1. Biaya perolehan barang pesanan sebagai tagihan produsen atau kontraktor kepada entitas
2. Biaya tidak langsung adalah biaya-biaya overhead termasuk biaya akad dan prakad
3. Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya, jika
ada.
Pengakuan pendapatan istishna dan istishna paralel diatur dalam PSAK dan
penjelasannya seperti berikut: “Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode
prosentase penyelesaian atau metode akad selesai”. Akad adalah selesai jika proses pembuatan
barang pemesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.
Jika menggunakan metode prosentase penyelesaian, maka entitas syariah akan membuat
jurnal untuk mengakui pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan Rp.xx
istishna
Jika menggunakan akad selesai, maka pada saat entitas syariah menerima aset istishna
dari kontraktor, maka jurnal yang dibuat adalah:
Pada istishna paralel terdapat tiga pihak yang terlihat, yaitu bank, nasabah dan pemasok.
Pembiayaan dilakukan karena nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atas tagihan pemasok
selama masa periode pembangunan, sehingga memerlukan jasa pembiyaan dari bank. Atas
pembiayaan terhadap pembangunan barang, maka bank mendapatkan margin dari jualbeli barang
yang terjadi. Margin diperboleh dari selisih harga beli bank kepada pemasok dengan harga jual
akhir kepada nasabah. Dimungkinkan juga, bank mendapatkan pendapatan selain margin berupa
pendapatan administrasi.
Pengertian yang dibuat atau yang dibangun dalam istishna, menunjukkan periode yang
diperlukan (antara akad jualbeli dengan penyerahan barang) untuk suatu pekerjaan penyelesaian
barang. Pekerjaan ini dapat berupa pekerjaan manufaktur atau konstruksi
(bangunan/kapal/pesawat), rakit/assemble (kendaraan/mesin), instalasi (mesin atau sofware).
Adapun transaksi istihna paralel adalah sebagai berikut :
1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi kesepakatan antara
penjual dengan pembeli terkait dengan transaksi istishna yang akan dilaksanakan
2. Pada transaksi istishna setelah akad disepakati, penjual mulai membuat atau menyelesaikan
tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah barang dihasilkan, pada saat atau
sebelum tanggal peneyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan
kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi istishna paralel yang biasanya
digunakan oleh penjual (bank syariah) yang tidak membayar sendiri barang istishna, setelah
menyepakati kontrak istishna dan menerima dana dari nasabah istishna, selanjutnya secara
terpisah membuat akad istishna dengan produsen barang istishna.
3. Setelah menyepakati transakasi istishna dalam jangka waktu tertentu, pemasok kemudian
mulai melakukan pengerjaan barang yang dipesan
4. Selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan tagihan kepada bank
syariah senilai tingkat penyelesaian barang pesanan
5. Bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang sebesar nilai yang ditagih
6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli berdasarkan tingkat penyelesaian
barang
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna sesuai dengan akad yang telah disepakati
Daftar pustaka :
1. Drs. Slamet Wiyono, Ak, MBA, SAS dan Taufan Maulamin, SE, Ak, MM, Memahami
Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana Media), 2012, h. 162-178
2. Rizal Yaya, dkk, Op. Cit., h. 256-258