Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJAJARAN

PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

BANDUNG

Laporan Kasus : Rekonstruksi Palpebra Inferior Pasca Ekstirpasi Tumor


Penyaji : Ni Made Laksmi Utari, dr., Sp.M

2016
REKONSTRUKSI PALPEBRA INFERIOR PASCA EKSTIRPASI
TUMOR

ABSTRACT
Introduction
Reconstruction of eyelids after the complete excision of a tumor is important because eyelids
are required for the protection of the globe and maintenance of corneal hydration. Proper
reconstruction of the eyelid after tumor removal is quite challenging for occuloplastic surgeon.
Purpose
To report a case of surgical reconstruction of the eyelid after tumor excision.
Methods
A case of eyelid neoplasia that occur on 77 years-old man. He came with chief complaints of
mass in his lower eyelid that happens for more than two months, slowly progressive
enlargement of the mass without any pain. On the ophthalmologic examination there was a
mass at the lower lid, not ulcerative, easily bleed, with clear edge and findings of cilia loss. He
was treated with full thickness excision surgery followed by biopsy and reconstruction of the
eyelid with Hughes’s procedure. The histopatologic result was found as a neoplasia on the
specimen, a basal cell carcinoma.
Conclusion
Reconstruction of the eyelid following tumor excision is designed based upon the size, location
of lesion and depth of the defect.. Careful judgment and planning are required to choose the
method of reconstruction in eyelid tumors with aim to restore the anatomy and function of
eyelids.

I. PENDAHULUAN
Rekonstruksi pada defek periokular setelah eksisi keganasan pada kulit dapat merupakan suatu
tantangan bagi ahli bedah okuloplastik dan rekonstruktif. Keterlibatan periokular bervariasi
dari lesi yang kecil terbatas pada area kelopak mata hingga yang meluas ke sekitar kelopak
mata, alis, atau kantus hingga rongga orbita yang lebih dalam dan melibatkan tulang. Ahli
bedah okuloplastik membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai anatomi kelopak
mata, lokasi dan ukuran defek pada kulit dan berbagai teknik pembedahan yang dapat
dilakukan, untuk mempertahankan kosmetik yang optimal dan aspek fungsional dari jaringan
periorbita.1,2
Tindakan bedah rekonstruksi kelopak mata dilakukan tergantung pada ukuran tumor,
ukuran defek pada kelopak mata, lokasi tumor dan laxity kulit serta pengalaman operator.1,3,4
Setelah pengambilan massa tumor yang ekstensif pada daerah periokular, rekonstruksi defek
memerlukan pemahaman mengenai perbedaan dan penggunaan flap jaringan lunak dan gratf
kulit.1 Teknik pembedahan okuloplastik yang digunakan untuk rekonstruksi bermacam-
macam, antara lain: penjahitan langsung, free skin graft plasty, flap Tenzel’s, prosedur Hughes
atau modifikasi Hughes, graft mukosa oral atau tulang rawan telinga.4-6

1
Laporan kasus ini akan memaparkan salah satu kasus pengangkatan massa tumor kelopak
mata yang dilakukan rekonstruksi dengan prosedur Hughes.

II. LAPORAN KASUS


Pasien Tn. K, laki-laki berusia 77 tahun datang ke poliklinik Rekonstruksi Onkologi
Okuloplasti (ROO) pada tanggal 15 September 2015 dengan keluhan terdapat benjolan pada
kelopak bawah mata kiri yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya benjolan berupa tahi
lalat yang dirasakan semakin besar namun perlahan, sempat mengalami luka dan berdarah.
Pasien juga mengeluh mata kanan buram sejak 1 tahun yang lalu. Tidak terdapat keluhan nyeri
dan keluhan benjolan serupa di bagian tubuh lain disangkal. Pasien memiliki riwayat hipertensi
dan kolesterol tinggi namun dengan pengobatan tidak teratur, riwayat diabetes melitus, asma
dan alergi obat disangkal. Pasien adalah seorang petani, dengan riwayat kebiasaan merokok
(+).
Pemeriksaan fisik status generalis dilakukan pada 15 September 2015 didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 180/100 mmHg,
frekuensi 62x/menit, frekuensi napas 18x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan status oftalmologis
didapatkan hasil VOD LP dengan proyeksi baik kesegala arah; segmen anterior mata kanan
dalam batas normal dengan lensa keruh dan funduskopi sulit dinilai. Pemeriksaan mata kiri
VOS 0.32 (CCKS); segmen anterior mata kiri didapatkan massa pada palebra inferior
berukuran 1x2 cm, warna sama dengan sekitarnya, berbenjol di tepi, permukaan mengkilap,
nyeri tekan (-), mobilisasi (-), mudah berdarah (+), telangiektasis (+), cilia loss (+) serta
didapatkan lensa agak keruh. Dari pemeriksaan funduskopi mata kiri didapatkan media jernih,
papil nervus optikus agak lonjong, batas tegas, CD ratio fisiologis, a/v ratio 1:3, perdarahan
subretina, tigroid, retina flat, FR (+). Pemeriksaan USG OD didapatkan fibrosis vitreus. Pasien
kemudian didiagnosis sebagai massa palpebra inferior OS suspek Basal Cell Carcinoma dd/
squamous cell carcinoma + katarak senilis matur OD + katarak senilis imatur OS + Retinopati
Hipertensi grade III OS + HT grade II. Pasien disarankan konsultasi ke bagian KBR untuk
operasi katarak dan kemudian dilanjutkan tindakan eksisi + PA massa palpebra inferior OS +
Rekonstruksi dalam NU. Dari unit KBR direncanakan dilakukan Phaco / SICS + IOL OD
dalam NR, dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2015. Pasien kemudian datang lagi ke unit ROO
pada tanggal 3 November 2015. Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata kanan VOD 0.63
dengan segmen anterior dalam batas normal, lensa PCIOL (+). Pemeriksaan mata kiri masih
sama dengan kondisi awal VOS 0.32 (CCKS); segmen anterior mata kiri didapatkan massa
pada palpebra inferior berukuran 1x2 cm, warna sama dengan sekitarnya, berbenjol di tepi,
2
permukaan mengkilap, nyeri tekan (-), mobilisasi (-), mudah berdarah (+), telangiektasis (+),
cilia loss (+) serta didapatkan lensa agak keruh. Pasien didiagnosa dengan Massa palpebra
inferior OS suspek Basal Cell Carcinoma dd/ squamous cell carcinoma + pseudofakia OD +
katarak senilis imatur OS + Retinopati Hipertensi grade III OS + HT grade II. Pasien
dipersiapkan untuk operasi Eksisi massa Pi 0S + PA + Rekonstruksi dalam narkosa umum,
dengan melakukan pemeriksaan laboratorium darah, urine, elektrokardiografi, untuk
selanjutnya dievaluasi oleh bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Anestesi. Setelah disetujui untuk
operasi, pasien kemudian di rawat inap tanggal 15 November 2015 untuk dilakukan operasi
pada keesokan harinya.

Gambar 1. Tampak massa pada palpebra inferior mata kiri pasien Tn. K..

Pada tanggal 16 November 2015 pasien menjalani operasi eksisi massa + Rekonstruksi
dengan prosedur Hughes + PA OS dalam NU. Durante operasi didapatkan massa berukuran 20
x 10 mm, kemudian dilakukan eksisi seluruh ketebalan palpebra inferior berbentuk persegi
dengan ukuran 25 x 15 mm. Bagian yang telah dieksisi kemudian diperiksakan ke laboratorium.
Luka tersebut kemudian disambungkan dengan jaringan tarsokonjungtiva dari palpebra
superior berukuran sama dengan besar luka menggunakan teknik Hughes. Dilakukan
penjahitan pada flap tarsokonjungtiva pada area defek dengan benang vicryl 6-0. Kemudian
dilakukan pengambilan graft kulit dari daerah supraclavicula, dan graft dijahitkan diatas flap
tarsokonjungtiva dan difiksasi dengan bolster. Pasien diberikan pengobatan pasca operasi
berupa Kompres lembab dengan NaCl, Cefadroxyl tab 2 x 500 mg p.o, asam mefenamat tab 3
x 500 mg p.o, serta kloramfenikol salep 3x OS.

3
Gambar 2. Pasien menjalani tindakan eksisi massa dan rekonstruksi kelopak mata bawah
(Prosedur Hughes)

Pasien diperiksa kembali satu hari pasca operasi, didapatkan VOD 0.63, VOS sulit dinilai.
Pemeriksaan segmen anterior mata kanan dalam batas normal, lensa mata kanan PC IOL. Pada
kelopak mata kiri tampak jahitan intak, kedua kelopak mata kiri menempel, segmen anterior
lainnya sulit dinilai. Pasien didiagnosa sebagai post Hughes procedure OS + Pseudofakia OD
+ katarak senilis imatur OS + Retinopati Hipertensi grade III OS + Hipertensi grade II. Terapi
pasca operasi masih dilanjutkan dan pasca operasi hari ke 2 pasien diperbolehkan rawat jalan.

A B
Gambar 3. Post Operasi Hughes A. Hari ke-1; B. Hari ke-2;

Pasien datang kembali ke RS Mata Cicendo untuk kontrol 1 minggu pasca operasi pada
tanggal 25 November 2015. Keluhan nyeri tidak dirasakan pasien. Pemeriksaan tajam
penglihatan didapatkan VOD 0.63 ph 0.8, VOS sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior mata
kanan didapatkan kesan dalam batas normal, lensa PC IOL (+). Pemeriksaan segmen anterior
mata kiri didapatkan jahitan intak, graft (+), hematom minimal, kedua kelopak menempel,
bagian lain sulit dinilai. Luka didaerah clavicula baik. Pasien didiagnosa dengan post Hughes
procedure OS + Pseudofakia OD + katarak senilis imatur OS + Retinopati Hipertensi grade III
OS + Hipertensi grade II. Terapi kloramfenikol salep 3x OS dilanjutkan, dan pasien diberikan
edukasi untuk menjaga kebersihan tangan. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali 1 minggu.

Gambar 4. Post operasi Hughes 1 minggu


4
Pasien datang kembali ke RS Mata Cicendo untuk kontrol 2 minggu pasca operasi pada
tanggal 3 Desember 2015 dengan membawa hasil pemeriksaan patologi anatomi. Pemeriksaan
patologi anatomi menyimpulkan jaringan yang diambil saat operasi ialah Basal Cell Carcinoma
a/r palpebra inferior ocular sinistra. Keluhan nyeri tidak dirasakan pasien. Pemeriksaan tajam
penglihatan didapatkan VOD 0.63, VOS sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan
didapatkan kesan dalam batas normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan
jahitan intak, graft (+) intak, kedua kelopak menempel, bagian lain sulit dinilai. Pasien
didiagnosa dengan post Hughes procedure OS + Pseudofakia OD + katarak senilis imatur OS
+ Retinopati Hipertensi grade III OS + Hipertensi grade II. Terapi kloramfenikol salep 3x OS
dilanjutkan, dan pasien diberikan edukasi untuk menjaga kebersihan tangan dan kontrol 1
minggu.

Gambar 5. Post Operasi Hughes 2 minggu


Pemeriksaan rawat jalan pasien ini pada minggu ke-3 dan ke-4 menunjukkan hasil yang
sama, dengan tidak ada keluhan dirasakan pasien. Pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan
VOD 0.63 ph 0.8 F, VOS sulit dinilai. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan didapatkan
kesan dalam batas normal. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan jahitan intak,
graft baik, kedua kelopak menempel, bagian lain sulit dinilai. Pasien didiagnosa post Hughes
procedure OS e.c Basal Cell Carcinoma + Pseudofakia OD + katarak senilis imatur OS +
Retinopati Hipertensi grade III OS + Hipertensi grade II. Terapi kloramfenikol salep 3x OD
dilanjutkan. Pada minggu ke-3 jahitan dibuka. Pasien direncanakan menjalani rekonstruksi
tahap II pada tanggal 21 Desember 2015.

A. B
Gambar 6. Post Operasi Hughes (A) 3 minggu; (B) 4 minggu.

5
Pasien menjalani operasi rekonstruksi tahap II pada tanggal 21 Desember 2015. Sonde
diselipkan diantara jaringan graft di bawah kelopak mata kanan, kemudian diberi tanda dengan
methylene blue. Garis tanda tersebut kemudian diinsisi sehingga graft terbebaskan. Kemudian
dilakukan penjahitan dengan benang prolene 6-0 secara continous. Pasien diberi terapi pasca
operasi berupa cefadroxyl 2 x 500 mg per oral, asam mefenamat 3 x 500 mg per oral, serta
kloramfenikol salep 3 x OS. Pasien diperbolehkan rawat jalan satu hari pasca operasi.

Gambar 7. Pasien menjalani operasi rekonstruksi tahap II

Gambar 8. Post Operasi Rekonstruksi Tahap II

III. PEMBAHASAN
Kelopak mata merupakan kulit yang paling tipis dan paling sensitif dari tubuh kita,
sehingga seringkali menjadi tempat awal terjadi perubahan akibat paparan sinar matahari dan
penuaan. Paparan sinar matahari dan bahan toksin dari lingkungan sekitar tidak hanya
menyebabkan penuaan namun dapat menyebabkan kerusakan serius seperti tumor kulit.6-8
Tumor pada kelopak mata terbagi menjadi tumor jinak (84%) dan ganas (16%). Tumor ganas
kulit yang mengenai kelopak mata antara lain basal cell carcinoma (BCC) yang merupakan
kasus terbanyak, diikuti squamous cell carcinoma (SCC), sebaceuous gland carcinoma (SGC)
dan melanoma maligna.3,4
Basal cell carcinoma (BCC) merupakan tumor ganas kelopak mata yang paling sering,
meliputi 90% dari seluruh kasus keganasan kelopak mata.6,7 BCC berasal dari lapisan stratum
basalis atau stratum germinativum dari epidermis jaringan kulit berambut BCC paling sering
ditemukan pada usia lanjut, paparan sinar matahari, orang kulit putih dan kelopak mata bawah.

6
BCC jarang mengalami metastase ataupun menyebabkan kematian. Namun demikian BCC
dapat menyebabkan kerusakan dan perubahan bentuk yang bermakna dengan menginvasi
jaringan sekitarnya.9-11 Secara klinis BCC dapat dikenali sebagai suatu massa yang membesar
perlahan, meninggi, disertai ulserasi dan memiliki tepi berbenjol mengkilap dan terdapat
teleangiektasis. Terdapat jenis penampakan klinis lainnya seperti bentuk nodular, multisentrik,
dan ada yang berpigmen.7,9 Pada kasus ini pasien datang pertama kali dengan keluhan benjolan
pada kelopak bawah mata kiri sejak 2 bulan SMRS, benjolan membesar perlahan, tidak disertai
nyeri dan mudah berdarah. Pemeriksaan fisik pasien didapatkan massa pada kelopak bawah
mata kiri, berbenjol, permukaan halus dan mengkilap, mudah berdarah, telangiektasis (+), cilia
loss (+). Tampak bentuk margo kelopak bawah mengalami perubahan karena massa tersebut.
Pekerjaan sebagai petani yang sering terpapar sinar matahari dan memiliki kebiasaan merokok
yang merupakan bahan karsinogenik, menjadi faktor risiko keganasan kulit pada pasien ini.
Adanya telangiektasis, cilia loss dan perubahan struktur margo, dapat dicurigai massa tersebut
merupakan suatu keganasan dan lokasi tumor pada kelopak bawah menunjukkan kecurigaan
suatu Basal Cell Carcinoma.
Tumor kulit didiagnosa secara klinis dan diagnosa pasti dikonfirmasi dengan
pemeriksaan histopatologi melalui biopsi. Ketika dicurigai suatu keganasan, maka disarankan
untuk dilakukan penegakan diagnosis histopatologi sebelum direncanakan tindakan eksisi.
Eksisi dengan kontrol frozen section merupakan pilihan pada sebagian besar pusat pengobatan.
Keuntungan tindakan ini adalah menyediakan area defek untuk dilakukan rekonstruksi dengan
tepi bebas tumor.7 Pembedahan mikrografik Moh’s merupakan suatu teknik yang
mengkombinasikan ekstirpasi tumor dengan pemeriksaan mikroskopik secara horisontal. Pada
beberapa literatur didapatkan angka kesembuhan yang sempurna pada pasien BCC yang
ditangani dengan pembedahan Moh’s.6,8 Pada pasien ini dilakukan tindakan eksisi seluruh
massa tumor dengan mengikutsertakan sebagian jaringan sehat di tepi eksisi 4 mm dari tepi
massa tumor, dan jaringan tumor diperiksakan patologi anatomi. Hasil pemeriksaan patologi
anatomi menunjukkan suatu basal cell carcinoma.
Pemeriksaan yang baik serta diagnosis dan tatalaksana keganasan pada kelopak mata
perlu dilakukan untuk mengurangi angka rekurensi. Diagnosis yang terlambat akan
membutuhkan penanganan yang lebih invasif dan akan lebih menyebabkan kerusakan secara
estetika karena dapat merubah bentuk kelopak mata.1 Terapi pada BCC antara lain dengan
pembedahan, radiasi maupun krioterapi. Tindakan pengambilan massa tumor dengan
pembedahan merupakan salah satu terapi paling efektif pada BCC, yang juga memberikan hasil
yang baik secara kosmetik.6,9 Rekonstruksi harus dilakukan setelah tindakan pengambilan
7
massa tumor untuk mengembalikan fungsi periokular dan meminimalkan komplikasi pasca
pembedahan.12 Pada kasus ini, pasien baru memeriksakan diri ketika kondisi besar tumor sudah
melebihi setengah panjang kelopak mata bawah dan mengenai lamela anterior dan posterior,
sehingga penanganan yang direncanakan adalah eksisi massa dan dilanjutkan dengan
rekonstruksi kedua lamela kelopak bawah.
Tindakan bedah rekonstruksi kelopak mata dilakukan tergantung pada lokasi tumor, tipe
lesi, ukuran tumor, ukuran defek pada kelopak mata, laxity kulit, keterlibatan struktur adneksa
lainnya, apakah pasien tersebut monookular dan pengalaman operator.3,4 Teknik pembedahan
okuloplastik yang digunakan untuk rekonstruksi bermacam-macam, antara lain: penjahitan
langsung, free skin graft plasty, flap Tenzel’s, prosedur Hughes atau modifikasi Hughes, graft
mukosa oral atau tulang rawan telinga.4,6,13 Pembagian skematis tindakan rekonstruksi dapat
dilihat pada gambar 9.
Di PMN RS Mata Cicendo, dari bulan Juli hingga November 2015 telah dikerjakan
tindakan rekonstruksi kelopak mata pasca pengangkatan tumor sebanyak 17 kasus, dimana 2
kasus ditangani dengan flap Tenzel, 6 kasus dilakukan prosedur Hughes, 4 kasus dengan
Cuttler Beard, 5 kasus dengan flap rotasional.
Pada pasien ini didapatkan lesi pada kelopak bawah dengan ukuran lebih dari setengah
luas kelopak dengan perluasan lesi 10 mm ke arah vertikal dan mengenai lamela anterior dan
posterior, sehingga teknik yang dipilih adalah tarsoconjunctival flap dengan graft kulit atau
dikenal sebagai prosedur Hughes. Teknik Hughes menyebabkan kelopak mata atas dan bawah
menyatu dan tidak bisa dibuka selama kurang lebih 4 minggu. Pasien ketika pertama kali
datang didapatkan dengan katarak senilis matur pada mata kanannya, maka dipertimbangkan
untuk menunda tindakan operasi tumor dan dilakukan operasi ekstraksi lensa mata kanan
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar selama proses penyatuan kelopak mata atas dan bawah
mata kirinya pasien masih tetap bisa beraktivitas seperti biasa.

8
Gambar 9. Algoritma rekonstruksi kelopak mata bawah berdasarkan luas defek, karakteristik
kelopak mata dan pilihan rekonstruksi bilamelar (Dikutip dari: Schessler dan McClellan)8

Prosedur Hughes diawali dengan pengukuran daerah kelopak yang hilang dengan
mendekatkan kedua tepi defek secara horizontal untuk mencegah kekenduran kulit. Lalu
kelopak mata atas dieversi dan dibuat insisi horizontal pada tarsus 4 mm dari tepi kelopak
sepanjang ukuran defek yang telah diukur sebelumnya. Ujung medial dan lateral sayatan tarsus
dan konjungtiva kemudian dibuat insisi vertikal. Flap tarsokonjungtiva dibebaskan dan
dilakukan diseksi sehingga flap dapat diposisikan menuju defek kelopak bawah tanpa tekanan.
Flap kemudian dijahit menutupi defek dengan benang vicryl 6-0. Untuk rekonstruksi lamela
anterior, diambil graft kulit dari bagian supraclavicula lalu dijahitkan diatas flap
tarsokonjungtiva.5,8 Satu bulan pasca operasi pertama, dilakukan rekonstruksi tahap kedua
dengan menggunting bagian kelopak yang menyambung kemudian dilakukan jahitan untuk
membentuk tepi kelopak mata bawah.14-15

9
Gambar 10. Prosedur Hughes. Flap dari tarsokonjungtiva kelopak atas dijahitkan pada
daerah yang mengalami defek. (Dikutip dari: Dutton)16

Struktur penting yang terdapat pada daerah sekitar kantus medial adalah sistem
lakrimal. Pada lesi ganas, terutama eksisi luas yang meliputi sistem lakrimal, rekonstruksi
sistem lakrimal dapat dilakukan dengan intubasi silikon saat rekonstruksi. Namun jika tidak
memungkinkan, rekonstruksi sistem lakrimal dapat ditunda untuk dilakukan pada tahap
berikutnya setelah dilakukan penutupan defek pada tahap pertama.12,13 Pada pasien ini setelah
dilakukan eksisi massa tumor, tampak defek mengenai kanalikuli inferior, dan dilakukan
intubasi silikon untuk mempertahankan sistem lakrimal yang masih tersisa dan silikon
dipertahankan hingga tiga bulan.
Prosedur Hughes merekonstruksi lamela anterior dapat dengan menggunakan
myocutaneus vertical advancement flap jika defek dangkal dan dengan graft kulit jika defek
cukup dalam kulit tidak terlalu elastis.12,14,17 Rekonstruksi dengan menggunakan graft kulit
memerlukan perawatan khusus pasca operasi. Graft harus difiksasi dengan bolster untuk
mencegah mobilisasi graft, kemudian graft ditutup kasa steril lembab selama 3-5 hari dan
diberikan salep berisi antibiotik 3-4x sehari selama 2-3 bulan agar graft bertahan hidup.18 Pada
pasien ini, graft kulit difiksasi dengan bolster berupa spons, dan perawatan di pasca operasi

10
dilakukan penutupan dengan kasa lembab berisi NaCl selama 5 hari dan diberikan salep
antibiotik Chloramphenicol. Pada pemeriksaan rawat jalan 1 minggu pasca operasi tampak
graft kulit hidup yang ditandain dengan warna graft menjadi kemerahan.
Tujuan utama rekonstruksi pada kelopak mata bawah adalah untuk mengembalikan
hubungan/posisi kelopak mata/limbus dengan tetap mempertahankan ketegangan kelopak dan
kemiringan kantus.8,14 Pada pasien ini, pada akhir operasi rekonstruksi tahap II didapatkan
posisi kelopak mata bawah menyentuh bola mata dan berada pada 1 mm dari limbus inferior.
Kantus lateral dan medial berada pada posisi yang sama dengan mata sebelahnya.
Beberapa komplikasi dapat terjadi pasca rekonstruksi kelopak mata, antara lain: retraksi
kelopak mata, ptosis, ektropion atau entropion sikatrikal, lagoftalmos, dry eye, tumor rekuren,
trichiasis, gagal graft, infeksi, jaringan sikatrik, hiper atau hipopigmentasi.1,12 Pada pasien ini
setelah dilakukan rekonstruksi tahap 2 posisi kelopak mata bawah baik dan graft kulit hidup,
tidak didapatkan adanya komplikasi retraksi kelopak mata, ektropion atau entropion maupun
lagoftalmos.
Prognosis pasien tumor kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor. Prognosis dikatakan
buruk jika ukuran lesi lebih dari 3 cm, menginvasi orbita, eksisi masih menyisakan tumor,
gambaran histopatologi menunjukkan tumor dengan diferensiasi jelek, tumor multisentrik,
adanya penyebaran pagetoid, terlambat terdiagnosa dan tertangani dengan tidak adekuat.6,9
Adanya risiko komplikasi berupa rekurensi pada keganasan ini perlu disampaikan kepada
pasien dan keluarganya. Pada pasien ini prognosis dubia ad bonam, dan pasien tetap disarankan
untuk kontrol teratur di kemudian hari.

IV. SIMPULAN
Rekonstruksi harus dilakukan setelah tindakan pengambilan massa tumor untuk
mengembalikan fungsi periokular dan meminimalkan komplikasi pasca pembedahan. Dengan
pilihan teknik operasi yang bermacam-macam, diperlukan penilaian yang seksama dan
perencanaan yang baik berdasarkan kondisi masing-masing individu untuk menentukan
metode yang dipilih.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Hayano, SM., Whipple, K., Korn, BS. and Kikkawa, DO. Principles of Periocular
Reconstruction Following Excision of Cutaneus Malignancy. Journal of Skin Cancer
2012: 1-6.
2. Limbu, B. Surgical Management and Reconstructive of Periocular Malignancy.
Proceeding Book Asian Blepharoplasty & Updates in Pediatric Ophthalmology; 2015.
Hal 9.
3. Subramanian, N. Reconstruction of Eyelid Defects. Indian J Plast Surg 2011;44(1):5-
13.
4. American Academy of Ophthalmology Staff. Orbit, Eyelid and Lacrimal System,
Section 7. Basic and Clinical Science Course. San Francisco: American Academy of
Ophthalmology; 2014-2015: Hal 168-176, 183-187.
5. Collin, JRO. A Manual of Systematic Eyelid Surgery Third Edition. Butenworth
Heinemann Elsevier: London. 2006. Hal 122-130
6. Bălăşoiu AT, Mănescu MR, Bălăşoiu M, Avrămoiu I, Pirici I, Burcea M, dkk.
Histological and Immunohistochemical Study of the Eyelid Basal Cell Carcinomas.
Rom J Morphol Embryol 2015, 56(2 suppl): 803-810.
7. American Academy of Ophthalmology Staff. Ophthalmic Pathology and Intraocular
Tumors, Section 4. Basic and Clinical Science Course. San Francisco: American
Academy of Ophthalmology; 2014-2015: Hal 217-219.
8. Schessler MJ dan McClellan WT. Lower Eyelid Reconstruction Following Mohs
Surgery. West Virginia Medical Journal 2009 Sept/Oct: 19-23.
9. Wang CJ, Zhang HN, Wu H, Shi X, Xie JJ, He JJ, dkk. Clinicopathologic Features and
Prognostic Factors of Malignant Eyelid Tumors. Int J Ophthalmol 2013;6(4):442-447.
10. Choi, JH., Kim, YJ., Kim, H., Nam, SH. dan Choi, YW. Distribution of Basal Cell
Carcinoma and Squamous Cell Carcinoma by Facial Esthetic Unit. Arch Plast Surg
2013;40:387-391
11. Alena, F., Kristina, H., Ivana, K. and Martina, O. Periocular Basal Cell Carcinoma. J
Dermatolog Clin Res 2015;3(4): 1053
12. Yuce, S., Demir, Z., Selcuk, TY. and Celebioglu, S . Reconstruction of Periorbital
Region Defects: A Retrospective Study. Ann Maxillofac Surg 2014 Jan-Jun; 4(1): 45-
50.
13. Nerad, JA. Techniques in Ophthalmic Plastic Surgery A Personal Tutorial. China:
Saunders Elsevier, 2010. Hal 343-4
14. Panse N, Sambhus M, Sahasrabudhe P, Deodhar A (2013) The Tarsoconjunctival Flap
for Lower Lid Reconstruction-Review of Literature and Case Series. J Clin Exp
Ophthalmol 4: 271
15. Bartley, GB dan Messenger, MM. The Dehiscent Hughes Flap: Outcomes and
Implication. Trans Am Ophthalmol Soc 2002;100:61-66.
16. Dutton, JJ. Upper to Lower Eyelid Tarsoconjunctival Advancement Flap (Hughes
Procedure). Pada: Atlas of Oculoplastic and Orbital Surgery. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. 2013: 192-195.

12
17. Mourits, MP dan Vuyk, HD. Eyelid Reconstruction. Pada: Facial Plastic and
Reconstructive Surgery. Denver: Taylor Francis. 2006: 437-453.
18. Semer, NB. Chapter 12: Skin Graft. Pada: Plastic Surgery for Nonsurgeons.
Philadelphia: Hanley & Belfus Inc; 2001: 97-109.

13

Anda mungkin juga menyukai