Laporan Modul 2
Laporan Modul 2
MODUL II
NYERI EXTREMITAS
KELOMPOK IV
BLOK MUSKULOSKELETAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO II :
Seorang laki-laki berumur 39 tahun dengan keluhan nyeri pada bokong
yang menjalar ke bagian posterolateral paha, tungkai bawah dan tumit. Hal
ini di rasakan sejak 5 hari yang lalu setelah penderita mengangkat barang
berat di kantor. Nyeri ini bertambah berat bila penderita duduk dan
ditemukan penurunan sensoris pada sisi lateral tungkai bawah dan kaki
KALIMAT KUNCI :
1. Laki-laki 39 tahun.
5. Bertambah berat bila duduk dan berkurang bila berdiri atau berjalan.
6. Penurunan sensoris
PERTANYAAN :
1. Jelaskan anatomi extremitas inferior?
2. Jelaskan patomekanisme nyeri pada extremitas inferior yang menjalar?
6. Jelaskan penatalaksanaan?
BAB II
PEMBAHASAN
PLEXUS SACRALIS
Dibentuk oleh ramus anterior nervus spinalis L 4 – S 3 (S 4) dan berada di
sebelah ventral m.piriformis. Plexus sacralis melayani struktur pada pelvis, regio
glutea dan extremitas inferior.
Dari plexus sacralis dipercabangkan :
1. n.gluteus superior
2. n.gluteus inferior
3. n.cutaneus femoris posterior
4. nn.clunium inferiores mediales
5. N.ISCHIADICUS (= SCIATIC NERVE)
6. rr.musculares
Ad.1. N.gluteus superior
Dibentuk oleh n.spinalis Lumbalis 4 – Sacral 1, berjalan melalui foramen
suprapiriformis. Bersifat motoris untuk m.gluteus medius, m.gluteus minimus dan
m.tensor fascia latae. Ad.2. N.gluteus inferior
Dibentuk oleh n.spinalis L 5 – S 2, meninggalkan pelvis melalui foramen
infrapiriformis di sebelah caudalis m.piriformis, berjalan di sebelah profunda
m.gluteus maximus, dan memberi innervasi untuk otot tersebut.
Ad.3. N.cutaneus femoris posterior
Dibentuk oleh n.spinalis Sacralis 1 – 3, berjalan melalui foramen
infrapiriformis bersama-sama dengan vasa glutea inferior. Saraf ini bersifat
sensibel untuk kulit perineum, bagian posterior regio femoris dan regio cruralis.
Ad.5. N.ISCHIADICUS.
Saraf ini adalah saraf yang terbesar dalam tubuh manusia yang
mempersarafi kulit regio cruralis dan pedis serta otot-otot di bagian dorsal
regio femoris, seluruh otot pada crus dan pedis, serta seluruh persendian
pada extremitas inferior. Berasal dari medulla spinalis L 4 – S 3, berjalan
melalui foramen infra piriformis, berjalan descendens di sebelah dorsal
m.rotator triceps, di sebelah dorsal m.quadratus femoris, di sebelah ventral
caput longum m.biceps femoris, selanjutnya berada di antara m.biceps
femoris dan m.semimembranosus, masuk ke dalam fossa poplitea. Lalu saraf
ini bercabang dua menjadi N.TIBIALIS dan N.PERONAEUS COMMUNIS.
Rami musculares dipercabangkan untuk mempersarafi m.biceps femoris
caput longum, m.semitendinosus, m.semimembranosus dan m.adductor
magnus.
Rami musculares ini dipercabangkan dari sisi medial n.ischiadicus
sehingga bagian di sebelah medial n.ischiadicus disebut danger side dan
bagian di sebelah lateral disebut safety side.
Ad.6. Rami musculares
Cabang-cabanginiberjalanmelalui foramen infra piriformis, mempersarafi
m.piriformis, mm.gemelli superior et inferior, m.obturator internus, m.quadratus
femoris. Sebenarnya plexus sacralis adalah bagian dari plexus lumbosacralis, yang
dibentuk oleh rr.anteriores n.spinalis segmental lumbal, sacral dan coccygeus.
Adapun data diagnostik fisik yang bersifat umum ialah sebagai berikut.
a. Lordosis lumbosakral mendatar.
b. Tulang belakang lumbosakral memperlihatkan pembatasan lingkup
gerak.
c. Nyeri tekan dapat dibangkitkan pada penekanan pada lamina L.4 atau
L.5 ataupun S.1 sesuai dengan lokasi lesi iritatif.
d. Test Lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70 derajat.
e. Test Naffziger hampir selalu positif.
2. Iskialgia sebagai perwujudan “entrapment neuritis”
Dalam perjalanan ke tepi n.ischiadicus dapat terperangkap (terlibat) dalam
proses patologik di berbagai jaringan dan bangunan yang dilewatinya.
a. Pleksus lumbosakralis dapat diinfiltrasi oleh sel-sel sarkoma
retroperitoneal, karsinoma ovarii atau karsinoma uteri.
b. Di garis persendian sakro-iliaka komponen-komponen pleksus
lumbosakralis yang sedang membentuk n.ischiadicus dapat terlibat
dalam proses radang (sakroilitis)
c. Di foramen infrapiriforme n.ischiadicus dapat terjebak oleh bursitis
m.piriformis.
d. Dalam trayek selanjutnya n.ischiadicus dapat terlibat dalam bursitis di
sekitar trokhanter mayor femoris.
e. Pada trayek itu juga, n.ischiadicus dapat terganggu oleh adanya
metastasis karsinoma prostat di tuber iskii.
4. Diferensial diagnosis
A. Hernia Nukleus Pulposus
Etiologi
Penyebab dari herniasi nucleus pulposus biasanya didahului dengan
perubahan degenerative yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein
polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nucleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di annulus melemahkan pertahanan pada
herniasi nucleus. HNP kebanyakan oleh karena adanya suatu trauma derajat
sedang yang berulang mengenai diskus intervertebralis sehingga menimbulkan
sobeknya anulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat,
dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama
medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal.
Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Oleh karena adanya gaya traumatik yang berulang, robekan tersebut menjadi lebih
besar dan timbul sobekan radikal. Apabila hal ini elah terjadi, maka risiko HNP
hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya.
Manifestasi dari robeknya annulus fibrosus berlanjut pada penonjolan pada
diskus intervertebral yang menekan secara parsial sisi lateral dari medulla spinalis.
Kondisi kemudian secara progresif berlanjut pada kondisi herniasi diskus
menekan medulla spinalis.
Suatu gaya presipitasi gaya traumatik ketika hendak menegakkan badan
waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya memberikan respons
sobeknya annulus fibrosus yang lebih berat. Jebolnya (herniasi) nucleus pulposus
bisa ke korpus vertebra di sebagian dan nucleus pulposus ke dalam korpus
vertebra dapat dilihat pada foto Rontgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorf. Sobekan sirkumferensial dan radial pada anulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorf merupakan kelainan
yang mendasari low back pain subkronik atau kronik yang kemudian disusul oleh
nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika. Menjebolnya
nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan
pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal tersebut terjadi kalau tempat penjebolan disisi lateral.
Bilamana tempat herniasinya di tengah-tengah, sudah barang tentu tidak ada
radiks yang terkena. Lagipula, oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah
sudah tidak terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak
akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP sisa
diskus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertupang
tindih tanpa ganjalan.
Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan pasien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah. Keluhan nyeri
pungung bawah ini adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasi
diikuti denga gejala pada daerah yang diinervasi oleh radiks spinalis yang terkena
oleh diskus yang mengalami herniasi yang berupa pengobatan nyeri ke daerah
tersebut, mati rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif.
Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada HNP ini diperberat dengan
meningkatnya tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengejan, batuk, bersin,
juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
Langkah Diagnostik
Anamnesis
P:Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q:Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng (perasaan nyeri tumpul local yang menjemukan)
yang terus-menerus. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-
gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu
yang lama dan nyeri berkurang bila dibuat istirahat berbaring. Pengaruh pengaruh
posisi tubuh atau anggun tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberar nyeri. Pengaruh
pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga,
menyapu, gerakan yang mendesak. Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri
dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radicular ata nyeri acuan (referred
pain).nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri.
Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah, nyeri bertambah
bila ditekan daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka).
S: pada pengukuran skala nyeri rentang 0-4 biasanya didapatkan skala nyeri 2-4.
T: sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, makin lama makin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermitten (dalam
beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Pemeriksaan Fisik
Look: Terlihat adanya deformitas pada punggung yang mengalami HNP akibat
spasme otot-otot punggung. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau
pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesukaran atau
hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai selama
bergerak.
Feel: Adanya nyeri tekan pada area otot-otot punggung bawah sekitar lesi. Pada
HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian
lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Move: HNP terbagi atas: HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral akan
menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan resistensi urine. HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada punggung bawah, di tengah-
tengah antara pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki. Ditempat tersebut
juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari kaki berkurang dan reflex
Achilles negative.
Pemeriksaan ROM pada segen lumbal yang terlibat didapatkan adanya
penurunan rentang gerak. Pada pemeriksaan kekuatan otot, didapatkan adanya
kelemahan otot sesuai dengan segmen yang terlibat.
Pada HNP lateral L4-L5, kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan
reflex patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks
yang terkena menurun. Pada percobaan Laseque atau tes mengangkat tungkai
yang lurus (straight leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan
fleksi di sendi panggul akan dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang (tes
Laseque positif).
Laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi
terhadap organ lain dan prosedur rutin untuk pembedahan.
Radiologi
1. Rontgen foto lumbosacral. Biasanya tidak banyak didapatkan kelainan.
Kadang-kadang didapatkan tanda-tanda deformitas vertebra, penyempitan
diskus intervertebralis.
2. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal
pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahui adanya
penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
3. CT scan, melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk
diskus intervertebralis.
4. MRI, pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila
secara klinis tidak didapatkan pada MRI, maka pemeriksaan CT scan dan
mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan
pada diskus vertebralis.
Penatalaksaan
Konservatif
Intervensi dilakukan bila tidak dijumpai deficit neurologik. Beberapa intervensi
tersebut antara lain.
1. Tidur selama 1-2 jam diatas kasur yang keras.
2. Latihan fisik dilakukan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
3. Terapi obat-obatan: pelemas otot (muscle relaxant), nonsteroid, obat anti
inflamasi dan analgesik.
Intervensi Bedah
Beberapa prosedur bedah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Laminektomi. Laminektomi hanya dilakukan pada penderita yang
mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua
sisi tubuh dan adanya gangguan neurologi utama seperti inkontinensia
usus dan kandung kemih, serta foot drop. Laminektomi adalah suatu
tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan lamina tulang
belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal.
2. Dekompresi dengan arthroscopic microdiscectomy.
B. Spondilolistesis
Etiologi
Penyebab dari spondilolistesis bersifat multifaktorial. Beberapa predisposisi
seperti defek kongenital, memberikan kontribusi penting terjadinya
spondilolistesis. Berdasarkan etiologi, spondilolistesis dibagi dalam beberapa tipe,
yaitu sebgai berikut.
1. Tipe 1: dispastik (kongenital), merupakan spondilolistesis dengan defek
pada sakrum atau sudut dari L5. Biasanya sangat berhubungan dengan
spina bipida okulta.
2. Tipe 2: istmik, merupakan suatu tipe yang dihasikan dari defek pada pars
interartikularis yang memberikan dampak pada pendorongan ke arah
depan vertebra, terutama L5.
3. Tipe 3: degeneratif, merupakan kondisi spondilolistesis yang dihasilkan
dari degenerasi diskus dan inkompetensi faset, yang meningkatkan
ketidakstabilan, terutama pada L4-L5.
4. Tipe 4: traumatik, kondisi ini terjadi akibat fraktur.
5. Tipe5 : patologis, terjadi akibat penyakit umum tulang, seperti penyakit
paget, atau asteogenesis imperfekta.
Patofisiologi
Kondisi pergeseran segmen tulang belakang yang paling sering terjadi
pada segmen L4 dan L5, atau antara L5 dan sakrum. Ada berbagai keadaan yang
dapat menyebabkan kondisi ini, meliputi adanya defek pada permukaan sakrum
posterior kongenital seperti spina bipida okulta, defek pada pars interartikularis
(spondilolisis), proses degeneratif pada diskus, destruksi tulang oleh tuberkulosis,
pascatrauma oleh fraktur atau trauma bedah yang menyebabkan ketidakstabilan
progresif.
Adanya defek pars interartikularis memberikan manifestasi adanya celah
dari struktur kolumna dan memberikan tekanan pada korpus vertebra dan
permukaan superior yang mengalami sublukasi atau dislokasi ke depan.
Pergeseran kolumna akan bermanifestasi pada kompresi pada duramater,
kauda ekuina dan akar saraf setiap sisi akibat foramen intervertebralis yang
mengecil. Pada beberapa keadaan pergeseran dari kolumna akan menekan diskus
dan terjadi prolaps diskus.
Pergeseran dari segmen tulang belakang memberikan manifestasi pada
kompresi diskus dan medula spinalis, di mana akan menjadi stimulus keluhan
nyeri punggung bawah. Penurunan kemampuan berdiri tegak dan berjalan
memberikan manifestasi hambatan mobilitas fisik dan peningkatan risiko trauma.
Grade
Untuk menilai beratnya pergeseran didasarkan pada pengukuran jarak dari pinggir
posterior dari korpus vertebra superior hingga pinggir posterior korpus vertebra
inferior yang terletak berdekatan dengannya pada foto rontgen lateral. Sistem
grading Myerding (1932) merekomendasikan grade spondilolistesis adalah
sebagai berikut.
1. Grade 1 adalah 0-25%
2. Grade 2 adalah 26-50%
3. Grade 3 adalah 51-75%
4. Grade 4 adalah 76-100%
5. Grade 5 adalah lebih dari 100%
Pemeriksaan Fisik
Look : gaya berjalan gait. Didapatkan pelurusan lumbal, pelvis miring ke depan
dan lipatan-lipatan melintang pada pinggang, sakrum tampak meluas kepinggang.
Tulang belakang lumbal berada pada bidang di muka sakrum dan tampak terlalu
pendek.
Feel : adanya nyeri skiatika
Move : kekakuan pada tulang daerah lumbal.
Pemeriksaan Diagnostik
Foto rontgen memperlihatkan pergeseran ke depan dari kolumna spinalis
di atas vertebra yang stabil di bawahnya, perpanjangan lengkungan atau
permukaan yang defek mungkin terlihat. Pada kasus yang meragukan, CT scan
menjadi pilihan untuk dapat membantu menegakkan diagnosis.
Penatalaksanaan
Konservatif
Pasien dengan usia muda biasanya dapat menoleransi intervensi konservatif.
Beberapa intervensi konservatif yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Tirah baringdan modifikasi aktivitas untuk menurunkan eksaserbasi
2. Analgetik, dengan NSAID’s
3. Korset lumba
4. Latihan kekuatan otot
Intervensi bedah
Tujuan utama intervensi bedah adalah dekompresi elemen neural dari tekanan
akibat perubahan struktural pada spondiloistesis. Prosedur yang digunakan adalah
fusi spinal dengan atroidesis.
C. Spondilolisis
Etiologi
Spondilolisis dipicu oleh melemahnya parsinterartikularis, sebuah bagian
kecil dari tulang yang berfungsi sebagai penghubung segmen atas dan bawah
dari sendi yang mengatur gerakan tulang belakang. Selain itu, ada beberapa
faktor risiko yang meningkatkan risiko dari kondisi tersebut, antara lain:
Genetika - Beberapa orang dilahirkan dengan tulang vertebra tipis
abnormal membuat mereka lebih rentan terhadap patahan dan retakan.
Di sisi lain, ada beberapa pasien yang dilahirkan dengan cacat genetik
pada tulang L4 mereka. Terlepas dari kondisi genetik tertentu yang
mereka miliki, kerentanan turunan mereka yang sering diperburuk oleh
ledakan pertumbuhan, yang selanjutnya dapat menyebabkan terjepitnya
tulang vertebra.
Kelelahan – Aktivitas berlebihan pada tulang vertebra dengan sering
menggunakan dan menahan beban berat untuk waktu yang lama dalam
olahraga atau kegiatan tertentu yang menyebabkan tulang belakang
menjadi kelebihan beban atau lelah.
Jenis kelamin - Studi menunjukkan bahwa kondisi ini lebih cenderung
memengaruhi pasien laki-laki.
Umur - Studi menunjukkan kejadian yang lebih tinggi dari kondisi
ortopedi ini antara orang-orang yang berusia antara 14 hingga 26.
Beberapa olahraga dan kegiatan diketahui menyebabkan risiko spondilolisis
lebih tinggi karena sifat dari gerakan tubuh berulang-ulang yang mereka
butuhkan; ini termasuk:
Tenis
Angkat beban
Sepakbola
Olahraga menyelam
Senam
Bola Voli
Rugby
Gulat
Kriket
5. Langkah Diagnostik
Anamnesis Tambahan
1. Apakah nyerinya terasa tertusuk-tusuk?
2. Apakah penderita mengalami kelemahan pada kaki?
3. Apakah ada kebiasaan mengangkat benda yang berat?
4. Apakah ada riwayat trauma tulang belakang?
6. Penatalaksanaan
A. Hernia Nukleus Pulposus
LABORATORIUM
Pemeriksaan dilakukan dengan labolatorium klinik untuk menilai
komplikasi terhadap organ lain dan prosudur penting untuk pembedahan.
RADIODIAGNOSTIK
1. Rontgen foto lumbasakral. Biasanya tidak banyak didapatkan kelainan.
Kadang-kadang didapatkan tanda-tanda deformitas vertebra.
Penyempitan diskus intervertebralis.
2. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan
lumbalis. Fungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila
diketahui adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang
mungkin disebabkan HNP.
3. CT scan, melihat gambar vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk
diskus inrtervertebralis.
4. MRI. Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protusi diskus kecil,
apabila secara klinik tidak didapatkan pada MRI, maka pemeriksaan
CT Scan dan mielogram dengan kontras dapat dilakukan untuk melihat
derajat gangguan pada vertebralis.
B. Spondilolistesis
KONSERVATIF
Intervensi dilakukan jika tidak ditemui deficit neurologic. Beberapa intervensi
tersebut sebagai berikut :
1. Tidur selama 1-2 jam diatas kasur yang keras
2. Latihan fisik dilakukan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
3. Terapi obat-obatan: plemas otot a9muxcle relaxant) nonsteroid, obat
anti inflamasi dan analgesic.
INTERVENSI BEDAH
Beberapa prosudur bedah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Laminektomi. Laminektomi hanya dilakukan pada penderita yang
mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada
kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurologi utama seperti
inkontinesia usus dan kanduh kemih, serta foot drop. Laminektomi
adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan
lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki
luka pada spinal.
2. Dekompresi dengan athroscopic microdiscetomy
LOOK: gaya berjalan gait. Didapatkan penulusuran lumbal pelvis
miring kedepan dan lipatan-lipatan melintang pada pinggang. Sacrum
tampak meluas ke pinggang, Tulang belakang lumbal berada pada
bidang di muka sacrum dan tampak terlalu pendek
FEEL: adanya nyeri seketika.
MOVE: kekakuan pada tulang belakang daerah lumbal.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto rontgen memperlihatkan pergeseran kedepan dari kolumna spinalis
diatas vertebra yang stabil dibawahnya. Perpanjangan lengkungan dan permukaan
yang defek mungkin terlihat. Pada kasus yang meragukan, CT Scan menjadi
pilihan untuk dapat membantu penegakan diagnosis ini,
KONSERVATIF
Pasien dengan usia yang biasanya dapat menoleransi intervensi konservatif.
Beberapa intervensi konservatif dapat dilakukan adalah:
1. Tirah baring dan modifikasi aktifitas untuk menurunkan eksaserbasi.
2. Analgetik, dengan NSAID’s
3. Korset lumbal
4. Latihan kekuatan otot
INTERVENSI BEDAH
Tujuan utama intervensi bedah adalah dekompresi elemen neural dari tekanan
akibat perubahan strukturan pada spondilolistesis. Prosudur yang digunakan
adalah fusi spinal dengan atrodesis.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
RADIOLOGRAFI
Foto polos secara lateral adalah suatu pemotretan yang memiliki proyeksi
terbaik.spondilitis akan terlihat garis lucency pada pars interkularis. Lucency ini
hanya dapat terlihat pada proyeksi yang diambil secara obliquedan akan terlihat
collar pada Scottie dog.
C. Spondilolisis
Konservatif
1. Terapi fisik
2. Analgetik NSAID’s
3. Obat relaksasi otot
Intervensi Bedah
Untuk menahan terjadinya spendilolistesis
DAFTAR PUSTAKA