Anda di halaman 1dari 7

Nama : Novia Aisah Asriati

Nim : 1189210063

Prodi/Kls/Semester : Akuntansi Syariah/B/IV

Hari/Tgl/Thn : Jum’at 20 Maret 2020

Mata Kuliah : Kewirausahaan

Dosen Pengampu : Dini Mardiani.,S.E.,MBA.,M.M.

TUGAS INDIVIDU

JUAL BELI YANG DILARANG DALAM ISLAM DAN NEGOSIASI DALAM


BERBISNIS

A. Konsep Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam

Islam adalah agama yang syamil, yang mencangkup segala permasalahan manusia, tak
terkecuali dengan jual beli. Jual beli telah disyariatkan dalam Islam dan hukumnya mubah atau
boleh, berdasarkan Al Quran, sunnah, ijma’ dan dalil aqli. Allah Swt membolehkan jual-beli agar
manusia dapat memenuhi kebutuhannya selama hidup di dunia ini.

Namun dalam melakukan jual-beli, tentunya ada ketentuan-ketentuan ataupun syarat-syarat


yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Seperti jual beli yang dilarang yang akan kita
bahas ini, karena telah menyelahi aturan dan ketentuan dalam jual beli, dan tentunya merugikan
salah satu pihak, maka jual beli tersebut dilarang.

Bila telah dipahami bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, maka hal yang
semestinya dikenali adalah hal-hal yang menjadikan suatu perniagaan diharamkan dalam Islam.
Karena hal-hal yang menyebabkan suatu transaksi dilarang sedikit jumlahnya, berbeda halnya
dengan perniagaan yang dibolehkan, jumlahnya tidak terbatas.

Walaupun Islam mendorong umatnya untuk berdagang, bukan berarti dapat dilakukan sesuka
dan sekehendak manusia, seperti lepas kendali. Adab dan etika bisnis dalam Islam harus
dihormati dan dipatuhi jika para pedagang dan pebisnis ingn termasuk dalam golongan para
Nabi, Syuhada dan Shadiqien.

Konsep Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi sah
atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang. Kemudian konsep jual beli yang dilarang
pelbagai jenis sesuai dengan cabang-cabangnya dan sifatnya. Hal ini dapat dibagi kedalam :

1. Ditinjau dari sudut rusak syarat akad,


2. Ditinjau dari sudut rusak syarat sah

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Jual Beli Dilarang Dalam Islam

1. Adanya Unsur Kezaliman (Al- Zhulm)

Diantara bentuk-bentuk jual-beli yang diharamkan karena mengandung kezaliman, yaitu :

a. Jual Beli Najsy

Najsy secara bahasa berarti mempengaruhi (membenagkitkan). Sedangkan menurut


pengertian terminologi, najsy berarti jika seseorang meninggikan harga sebuah barang, namun
tidak bermaksud untuk membelinya, melainkan hanya untuk membuat orang lain tertarik dengan
barang tersebut sehingga dia terjebak di dalamnya, atau dia memuji komoditas tersebut dengan
kelebihan-kelebihan yang sebenarnya tidak dimiliki komoditas tersebut dengan tujuan untuk
promosi belaka. Contoh dari jual beli najsy sebagai berikut: Misalnya, dalam suatu transaksi atau
pelelangan, ada penawaran atas suatu barang dengan herga tertentu, kemudian ada sesorang yang
menaikkan harga tawarnya, padahal ia tidak berniat untuk membelinya. Dia hanya ingin
menaikkan harganya untuk memancing pengunjung lainnya dan untuk menipu para pembeli,
baik orang ini bekerjasama dengan penjual ataupun tidak

Najsy dengan seluruh bentuk di atas hukumnya haram, karena merupakan penipuan dan
pengelabuan terhadap pembeli. Namun demikian, hukum akad jual-beli tetap sah dan pembeli
berhak memilih antara mengembalikan barang atau meneruskan akad, jika harga barang yang
dibelinya jauh lebih mahal dari harga pasaran.

b. Ihktikar (Penimbunan Barang)

Ihtikar berasal dari kata hakara yang arti az-zulm (aniaya) dan isa' al-mu'asyarah
(merusak pergaulan). Secara istilah berarti menyimpan barang dagangan untuk menunggu
lonjakan harga. Para ulama sepakat bahwa ihtikar secara umum hukumnya haram. Para ahli fikih
menghukumkan ihtikar sebagai perbuatan terlarang dalam agama. Dasar hukum pelarangan ini
adalah kandungan Alquran yang menyatakan bahwa setiap perbuatan aniaya, termasuk di
dalamnya kegiatan ihtikar, diharamkan oleh agama.

c. Ghisyhy

Ghisysy merupakan suatu cara menyembunyikan cacat barang atau dengan cara
menampilkan barang yang bagus dan menyelipkan diselanya barang yang jelek . Kecurangan
Perbuatan yang disengaja untuk menimbulkan kerugian pada pihak lain, misalnya seseorang
yang membuat pernyataan palsu, menyembunyikan atau menghilangkan bukti yang penting.

Bentuk lain dari ghisysy adalah penjual menampilkan barang tidak sesuai dengan
hakikatnya, atau ia menyembunyikan cacat barang, jika pembeli mengetahui hakikat barang
sesungguhnya ia tidak akan membeli barang dengan harga yang diinginkan penjual. Ghisysy
juga dapat diartikan mengurangi timbangan dan takaran, dengan tujuan ia mendapat kentungan
dari selisih barang yang ditimbang dengan benar.

Ghisysy bisa terjadi karena curang dalam harga. Barangnya tidak rusak, hanya karena
pembeli tidak mengerti harga dan tidak cakap menawar, pembeli tertipu dengan harga yang jauh
diatas harga pasar. Ini disebut oleh para ulama dengan bai’ mustarsil.

d. Merampas Hak Cipta

Perlindungan hak cipta. Merupakan etika perniagaan, umumnya para produsen barang
meminta perlindungan hak cipta mereka dan melarang orang lain meniru barang produksi atau
merek mereka. Mereka melakukan ihtikar atau monopoli produksi barang tersebut, termasuk
dalam hal ini materi-materi ilmiah dan informasi seperti buku, kaset, dan program komputer.

e. Menjual Barang Yang Masih Dalam Proses Transaksi Dengan Orang Atau
Menawar Barang yang Masih Di-tawar Orang Lain

Di antara bentuk jual beli yang dilarang yakni apabila sese-orang menjual sesuatu yang
masih dalam proses transaksi dengan orang lain, atau menawar barang yang masih ditawar orang
lain. Di antara bentuk aplikatif menjual sesuatu dalam transaksi orang lain misalnya: Ada dua
orang yang berjual beli dan sepakat pada satu harga tertentu. Lalu datang penjual lain dan mena-
warkan barangnya kepada pembeli dengan harga lebih murah. Atau menawarkan kepada si
pembeli barang lain yang berkualitas lebih baik dengan harga sama atau bahkan lebih murah.

f. Menjual Barang Yang Digunakan Untuk Maksiat

Menjual barang yang mubah kepada pembeli yang diketahui akan menggunakannya
untuk berbuat maksiat diharamkan, seperti: menjual anggur kepada pabrik minuman keras dan
menjual senjata kepada perampok. Begitu juga akad sewa, seumpama; menyewakan tempat
kepada orang yang menjual barang haram, seperti kaset musik atau menyewakan gedung kepada
bank konvensional dan lain-lain.

2. Adanya Unsur Gharar (Penipuan)


Aturan-aturan syariah mengenai gharar telah digambarkan oleh ulama syariah dalam
kaidah-kaidah tertentu; kaidah yang paling populer salah satunya adalah menjual barang
yang tidak dia miliki adalah haram (Jula beli yang tidak ada).

a. Bai’ Al-Ma’dum

Secara asasnya, jual beli dalam Islam mesti melibatkan kewujudan barang jualan (mahal
al-aqd atau ma'qud allaih) ketika transaksi berlaku. Transaksi-transaksi yang berlaku tanpa
kewujudan barang jual beli disebut bai' al- ma'dum yang biasanya dikaitkan dengan transaksi
'futures contracts' dan 'warrants' dalam konteks transaksi modern pada hari ini.
b. Bai’ Al-Gharar (Jual Beli Secara Gharar)

Gharar secara bahasa berarti khatar (resiko, berbahaya), dan tahgrir berarti melibatkan
diri dalam sesuatu yang gharar. Gharar berisi kharakteristik-karakteristik tertentu seperti risiko,
bahaya, spekulasi, hasil yang tidak pasti, dan keuntungan mendatang yang tidak diketahui. Atau
dapat dikatakan jual beli secara gharar (yang tidak jelas sifatnya) yaitu segala bentuk jual beli
yag didalamnya terkandung jahalah (unsur ketidakjelasan), atau didalamnya terdapat unsur
taruhan atau judi.

c. Transaksi Berjangka

Transaksi berjangka, adalah salah satu bentuk cara jual beli instrumen di pasar keuangan
dimana berlangsungnya pembayaran dan penerimaan instrumen pada masa yang akan datang
yang disebut dengan pay-day (waktu pembayaran).

d. Asuransi

Asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak
yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin
akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.

e. Jual Beli Barang secara Habalul Habalah

Dari Ibnu Umar ra, ia berkata, "Adalah kaum jahiliyah biasa melakukan jual beli daging
unta sampai dengan lahirnya kandungan, kemudian unta yang dilahirkan itu bunting. Dan,
habalul habalah yaitu unta yang dikandung itu lahir, kemudian unta yang dilahirkan itu bunting,
kemudian Nabi melarang yang demikian itu.

f. Jual Beli secara ‘Inah.

Yang dimaksud jual beli secara ‘inah ialah seseorang menjual sesuatu kepada orang lain
dengan harga bertempo, lalu sesuatu itu diserahkan kepada pihak pembeli, kemudian penjual itu
membeli kembali barangnya tadi secara kontan sebelum harganya diterima, dengan harga yang
lebih rendah daripada harga penjualnya tadi.

3. Adanya Unsur Riba

Riba (‫ )الربا‬secara bahasa bermakna : ziyadah (‫ – زيادة‬tambahan). Dalam pengertian lain,


secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat
dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa
riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli meupun pinjam-meminjam
secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.
C. Negosiasi dalam Berbisnis

1. Definisi Negosiasi

Secara umum pengertian Negosiasi adalah sebuah proses tawar menawar antara negosiator
dari dua pihak untuk menemukan solusi yang tepat dan dapat diterima oleh pihak yang terlibat.
Negosiator adalah orang yang melakukan Negosiasi.

2. Langkah-langkah Dalam Melakukan Negosiasi

a. Persiapan

Sebelum negosiasi dilakukan, maka salah satu pihak harus menentukan tempat dan waktu
untuk negosiasinya. Tetapi penentuan ini tidak bisa sepihak, harus dikomunikasi ke pihak lain
yang diajak negosiasi apakah cocok dengan tempat dan waktunya.

b. Diskusi

Di dalam tahap ini, masing-masing pihak wajib melempat ide, saran, atau yang menjadi
masalah utama. Nah dalam proses diskusi ini, semua pihak wajib memperhatikan, mendengarkan
apa yang disampaikan masing-masing pihak.

c. Klarifikasi Tujuan

Dengan memberikan klarifikasi tujuan ini akan membuka pemikiran baru dan solusi yang
akan bisa diciptakan dalam negosiasi ini. Dan dengan klafifikasi ini bisa meluruskan hal-hal
yang sebelumnya jadi tanda tanya atau malah yang jadi salah paham.

d. Win-Win Solution

Kalau sudah saling berdiskusi dan mengklarifikasi tujuannya, maka kemudian bisa saling
memberikan solusi. Inilah tahap yang paling penting dalam negosiasi, karena di tahap ini perlu
ada keterbukaan dan tidak boleh egois. Anda sudah tahu masalah partner Anda dan apa yang
diinginkan, selanjutnya Anda bisa menyesuaikan dengan kebutuhan Anda.

e. Buat Perjanjian

Perjanjian yang saling mengikat dan bisa menjadi pegangan untuk bisa saling percaya.
Pastikan dalam membuat perjanjian, masing-masing pihak sudah terbuka, menerima, dan sepakat
atas semua hasil dan risikonya. Buatlah perjanjian hitam di atas putih agar perjanjian tersebut
lebih kuat.

f. Merealisasikan Hasil Perjanjian


Langkah terakhir adalah dengan merealisasikan hasil perjanjian yang sudah disepakati
bersama. Apabila di tengah jalan ada yang tidak sesuai dengan perjanjian, maka perlu
diselesaikan melalui cara yang sudah ditetapkan dalam perjanjian.

3. Proses Negosiasi
a. Tahap perencanaan.

Tahap perencanaan negosiasi membutuhkan tiga tugas utama, yaitu merencanakan


sasaran negosiasi, memutuskan strategi, dan memperjelas proses negosiasi.

b. Tahap Implementasi.

Tahap implementasi merupakan tahapan penerapan atau tindakan yang diperlukan agar
mencapai sukses dalam bernegosiasi. Implementasi memiliki komponen penting antara lain :
taktik negosiasi, keterampilan negosiasi, dan perilaku negosiasi.

c. Tahap peninjauan negosiasi.

Tahap ini merupakan tahapan setelah berlangsungnya suatu proses negosiasi. Tahapan ini
memiliki arti yang sangat penting bagi seorang negosiator dalam meninjau apa yang sudah
dilakukannya selama bernegosiasi.

d. Peran Negosiator
1. Seorang negosiator dapat melakukan berbagai peran penting dalam bernegosiasi,
antara lain :
2. Berperan sebagai seorang pemimpin
3. Faktual
4. Analitis
5. Reliasional
6. Intuitif

e. Macam-macam Negisiator
1. Negosiator curang
2. Negosiator Profesional
3. Negosiator bodoh
4. Negosiator Naif
Sumber :

1. Anonim. Blog. Negosiasi. (http://tionunit6.blogspot.com/2016/04/makalah-tkes-


negosiasi.html diakses pada 6 April 2020)
2. Azyumardi Azra, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, (Depok: Gramata Publishing, 2010).
3. Deden Kushendar, Ensiklopedi Jual Beli Dalam Islam, 2010.
4. Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia
Insani, 2014).
5. Haroen Nasrun., Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. Kedua, 2007).
6. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002).
7. Krida Prayoga. Blog. Negosiasi Bisnis.
(http://kridaprayoga.blogspot.com/2015/04/contoh-makalah-negosiasi.html diakses pada
6 April 2020)
8. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004).
9. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2001.
10. Muhammad Tahir Mansoori, Kaidah-Kaidah Fiqih Keuangan dan Transaksi Bisnis,
(Bogor: Ulil Albaab Institute, 2010), Cet. 1.
11. Putri Nuraini. Blog. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam.
(http://putrinurainibungsu.blogspot.com/2015/10/jual-beli-yang-dilarang-dalam-
islam.html diakses pada 6 April 2020)
12. Yusuf Al Subaily, Pengantar Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Dalam Ekonomi Modern,
Pasca Sarjana Universitas Islam Imam Muhammad Saud, Riyadh.
13. Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah.(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), Cet.Ke 2.

Anda mungkin juga menyukai