PEMERIKSAAN PAJAK
DOSEN PENGAMPUN :
Shanty Amalia Muryati, SE, CA, SS, MBA
DISUSUN OLEH :
Anggra Haerudin 181063003
Euis Nurjanah 181065012
Isma Apriyani 181063009
Nur Rahmah Jayanti 181063006
Ricky Julyus 181065014
JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan
rahmat, karunia serta hidayah-Nya lah hingga saat ini kami masih diberikan
kehidupan dan anugrah akal, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini tepat pada waktunya. Dan kami juga berterima kasih kepada Ibu
Shanty Amalia Muryati, SE, CA, SS, MBA selaku Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umum dan
khususnya kita sebagai mahasiswa menjadi salah satu referensi proses belajar
mengajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada penggelapan pajak
pada perusahaan PT. Asian Agri Group.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menjadi acuan
sehingga pembuatan yang akan datang menjadi lebih baik.
Penyusun
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
iv
dilakukan oleh PT Asian Agri Group yang telah terungkap namun belum jelas
mengenai tuntutan hukum dan proses peradilan bagi tersangkanya.
Tujuan dari pembuatan paper analisis time series ini antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kerugian negara yang disebabkan dari penggelapan pajak
yang dilakukan oleh PT Asian Agri Group.
2. Untuk mengetahui awal mula kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh
PT Asian Agri Group hingga bisa terbongkar dan diketahui oleh negara.
3. Untuk mengetahui jenis pajak apa sajakah yang digelapkan oleh PT.Asian
Agri Group.
4. Untuk mengetahui perlindungan saksi menjadi permasalah yang lemah dalam
kasus PT.Asian Agri Group.
5. Untuk mengetahui penyelesaian kasus pajak PT.Asian Agri Group melalui
celah keluar pengadilan.
v
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua
di Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah
Forbes, pada tahun 2006 Tanoto adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan
kekayaan mencapai US$ 2,8miliar (sekitar Rp 25,5 triliun). Selain PT AAG,
terdapat perusahaan lain yang berada dibawah naungan Grup Raja Garuda Mas, di
antaranya: Asia Pacific Resources International Holdings Limited (APRIL),
Indorayon, PECTech, Sateri International, dan Pacific Oil &Gas.Secara khusus,
PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet, kakao di Indonesia,Filipina,
Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT AAG merupakan salah satu penghasil
minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1 juta
ton minyak sawit mentah – selain tiga pabrik minyak goreng.
vi
Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah(Crude
Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga
dibawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan
harga tinggi.Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu,
rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA
sebagian adalah perusahaan fiktif.
vii
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari
pemberitaan investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan
pengungkapan dari Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi
perkara tersebut tergolong perkara kakap,mustinya dua pihak ini mendapat
perlindungan sebagai whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming.
Alih-alih memberikan perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba
mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-
pasal tentang pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya, sempat
mencoba mencairkan uang PT AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum
11 tahun penjara.Sementara itu, pesan pendek (SMS) Metta Dharmasaputra –
wartawan Tempo – disadap aparat penegak hukum, print-out-nya beredar di
kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan komunikasinya
dengan Vincent sempat menjadi urusan DewanPers, bahkan nyaris diproses secara
pidana.Selain itu, pemberitaan Tempo juga di-blaming melalui riset di bidang
komunikasi publik oleh dosen Fisipol UGM atas pesanan PT AAG –yang
menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan seputar kasus penggelapan pajak
tersebut tidak mencari solusi yang komprehensif. Sedangkan P3- ISIP UI – yang
melakukan riset serupa atas pesanan PT AAG – menyimpulkan bahwa pers
(pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias dan keberpihakan yang secara
etis patut direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai legitimasi untuk
memperkarakan Tempo.Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut
sebenarnya merupakan cermin buram bagi perlindungan saksi di Indonesia selama
ini. Kejadian ini bukanlah yang pertama dialami para pengungkap fakta. Tetapi
kejadian berulang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi kejahatan
yang sesungguhnya. Para pengungkap fakta semacam ini sering mengalami
berbagai bentuk kekerasan – intimidasi dan teror, bahkan diperkarakan secara
hukum – baik perdata maupun pidana. Lihat saja misalnya Kasus Udin, kasus
Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria Leonita,Kasus Romo Frans Amanue, dan
banyak lagi.Jangan sampai apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut menjadi
alat untuk membungkam pengungkapan kasus yang sesungguhnya,dalam hal ini
dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG.
viii
PT Asian Agri Group (AAG) diduga telah melakukan penggelapan pajak
(taxevasion) selama beberapa tahun terakhir sehingga menimbulkan kerugian
negara senilai trilyunan rupiah. Belum lagi kelar penyidikan, berkembang wacana
mengenai penyelesaiankasus itu di luar pengadilan (out of court settlement). Hal
ini sangat menggelisahkan kalangan yang menginginkan tegaknya hukum dan
terwujudnya keadilan, tanpa pandang bulu. Sangat ironis jika para penjahat kelas
teri ditangkapi, ditembaki, disidangkan, dan dimasukkan bui,sementara itu
penjahat kerah putih (white collar criminal) yang mengakibatkan kerugian besar
pada negara justru dibiarkan melenggang karena kekuatan kapital nya.
ix
2.4 Tidak Hanya Urusan Pajak
PT. Asian Agri Group mengecilkan laba perusahaan dalam negeri agar
terhindar dari beban pajak yang semestinya dengan cara mengalirkan labanya ke
luar negeri (Mauritius,Hongkong Macao, dan British Virgin Island). Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT) kelompokusaha Asian Agri Group kepada Ditjen
Pajak telah direkayasa sehingga kondisinya seolah merugi (Lihat pernyataan
Darmin Nasution, Direktur Jenderal Pajak, mengenai rekayasa SPT itu). Modus
semacam itu memang biasa dilakukan dalam kejahatan pencucian
uang,sebagaimana juga diungkapkan oleh Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan(PPATK), Yunus Hussein mengenai profile, karakteristik,
dan pola transaksi keuangan yang tidak beres sebagai indikasi kuat adanya money
laundering (Metro TV, 8/1/2008). Kuatnya dugaan tindak pidana pencucian uang
oleh Asian Agri Group semakin didukung fakta-fakta yang diperoleh lewat
penelusuran Tempo. Investigasi wartawan Tempo memperlihatkan adanya
transaksi mencurigakan melalui perbankan untuk mengalirkan uang hasil
penggelapan pajak Asian Agri Group ke afiliasinya di luar negeri yang ternyata
adalah perusahaan fiktif. Salah satu perusahaan fiktif itu adalah Twin Bonus
Edible Oil and Fat,yang setelah dilakukan pengecekan rupanya menggunakan
alamat pabrik payung yang berkedudukan hukum di Hongkong (Tempo,
4/2/2007). Catatan/profile transaksi keuangan yang tidak beres dan adanya
transaksi dengan perusahaan fiktif merupakan bukti permulaan yang bisa
digunakan untuk membuat terang dugaan tindak pidana pencucian uang.
x
Penyidikan selanjutnya bisa dilakukan dengan menyelusuri tiga tahapan dalam
kejahatan pencucian uang. Pertama, penempatan (placement) yang dimulai
dengan menyelundupkan penghasilan yang diduga dari laba perusahaan ke negara
lain. Kedua, pelapisan (layering)yaitu proses pemindahan dana dari beberapa
rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil upaya placement ke tempat lainnya
melalui serangkaian transaksi yang kompleks didesain untuk menyamarkan atau
mengelabui sumber uang haram terebut (mengenai tahap layering, lihat:Yunus
Hussein, 2007). Ketiga, integrasi(integration)yang merupakan tahap akhir dari
proses money laundering yang bertujuan menjadikan uang hasil tindak pidana itu
dapat digunakan/dinikmati selayaknya uang halal.
xi
BAB III
KESIMPULAN
Kasus Asian Agri adalah cermin sempurna bagi penegak hukum kita.Dari
situtergambar, sebagian dari mereka tidak sungguh-sungguh menegakkan
keadilan, malah berusaha menyiasati hukum dengan segala cara. Tujuannya boleh
jadi buat melindungi orangkaya yang diduga melakukan kejahatan. Dan kalau
perlu dilakukan dengan cara mengorbankan orang yang lemah. Persepsi itu
muncul setelah petugas Kepolisian Daerah Metro Jaya bersentuhan dengan kasus
dugaan penggelapan pajak Asian Agri, salah satu perusahaan milik taipan
superkaya, Sukanto Tanoto. Kejahatan ini diperkirakan merugikan negara Rp 786
miliar. Polisi amat bersemangat mengusut Vincentius Amin Sutanto, bekas
pengontrol keuangan perusahaan itu, hingga akhirnya dihukum 11 tahun penjara
pada Agustus lalu. Padahal justru dialah yang membongkar dugaan penggelapan
pajak dan money laundering oleh Asian Agri. Pemerintah mestinya berterima
kasih kepada mereka. Dugaan penggelapan pajak itu bukannya mengada-ada.
xii
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/30982149/
Makalah_Kasus_Penggelapan_Pajak_Oleh_PT
xiii