Anda di halaman 1dari 25

BAB – II

JENIS – JENIS TURBIN UAP

Turbin uap dikelompokkan kepada :

a. Turbin Aksi (tekanan roda) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan sama besarnya. Tekanan uap tersebut sama besarnya
kedua bentuk dari penampang sudu jalan tersebut setangkup (symentris).
b. Turbin Reaksi (tekanan lebih) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan tidak sama besarnya atau tekanan uap didepan sudu jalan
lebih besar dari pada dibelakang sudu jalan. Hal tersebut juga terjadi karena
pengaruh bentuk penampang sudu jalan yang tidak setangkup (asymentris)

1. Bentuk Sudu Jalan

a. Bentuk symentris (setangkup) ialah bila sudut jalan sisi masuk (< 1) sama
besar dengan sudut sudu jalan sisi keluar (< 2) bentuk sudu jalan ini dijumpai
pada turbin aksi.
Penampung
Sudu

< 1 = <
2

 Dada 2
1 Sudu
Gambar . 2
b. Bentuk asymentris (tidak setangkup) ialah bila sudu jalan sisi masuk (< 1) tidak
sama besar dengan sudut jalan sisi keluar (<2) atau bentuk sudu jalan ini
dijumpai pada turbin Reaksi.
< 1 > <2
Punggung Sudu

< 1 = <2 atau

< 1 > <2


1

2 Gambar. 3
Dada Sudu

2. Karakteristik Turbin Aksi dan Reaksi


a. Turbin aksi (contohnya : de laval, curtis, zolley dan curtis-zolley)
- Saat uap mengalir dipancar tekanan uap berkurang sedangkan saat mengalir
di sudu jalan sama besarnya (tetap).
- Saat mengalir di pipa pancar kecepatannya uap bertambah, saat mengalir di
sudu jalan berkurang.
- Bentuk sudu symentris (setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi yang bekerja pada sudu
jalan yang melengkung.
b. Turbin reaksi (contohnya : Person dan Curtis-Person)
- Saat mengalir di sudu antar tekanan uap berkurang dan di sudu jalan juga
berkurang.
- Saat mengalir di sudu antar kecepatan uap bertambah dan di sudu jalan
berkurang.
- Bentuk sudu jalan adalah asymentris (tidak setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi dan gaya reaksi yang
bekerja pada sudu jalan yang melengkung.

3. Bagian-bagian utama Turbin Uap adalah : Pipa pancar sudu jalan rotor dan
sudu balik.
a. Pipa Pancar :

1. Fungsinya : - Pengubah aliran uap masuk ke sudu jalan supaya


supply uap betul-betul efektif.

- Perobah tenaga panas menjadi tenaga kecepatan uap (rumus


zeuner).
Uap
2. Bentuknya : - Bentuk
Uap Lurus keluar
masuk

- Bentuk cembung
(sonvergency)

- Bentuk cekung
(disverygency)

- Bentuk cembung-cekung
(convergency – disverygency)

Gambar. 4 Bentuk-bentuk Pipa Pancar


3. Rumus Kontiniutas
Gu.  = A = 0.785 D2
A.c
Dimana : Gu = pemakaian uap dalam kg/detik
 = volume jenis uap dalam m3/kg
A = penampang pipa pancar dalam m2
c = kecepatan uap yang mengalir dalam m/detik
D = diameter pipa pancar dalam m
H1 = Entalpi uap keluar pipa pancar dalam kcal/kg atau kj/kg
H2 = Entalpi uap keluar pipapancar dalam kcal/kg atau kj/kg
Penampang pipa pancar
Rumus kontiniutas tersebut berlaku pada pipa pancar dipenampang sisi masuk,
penampang sisi keluar dan penampang kritis (ditengah-tengah)
-
Penampang sisi masuk, Gu1 . 1 = 0,785 D12 . C1
-
Penampang sisi keluar, Gu1 . 1 = 0,785 D12 . C1 dimana
C2 = C1 + 44,7 H1 – H2
- 2
Penampang tengah Gu3 . 3 = 0,785 D3 . C3 dimana
C3 = C1 + 44,7 H1 – H2
2
4. Rumus Zeuner (menggunakan Satuan International)
Energi kinetis = Gu C12 …….. (kgm) …. 1
2g
Energi kinetis = Gu. Ho .. (kj) = Gu.Ho …(kcal) = Gu.Ho.427…(kgm) 2
4,187 4,187
Jadi 1 dan 2 maka :

Gu . C12 = Gu.Ho.427
2g 4,187

4,187. C12 = 2g. Ho. 427


4,187. C12 = 2.9,81. Ho. 427
C12 = 2.9,81. Ho. 427
4,187
C1 = 2.9,81.427.Ho
4,187
2000,8932 Ho

C1 = 44,7 VHo

Dimana : C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)


Ho = Jatuh kalor theoritis (kj/kg uap)

b. Sudu Jalan
- Sudu jalan adalah bagian-bagian utama turbin yang bergerak, sudu jalan
berhubungan dengan Roda jalan untuk memutar poros turbin.
- Fungsi sudu jalan untuk menampung uap menggerakkan Roda jalan.
- Bentuk sudu jalan dikelompakkan kepada sudu symentris pada turbin aksi dan
sudu asymentris pada turbin reaksi.
- Bagian-bagian sudu jalan adalah dada sudu punggung sudu, lebar sudu dan
jarak antar sudu (tusuk).

Skets sederhana dari sudu jalan symentris pada turbin aksi Punggung sudu
1 = Sudut sudu Jalan
sisi masuk.
A B 2 = Sudut sudu jalan
sisi keluar.

1 
2 Symetris : 1 = 2

 2
1

Gambar. 5

1. Kecepata-kecepatan Uap dan segi tiga kecepatan


Pada saat sudu jalan berputar, sekali gas secara serentak terdapat 3 (tiga)
kecepatan yang terjadi disekitar sudu jalan tersebut aitu :
- Kecepatan mutlak ialah kecepatan uap terhadap bidang diam (uap mengalir
didalam pipa pancar)
- Kecepatan Relay ialah kecepatan uap terhadap bidang ang bergerak (uap
memutar sudu jalan)
- Kecepatan keliling ialah kecepatan berputarnya sudu jalan selanjutnya ke 3
(tiga) kecepatan tersebut membentuk segi

Tiga kecepatan, dimana terdapat 2 (dua) segi tiga yang terjadi yaitu pada sisi
masuk dan sisi keluar dari sudu jalan. Sedangkan sudut pancaran uap (sudut uap)
adalah sudut yang dibentuk kecepatan mutar C1 dengan kecepatan keliling U.
Sudut sudu jalan  adalah sudut yang dibentuk kecepatan relatif w1 dangan
kecepatan keliling U.
Segi kecepatan tersebut seperti skets dibawah ini
U
C1

W1
U
Punggung

1 sudu
Segi 3 kecepatan sisi keluar

Sisi masuk :

W1 = kecepatan masuk relatif sisi masuk menyinggung pungung sudu.


U = kecepatan keliling sisi masuk tegak lurus penampang sudu.
C1 = kecepatan mutlak sisi masuk.
= sudut pemanas uap dibentuk antara kecepatan mutlak C1 dengan U.
1 = sudut sudu jalan sisi masuk dibentuk antara kecepatan relatif W 1 dengan U.

arah panah : - C1 dan U saling anak panah bertemu atau saling tutup menutup).
- arah panah W 1 kearah U.

Sisi keluar :

W2 = kecepatan relatif sisi keluar menyinggung punnggung sudu


U = kecepatan keliling sisi keluar tagak lurus penampang sudu
C2 = kecepatan mutlak sisi keluar

Dalam menyelesaikan soal-soal turbin, segi 3 kecepatan sisi masuk dan sisi keluar
digabung dalam satu segi 3 saja.

2) Segi tiga kecepatan kerja biasa


Bila turbin biasa, maka segi
tiga kecepatannya adalah
segitiga tumpul dimana
besar sisi-sisi segi tiga dapat
2
W1=W2
dihitung dengan cara analisi
Sisi Masuk Sisi Keluar
(dihitung)
C1 = 44,7 Ho u=D

W12 = C12 + 42 – 2 uc1 cos
(rumus cosinus)
C2 = C1 +(2u)2 – 2.2u C1
2 2

Cos (rumus cosinus)


Arah panah : C1 dan U arah panahnya saling bertemu (tutup menutup)
W1 dan W 2 arah panahnya kearah U
C2 dan U arah panahnya salingbertemu
Atau sisi-sisi segi itga kecepatan didapat dari cara grafis (dengan skala) artinya
besar kecepatan-kecepatan tersebut digambar dengan skala kecepatan yang
ditentukan sendiri.

3) Rendemen aliran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan cara grafis

Rendemen aliran adalah perbandingan usaha yang berguna disudu jalan


terhadap usaha yang diberikan, dapat ditulis :

s = A1 – A2 dimana A1 = usaha yang diberikan


A1 A2 = usaha yang terbuang
A1 – A2 = usaha yang berguna

s = ½ mC12 – ½ mC22 dimana m = masa uap yang mengalir


½ m C1 2 2 2
s = ½ m (C12 – C22) atau s = C1 2– C2
½ m C12 C1

dimana : s = Rendemen aliran dalam %


C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)
C2 = Kecepatan mutlak keluar sudu jalan (m/detik)

s = Ho – Hu Hu = C2 2
X
Ho 44,7

Dimana : Hu= Panas terbang keluar turbin (kj/kguap)


X = jumlah tingkat

4) Rendemen aliaran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan secara analitis.

Bentuk segi 3 kecepatan


turbin kerja biasa adalah segi
C1 3 tumpul, sehingga untuk
W1=W2 mencari kecapatan W 1=W 2
2 dan C2 kita hanya
menggunakan rumus Cosinus
C2 (cara analitis).
Dari s = C12– C22 C22 = C12 +(2u)2– 2.2u C1 Cos (rumus cosinus)
C22 = C12 + 4u – 4 uC1 Cos
s = C1 – (C1 + 4u2 – 4 uC1 Cos
2 2
)
C1 2
s = C12– C12 + 4u2 – 4 uC1 Cos = 4u2 – 4 uC1 Cos
C12 C12
2
s = 4u C1 Cos – 4u Sama-sama pembilang dan
penyebutnya dibagi C12
C12

s = 4u C1 Cos – 4u2
C12 C12
s = C12
C12
2 2
s = 4 u cos -4 u s = Rendemen aliran cara
C1 C1 analisis(%)
U = kecepatan keliling sudu
(m/det)
C1 = kecepatan mutlak masuk
(m/det)

5) Rendemen aliran turbin aksi kerja sebaik-baiknya (kerja maximal)

Dari s = C12– C12 cara grafis


C1
C1
s = (2 u)2 2u = cos
 C12 2 C1
U1
smax = cos
C2
U

Atau dari s = 4 u cos -4 u 2 cara analisis


C1 C1
Dimana 2 u = cos atau U = ½ cos
C1 C1
s = 4 (½ cos ) cos - 4(½ cos )2
s = 4. ½ cos . cos - 4. ¼ cos2
= 2 cos2 - cos2

smax = cos2

6) Grafik (kurva) Rendemen Aliran turbin Aksi


Dari s = 4 u cos - 4 u 2 , bila u ditetapkan antara o hinga 1 dan
C1 C1 C1

Tetap, maka s akan berubah-ubah


Contoh (lihat tabel dibawah ini)

u
s (%) Keterangan
C1
0 0 Sudut pipa pancar = 200
0,1 33,6
0,2 59,2
0,3 76,8
0,4 86,4
0,47 88,4 - Rendemen maximum
0,5 8,8 - Bentuk kurva adalah parabola
0,6 81,6
0,7 67,2
0,8 44,8
0,9 14,4
0,94 0

100

90

88,4

80

70

60

2
50 s = 4 u cos -4 u
C1 C1
40

30 Gambar. 7

20

10
0,47

0,2 0,4 0,6 0,8 u


C1
7) Diagram H – S (Entalpy – Entropy)
- Bila air dipanaskan dari semula dengan suhu misalnya 30 0 C hingga 1000 C,
maka pada suhu 1000 C, maka pada suhu 1000 C tersebut air berobah bentuk
menjdai uap bash, dimana uapnya sendiri masih mengandung butir-butir air
panasnya.

- Selanjutnya dinaikkan lagi hingga 1000 C tanpa adanya kenaikkan lagi hingga
1000 C tanpa adanya kenaikkan suhu, panas yang terbentuk disebut panas
penguapan latent (adanya penambahan panas tanpa kenaikan suhu).

- Pada kondisi 1000 C terakhit tersebut uapnya berobah bentuk menjadi uap
jenuh, dimana uapnya sama sekali tanpa megandung air (kadar air = 0%
sedang kadar uap = 100%).

- Dari shu 1000 C kedua, uap dipanaskan lagi hingga 5000 C, uap terakhir ini
berobah bentuk menjadi uap panas lanjut (uap kering). Perobahan bentuk
suatu zat disebut AGREGASI Air berobah bentuk dari semula air uap
panas lanjut.

- Untuk lebih jelasnya keadaan Agregasi tersebut ditangkan dalam diagregasi.

Diagram AGREGASI seperti dibawah ini :

Suhu
5000 C

Uap panas lanjut

Zat Cair Uap jenuh


1000 C Uap Basah

Q1 Q2 Q3
300C Panas

Kejadian Agregasi tersebut dituangkan dlam diagram H – S (entalpy – Entrapi),


diagram itu menyajikan besarnya entalpi uap pada tahunan dan suhu tertetu.
Sebagai sumbu horizontal (absis) ditetapkan entalpy, sedang sumbu vertical (ordinat)
ditetapkan entalpi uap.
Ho = H1 – H2
Isobar
Ho = 3332 – 2612
H Ho = 720 kj/kg
Atau kj/kg
t = 4000 C isotherm
Ho = H1 – H2 A
P2 = 1
32 kj/kg = H1 bar
H2 = 2612 kj/kg Isentropis
E
Daerah
2805 kj/kg = hub

2803 kj/kg = hub

2441 kj/kg = hub

Dalam H – S diagram dicantumkan garis-garis yaitu :

a. Garis isobar melengkung keatas, adalah garis-garis yang menghubungkan


(kj/kg0 C
titik-titik yang tekanannya sama. Gambar. 9
b. Garis isothram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik suhunya sama.
c. Garis isopyscram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubugkan titik-titk yang kadar uapnya sama.
d. Garis isentelpis sejajar sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entalpinya sama.
e. Garis isentropis tegak lurus sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entropynya sama.

Cara menggunakan H - S diagram

a. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan isotherm t = 4000 C dititik A, tarik


melalaui A garis tegak lurus sumbu entalpi, menentukan H1 = 3332 kj/kg uap (H1
= entalpi uap panas lanjut).
b. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar uap x = 100% dititk B, tarik garis
melalui B tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi jenuh = Huj = 2803
kj/kg uap.
c. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar x = 90 % dititik c, tarik garis
melalui c tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi uap basah = 2803 kj/kg
uap.
d. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan x = 80 % dititik D, tarik garis melalui D
tegak lurus sumbu entalpi, menetukan entalpi uap basah = 2441 kj / kg uap.
e. Untuk menetukan jatuh kalor theritis Ho, maka Ho = H1 – H2 dimana H1 = 3332
kj/kg uap dan H2 didapat dari garis isentropis melalui titik A dan garis ini
memotong isobar p = 1 bar dititik E, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu
entalpi, H2 = 2612 kj/kg uap, sehingga Ho = H1 – H2 = 3332 – 2612 = 720 kj/kg
uap.

Entalpi dapat juga dicari di TABEL UAP, namun garis isentropis tidak tercantum
dalam tabel uap tersebut, sehinggsa H2 pada butir e diatas tidak dapat dicari di
tabel uap.

8) Melukis profile sudu jalan symentris *setangkup) turbin Aksi

Untuk melukis propile sudu jalan baik ½ pasang maupun 1 pasang atau 2 buah
sudujalan harus diketahui
- Sudut sudu jalan sisi masuk 1 = 2
- Lebar sudu b
- Lebar sudu t

Dan harus diingat bahwa kecepatan relatif sisi masuk W 1 menyinggung


penggung sudu, begitu juga kecepatan relatif sisi keluar w2 menyinggung
punggung sudu.
Garis melukis

Punggung Sudu

A B
Dada Sudu

1
2
W1
E F

W2

D
Gambar. 10 lukisan sudu jalan

- Lebar sudu b ditentukan sembarang


- Bagi dua lebar sudu b
- Melalui titik A lukis sudut sudujalan sisi masuk 1
- Melalui titik B lukis sudut sudu jalan sisi keluar 2
- Tarik garis AC W1 dan tarik garis W2 (garis AC dan BC berpotongan di titik C)
dan W 1 dan W2 berpotongan di G\.
- Tempatkan titik jangka dititik C, buat lengkung dada sudu dengan jari-jari AC = BC =
R
- Dengan demikian lengkung dada sudu terlukis
- Tentukan tusuk = t = CD
- Tarik garis DELW, dan tarik garis DF W 1 dan tarik garis DF W2
- Tempatkan titik jangka di titik D, buat garis lengkung punggung sudu dengan jari-jari
DE = DF = r
- Dengan demikian lengkung punggung sudu terlukis
- Prefile sudu jelas terlukis sebanyak ½ pasang = 1 buah
- Dengan cara yang samaprofile sudu jelas lukis lagi diatasnya sebanyak ½ sepasang
= buah lagi sehingga jumlah sudu jelas = 1 pasang atau 2 buah sudu jelas.

9. Evaluasi hasil pembelajaran :


1. Sebutkan fungsi sudu jalan dan bentuk sudu jalan

2. Sebutkan dan lukis sudu jalan serta sebutkan bagian-bagiannya

3. Ada berapa kecepatan uap disekitar uap sudu jalan yang sedang berputar,
jelaskan secara rinci.

4. Gambarkan skets sederhana sebuah sudu jelas yang tempatkan segi tiga
kecepatan sisi masuk dan sisi keluar

5. Gambarkan segi tiga kecepatan turbin kerja biasa dan kerja sebaik-baiknya dan
berapa rendemen aliran-alirannya

6. Tuliskan rumus rendemen aliran dipandang dari kecepatan uap dan dipandang
dari jatuh kalor, jelaskan rumus-rumus tersebut

7. Gambarkan grafik (kurva) rendemen aliran turbin aksi (data tentukan sendiri)

8. Lukis profile 1 pasang sudu jalan (data tentukan sendiri)


BAB – II

JENIS – JENIS TURBIN UAP

Turbin uap dikelompokkan kepada :

c. Turbin Aksi (tekanan roda) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan sama besarnya. Tekanan uap tersebut sama besarnya
kedua bentuk dari penampang sudu jalan tersebut setangkup (symentris).
d. Turbin Reaksi (tekanan lebih) adalah turbin bila tekanan uap didepan dan
dibelakang sudu jalan tidak sama besarnya atau tekanan uap didepan sudu jalan
lebih besar dari pada dibelakang sudu jalan. Hal tersebut juga terjadi karena
pengaruh bentuk penampang sudu jalan yang tidak setangkup (asymentris)

2. Bentuk Sudu Jalan

c. Bentuk symentris (setangkup) ialah bila sudut jalan sisi masuk (< 1) sama
besar dengan sudut sudu jalan sisi keluar (< 2) bentuk sudu jalan ini dijumpai
pada turbin aksi.
Penampung
Sudu

< 1 = <
2

 Dada 2
1 Sudu
Gambar . 2
d. Bentuk asymentris (tidak setangkup) ialah bila sudu jalan sisi masuk (< 1) tidak
sama besar dengan sudut jalan sisi keluar (<2) atau bentuk sudu jalan ini
dijumpai pada turbin Reaksi.
< 1 > <2
Punggung Sudu

< 1 = <2 atau

< 1 > <2


1

2 Gambar. 3
Dada Sudu

4. Karakteristik Turbin Aksi dan Reaksi

c. Turbin aksi (contohnya : de laval, curtis, zolley dan curtis-zolley)


- Saat uap mengalir dipancar tekanan uap berkurang sedangkan saat mengalir
di sudu jalan sama besarnya (tetap).
- Saat mengalir di pipa pancar kecepatannya uap bertambah, saat mengalir di
sudu jalan berkurang.
- Bentuk sudu symentris (setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi yang bekerja pada sudu
jalan yang melengkung.
d. Turbin reaksi (contohnya : Person dan Curtis-Person)
- Saat mengalir di sudu antar tekanan uap berkurang dan di sudu jalan juga
berkurang.
- Saat mengalir di sudu antar kecepatan uap bertambah dan di sudu jalan
berkurang.
- Bentuk sudu jalan adalah asymentris (tidak setangkup).
- Usaha yang ditimbulkan didapat dari gaya-gaya aksi dan gaya reaksi yang
bekerja pada sudu jalan yang melengkung.

5. Bagian-bagian utama Turbin Uap adalah : Pipa pancar sudu jalan rotor dan
sudu balik.
b. Pipa Pancar :

5. Fungsinya : - Pengubah aliran uap masuk ke sudu jalan supaya


supply uap betul-betul efektif.
- Perobah tenaga panas menjadi tenaga kecepatan uap (rumus
zeuner).
Uap
6. Bentuknya : - Bentuk
Uap Lurus
keluar
masuk

- Bentuk cembung
(sonvergency)

- Bentuk cekung
(disverygency)

- Bentuk cembung-cekung
(convergency – disverygency)

Gambar. 4 Bentuk-bentuk Pipa Pancar


7. Rumus Kontiniutas
Gu.  = A = 0.785 D2
A.c
Dimana : Gu = pemakaian uap dalam kg/detik
 = volume jenis uap dalam m3/kg
A = penampang pipa pancar dalam m2
c = kecepatan uap yang mengalir dalam m/detik
D = diameter pipa pancar dalam m
H1 = Entalpi uap keluar pipa pancar dalam kcal/kg atau kj/kg
H2 = Entalpi uap keluar pipapancar dalam kcal/kg atau kj/kg
Penampang pipa pancar
Rumus kontiniutas tersebut berlaku pada pipa pancar dipenampang sisi masuk,
penampang sisi keluar dan penampang kritis (ditengah-tengah)
-
Penampang sisi masuk, Gu1 . 1 = 0,785 D12 . C1
-
Penampang sisi keluar, Gu1 . 1 = 0,785 D12 . C1 dimana
C2 = C1 + 44,7 H1 – H2
- 2
Penampang tengah Gu3 . 3 = 0,785 D3 . C3 dimana
C3 = C1 + 44,7 H1 – H2
2
8. Rumus Zeuner (menggunakan Satuan International)
Energi kinetis = Gu C12 …….. (kgm) …. 1
2g
Energi kinetis = Gu. Ho .. (kj) = Gu.Ho …(kcal) = Gu.Ho.427…(kgm) 2
4,187 4,187
Jadi 1 dan 2 maka :

Gu . C12 = Gu.Ho.427
2g 4,187

4,187. C12 = 2g. Ho. 427


4,187. C12 = 2.9,81. Ho. 427
C12 = 2.9,81. Ho. 427
4,187
C1 = 2.9,81.427.Ho
4,187
2000,8932 Ho

C1 = 44,7 VHo

Dimana : C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)


Ho = Jatuh kalor theoritis (kj/kg uap)

c. Sudu Jalan
- Sudu jalan adalah bagian-bagian utama turbin yang bergerak, sudu jalan
berhubungan dengan Roda jalan untuk memutar poros turbin.
- Fungsi sudu jalan untuk menampung uap menggerakkan Roda jalan.
- Bentuk sudu jalan dikelompakkan kepada sudu symentris pada turbin aksi dan
sudu asymentris pada turbin reaksi.
- Bagian-bagian sudu jalan adalah dada sudu punggung sudu, lebar sudu dan
jarak antar sudu (tusuk).

Skets sederhana dari sudu jalan symentris pada turbin aksi Punggung sudu
1 = Sudut sudu Jalan
sisi masuk.
A B 2 = Sudut sudu jalan
sisi keluar.

1 
2 Symetris : 1 = 2

 2
1

Gambar. 5
2. Kecepata-kecepatan Uap dan segi tiga kecepatan
Pada saat sudu jalan berputar, sekali gas secara serentak terdapat 3 (tiga)
kecepatan yang terjadi disekitar sudu jalan tersebut aitu :
- Kecepatan mutlak ialah kecepatan uap terhadap bidang diam (uap mengalir
didalam pipa pancar)
- Kecepatan Relay ialah kecepatan uap terhadap bidang ang bergerak (uap
memutar sudu jalan)
- Kecepatan keliling ialah kecepatan berputarnya sudu jalan selanjutnya ke 3
(tiga) kecepatan tersebut membentuk segi

Tiga kecepatan, dimana terdapat 2 (dua) segi tiga yang terjadi yaitu pada sisi
masuk dan sisi keluar dari sudu jalan. Sedangkan sudut pancaran uap (sudut uap)
adalah sudut yang dibentuk kecepatan mutar C1 dengan kecepatan keliling U.
Sudut sudu jalan  adalah sudut yang dibentuk kecepatan relatif w1 dangan
kecepatan keliling U.
Segi kecepatan tersebut seperti skets dibawah ini
U
C1

W1
U Segi 3 kecepatan sisi keluar
Punggung

1 sudu

1 U

Dada sudu
Sisi masuk : C2
U
W1 = kecepatan masuk relatif sisi masuk menyinggung pungung sudu.
U = kecepatan keliling sisi masuk tegak lurus penampang sudu.
W2
C1 = kecepatan mutlak sisi masuk.
= sudut pemanas uap dibentuk antara kecepatan mutlak C1 dengan U.
1 = sudut sudu jalan sisi masuk dibentuk antara kecepatan relatif W 1 dengan U.

arah panah : - C1 dan U saling anak panah bertemu atau saling tutup menutup).
- arah panah W 1 kearah U.

Sisi keluar :

W2 = kecepatan relatif sisi keluar menyinggung punnggung sudu


U = kecepatan keliling sisi keluar tagak lurus penampang sudu
C2 = kecepatan mutlak sisi keluar
Dalam menyelesaikan soal-soal turbin, segi 3 kecepatan sisi masuk dan sisi keluar
digabung dalam satu segi 3 saja.

9) Segi tiga kecepatan kerja biasa


Bila turbin biasa, maka segi
tiga kecepatannya adalah
segitiga tumpul dimana
besar sisi-sisi segi tiga dapat
2
W1=W2
dihitung dengan cara analisi
Sisi Masuk Sisi Keluar
(dihitung)
C1 = 44,7 Ho u=D

W12 = C12 + 42 – 2 uc1 cos
(rumus cosinus)
C22= C12 +(2u)2 – 2.2u C1
Cos (rumus cosinus)
Arah panah : C1 dan U arah panahnya saling bertemu (tutup menutup)
W1 dan W 2 arah panahnya kearah U
C2 dan U arah panahnya salingbertemu
Atau sisi-sisi segi itga kecepatan didapat dari cara grafis (dengan skala) artinya
besar kecepatan-kecepatan tersebut digambar dengan skala kecepatan yang
ditentukan sendiri.

10) Rendemen aliran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan cara grafis

Rendemen aliran adalah perbandingan usaha yang berguna disudu jalan


terhadap usaha yang diberikan, dapat ditulis :

s = A1 – A2 dimana A1 = usaha yang diberikan


A1 A2 = usaha yang terbuang
A1 – A2 = usaha yang berguna

s = ½ mC12 – ½ mC22 dimana m = masa uap yang mengalir


½ m C1 2 2 2
s = ½ m (C12 – C22) atau s = C1 2– C2
½ m C12 C1

dimana : s = Rendemen aliran dalam %


C1 = Kecepatan mutlak masuk pipa pancar (m/detik)
C2 = Kecepatan mutlak keluar sudu jalan (m/detik)

s = Ho – Hu Hu = C2 2
X
Ho 44,7
Dimana : Hu= Panas terbang keluar turbin (kj/kguap)
X = jumlah tingkat

11) Rendemen aliaran kerja biasa dengan kecepatan-kecepatan secara analitis.

Bentuk segi 3 kecepatan


turbin kerja biasa adalah segi
C1 3 tumpul, sehingga untuk
W1=W2 mencari kecapatan W 1=W 2
2 dan C2 kita hanya
menggunakan rumus Cosinus
C2 (cara analitis).
Dari s = C12– C22 C22 = C12 +(2u)2– 2.2u C1 Cos (rumus cosinus)
C22 = C12 + 4u – 4 uC1 Cos
s = C12– (C12 + 4u2 – 4 uC1 Cos )
C1 2
s = C12– C12 + 4u2 – 4 uC1 Cos = 4u2 – 4 uC1 Cos
2
C1 C12
2
s = 4u C1 Cos – 4u Sama-sama pembilang dan
C12 penyebutnya dibagi C12

s = 4u C1 Cos – 4u2
C12 C12
s = C12
C12
2 2
s = 4 u cos -4 u s = Rendemen aliran cara
C1 C1 analisis(%)
U = kecepatan keliling sudu
(m/det)
C1 = kecepatan mutlak masuk
(m/det)

12) Rendemen aliran turbin aksi kerja sebaik-baiknya (kerja maximal)

Dari s = C12– C12 cara grafis


C1
C1
s = (2 u)2 2u = cos
 C12 2 C1
U1
smax = cos
C2
U

2
Atau dari s = 4 u cos -4 u cara analisis
C1 C1
Dimana 2 u = cos atau U = ½ cos
C1 C1
s = 4 (½ cos ) cos - 4(½ cos )2
s = 4. ½ cos . cos - 4. ¼ cos2
= 2 cos2 - cos2

smax = cos2

13) Grafik (kurva) Rendemen Aliran turbin Aksi


Dari s = 4 u cos - 4 u 2 , bila u ditetapkan antara o hinga 1 dan
C1 C1 C1

Tetap, maka s akan berubah-ubah


Contoh (lihat tabel dibawah ini)

u
s (%) Keterangan
C1
0 0 Sudut pipa pancar = 200
0,1 33,6
0,2 59,2
0,3 76,8
0,4 86,4
0,47 88,4 - Rendemen maximum
0,5 8,8 - Bentuk kurva adalah parabola
0,6 81,6
0,7 67,2
0,8 44,8
0,9 14,4
0,94 0

100

90

88,4

80

70

60
2
s = 4 u cos -4 u
C1 C1

10

u
C1
14) Diagram H – S (Entalpy – Entropy)

- Bila air dipanaskan dari semula dengan suhu misalnya 30 0 C hingga 1000 C,
maka pada suhu 1000 C, maka pada suhu 1000 C tersebut air berobah bentuk
menjdai uap bash, dimana uapnya sendiri masih mengandung butir-butir air
panasnya.

- Selanjutnya dinaikkan lagi hingga 1000 C tanpa adanya kenaikkan lagi hingga
1000 C tanpa adanya kenaikkan suhu, panas yang terbentuk disebut panas
penguapan latent (adanya penambahan panas tanpa kenaikan suhu).

- Pada kondisi 1000 C terakhit tersebut uapnya berobah bentuk menjadi uap
jenuh, dimana uapnya sama sekali tanpa megandung air (kadar air = 0%
sedang kadar uap = 100%).

- Dari shu 1000 C kedua, uap dipanaskan lagi hingga 5000 C, uap terakhir ini
berobah bentuk menjadi uap panas lanjut (uap kering). Perobahan bentuk
suatu zat disebut AGREGASI Air berobah bentuk dari semula air uap
panas lanjut.

- Untuk lebih jelasnya keadaan Agregasi tersebut ditangkan dalam diagregasi.

Diagram AGREGASI seperti dibawah ini :

Suhu
5000 C

Uap panas lanjut

Uap jenuh
1000 C Uap Basah
Zat Cair

Q1 Q2 Q3

Kejadian Agregasi tersebut dituangkan dlam diagram H – S (entalpy – Entrapi),


diagram itu menyajikan besarnya entalpi uap pada tahunan dan suhu tertetu.
Sebagai sumbu horizontal (absis) ditetapkan entalpy, sedang sumbu vertical (ordinat)
ditetapkan entalpi uap.
Ho = H1 – H2
Isobar
Ho = 3332 – 2612
H Ho = 720 kj/kg
Atau kj/kg
t = 4000 C isotherm
Ho = H1 – H2 A
P2 = 1
32 kj/kg = H1 bar
H2 = 2612 kj/kg Isentropis
E
Daerah
kering

2805 kj/kg = hub Isentropis


B
2803 kj/kg = hub
C Daerah jenuh
2441 kj/kg = hub D

X = 100 %

X = 90
%
Daerah X = 80%
Basah
(Cair)

Dalam H – S diagram dicantumkan 1,48


garis-garis yaitu :
S
1,31 1,39 1,65
(kj/kg0 C
Gambar. 9
f. Garis isobar melengkung keatas, adalah garis-garis yang menghubungkan
titik-titik yang tekanannya sama.
g. Garis isothram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik suhunya sama.
h. Garis isopyscram melengkung kebawah, adalah garis-garis yang
menghubugkan titik-titk yang kadar uapnya sama.
i. Garis isentelpis sejajar sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entalpinya sama.
j. Garis isentropis tegak lurus sumbu entropy adalah garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang entropynya sama.

Cara menggunakan H - S diagram

f. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan isotherm t = 4000 C dititik A, tarik


melalaui A garis tegak lurus sumbu entalpi, menentukan H1 = 3332 kj/kg uap (H1
= entalpi uap panas lanjut).
g. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar uap x = 100% dititk B, tarik garis
melalui B tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi jenuh = Huj = 2803
kj/kg uap.
h. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan kadar x = 90 % dititik c, tarik garis
melalui c tegak lurus sumbu entalpi, menentukan entalpi uap basah = 2803 kj/kg
uap.
i. Isobar p = 30 bar berpotongan dengan x = 80 % dititik D, tarik garis melalui D
tegak lurus sumbu entalpi, menetukan entalpi uap basah = 2441 kj / kg uap.
j. Untuk menetukan jatuh kalor theritis Ho, maka Ho = H1 – H2 dimana H1 = 3332
kj/kg uap dan H2 didapat dari garis isentropis melalui titik A dan garis ini
memotong isobar p = 1 bar dititik E, tarik garis melalui D tegak lurus sumbu
entalpi, H2 = 2612 kj/kg uap, sehingga Ho = H1 – H2 = 3332 – 2612 = 720 kj/kg
uap.

Entalpi dapat juga dicari di TABEL UAP, namun garis isentropis tidak tercantum
dalam tabel uap tersebut, sehinggsa H2 pada butir e diatas tidak dapat dicari di
tabel uap.

15) Melukis profile sudu jalan symentris *setangkup) turbin Aksi

Untuk melukis propile sudu jalan baik ½ pasang maupun 1 pasang atau 2 buah
sudujalan harus diketahui
- Sudut sudu jalan sisi masuk 1 = 2
- Lebar sudu b
- Lebar sudu t
Dan harus diingat bahwa kecepatan relatif sisi masuk W 1 menyinggung
penggung sudu, begitu juga kecepatan relatif sisi keluar w2 menyinggung
punggung sudu.
Garis melukis

Punggung Sudu

A B
Dada Sudu

1
2
W1
E F

W2

A B

2
1

W1 C
W2
Lebar Sudu = b

Gambar. 10 lukisan sudu jalan


- Lebar sudu b ditentukan sembarang
- Bagi dua lebar sudu b
- Melalui titik A lukis sudut sudujalan sisi masuk 1
- Melalui titik B lukis sudut sudu jalan sisi keluar 2
- Tarik garis AC W1 dan tarik garis W2 (garis AC dan BC berpotongan di titik C)
dan W 1 dan W2 berpotongan di G\.
- Tempatkan titik jangka dititik C, buat lengkung dada sudu dengan jari-jari AC = BC =
R
- Dengan demikian lengkung dada sudu terlukis
- Tentukan tusuk = t = CD
- Tarik garis DELW, dan tarik garis DF W 1 dan tarik garis DF W2
- Tempatkan titik jangka di titik D, buat garis lengkung punggung sudu dengan jari-jari
DE = DF = r
- Dengan demikian lengkung punggung sudu terlukis
- Prefile sudu jelas terlukis sebanyak ½ pasang = 1 buah
- Dengan cara yang samaprofile sudu jelas lukis lagi diatasnya sebanyak ½ sepasang
= buah lagi sehingga jumlah sudu jelas = 1 pasang atau 2 buah sudu jelas.

9. Tugas Mandiri :

1. Sebutkan fungsi sudu jalan dan bentuk sudu jalan

2. Sebutkan dan lukis sudu jalan serta sebutkan bagian-bagiannya

3. Ada berapa kecepatan uap disekitar uap sudu jalan yang sedang berputar,
jelaskan secara rinci.

4. Gambarkan skets sederhana sebuah sudu jelas yang tempatkan segi tiga
kecepatan sisi masuk dan sisi keluar

5. Gambarkan segi tiga kecepatan turbin kerja biasa dan kerja sebaik-baiknya dan
berapa rendemen aliran-alirannya

6. Tuliskan rumus rendemen aliran dipandang dari kecepatan uap dan dipandang
dari jatuh kalor, jelaskan rumus-rumus tersebut

7. Gambarkan grafik (kurva) rendemen aliran turbin aksi (data tentukan sendiri)

8. Lukis profile 1 pasang sudu jalan (data tentukan sendiri)

Anda mungkin juga menyukai