Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP AKSI TURBIN UAP

Semburan uap yang keluar dari nozel akan


mengkombinasikan gaya pada sudu Pu (kg) dalam arah
putarannya. Gaya Pu di ubah menjadi kerja mekanis pada
pinggir sudu. Kerja(L) yang dilakukan oleh l kg uap dalam l
detik, maka:
L = Pu x U.... (kgm/dt)
Dimana: L = kerja
Pu = gaya
U = kecepatan keliling sudu (m/dt)

Gaya yang dikombinasikan oleh uap ke sudu-sudu dapat


dicari sebagai berikut:
Kita ketahui bahwa perubahan memutar dalam periode
waktu tertentu adalah sama dengan gaya yang diberikan
dengan demikian;
Pu x t = G/g (C1t – C2).
Berdasarkan gambar (1) diatas, misalkan kecepatan awal dari
uap yang keluar nozel = 196,2 m/dt dan benda A dianggap diam.
Uap yang mengalir = l kg

Uap dengan kecepatan Clt = 196,2 m/dt menumbuk benda A


dalam arah tegak lurus terhadap permukaan. Uap akan
mengalami perubahan arah aliran sebesar 900 sewaktu
memancar kesegala arah dipermukaan benda tersebut, sehingga
resultas kecepatan C2 = 0 ..... Jelaskan kenapa???....soal no. 1
Dengan mensubsitusikan Clt dan C2 kedalam persamaan maka:

Pu = l /9,81 (196,2 - 0) = 20 kg.


Berdasarkan gambar (2) diatas, dengan mengabaikan kerugian
akibat gesekan pada permukaan dinding lengkung, maka:
C2 = - Clt .....kenapa demikian ??? Soal no.2
Dengan demikian maka:
Pu = l/g ( clt - (- Clt) )

= l/g ( 2 Clt )

= l/9,81 ( 2 x 196,2 ) = 40 kg.

Untuk kasus selanjutnya seperti gambar (3) berikut ini..


Berdasarkan gambar (3), maka C2 = - Clt ...dari mana datangnya?,
soal no.3

Dalam keadaan ini semburan uap pada tempat masuk ke


permukaan sudu dan begitu juga pada kondisi uap keluar,
arahnya tidak sejajar dengan arah gaya Pu.
Suku Clt dan C2 terhadap arah aksi gaya Pu dapat dihitung:
Clt’ = Clt cos 30 = 196,2 x 0,866 = 170 m/dt
C2’ = C2 cos 30 = - 196,2 x 0,866 = - 170 m/dt
Jadi gaya Pu dapat dihitung.
Maka Pu = l/9,81 (170 + 170) = 34,7 kg.
Dari ilustrasi diatas ternyata gaya maksimum diperoleh untuk
kasus (2) dimana semburan uap mengalir melalui suatu
permukaan yang dapat membalikkan arah uap sebesar 1800
Akan tetapi didalam pembuatan turbin uap aliran uap yang
demikian tidak mungkin untuk diperoleh, karena aliran uap
untuk sudu selanjutnya akan menumbuk sudu-sudu yang lain.
Maka pada pembuatan turbin uap dipergunakan kasus (3) dimana semburan
uap diarahkan dengan kemiringan sebesar  biasanya   11o - 16o
Untuk mendapatkan kerja nyang berguna dari aksi uap, perlu diingat bahwa benda
yang ditumbuk oleh uap akan bergerak secara leluasa. Bila dimisalkan benda A akan
bergerak dengan kecepatan sebesar u m/dt, maka kita dapat menghitung gaya (P)
dan kerja (L).
Maka akibat gerakan benda dengan kecepatan sebesar u m/dt akan timbul
kecepatan relatif uap(W1) terhadap benda sebesar:
W1 = C1 t - u dimana ......W1 = kecepatan relatif uap (m/dt)

Kecepatan relatif uap sesudah menumbuk benda A akan sama dengan:


W2 = C2 = 0

Maka besarnya gaya yang diberikan oleh uap =


Pu’ = 1/g (W1 – W2) = 1/g (C1t – u – 0)
= 1/g (C1t –u)
Dari ilustrasi yang diberikan diatas, ternyata bahwa gaya maksimum diperoleh untuk
kasus (2) dimana semburan uap yang mengalir mengalami pembalikan arah sebesar
180o.
Akan tetapi didalam pembuatan turbin uap, aliran uap yang demikian itu tidak
mungkin diperoleh dan oleh sebab itu yang lebih efektif adalah kasus (3) dimana uap
diarahkan dengan sudut tertentu. Biasanya sudut tersebut berkisar dari 11o – 16o
Untuk mendapatkan kerja yang berguna dari aksi uap, perlu diperhatikan bahwa
benda yang ditumbuk oleh uap dapat bergerak dengan leluasa.
Bila kita misalhan benda A akibat aksi dapat berpindah arah dengan arah gaya,
maka dengan mengetahui kecepatan perpindahan (u) kita dapat menghitung
gaya P dan kerja L

Misalkan kecepatan perpindahan = u


Maka untuk t = 1 detik dan G = 1 kg
Maka gaya P dapat dihitung.
Untuk kasus (1)
Kecepatan relatif uap terhadap benda A adalah:
w1 = C1 t – u
Kecepatan relatif uap sesudah menumbuk benda A:
w2 = C2 = 0
Maka gaya yang dihasilkan:
P1 ’ = 1/g (w1 – w2 ) ............w2 = 0
= 1/g x w1
= 1/g (C1 t – u)
Untuk kasus (2)
W1 = C1t – u
W2 = - W1
= -(C1t – u)
= - C1t + u
Maka:
P2’ = 1/g (W1 – W2)
= 1/g (W1 – (-W1)
= 1/g (C1t – u + C1t – u)
= 2/g (C1t – u)
Untuk kasus (3)
W1 = C1t Cos  - u
W2  - W1
 -C1t Cos   u
Maka:
P1’ = 1/g (W1 – W2)
= 1/g (C1t Cos  - u – (-C1t Cos   u)
 1/g (C1t Cos  - u  C1t – u)
 2/g (C1t Cos  - u)
Kerja (L) yang dilakukan oleh 1 kg uap tiap detik;
L1  P1’ x u
L2  P1’ x u
L3  P1’ x u
Dari uraian diatas ternyata kerja (L) yang dihasilkan
tergantung cosinus . Dengan nilai  yang minimum atau
mendekati O maka kerja mencapai nilai batasnya yaitu
sebesar L1. Bila sudut  membesar mendekati 90o maka
gaya (P) akan memberikan nilai minimum sebesar P1.

Anda mungkin juga menyukai