebenarnya merupakan cermin buram bagi perlindungan saksi di Indonesia selama
ini. Kejadian ini bukanlah yang pertama dialami para pengungkap fakta. Tetapi
kejadian berulang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi kejahatan
yang sesungguhnya. Para pengungkap fakta semacam ini sering mengalami
berbagai bentuk kekerasan – intimidasi dan teror, bahkan diperkarakan secara
hukum – baik perdata maupun pidana. Lihat saja misalnya Kasus Udin, kasus
Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria Leonita,Kasus Romo Frans Amanue, dan
banyak lagi.Jangan sampai apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut menjadi
alat untuk membungkam pengungkapan kasus yang sesungguhnya,dalam hal ini
dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG.

2.2 Penyelesaian Kasus Asian Agri

viii
PT Asian Agri Group (AAG) diduga telah melakukan penggelapan pajak
(taxevasion) selama beberapa tahun terakhir sehingga menimbulkan kerugian
negara senilai trilyunan rupiah. Belum lagi kelar penyidikan, berkembang wacana
mengenai penyelesaiankasus itu di luar pengadilan (out of court settlement). Hal
ini sangat menggelisahkan kalangan yang menginginkan tegaknya hukum dan
terwujudnya keadilan, tanpa pandang bulu. Sangat ironis jika para penjahat kelas
teri ditangkapi, ditembaki, disidangkan, dan dimasukkan bui,sementara itu
penjahat kerah putih (white collar criminal) yang mengakibatkan kerugian besar
pada negara justru dibiarkan melenggang karena kekuatan kapital nya.

2.3 Celah Keluar dari Pengadilan

Meski peraturan perundangan mengancam pelaku tindak pidana


perpajakan dengan sanksi pidana penjara dan denda yang cukup berat, nyatanya
masih ada celah hukum untuk meloloskan para penggelap pajak dari ketok palu
hakim di pengadilan. Pasal 44B UUNo.28/2007 membuka peluang out of court
settlement bagi tindak pidana di bidan gperpajakan. Ketentuan itu mengatur
bahwa atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan
penyidikan. Dengan demikian, kasus berakhir (case closed) jika wajib pajak yang
telah melakukan kejahatan itu telah melunasi beban pajak beserta sanksia
dministratif berupa denda. Ketentuan hukum nyatanya begitu lunak dalam
mengatur tindak pidana perpajakan. Peluang out of court settlement
dimungkinkan bagi segala jenis tindak pidana perpajakan. Peluang itu tidak hanya
berlaku untuk “Perlawanan Pasif terhadap Pajak”,yaitu perlawanan yang tidak
dilakukan secara sadar atau disertai niat dari warga masyarakat untuk merintangi
aparat pajak dalam melakukan tugasnya. Penghentian penyidikan dan
penyelesaian di luar sidang juga berlaku untuk “Perlawanan Aktif terhadap Pajak”
yang perbuatannya dilakukan lewat cara-cara ilegal dan langsung ditujukan
padafiskus/pemerintah. Jadi, penyelesaian kasus tindak pidana perpajakan oleh
Asian Agri Group meski masuk kategori “Perlawanan Aktif terhadap Pajak”
sekalipun – tetap dapat diselesaikan di luar sidang pengadilan. Dengan demikian,
harapan kita bergantung pada Menteri Keuangan danJaksa Agung sebagai pihak
yang paling menentukan dalam proses penyelesaian tindak pidana perpajakan ini.

ix
2.4 Tidak Hanya Urusan Pajak

Menilik modus operandi dalam kasus ini, penggelapan pajak bukanlah


satu-satunya perbuatan pidana yang bisa didakwakan kepada PT. Asian Agri
Group. Penyidikan terhadap Asian Agri Group juga dapat dikembangkan pada
tindak pidana pencucian uang (money laundering). Dalam hal itu, penggelapan
pajak oleh Asian Agri Group perlu dilihat sebagai kejahatan asal (predict crime)
dari tindak pidana pencucian uang. Sebagaimana lazimnya,kejahatan pencucian
uang tidak berdiri sendiri dan terkait dengan kejahatan lain. Kegiatan pencucian
uang adalah cara untuk menghapuskan bukti dan menyamarkan asal-usul
keberadaan uang dari kejahatan yang sebelumnya. Dalam kasus ini, penggelapan
pajak dapat menjadi salah satu mata rantai dari kejahatan pencucian uang.

PT. Asian Agri Group mengecilkan laba perusahaan dalam negeri agar
terhindar dari beban pajak yang semestinya dengan cara mengalirkan labanya ke
luar negeri (Mauritius,Hongkong Macao, dan British Virgin Island). Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) kelompokusaha Asian Agri Group kepada Ditjen
Pajak telah direkayasa sehingga kondisinya seolah merugi (Lihat pernyataan
Darmin Nasution, Direktur Jenderal Pajak, mengenai rekayasa SPT itu). Modus
semacam itu memang biasa dilakukan dalam kejahatan pencucian
uang,sebagaimana juga diungkapkan oleh Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan(PPATK), Yunus Hussein mengenai profile, karakteristik,
dan pola transaksi keuangan yang tidak beres sebagai indikasi kuat adanya money
laundering (Metro TV, 8/1/2008). Kuatnya dugaan tindak pidana pencucian uang
oleh Asian Agri Group semakin didukung fakta-fakta yang diperoleh lewat
penelusuran Tempo. Investigasi wartawan Tempo memperlihatkan adanya
transaksi mencurigakan melalui perbankan untuk mengalirkan uang hasil
penggelapan pajak Asian Agri Group ke afiliasinya di luar negeri yang ternyata
adalah perusahaan fiktif. Salah satu perusahaan fiktif itu adalah Twin Bonus
Edible Oil and Fat,yang setelah dilakukan pengecekan rupanya menggunakan
alamat pabrik payung yang berkedudukan hukum di Hongkong (Tempo,
4/2/2007). Catatan/profile transaksi keuangan yang tidak beres dan adanya
transaksi dengan perusahaan fiktif merupakan bukti permulaan yang bisa
digunakan untuk membuat terang dugaan tindak pidana pencucian uang.

x
Penyidikan selanjutnya bisa dilakukan dengan menyelusuri tiga tahapan dalam
kejahatan pencucian uang. Pertama, penempatan (placement) yang dimulai
dengan menyelundupkan penghasilan yang diduga dari laba perusahaan ke negara
lain. Kedua, pelapisan (layering)yaitu proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil upaya placement ke tempat lainnya
melalui serangkaian transaksi yang kompleks didesain untuk menyamarkan atau
mengelabui sumber uang haram terebut (mengenai tahap layering, lihat:Yunus
Hussein, 2007). Ketiga, integrasi(integration)yang merupakan tahap akhir dari
proses money laundering yang bertujuan menjadikan uang hasil tindak pidana itu
dapat digunakan/dinikmati selayaknya uang halal.

2.5 Berujung di Pengadilan

Berbeda dengan tindak pidana perpajakan, dalam proses penyelesaian tindak


pidana pencucian uang tidak ada satu pihak pun yang diberi kewenangan untuk
menghentikan penyidikan. Dengan demikian, jika PPATK dan penyidik dapat
melakukan koordinasi denganbaik untuk menuntaskan penyidikan tindak pidana
pencucian uang itu, maka persidangan kasus ini pun dapat segera digelar.
Akhirnya, lemahnya ketentuan hukum mengenai perpajakan harus menjadi catatan
lembaga legislatif. Ketentuan yang memberikan kewenangan untuk menghentikan
penyidikan tindak pidana perpajakan hanya akan menimbulkan ketidakpastian
hukum dan jelas tidak mampu menghadirkan keadilan .Persetujuan kita bersama
terhadap filosofi pajak yang tidak bertujuan membangkrutkan usaha, semestinya
juga tidak diinterpretasikan lewat kebijakan yang membeda-bedakan kedudukan
warga negara di hadapan hukum.

xi
BAB III

KESIMPULAN

Kasus Asian Agri adalah cermin sempurna bagi penegak hukum kita.Dari
situtergambar, sebagian dari mereka tidak sungguh-sungguh menegakkan
keadilan, malah berusaha menyiasati hukum dengan segala cara. Tujuannya boleh
jadi buat melindungi orangkaya yang diduga melakukan kejahatan. Dan kalau
perlu dilakukan dengan cara mengorbankan orang yang lemah. Persepsi itu
muncul setelah petugas Kepolisian Daerah Metro Jaya bersentuhan dengan kasus
dugaan penggelapan pajak Asian Agri, salah satu perusahaan milik taipan
superkaya, Sukanto Tanoto. Kejahatan ini diperkirakan merugikan negara Rp 786
miliar. Polisi amat bersemangat mengusut Vincentius Amin Sutanto, bekas
pengontrol keuangan perusahaan itu, hingga akhirnya dihukum 11 tahun penjara
pada Agustus lalu. Padahal justru dialah yang membongkar dugaan penggelapan
pajak dan money laundering oleh Asian Agri. Pemerintah mestinya berterima
kasih kepada mereka. Dugaan penggelapan pajak itu bukannya mengada-ada.

Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan hina anggota direksi Asian


Agri sebagai tersangka kasus pidana pajak. Jika kasus ini segera ditangani dengan
tuntas, amat besar uang negara yang bisa diselamatkan.Upaya ini juga akan
mencegah pengusaha lain melakukan penyelewengan serupa, sehingga tujuan
pemerintah mendongkrak penerimaan pajak tercapai. Tidak sewajarnya polisi
mengkhianati program pemerintah. Mereka seharusnya segera mengusut pula
dugaan pencucian uang yang dilakukan Asian Agri. Perusahaan ini diduga
menyembunyikan hasil "penghematan" pajak ke berbagai bank di luar negeri.
Inilah yang mestinya diprioritaskan dibanding membidik orang yang justru
membantu membongkar dugaan penggelapan pajak

xii
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30982149/
Makalah_Kasus_Penggelapan_Pajak_Oleh_PT

xiii

Anda mungkin juga menyukai