Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini,judul makalah ini tentang kejadian Enron,
motivasi,reformasi tata kelola dan etika. Terima kasih kepada dosen Mata kuliah Etika bisnis
dan profesi yang telah memberikan tugas ini sehingga kami kelompok dapat memahami isi
materi tersebut semoga dengan keberadaan materi ini bisa dijadikan sebagai bahan
menambah wawasan bagi kami dan para pembaca nantinya. Pada dasarnya manusia memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing alangkah baiknya kekurangan itu kita perbaiki agar
bisa digunakan sebagaimana mestinya .kami kelompok 5 sebagai penulis makalah ini
membutuhkan saran dan kritikan untuk kemajuan kami dalam mengembangkan bakat
menulis dan memkerkuat isi atau muatan materi yang ada dalam makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.Latar belakang......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................8
A.STUDI KASUS........................................................................................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................................13
A.Kesimpulan.........................................................................................................................13
B.Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

BAB 1

PENDAHULUAN

2
1.Latar belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, Wajah dunia seakan mendapatkanpukulan berat dari
banyaknya tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politikyang akhirnya bermuara pada
derita krisis global saat ini. Banyaknya kejadianmemilukan didunia ini cenderung disebabkan
oleh banyaknya pengabaian etikadalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu
lini kehidupanmasyarakat dunia ini adalah kegiatan Bisnis. Kebutuhan hidup
masyarakatdunia tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya Kegiatan bisnis. Dalam sepuluhtahun
terakhir, cukup banyak tragedy kehancuran bisnis yang terjadi di dunia,tragedy ini
memberi dampak penderitaan yang cukup signifikan padakehidupan masyarakat luas
dan tak sedikit korban yang berjatuhan karenanya.Sebagian besar Tragedy ini dipicu oleh
adanya pengabaian etika dalam setiapkegiatan bisnis. Secara singkat, Pengabaian etika adalah
dilakukannya suatukegiatan yang dianggap benar oleh para pengambil keputusan,
namunmembawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak lain . Contoh
pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah, praktek kecurangan dalampembuatan laporan
keuangan, penyuapan, window dressing, dan lainsebagainya.Dinamika pengabaian
etika yang seperti inilah yang akhirnyamemunculkan skandal korporasi Enron dan
Arthur Andersen, WorldCom,Tragedi Lumpur Lapindo, Kematian bayi-bayi di China akibat
dicampurnyamelamin dalam susu bayi,kasus obat nyamuk HIT dan lain sebagainya.Berkaca
dari beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para praktisibisnis dan keuangan dunia
mulai memperluas area manajemen resiko mereka.Dari yang awalnya hanya berfokus pada
area manajemen resiko bisnis, merekamulai menyadari bahwa mereka perlu menerapkan
manajemen dalam lingkupetika.

Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini disebut manajemenresiko etika.


Dalam Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi bisnis kini mulai

menyadari bahwa meskipun manajemen risiko cenderung berfokus kepadamasalah-masalah


non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa penghindaranbencana dan kegagalan juga
memerlukan perhatian kepada masalah risikoetika. Terjadinya perbuatan tercela dalam
dunia bisnis tampaknya tidakmenampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari
semakin meningkat.Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan

3
masyarakat,tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan
suapmerupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika bisnis.Dan
masalah penyimpangan dalam dunia bisnis pun tak jarangdilakukan oleh salah satu
pemegang peranan penting dalam dunia bisnis, yaituakuntan publik, dan penyimpangan ini
terjadi di berbagai negara. AmerikaSerikat yang selama ini dianggap sebagai negara super
power dan juga kiblatilmu pengetahuan termasuk displin ilmu akuntansi harus menelan
kepahitan.Skandal bisnis yang terjadi seakan menghilangkan kepercayaan oleh parapelaku
bisnis dunia tentang praktik Good Corporate Governance di AmerikaSerikat.

Banyak perusahaan yang melakukan kecurangan diantaranya adalahTYCO yang


diketahui melakukan manipulasi data keuangan (tidakmencantumkan penurunan aset),
disamping melakukan penyelundupan pajak.Global Crossing termasuk salah satu perusahaan
terbesar telekomunikasi diAmerika Serikat dinyatakan bangkrut setelah melakukan sejumlah
investasipenuh resiko. Enron yang hancur berkeping terdapat beberapa skandal bisnisyang
menimpa perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat. Worldcomjuga merupakan salah
satu perusahaan telekomunikasi terbesar di AmerikaSerikat melakukan manipulasi keuangan
dengan menutupi pengeluaran US$3.8milyar untuk mengesankan pihaknya menuai
keuntungan, padahalkenyataannya rugi. Xerox Corp.

Perusahaan energi asal Amerika mengguncang dunia pada awal tahun 2000-
an. Namun bukan prestasi, melainkan karena manipulasi dan kejahatan akuntansi.
Enron bersama kantor akuntan Arthur Andersen terbukti bersalah
menggelembungkan hasil kinerja keuangannya. Akibat skandal Enron ini, The Wall
Street terguncang. Terjadi kerugian yang sangat besar hingga mencapai lebih dari
60 juta dollar Amerika di pasar saham. Karena skandal Enron ini, Amerika yang
dikenal sebagai negara super power tersebut mengalami krisis keuangan. Tidak
hanya itu, dampak dari krisis keuangan Amerika itu berefek domino terhadap
perekonomian secara global.

Dampak skandal Enron yang cukup parah, sehingga AS perlu menerbitkan


Undang-Undang Sarbanes-Oxley untuk mengindari kasus serupa. Skandal Enron ini,
merupakan kejahatan akuntansi yang menjadi salah satu yang paling parah dalam
sejarah. Motifnya kejahatan akuntansinya adalah dengan menggelembungkan
kinerja keuangan sehingga terlihat sangat tinggi untuk mendapatkan perhatian

4
investor.Bahkan Enron juga menyembunyikan hutang yang dimiliknya untuk
mengelabui publik. Kinerja keuangan Enron pada kisaran tahun 1998 hingga tahun
2000 terlihat sangat bagus. Padahal, Enron ternyata menggelembungkan
pendapatannya hingga sebesar 586 juta dollar sejak 1997. Setelah kasus ini tercium
publik, saham Enron langsung jatuh serta tidak lama kemudian mengalami
kepailitan. Secara otomatis, para pemegang saham Enron langsung merugi besar.
Kejadian ini berimbas terhadap kepercayaan investor secara umum. Terjadi distrust
yang sangat tinggi, para investor menjadi skeptis dalam berinvestasi di pasar saham
saat itu.

Dalam konteks akuntansi, kesempatan ini merupakan semacam celah dalam


regulasi maupun sistem sehingga dapat dimanfaatkan oleh para pelaku curang. Oleh
karenanya, diperlukan evaluasi dan pemutakhiran secara kontinyu mengenai
regulasi untuk mencegah terjadinya kecurangan akuntansi. Adapun maksud dari
rasionalisasi sebagai salah satu penyebab fraud yaitu alasan-alasan yang mendasari
seseorang berbuat curang. Misalnya, seseorang beralasan bahwa meskipun tindakan
yang dilakukannya curang, tetapi ia berasalan bahwa hal tersebut dapat ‘dimaafkan’
karena adanya desakan ekonomi.Selain ketiga penyebab fraud tadi, saat ini tentunya
penyebab terjadinya fraud atau manipulasi akuntansi sudah lebih banyak lagi. Motif
dan bentuk-bentuk kecurangan akuntansi juga semakin berkembang. Telah banyak
penelitian dalam bidang akuntansi yang secara khusus menganalisis terkait hal ini.
Misalnya, kajian terkait dengan manajemen laba, income smoothing, hingga creative
accounting. Kebanyakan penelitian menyebutkan pentingnya etika profesi
akuntansi.

Keberadaan etika profesi akuntansi menjadi sangat critical yang bahkan


dianggap perlu menjadi suatu bidang kajian utama. Alhasil, hampir seluruh program
studi akuntansi di perguruan tinggi menyelenggarakan studi etika profesi. Namun
demikian, kajian terkait dengan etika profesi seringkali tidak dianggap serius.
Terbukti, kebanyakan program studi akuntansi hanya menyelenggarakan mata kuliah
etika profesi satu kali. Padahal, bidang kajian etika profesi akuntansi tergolong
sangat multidimensional.

5
Etika profesi berkaitan dengan karakter, motif, upaya pencegahan
penyimpangan, regulasi atau standar akuntansi, dan masih banyak lagi.
Multidimensionalitas dalam kajian etika profesi membuatnya dapat didekati oleh
beragam jenis teori dan disiplin ilmu. Misalnya, ketika membahas tentang karakter,
maka dapat menggunakan pendekatan psikologi. Kemudian, ketika membahas
tentang regulasi, maka dapat menggunakan pendekatan akuntansi. Misalnya dengan
teori akuntansi positif, teori signal, maupun teori agensi. Seyogianya, etika profesi
akuntansi dapat mendapatkan perhatian lebih serius lagi. Baik itu dari para peneliti,
praktisi akuntansi, maupun pembuat regulasi. Perlu diingat kembali, etika profesi
akuntansi sangat berperan dalam menciptakan dan menjaga stabilitas ekonomi.

Awal mula yang terjadi pada kasus Enron:

The Powers Report. Powers Report disiapkan oleh tiga orang subkomite dari Dewan
Enron yang diketuai oleh William Powers, Jr., yang bergabung dengan dewan pada
bulan September 2001dan menundurkan diri pada bulan februari 2002. Subkomite
Powers ditetapkan pada tanggal 26Oktober 2002, dengan mandat untuk menyelidiki
transaksi pihak terkait yang mengejutkan dewan (direksi) dan menghasilkan beberapa
penyajian kem Setelah penyelidikan, Powers Report menyediakan berbagai temuan berikut
dalam bagian Summary of Findings:

o Karyawan memperkaya diri mereka sendiri dengan jutaan uang tanpa persetujuan
yang tepat.
o Kemitraan Chewco, LJM1, dan LJM2 didirikan dan digunakan untuk melakukan
transaksi. oT r a n s a k s i l a i n n y a t i d a k s e m e s t i n y a m a s u k k e d a l a m
l i n d u n g n i l a i a t a u penggantian kerugian mencapai hampir $1 miliar dalam
kerugian investasi pedagang Enron dan dengan demikian yang tetap dilaporkan
secara tidak benar sekitar $1 miliar.
o Perlakuan akuntansi yang asli untuk Chewco dan LJM1 juga salah, begitu juga
dengan transaksi lainnya meskipun terdapat keterlibatan yang luas dan
nasihat dariArthur Andersen.
o Sebagian besar kebutuhan untuk penyajian kembali muncul karena
kegagalanuntuk memenuhi dua syarat yang diperlukan bagi SPE agar menjadi
independen dariEnron.

6
Kegagalan Direksi untuk Mengawasi atau Mengelola Enron secara Memadai

Dewan Direksi beroperasi di bawah undang-undang negara yang membebankan


tugasfidusia kepada mereka untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya, dan dalam
kepentinganterbaik dari perusahaan dan pemegang sahamnya. Dalam kerangka kerja
tata kelola, DewanD i r e k s i E n r o n b e r t a n g g u n g j a w a b m e n g a w a s i l i n i
b i s n i s E n r o n d a n s t r a t e g i u n t u k membiayainya.

Transaksi Enron yang Dipertanyakan

o Melebih-lebihkan pendapatan dan keuntungan.


o Meningkiatkan kas dan menyembunyikan utang atau kewajiban yang terkait.
o Offset (saling menutupi) kerugian terhadap investasi saham Enron pada
perusahaanlain.
o Menghindari aturan-aturan akuntansi untuk penilaian saham Enron.
o Secara tidak benar memperkaya beberapa eksekutif Enron.
o Memanipulasi harga saham Enron sehingga menyesatkan investor dan
memperkaya eksekutif Enron yang memegang opsi saham.

Peran Arthur EndersenArthur Endersen, auditor Enron, seharusnya bertindak


sebagai fidusia profesional menjaga kepentingan pemegang saham Enron dan
perwakilan mereka, Dewan Direksi Enron.Namun demikian, mereka tidak
melakukannya karena mereka melewatkan atau mengabaikan manipulasi yang besar dan
kemudian tertangkap ketika memusnahkan dokumen audit Enron, secara
s ignifikan menambah kemarahan yang diras akan oleh
inves tor,pens iunan,med ia, dan politisi.keyakinan atau kepercayaan pada pasar
keuangan, pada tata kelola perusahaan dan

7
BAB II

PEMBAHASAN

A.STUDI KASUS

8
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth(penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Keduaperusahaan ini bergabung
pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalamindustri energi, kemudian melakukan
diversifikasi usaha yang sangat luasbahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya
dengan industri energi.Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction,
tradingcommodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan. Kasus Enron mulaiterungkap
pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding padatahun 2002 berimplikasi
sangat luas terhadap pasar keuangan global yang ditandai dengan menurunnya harga saham
secara drastis berbagai bursa efek dibelahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke
Asia. Enron, suatuperusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus
perusahaanterkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di
ASjatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazarddiantaranya


manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600juta Dollar AS padahal
perusahaan mengalami kerugian. Manipulasikeuntungan disebabkan keinginan
perusahaan agar saham tetap diminatiinvestor, kasus memalukan ini konon ikut
melibatkan orang dalam gedungputih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis,
fakta, data daninformasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya
Enron(debacle), dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur noneksekutif)


membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsurkonflik kepentingan
dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksiberdasarkan informasi yang
hanya bisa di akses oleh Pihak dalam perusahaan (insider trading), termasuk
praktek akuntansi dan bisnis tidaksehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan outsourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
a. a.Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan
publikperusahaan.
b. b.Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. c.Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

9
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi
terhadapkemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai
klienperusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan
praktekakuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk
tetapmempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktekakunting
perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkankekhawatiran
berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAPAndersen pada
pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk
melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan
penasehat hukum untuk memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan
pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi
oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius
yang perlu diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan
triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah
meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode
sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus(special accounting
charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada
periode tersebut menjadi rugi $644 juta

Dampak skandal Enron yang cukup parah, sehingga AS perlu menerbitkan


Undang-Undang Sarbanes-Oxley untuk mengindari kasus serupa. Skandal Enron ini,
merupakan kejahatan akuntansi yang menjadi salah satu yang paling parah dalam
sejarah. Motifnya kejahatan akuntansinya adalah dengan menggelembungkan
kinerja keuangan sehingga terlihat sangat tinggi untuk mendapatkan perhatian
investor.Bahkan Enron juga menyembunyikan hutang yang dimiliknya untuk
mengelabui publik. Kinerja keuangan Enron pada kisaran tahun 1998 hingga tahun
2000 terlihat sangat bagus. Padahal, Enron ternyata menggelembungkan
pendapatannya hingga sebesar 586 juta dollar sejak 1997. Setelah kasus ini tercium
publik, saham Enron langsung jatuh serta tidak lama kemudian mengalami

10
kepailitan. Secara otomatis, para pemegang saham Enron langsung merugi besar.
Kejadian ini berimbas terhadap kepercayaan investor secara umum. Terjadi distrust
yang sangat tinggi, para investor menjadi skeptis dalam berinvestasi di pasar saham
saat itu.

Skandal Enron mengajarkan kepada dunia mengenai pentingnya etika profesi


seorang akuntan. Meskipun tidak dianggap sebagai profesi yang sangat prestisius,
peran seorang akuntan sangat penting bagi stabilitas perekonomian.   Tindakan
seorang akuntan yang tidak memiliki etika profesi bahkan dapat memicu terjadinya
krisis seperti yang terjadi pada skandal Enron. Tindakan curang dan manipulatif
yang dilakukan seorang akuntan dapat menjadi awal kehancuran
perekonomian.Mengacu pada teori fraud triangle, terdapat 3 penyebab terjadinya
tindakan kecurangan yang dilakukan seseorang yaitu motivasi (motive), kesempatan
(opportunity), dan rasionalisasi (rationalisation). Motivasi dalam konteks ini adalah
keinginan seseorang untuk mendapatkan sebanyak mungkin kekayaan. Motivasi
untuk melakukan fraud dalam konteks ini juga merupakan suatu keserakahan, rasa
tidak puas atas apa yang telah dimiliki. Kesempatan juga seringkali menjadi alasan
utama terjadinya fraud.  Terbukanya kesempatan sedikit saja dapat memicu
seseorang dengan kecacatan karakter dan tidak beretika untuk berbuat curang.

Dalam konteks akuntansi, kesempatan ini merupakan semacam celah dalam


regulasi maupun sistem sehingga dapat dimanfaatkan oleh para pelaku curang. Oleh
karenanya, diperlukan evaluasi dan pemutakhiran secara kontinyu mengenai
regulasi untuk mencegah terjadinya kecurangan akuntansi. Adapun maksud dari
rasionalisasi sebagai salah satu penyebab fraud yaitu alasan-alasan yang mendasari
seseorang berbuat curang. Misalnya, seseorang beralasan bahwa meskipun tindakan
yang dilakukannya curang, tetapi ia berasalan bahwa hal tersebut dapat ‘dimaafkan’
karena adanya desakan ekonomi.Selain ketiga penyebab fraud tadi, saat ini tentunya
penyebab terjadinya fraud atau manipulasi akuntansi sudah lebih banyak lagi. Motif
dan bentuk-bentuk kecurangan akuntansi juga semakin berkembang. Telah banyak
penelitian dalam bidang akuntansi yang secara khusus menganalisis terkait hal ini.
Misalnya, kajian terkait dengan manajemen laba, income smoothing, hingga creative
accounting. Kebanyakan penelitian menyebutkan pentingnya etika profesi
akuntansi.

11
Keberadaan etika profesi akuntansi menjadi sangat critical yang bahkan
dianggap perlu menjadi suatu bidang kajian utama. Alhasil, hampir seluruh program
studi akuntansi di perguruan tinggi menyelenggarakan studi etika profesi. Namun
demikian, kajian terkait dengan etika profesi seringkali tidak dianggap serius.
Terbukti, kebanyakan program studi akuntansi hanya menyelenggarakan mata kuliah
etika profesi satu kali. Padahal, bidang kajian etika profesi akuntansi tergolong
sangat multidimensional.

Etika profesi berkaitan dengan karakter, motif, upaya pencegahan


penyimpangan, regulasi atau standar akuntansi, dan masih banyak lagi.
Multidimensionalitas dalam kajian etika profesi membuatnya dapat didekati oleh
beragam jenis teori dan disiplin ilmu. Misalnya, ketika membahas tentang karakter,
maka dapat menggunakan pendekatan psikologi. Kemudian, ketika membahas
tentang regulasi, maka dapat menggunakan pendekatan akuntansi. Misalnya dengan
teori akuntansi positif, teori signal, maupun teori agensi. Seyogianya, etika profesi
akuntansi dapat mendapatkan perhatian lebih serius lagi. Baik itu dari para peneliti,
praktisi akuntansi, maupun pembuat regulasi. Perlu diingat kembali, etika profesi
akuntansi sangat berperan dalam menciptakan dan menjaga stabilitas ekonomi.

Awal mula yang terjadi pada kasus Enron:The Powers Report. Powers Report
disiapkan oleh tiga orang subkomite dari Dewan Enron yang diketuai oleh William
Powers, Jr., yang bergabung dengan dewan pada bulan September 2001dan
menundurkan diri pada bulan februari 2002. Subkomite Powers ditetapkan pada tanggal
26Oktober 2002, dengan mandat untuk menyelidiki transaksi pihak terkait yang
mengejutkandewan (direksi) dan menghasilkan beberapa penyajian kem Setelah
penyelidikan, Powers Report menyediakan berbagai temuan berikut dalam bagian Summary
of Findings:

o Karyawan memperkaya diri mereka sendiri dengan jutaan uang tanpa persetujuan
yang tepat.
o Kemitraan Chewco, LJM1, dan LJM2 didirikan dan digunakan untuk melakukan
transaksi.
o Transaksi lainnya tidak semestinya masuk ke dalam lindung nilai
a t a u penggantian kerugian mencapai hampir $1 miliar dalam kerugian

12
investasi pedagang Enron dan dengan demikian yang tetap dilaporkan secara tidak
benar sekitar $1 miliar. oPerlakuan akuntansi yang asli untuk Chewco dan LJM1
juga salah, begitu juga dengan transaksi lainnya meskipun terdapat
keterlibatan yang luas dan nasihat dariArthur Andersen.
o Sebagian besar kebutuhan untuk penyajian kembali muncul karena
kegagalanuntuk memenuhi dua syarat yang diperlukan bagi SPE agar menjadi
independen dariEnron.

Kegagalan Direksi untuk Mengawasi atau Mengelola Enron secara Memadai

Dewan Direksi beroperasi di bawah undang-undang negara yang membebankan


tugasfidusia kepada mereka untuk bertindak dengan itikad baik, sewajarnya, dan dalam
kepentinganterbaik dari perusahaan dan pemegang sahamnya. Dalam kerangka kerja
tata kelola, Dewan D i r e k s i E n r o n b e r t a n g g u n g j a w a b m e n g a w a s i l i n i
b i s n i s E n r o n d a n s t r a t e g i u n t u k membiayainya.

Transaksi Enron yang Dipertanyakan

o Melebih-lebihkan pendapatan dan keuntungan.


o Meningkiatkan kas dan menyembunyikan utang atau kewajiban yang terkait.
o Offset (saling menutupi) kerugian terhadap investasi saham Enron pada
perusahaanlain. oMenghindari aturan-aturan akuntansi untuk penilaian saham Enron.
o Secara tidak benar memperkaya beberapa eksekutif Enron.
o Memanipulasi harga saham Enron sehingga menyesatkan investor dan
memperkaya eksekutif Enron yang memegang opsi saham.

Peran Arthur Endersen Arthur Endersen, auditor Enron, seharusnya bertindak sebagai
fidusia profesional menjaga kepentingan pemegang saham Enron dan perwakilan
mereka, Dewan Direksi Enron. Namun demikian, mereka tidak melakukannya karena
mereka melewatkan atau mengabaikan manipulasi yang besar dan kemudian
tertangkap ketika memusnahkan dokumen audit Enron, secara s ignifikan
menambah kemarahan yang diras akan oleh inves tor,pens iunan,media,
dan politisi.keyakinan atau kepercayaan pada pasar keuangan, pada tata kelola
perusahaan

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skandal Enron mengajarkan kepada dunia mengenai pentingnya etika


profesi seorang akuntan. Meskipun tidak dianggap sebagai profesi yang sangat
prestisius, peran seorang akuntan sangat penting bagi stabilitas perekonomian.  
Tindakan seorang akuntan yang tidak memiliki etika profesi bahkan dapat

14
memicu terjadinya krisis seperti yang terjadi pada skandal Enron. Tindakan
curang dan manipulatif yang dilakukan seorang akuntan dapat menjadi awal
kehancuran perekonomian.Mengacu pada teori fraud triangle, terdapat 3
penyebab terjadinya tindakan kecurangan yang dilakukan seseorang yaitu
motivasi (motive), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalisation). Motivasi dalam konteks ini adalah keinginan seseorang untuk
mendapatkan sebanyak mungkin kekayaan. Motivasi untuk melakukan fraud
dalam konteks ini juga merupakan suatu keserakahan, rasa tidak puas atas apa
yang telah dimiliki. Kesempatan juga seringkali menjadi alasan utama
terjadinya fraud.  Terbukanya kesempatan sedikit saja dapat memicu seseorang
dengan kecacatan karakter dan tidak beretika untuk berbuat curang.

B.Saran

Perlakuan secara hukum yang tegas terhadap semua kegiatan audit beserta auditornya
dan juga terhadap subjek auditnya sangatlah diperlukan,hal ini dapat mengurangi tingkat
kecurangan yang terjadi dalam proses audit dan juga untuk menjaga kualitas laporan dan
opini hasil auditnya sehingga para pengguna informasi atau para pihak luar khususnya
investor maupun nasabah bank beserta pengawasnya tidak akan tertipu dengan kecurangan
yang sangat merugikan setiap keputusan investasi pihak luar tersebut.

Proses audit baiknya tidak hanya dilakukan oleh akuntan publik secara
independen penuh akan tetapi harus melibatkan pihak berwenang yang berfungsi sebagai
pengawas audit yang mempunyai kewenangan hukum yang diharapkan sebagai salah satu
pengendalian mutu.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/41329736/KEJADIAN-ENRON-MEMOTIVASI-
REFORMASI-TATA-KELOLA-DAN-ETIKAdocx/

https://www.academia.edu/33245775/ETIKA_KEL_2_KEJADIAN_ENRON

https://pdfcoffee.com/fidiah-nur-hastuti-20170420278-ep-f-kasus-enron-pdf-free.html

16
17

Anda mungkin juga menyukai