PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang membuat frustasi seluruh anak bangsa. Mulai sulitnya memberantas korupsi
yang telah berurat nadi dalam kehidupan bangsa, tingkat kemiskinan yang terus
hilang. Sebab selama satu dekade sejak era reformasi digulirkan sudah banyak
dihadapi secara serius oleh bangsa ini, salah satunya melalui media pendidikan.
integrasi bangsa yang terus membayangi negara kesatuan ini. Sebagai tantangan
nyata, maka salah satu tugas pendidikan sejarah untuk ikut membangun kembali
dengan kebutuhan dan tantangan jaman. Melalui rasa nasionalisme maka akan
terbangun kesadaran akan pentingnya persatuan sebagai salah satu wujud dari
terpinggirkan. Dalam satu dekade ini mulailah tumbuh perspektif baru dalam
1
membangun rasa nasionalisme yaitu dengan pendekatan pembelajaran sejarah lokal.
lokal memegang posisi utama karena ia berkenaan dengan lingkungan terdekat dan
budaya peserta didik. Materi sejarah lokal menjadi dasar bagi pengembangan jati diri
pribadi, budaya dan sosial peserta didik sehingga materi sejarah lokal akan memberikan
Rambu-rambu dalam mengembangkan materi sejarah lokal adalah sejarah tetapi dalam
perspektif pendidikan. Hal itu dilakukan agar penafsiran materi sejarah lokal tidak
sejarah lokal secara tidak langsung malah ikut mendorong proses disintegrasi bangsa.
Posisi materi sejarah lokal di jenjang SMA yaitu peristiwa sejarah lokal tidak lagi sebagai
sumber semata tetapi juga menjadi objek studi sejarah peserta didik.
Tasikmalaya merupakan salah satu daerah yang cukup rawan konflik. Hal tersebut
terbukti dengan banyaknya peristiwa konflik yang terjadi baik pada masa penjajahan
maupun beberapa dasa warsa terakhir. Peristiwa Kerusuhan Tasikmalaya tahun 1996
merupakan bentuk konflik yang bermuatan SARA sehingga sangat penting bagi semua
kebersamaan. Upaya membangun kesadaran itulah yang juga merupakan salah satu
tugas pendidikan sejarah saat ini. Melalui pengembangan materi sejarah lokal, peserta
2
didik dapat memahami perubahan-perubahan yang terjadi di Tasikmalaya sehingga
Sebagai salah satu upaya tersebut maka proses pembelajaran akan berusaha
Berdasarkan pemaparan di atas maka, MGMP Sejarah SMAN 1 Singaparna merasa perlu
melakukan penggalian yang lebih mendalam tentang sumber-sumber sejarah baik itu
dengan materi yang ada di tiap jenjang kelas. Kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan
oleh siswa dibawah bimbingan guru mata pelajaran dengan dibiayai oleh Komite
Sekolah.
kurikulum 2013. Merubah kebiasaan mengajar dari yang bersifat teacher centre
pada siswa) bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi hal tersebut terus dilakukan dengan
B. Tujuan
pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan
3
menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. Karena, seperti
Tahun 2013 Tentang Standar Isi, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,
Untuk itu nilai-nilai sejarah harus dapat tercermin dalam pola prilaku nyata peserta
didik. Dengan melihat pola prilaku yang tampak, dapat mengetahui kondisi kejiwaan
berada pada tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah pada masa kini dan
masa mendatang. Dengan demikian baru dapat diketahui pembelajaran sejarah telah
Terkait dengan itu, Widja (1989 :67), mengungkapkan bahwa bertolak dari pikiran tiga
mengajak peserta didik menengok ke belakang dengan tujuan melihat ke depan. Makna
yang tertuang dari pendapat ahli tersebut adalah dengan mempelajari nilai-nilai
mengadakan seleksi terhadap nilai-nilai itu, mana yang relevan atau dapat
maupun yang akan datang. Proses mencari atau proses seleksi jelas menekankan pada
pendekatan proses, serta menuntut untuk lebih diciptakan aktivitas fisik-mental dan
kreativitas siswa dalam belajar sejarah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
bisa merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Soejatmoko (1994 :101), berikut
4
ini. Pengajaran sejarah hendaknya diselenggarakan sebagai suatu avonturir bersama
dari pengajar maupun yang diajar. Dalam konsepsi maka bukan hafalan fakta melainkan
riset bersama antara guru dan (peserta didik, penulis) menjadi metode utama. Dengan
jalan ini peserta didik langsung dihadapkan dengan tantangan intelektual yang memang
merupakan ciri khas dari pada sejarah sebagai ilmu. Demikian pula ia dilibatkan
langsung dalam suatu engagement baru dengan arti sejarah untuk hari kini. Dia menjadi
Berdasarkan pada apa yang dikemukakan di atas, maka usaha untuk menciptakan
aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran sejarah bisa ditempuh,
merujuk dari pendapatnya Mustopo, dkk (1983), dengan melibatkan secara langsung
kehidupan masa lalu dari jejak-jejak kesejarahan yang ada, kemudian menyusunnya
dalam bentuk laporan ceritera sebagai suatu cara untuk dapat memahami dan
bahasa Jerman).
Memang harus diakui bahwa untuk menciptakan proses pembelajaran yang demikian,
terdapat berbagai masalah yang dirasa merupakan kendala. Seperti diketahui dalam
pembelajaran sejarah segala sesuatunya digariskan dalam kurikulum, antara lain yang
berkaitan dengan tujuan umum, bahan, waktu dan cara-cara yang dapat ditempuh
Ruang lingkup bahan yang dijabarkan dalam standar kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD), biasanya cukup luas atau bisa dikatakan bahwa bahan cukup padat. Dengan
demikian guru dibebani tugas untuk menyelesaikan bahan (materi) kurikulum atas dasar
kontrol dari pimpinan sekolah. Tuntutan ini erat terkait dengan sistem evaluasi yang
5
mesti dilaksanakan. Oleh karena itu, maka sesuai dengan apa yang digariskan dalam
serta teks yang kadang-kadang dibantu dengan media buatan yang disediakan oleh
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, melalui pendekatan kontekstual. Untuk
mengarah ke proses pembelajaran yang terpusat pada peserta didik di dalam kelas
dibantu dengan alat-alat visual maupun audio visual, yang antara lain berupa model,
maket, sketsa, photo, film, kaset dan lain-lain, yang merupakan bagian dari kelengkapan
sejarah. Dimana peserta didik dapat belajar secara aktif mengamati, meneliti, dibantu
dengan sumber kepustakaan yang ada dalam mengkaji suatu permasalahan kemudian
membuat laporan. Supaya peserta didik dapat belajar melalui pengalaman buatan harus
ditunjang dengan sarana (fasilitas) yang memadai. Sekolah harus memiliki sarana
sebagai sumber belajar berupa laboratorium sejarah, yang memiliki perpustakaan yang
memadai. Di sinilah biasanya timbul masalah, karena pada umumnya satuan pendidikan
Untuk terciptanya pembelajaran yang kontekstual bagi peserta didik, maka kendala
model kontekstual akan sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam kehidupannya.
6
Mengingat, sebagaimana tertuang dalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Kementrian
and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
pembelajaran di luar kelas. Dengan kegiatan di luar kelas peserta didik secara langsung
lingkungan peserta didik, dimana jejak-jejak kesejarahan itu pada dasarnya dapat
(pendukungnya) di masa lalu serta nilai-nilai yang tercermin di dalamnya dapat dicari
Dengan kegiatan ini peserta didik dapat membandingkan informasi yang telah diperoleh
melalui belajar (tatap muka) di kelas dengan apa yang diperoleh di lapangan. Sehingga
melalui hasil belajar itu dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Kegiatan belajar
di luar kelas merupakan pelaksanaan dari pendekatan inkuiri, yang dapat meningkatkan
keterlibatan fisik dan mental secara optimal, serta dapat memberikan variasi model
7
pembelajaran yang dapat menghilangkan kesan bahwa pelajaran sejarah semata-mata
merupakan pelajaran hafalan. Disamping itu, dengan model pembelajaran ini peserta
didik didorong untuk mengembangkan sikap kritis, kreatif, tanggap terhadap berbagai
yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inquiry ke dalam suatu isu atau
digariskan secara jelas dan struktural kelompok. Dalam pengertian yang lain, seperti
mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah.
yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “ inquiry” adalah pembimbing belajar dan
fasilitator belajar.
Untuk menciptakan kegiatan yang demikian memang menuntut waktu yang lebih
banyak dan biaya yang tidak sedikit, baik bagi guru maupun peserta didik. Namun di
sinilah dituntut kreativitas guru dalam pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Guru harus menyiapkan perencanaan pembelajaran yang lebih mantap. Meneliti SK dan
KD yang proses pembelajarannya bisa dilanjutkan dengan model inkuiri lapangan untuk
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik, dengan sudah
Penerapan proses pembelajaran dengan model seperti itu, berangkat dari landasan
berfikir bahwa pendidikan sejarah pada dasarnya tidak untuk masa sekarang saja, tetapi
8
juga untuk masa mendatang. Mengingat sejarah merupakan mata pelajaran yang pada
perspektif sejarah yang memberi kemampuan untuk melihat bahwa segala sesuatu
adalah produk dari perkembangan masa lampau. Apabila hendak dilakukan proyeksi ke
masa depan berdasarkan pengalaman masyarakat di masa lampau maupun kini, maka
Kehidupan tokoh atau para pahlawan dapat diungkapkan untuk diteladani generasi
penerus dalam hal sikapnya terhadap bangsa dan tanah air, pengabdian tanpa pamrih,
umum, dan menekankan jerih payah dalam meraih cita-cita. Keteladanan yang
kemampuan serta aktivitas dalam menghadapi kehidupan yang makin kompleks serta
kepada masyarakat, bangsa dan tanah air, serta terbentuknya sikap tanggap terhadap
permasalahan hidup yang kompleks dan perubahan yang pesat akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi, sangat dituntut atau diperlukan dalam
Sejarah pada dasarnya merupakan sumber inspirasi dan aspirasi untuk generasi baru
(muda) dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan menggali nilai-nilai yang tercermin
pada peristiwa di masa lampau, maka nilai-nilai itu bisa dijadikan sumber inspirasi dan
9
aspirasi generasi muda dalam mengembangkan sikap untuk membangun bangsa dan
negara.
Untuk mencapai sasaran tersebut, kiranya pendekatan pembelajaran yang terpusat pada
pembelajaran sejarah, karena seperti sudah dijelaskan di atas, pendekatan ini mampu
meningkatkan usaha penangkapan makna masa lampau oleh peserta didik. Melalui
aktivitas fisik-mental yang lebih meningkat (termasuk kegiatan di luar kelas), peserta
didik lebih terdorong dalam keterampilan berpikir melalui proses inkuiri dan dalam
sentuhan pada makna/nilai pengalaman masa lampau sebagai unsur utama dan
pembelajaran sejarah.
tetapi lebih dari itu perlu diperhatikan maknanya yang lebih luas, sebagaimana
10
Sesuai dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
C. Sasaran
a. Guru dan siswa memahami tentang sejarah lokal khususnya sejarah perjuangan
tokoh-tokoh Tasikmalaya
2013
peserta didik mampu mengembangkan nilai-nilai itu supaya relevan untuk menghadapi
permasalahan hidup di masa kini dan di masa datang. Mereka diharapkan tanggap atau
peka dalam melihat serta menghadapi problema sesuai dengan kondisi zaman yang
pada dasarnya selalu berubah. Peserta didik ditantang untuk tidak sekedar mewarisi
nilai-nilai dari masa lampau tetapi dituntut untuk kreatif, kritis dan dapat
terhadap nilai-nilai kesejarahan serta gairah belajar, peserta didik dapat melakukan
11
jejak kesejarahan dalam rangka mengumpulkan fakta sejarah. Dengan menempuh
kegiatan ini, peserta didik dalam proses pembelajaran tidak hanya menerima informasi
guru serta inkuiri kepustakaan, tetapi dapat memperoleh pengalaman secara langsung
dapat melihat, mengamati, mengkaji serta memperoleh informasi secara langsung dari
tokoh masyarakat di sekitar tempat itu yang mengetahui tentang peristiwa yang ada
kaitannya dengan jejak kesejarahan yang ada. Kegiatan ini bisa dikembangkan dalam
kaitannya dengan sejarah lokal, dimana setelah peserta didik mengumpulkan fakta-fakta
lalu mengkaji dan menyeleksi kemudian menyusunnya dalam bentuk uraian ceritera,
lokal mampu menjadi dasar bagi pengembangan jati diri pribadi, budaya dan sosial serta
E. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
pembelajaran sejarah.
c. Bagi guru, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk
12
dalam kurikulum pendidikan sejarah, sehingga dapat memberikan kontribusi
pendidikan.
13
BAB II
a. Kelas X
b. Kelas XI
Singaparna
c. Kelas XII
B. Tempat Kegiatan
c. Kota Tasikmalaya
C. Jadwal Kegiatan
14
MGMP merasa perlu melaksanakan kegiatan penelitian tersebut dikarenakan sumber
belajar mengenai sejarah lokal masih kurang dan pendidikan sejarah lokal
budaya peserta didik, sehingga materi sejarah lokal menjadi dasar bagi
pengembangan jati diri pribadi, budaya dan sosial peserta didik sehingga materi
a. Peserta didik
b. Guru Sejarah
c. Narasumber
b. Frekuensi Kegiatan
c. Penelitian diwakili oleh 2 orang siswa dari tiap-tiap kelas setiap tingkatan
d. Sumber Dana
e. Dokumentasi
Foto-foto kegiatan
15
Makalah
G. Hasil Kegiatan
Siswa membuat makalah dari hasil penelitian dan studi pustaka sebagai pelengkap.
H. Manfaat program
difahami dan peserta didik dapat menganalisis data-data yang ditemukan, sehingga
telah dilakukan oleh pendahulu dan tokoh-tokoh daerah, karena sejarah lokal
Terbatasnya waktu yang tersedia dan anggaran yang ada menyebabkan tidak semua
peserta didik punya kesempatan untuk ikut dalam kegiatan penelitian tersebut,
sehingga perlu pendalaman di sekolah dengan cara diadakan kegiatan diskusi kelas.
Hal tersebut diharapkan peserta didik yang terlibat langsung dalam penelitian
BAB III
16
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Rencana Kegiatan
BAB IV
PENUTUP
17
Selama ini pembelajaran sejarah mengenai upaya-upaya membangun nasionalisme
berbicara nama, angka tahun atau hafalan belaka. Nilai-nilai kepahlawanan dan
keteladanan tidak tergali, yang berdampak kepada mata pelajaran sejarah sebagai hal
belajar mengenai sejarah lokal masih kurang dan pendidikan sejarah lokal memegang
posisi utama karena ia berkenaan dengan lingkungan terdekat dan budaya peserta
didik, sehingga materi sejarah lokal menjadi dasar bagi pengembangan jati diri pribadi,
budaya dan sosial peserta didik sehingga materi sejarah lokal akan memberikan
Penelitian dibagi dalam 3 materi bahasan sesuai dengan tingkatan kelas, yaitu:
a. Kelas X
b. Kelas XI
Singaparna
b. Kelas XII
18
Melakukan penelitian tentang tokoh-tokoh Tasikmalaya dengan meneliti
Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan pada minggu ketiga bulan Mei tahun 2015
DAFTAR PUSTAKA
19
Hamalik, O. (2010). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kartodirdjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial di dalam Metodologi Sejarah . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Kartodirdjo, S. (1988). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900: dari Imporium sampai
Imperium, Jilid I. Jakarta: Gramedia
Kartodirdjo, S. (1987). Dari Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis: Kumpulan Karangan
dipersembahkan kepada Prof.Dr. Sartono Kartodidjo . Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, Pedoman Sekolah. Jakarta: Kemdiknas
Mustopo, Habib. (1983). Ilmu Budaya Dasar (Kumpulan essay-Manusia Budaya) . Surabaya:
Usaha Nasional
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional. (2013). Stnadar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Depdiknas
Soejatmoko. (1994). Menjelajah Cakrawala-Kumpulan Karya Visioner Soejatmoko . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama Indonesai dan Yayasan Soedjatmoko
Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Widja, G,I. (1989). Dasar-Dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah .
Jakarta: Depdikbud
Widja, G,I. (1991). Pendidikan Sejarah dan Masa Depan, Orasi Pengukuhan Guru Tetap dalam
Ilmu Pendidikan Sejarah pada FKIP UNUD. Singaraja: FKIP UNUD
20
21
22
23