Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGGELAPAN PAJAK

“ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH DUGAAN PENGGELAPAN


PAJAK OLEH PERUSAHAAN BAKRIE GROUP”

Sebagai Tugas Mata Kuliah


Hukum Pajak

Di susun oleh :

ADI IRAWAN 2013020826


EDO VERLANTINO 2013020
MUHAMMAD AKBAR 2013020429
RAYMOOND YACOOB M. 2013020667
INTAN 2013020

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PAMULANG


TANGERANG SELATAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Penggelapan Pajak dengan judul
” Analisis Dan Pembahasan Masalah Dugaan Penggelapan Pajak Oleh Perusahaan
Bakrie Group”, untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak.

Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ary
Octaviyanti selaku dosen mata kuliah Hukum Pajak, yang telah membimbing
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Kami juga menyadari bahwa pada penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca

Tangerang Selatan, November 2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia ini terdiri dari negara-negara yang dikelompokan berdasarkan
perkembangan ekonomi negara masing-masing, yaitu negara maju, negara
berkembang maupun negara belum berkembang, untuk memenuhi kebutuhan
setiap negara dibutuhkan sumber penerimaan negara. Sumber penerimaan negara
yang paling besar adalah pajak yang di terima oleh negara tersebut, sumber
penerimaan negara terbesar ini harus terus ditingkatkan secara optimal supaya laju
pertumbuhan negara dan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik
dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, pemerintah yang berada di setiap negara-
negara di dunia ini menaruh perhatian lebih dan serius terhadap sektor pajak.

Di Indonesia sendiri, usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan atau


mengoptimalkan penerimaan sektor ini dilakukan melalui usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi penerimaan pajak. Arti kata intensifikasi yaitu usaha
memaksimalkan penambah penerimaan pajak yang sudah ada. Upaya intensifikasi
dapat ditempuh atau dilakukan yaitu dengan penyempurnaan administrasi pajak,
peningkatan mutupegawai atau petugas pemungut pajak, dan penyempurnaan
undang-undang pajak. Sedangkan arti kata ekstensifikasi yaitu usaha menambah
penerimaan pajak dengan menambah objekpajak yang sebelumnya tidak ada.
Upaya untuk ekstensifikasi yaitu perluasan wajib pajak, penyempurnaan tarif
pajak dan perluasan objek pajak.

Pada umumnya penerimaan pajaknya yang terbesar dari negara berkembang


berasal dari pajak yang tidak langsung. Ini disebabkan karena negara berkembang
termasuk dalam ketegori golongan yang berpenghasilan tinggi lebih rendah
persentasenya.
Selain itu masih banyak terjadi kasus penggelapan pajak yang masih bisa lepas
dari jeratan hukum dan yang masih mengapung kasusnya. Hal ini dikarenakan
aparat penegak hukum kita tidak bisa tegas dan sungguh-sungguh dalam
menegakkan keadilan. Maka dari itu makalah ini akan mengambil kasus mengenai
suatu peristiwa penggelapan pajak yang dilakukan oleh oleh perusahaan bakrie
group.

1.2 Rumusan Makalah


Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah definisi tentang Penggelapan Pajak ?
2. Bagaimana kasus Dugaan Penggelapan Pajak oleh Perusahaan Bakrie
Group ?
3. Bagaimana upaya penegakan hukum terhadap Dugaan Penggelapan
Pajak ?
4. Bagaimanakah solusi untuk kasus Dugaan Penggelapan Pajak oleh
perusahaan Bakrie Group ?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan tentang definisi dan kronologi dari kasus Dugaan
Penggelapan Pajak oleh Perusahaan Bakrie Group.
2. Menjelaskan upaya penegakan hukum terhadap Dugaan Penggelapan
Pajak.
3. Menganalisis solusi dari kasus Dugaan Penggelapan Pajak oleh
Perusahaan Bakrie Group.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penggelapan Pajak


Penggelapan pajak adalah tindak pidana karena merupakan rekayasa
subjek dan objek pajak untuk memperoleh penghematan pajak secara melawan
hukum dan penggelapan pajak boleh dikatakan merupakan virus yang melekat
pada setiap sistem pajak. Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika
tidak satupun perusahaan (wajib pajak) yang dengan senang hati dan suka rela
membayar pajak. Karena pajak adalah iuran yang sifatnya dipaksakan, maka
negara juga tidak membutuhkan ‘kerelaan wajib pajak’. Yang dibutuhkan oleh
negara adalah ketaatan. Suka tidak suka, rela tidak rela, yang penting bagi negara
adalah perusahaan tersebut telah membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Lain halnya dengan sumbangan, infak maupun zakat, kesadaran dan
kerelaan pembayar diperlukan dalam hal ini.
Mengingat pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih
perusahaan maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat
membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak. Namun
demikian penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang legal agar
tidak merugikan perusahaan di kemudian hari. Penghindaran pajak dengan cara
illegal adalah penggelapan pajak. Hal ini perbuatan kriminal, karena menyalahi
aturan yang berlaku.

Contoh kasus penggelapan pajak :

a. Melaporkan penjualan lebih kecil dari yang seharusnya, misalnya omzet 10


milyar hanya dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan sebesar 5
milyar misalnya.

b. Menggelembungkan biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif;

c. Transaksi export fiktif.

d. Pemalsuan dokumen keuangan perusahaan.


Jika dianalogikan pajak dengan karcis tol, Jika melewati jalan tol namun tidak
membayar karcis tol, maka itulah penggelapan pajak. Sedangkan jika kita
menghindari untuk membayar karcis tol dengan cara memilih lewat jalan biasa,
maka itulah penghindaran pajak. Menghindari membayar tol (pajak) dengan cara
tidak lewat jalan tol adalah cara yang legal.

Dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat berbagai celah yang dapat


dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang dibayar oleh perusahaan
optimal dan minimum (secara keseluruhan). Optimal disini diartikan sebagai,
perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang semestinya tidak harus dibayar,
membayar pajak dengan jumlah yang ‘paling sedikit’ namun tetap dilakukan
dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku. Selain
menghindari transaksi yang merupakan obyek pajak, langkah-langkah
penghematan pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain :

a. Memilih Bentuk usaha yang memiliki tarif Pajak terendah

b. Memaksimalkan biaya yang telah dikeluarkan agar dapat dibebankan


sebagai pengurang penghasilan.

c. Memilih berbagai alternatif transaksi yang memberikan efek beban pajak


terendah.

d. Memaksimalkan kredit pajak yang telah dibayar.

Selain wajib membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh, perusahaan


juga memiliki kewajiban untuk memotong pajak yang terutang atas penghasilan
yang dibayarkan kepada pihak lainnya, baik kepada karyawan maupun kepada
pihak ketiga. Atas pembayaran gaji dan tunjangan kepada karyawan perusahaan
wajib memotong dan menyetor PPh 21 yang terutang. Pembahasan mengenai PPh
21 akan dilanjutkan pada kesempatan lain.
2.2 Dugaan Penggelapan Pajak Oleh Perusahaan Bakrie Group
Ada ungkapan big is beautiful. Tapi sepertinya ungkapan itu tidak
seluruhnya benar. Hal ini seperti yang dialami PT Bumi Resources Tbk. Salah
satu produsen tambang batu bara terbesar di Indonesia ini sedang pusing lantaran
dituding menggelapkan pajak sebesar Rp2,1 triliun. LSM Indonesian Corruption
Watch (ICW) menilai, jumlah itu membengkak menjadi Rp11,426 triliun setelah
perusahaan diduga kurang membayar royalti pada periode 2003-2008.

Seperti diketahui, dugaan penggelapan pajak PT Bumi Resources Tbk,


termasuk anak usahanya PT Arutmin Indonesia, dan PT Kaltim Prima Coal (KPC)
sebesar Rp2,1 triliun pada tahun 2007 itu tengah diproses oleh Polda Kalimantan
Timur dan Kalimantan Selatan. Bedanya, untuk dugaan penggelapan pajak KPC
tengah disidik Polda Kaltim. Lalu Polda Kalsel menyelidiki dugaan penggelapan
pajak Arutmin.

Koordinator Monitoring dan Analisa Anggaran ICW, Firdaus Ilyas


mengatakan pembengkakan utang perusahaan tambang milik Aburizal Bakrie itu
didapat setelah ICW menelaah data-data primer seperti laporan keuangan
perusahaan, prospektus, laporan pada pemegang saham, data produksi serta
penjualan batu bara perseroan. Data itu juga kami dapat dari hasil audit BPK.
Lalu, setelah sejumlah dokumen tersebut diteliti, ditemukan dua kenakalan yang
dilakukan perseroan. Pertama, ditemukan kekurangan setoran Dana Hasil
Penjualan Batubara (DHPB) pada 2003-2008, mencapai AS$143,189 juta.
“Tetapi, angka itu belum disesuaikan dengan laporan keuangan persero 2008 yaitu
AS$608,178 juta.

Kedua, emiten berkode saham BUMI itu kurang membayar royalti periode
2003-2008 yang jumlahnya mencapai AS$477,299 juta. Alhasil, total kewajiban
Bumi pada negara mencapai AS$1,228 miliar. Apabila menggunakan kurs
Rp9.300, maka kewajiban BUMI mencapai Rp11,426 triliun. Atas dasar itu, ICW
mendesak Departemen Keuangan memanggil dan memeriksa kantor akuntan
publik yang mengaudit laporan keuangan BUMI. Selain itu, Departemen
Keuangan juga harus memanggil Direktur Jenderal Mineral Batu Bara dan Panas
Bumi Departemen ESDM. Soalnya, dari Direktur Jenderal ini, bisa diketahui
berbagai hal yang mempengaruhi penerimaan BUMI seperti harga batu bara.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak sendiri tidak tinggal diam. Institusi yang
bernaung di bawah Departemen Keuangan ini terus melakukan penyelidikan dan
penyidikan terhadap tunggakan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie tersebut.
Dirjen Pajak Mochamad Tjiptardjo menegaskan, jika ingin penyidikan dihentikan
maka Grup Bakrie harus membayar kewajiban lima kali lipat dari total tunggakan.
Jadi, harus bayar denda 400 persen. Kalau ditambah pokok tunggakan, jadi 500
persen. Selain harus melunasi kewajibannya, ada prosedur lain yang harus
ditempuh Grup Bakrie jika ingin penyidikan kasus ini dihentikan. “Mereka harus
mengajukan permohonan ke Menkeu, kemudian dari Menkeu ke Kejagung untuk
minta penghentian penyidikan”. Langkah ini tertuang dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 130/PMK.03/2009 tentang Tata Cara Penghentian
Penyidikan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan Untuk Kepentingan Penerimaan
Negara.
PMK yang berlaku sejak 18 Agustus 2009 itu menyatakan, proses
penyidikan kasus tindak pidana bidang perpajakan dapat dihentikan melalui izin
dari Menkeu, setelah wajib pajak (WP) melunasi pajak yang tidak atau kurang
dibayarkan atau yang seharusnya tidak dikembalikan serta setelah membayar
sanksi administrasi berupa denda sebesar empat kali dari pajak yang tidak atau
kurang dibayar atau yang seharusnya tidak dikembalikan.
Kejaksaan Agung (Kejagung) dapat menghentikan penyidikan kasus
pidana bidang perpajakan maksimal selama enam bulan sejak tanggal surat
permintaan yang dibuat Menkeu. Sebelumnya, Dirjen Pajak diminta Menkeu
meneliti dan memberi pendapat sebagai bahan pertimbangan. Surat yang diajukan
WP kepada Menkeu harus dilengkapi pernyataan berisi pengakuan bersalah dan
kesanggupan pelunasan pembayaran pajak dan sanksi.
Ditjen Pajak yang mengetahui kasus ini mengatakan kemungkinan
penambahan nilai kerugian negara terjadi karena dalam proses penyidikan yang
dilaksanakan, penyidik menemukan komponen biaya pada PT Bumi Resources
Tbk (BUMI) yang tidak sesuai dengan seharusnya, sehingga menyebabkan
besaran pajak yang dibayarkan menjadi kecil. Itu salah satunya dari biaya bunga
pinjaman. Kami sedang menelusuri, nilainya bisa mencapai ratusan miliar
rupiah. Komponen biaya merupakan salah satu komponen yang bisa
dikurangkan dari penghasilan bruto dalam rangka penentuan penghasilan kena
pajak (PKP). Namun, berdasarkan ketentuan perpajakan, tidak semua komponen
biaya bisa dikurangkan dari penghasilan bruto.

Direktorat Jenderal Pajak saat ini mengusut kasus dugaan pidana pajak
oleh tiga perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC), Bumi, dan
PT Arutmin Indonesia. Ketiganya diduga menyampaikan surat pemberitahuan
(SPT) tahunan tahun pajak 2007 secara tidak benar. Untuk KPC dan Bumi, Ditjen
Pajak telah melakukan penyidikan sementara untuk Arutmin masih dalam proses
pemeriksaan bukti permulaan. Terkait pelaksanaan penyidikan
tersebut, mengungkapkan tim penyidik Ditjen Pajak mengalami kesulitan
memanggil saksi. Tidak tahu kenapa, tapi memang informasi yang kami dapat
menyebutkan di dalam mereka (Grup Bakrie) sudah ada tekanan.” Menurut dia,
pemanggilan terhadap tersangka juga mengalami hambatan karena yang
bersangkutan tidak pernah memenuhi panggilan pemeriksaan yang dilayangkan
penyidik pajak dengan alasan sedang sakit. “Kami sudah panggil sekali, nanti tak
lama lagi akan kami panggil kedua kali. Kalau juga tak dipenuhi akan kami
panggil paksa dibantu Kepolisian,” tegasnya.
Dengan adanya masalah ini, kita bisa melihat bahwa sebagai perusahaan
yang telah Go Publik masih adanya indikasi bahwa perusahaan-perusahaan
tersebut masih belum menerapkan prinsip-prinsip good corporat governance,
walaupun masih sebatas dugaan tetapi asumsi-asumsi negative telah mengarah
kesana. Untuk bisa memastikannya lebih jauh maka harus dilakukan penyidikan
lebih lanjut, tetapi untuk dampak sementara akibat adanya dugaan ini, investor
sudah mulai ragu untuk menanamkan modalnya pada perusahaan-perusahaan
tersebut.
Didalam konsep good governance setiap informasi yang hendakkan
disampaikan harus terbuka dan akurat, jauh dari manipulasi dan hal-hal yang
menyesatkan, sebab dengan diterapkannya Prinsip corporate governance
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan, yang pada akhirnya
meningkatkan kepercayaan pemakai laporan keuangan, termasuk investor.

2.3 Upaya Penegakan Hukum Terhadap Dugaan Penggelapan Pajak


Pajak adalah salah satu tiang yang sangat penting bagi perekonomian di
sebuah Negara. Tanpa pajak, Negara tidak mampu membiayai pembangunan.
Tanpa pajak pula, pemerintah mustahil bisa menggaji para pegawai dan
mensejahterakan rakyatnya. Karena itu, pemerintah harus sangat serius dalam
menindak para penggelapan pajak. Faktanya pemerintah kerap gagal menghadapi
para penggelap pajak.

Munculnya kembali kasus dugaan penggelapan pajak yang dilakukan oleh


kelompok usaha Bakrie, menambah bukti yang kuat betapa sulitnya bertindak
tegas terhadap wajib pajak (WP) ukuran besar. Yang cenderung terjadi adalah
pemeerintah lebih banyak bersikap longgar terhadap mereka. Tersebutlah 3
perusahaan group Bakrie yang dilaporkan telah lalai membayar pajak sebesar Rp
2,1 Triliun. Perusahaan itu adalah PT.Bumi Resource, PT Kaltim Prima Coal
(KPC), dan PT Arutmin Indonesia. PT Bumi menunggak pajak sebesar Rp 376
Milyar, KPC sebesar 1,5 Triliun, dan PT Arutmin senilai 300 Milyar.
Sudah tepat langkah Ditjen Pajak untuk memidanakan group Bakrie dalam
kasus dugaan penggelapan pajak itu. Tunggakan pajak sebesar 2,1 Triliun itu
adalah jumlah yang sangat bernilai bagi rakyat. Anak perusahaan group Bakrie itu
terancam membayar denda tunggakan pajak sebesar 4 kali lipat dari nilai pokok
tunggakan / diwajibkan membayar sebesar 10,5 Triliun.
Penggelapan pajak biasanya disebut juga dengan korupsi, kejahatan pajak,
mengemplang hutang yang ditanggung oleh rakyat. Terkait dengan masih
tingginya tunggakan pajak yang dilakukan sejumlah wajib pajak di Indonesia dan
penyalahgunaannya maka hal tersebut seharusnya segera dituntaskan karena
dinilai merugikan perekonomian Negara. Diharapkan pemerintah segera
menangani setiap pelanggaran pajak dan diberi sanksi pidana pajak yang tegas.
Walaupun media sedang gencar-gencarnya memberitakan skandal
penggelapan dana pajak yang paling besar dalam sejarah yang ada, namun
perlawanan dari pihak Bakri Group terhadap hal tersebut tetap ada, yakni upaya
PT Kaltim Prima Coal (KPC) untuk menghentikan penyidikan yang dilakukan
Ditjen Pajak, harus kandas setelah PN Jakarta Selatan menyatakan permohonan
praperadilan KPC tak dapat diterima. Hakim tunggal sidang praperadilan Prasetyo
tersebut menyatakan permohonan praperadilan KPC tak masuk obyek
praperadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 77 KUHAP.
Dirjen Pajak dan Departemen Keuangan harus segera menyelesaikan kasus
dugaan penggelapan pajak yang terjadi dalam kurun waktu 2003-2008 oleh PT
Bumi Resources Tbk. Jika berlarut-larut justru menimbulkan kecurigaan proses
penyelesaiannya telah disusupi oleh mafia hukum. Selain itu BEI (Bursa Efek
Indonesia) harus aktif melakukan penyelidikan dugaan penggelapan pajak, karena
ini menyangkut perusahaan publik, yang seharusnya semua laporan keuangannya
terbuka. Kalau benar ada penggelapan pajak, berarti ada yang disembunyikan dari
public.

2.4 Solusi
Dalam kasus dugaan penggelapan pajak oleh perusahaan Bakrie Group,
perusahaan mengemukakan bahwa dalam menghadapi masa sulit diperlukan
efisiensi. Berkaitan dengan hal tersebut, efisiensi yang paling cepat untuk dapat
dilakukan adalah dengan mengurangi pengeluaran, seperti memanipulasi laporan
pajak, mengurangi tenaga kerja, dan lain-lain. Dengan demikian, sebuah transaksi
bisnis tak lagi memakan waktu yang lama seperti dahulu kala. Kini, untuk
melakukan transaksi bisnis antar benua bahkan cukup memakan waktu dalam
hitungan detik saja. Hal tersebut tentu menuntut perusahaan pada situasi yang
amat kompetitif yang menimbulkan konsekuensi ketat bahwa kegagalan
berefisiensi akan membuat perusahaan ketinggalan dan kehilangan kesempatan.
Efisiensi menjadi kata kunci bagi perusahaan untuk mengejar keuntungan
yang berpacu dalam persaingan global tersebut. Namun menurut Robert Cooter,
sesungguhnya efisiensi bukan sekadar dipacu oleh persaingan global terlebih
memang sejak awalnya sudah menjadi sifat pengusaha untuk melakukan efisiensi
dan maksimalisasi hasil usaha. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa
ekonomi menghasilkan sebuah teori tingkah laku/perilaku untuk memprediksi
bagaimana respon manusia terhadap perubahan-perubahan dalam hukum. Teori
ini melampaui intuisi, hanya sebagai ilmu sains yang melampaui akal biasa
(common sense). Ilmu Ekonomi memprediksi efek kebijakan terhadap efisiensi.
Efisiensi selalu berhubungan dengan pembuatan kebijakan, karena akan selalu
lebih baik mencapai semua kebijakan-kebijakan yang ada dengan biaya yang
rendah daripada dengan biaya yang tinggi. Pejabat umum tidak pernah
menyokong uang yang siasia/pemborosan.
Selain efisiensi, Ilmu ekonomi yang juga memprediksi efek dari
kebijakan-kebijakan dalam nilai penting lainnya adalah distribusi. Diantara
penerapan ilmu ekonomi itu terhadap kebijakan publik adalah penggunaannya
untuk memprediksi siapa sebenarnya yang dibebankan berbagai macam pajak.
Lebih daripada penelitian ilmu-ilmu sosial, ahli ekonomi memahami bagaimana
hukum memberi dampak terhadap distribusi pendapatan dan kesejahteraan
disegala lapisan sosial. Sementara ahli ekonomi seringkali merekomendasikan
perubahan untuk peningkatan efisiensi, mereka mencoba menghindari sengketa
tentang distribusi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan adanya isu dugaan penggelapan dana pajak yang cukup besar pada
sebuah perusahaan publik, menjadi sebuah tanda bahwasanya walaupun
perusahaan besar tetapi masih lemah dalam menerapkan prinsip-prinsip good
corporate governance terutama dalam hal menyampaikan berita yang akurat serta
prinsip responsibility berupa kurang dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang
berlaku. Hal ini juga merupakan bukti bahwa kurangnya pengawasan dari pihak-
pihak yang terkait di pasar modal sehingga menyebabkan kerugian negara yang
cukup besar. Walaupun hanya sebatas dugaan, ini sudah menjadi bukti awal
bahwa dalam menjalankan bisnis itikad baik dalam menjalankan bisnis tidak ada.

Upaya penegakan hukum yang adil dan beribawa mutlak diperlukan dalam
menyelesaikan kasus dugaan penggelapan pajak ini, karena nantinya public akan
mengetahui bagaimana kisah yang sebenarnya dari kasus ini dan public juga
mengetahui bagaimana proses penegakan hukum dibidang pasar modal itu sendiri.
Penyelesaian kasus ini harus dijauhkan dari ketegangan politik yang ada. Pasar
modal merupakan salah satu sumber pendanaan yang sangat penting dalam era
globalisasi ini, dan oleh karena itu harus dipupuk terus. Pasar modal harus
menarik bagi emiten maupun investor. Oleh karena itu, pemerintah, pengawas
pasar modal, bursa, dan para pialang mempunyai tugas masing-masing yang
berkaitan guna menciptakan pasar modal yang sehat, bersih, dan memiliki daya
saing yang tinggi. Pasar modal yang demikian akan menjadi sumber pencarian
dana yang menarik bagi perusahaan. Pada saat yang bersamaan menyediakan
alternatif investasi yang menjanjikan bagi para investor.
Dalam kasus dugaan penggelapan pajak oleh perusahaan Bakrie Group,
perusahaan mengemukakan bahwa dalam menghadapi masa sulit diperlukan
efisiensi. Berkaitan dengan hal tersebut, efisiensi yang paling cepat untuk dapat
dilakukan adalah dengan mengurangi pengeluaran, seperti memanipulasi laporan
pajak, mengurangi tenaga kerja, dan lain-lain. Alasan efisiensi tersebut tak lain
adalah konsekuensi dari globalisasi yang memadatkan jarak dan waktu memang
menuntut kompetisi ekonomi global menjadi kian sengit dengan tenggat waktu
yang amat cepat. Dengan demikian, sebuah transaksi bisnis tak lagi memakan
waktu yang lama seperti dahulu kala. Kini, untuk melakukan transaksi bisnis antar
benua bahkan cukup memakan waktu dalam hitungan detik saja.
Jadi, dalam kasus diatas, efisiensi menjadi kata kunci bagi perusahaan
untuk mengejar keuntungan yang berpacu dalam persaingan global tersebut.
Namun menurut Robert Cooter, sesungguhnya efisiensi bukan sekadar dipacu
oleh persaingan global terlebih memang sejak awalnya sudah menjadi sifat
pengusaha untuk melakukan efisiensi dan maksimalisasi hasil usaha.

3.2 Saran
● Semua pihak yang terkait seharusnya mampu mengendalikan diri
mereka masing-masing untuk tidak memperoleh keuntungan secara
illegal.
● Pemerintah lebih mengetatkan pengawasan pajak kepada perusahaan-
perusahaan besar dan tidak pilih pilih dalam menyelesaikan
penggelapan pajak.
● Secara rutin perusahaan Bakrie Group sebagai salah satu perusahaan
besar di Indonesia menyelenggarakan pelatihan dan seminar untuk
meningkatkan kompetensi dan kesadaran terhadap kode etik profesi
kepada anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA

● https://www.scribd.com/doc/239794225/Makalah-Penggelapan-Pajak-IM3

● http://tutipuspitasari00.blogspot.co.id/2014/11/makalah-tentang-pajak.html

● http://goesur25.blogspot.co.id/2013/09/tugas-makalah-penggelapan-

pajak.html

● Hutagaol, J. 2007. Perpajakan: Isu-isu Kontemporer. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

● Surat direktur jendral pajak No.s-14/PJ.7/2003,2003

Anda mungkin juga menyukai