Tugas: Setelah memahami materi ini. Coba saudara buat resume dalam PPT, PPT
dikirim dalam bentuk PDF. Kemudian serahkan hasilnya lewat WA Pendidikan
Agama Islam dengan deadline pengumpulan pada 16 Oktober 2020 pukul 12.00 am.
Materi:
1. Perkembangan Pemikirannya
Sebab agama bukan hasil evolusi kepercayaan manusia terhadap hal-hal ghaib.
Menurut ajaran agama-agama Wahyu, masyarakat manusia dimulai dengan turunnya
Adam dan Hawa ke dunia, dan sejak itu agama wahyu sudah diturunkan Tuhan
kepada mereka. Adam dan Hawa adalah bapak-ibu manusia; mereka adalah manusia
pertama di dunia.
Pada umumnya, para ahli ilmu pengetahuan sosial yang melakukan studi
tentang agama menganggap; bahwa agama menjadi bagian dari pada kebudayaan
manusia, meskipun hal ini tidak dibenarkan oleh sarjana-sarjana theologi seperti
dalam Islam, Kristen dan Yahudi.
Anggapan bahwa agama sebagai bagian dari pada kebudayaan itu timbul dari
kesimpulan studi mereka menurut aspek-aspek ilmu pengetahuan sosial budaya
seperti anthropologi, sosiologi, ethonologi, dan sebagainya yang dijadikan pangkal
tolak berpikir mereka. Hal tersebut bukannya merupakan pandangan yang salah,
sebab agama sebagai element yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia
sejak zaman pra-sejarah sampai zaman sekarang ini dapat dilihat dari dua segi; yakni
dari segi bentuknya dan segi isinya.
Bila kita lihat dari segi bentuknya, maka agama dapat dipandang sebagai
kebudayaan batin manusia yang mengandung potensi psikologis yang mempengaruhi
jalannya hidup manusia, sedangkan bila dilihat dari segi isinya; maka agama adalah
ajaran atau wahyu dari Tuhan yang dengan sendirinya tidak dapat dikategorikan
sebagai suatu kebudayaan. Sedih yang kedua ini hanya berlaku bagi agama agama
wahyu, sedangkan bagi agama-agama yang sumbernya bukan dari wahyu, maka dapat
dipandang; baik bentuk maupun isinya adalah kebudayaan. Sebab, agama yang
diberikan berasal dari budi daya manusia atau masyarakat sendiri.
Menurut Zainal Arifin Abbas (1984), ada tiga faktor penting yang patut
diperhatikan tentang mempelajari perkembangan pemikiran terhadap agama. Yaitu:
pertama akal pikiran, kedua akhirat atau hidup sesudah mati, dan ketiga adalah
tentang roh atau jiwa.
Secara ilmiah, ada 6 teori yang membicarakan mengenai asal usul agama. Keenam
teori tersebut;
1. Teori jiwa
2. Teori batas akal.
3. Teori masa kritis individu.
4. Teori kekuatan luar biasa.
5. Teori sentimen kemasyarakatan.
6. Teori revelasi (Teori Wahyu Tuhan)
1) Teori Jiwa
Pada tingkat yang paling dasar dari evolusi agama, manusia percaya bahwa
makhluk-makhluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggal
manusia, mereka bertubuh halus sehingga manusia tidak bisa menangkap dengan
panca inderanya, makhluk halus tersebut mampu berbuat hal yang tidak dapat
diperbuat oleh manusia; sehingga menjadi objek penghormatan dan penyembahan
manusia dengan berbagai upacara berupa doa, sajian atau korban.
Pada tingkat ketiga, dari evolusi agama menurut E. B. Taylor, yaitu bersamaan
dengan timbulnya susunan kenegaraan di dalam masyarakat manusia, timbul juga
kepercayaan bahwa alam dewa-dewa itu juga hidup dalam susunan kenegaraan yang
serupa dengan susunan kenegaraan manusia. Susunan masyarakat dewa serupa itu
lambat laun akan menimbulkan suatu kesadaran bahwa pada semua dewa itu pada
hakekatnya hanya merupakan penjelmaan dari satu dewa yang tertinggi itu. Akibat
dari Kepercayaan itu adalah yang berkembangnya kepercayaan kepada satu Tuhan
YME dan timbulah agama-agama "Monotheisme".
Menurut teori ini, pada mulanya manusia hanya mempergunakan ilmu gaib
untuk memecahkan soal-soal hidupnya yang ada diluar batas kemampuan dan
pengetahuan akalnya. Lambat laun, terbukti bahwa banyak daripada perbuatan magic-
nya itu tidak ada hasilnya, maka ia mulai percaya bahwa alam ini didiami oleh
makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa dari padanya dan mulailah ia mencari
hubungan dengan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam itu, maka menurut
Frazer; dari fenomena seperti ini timbullah religi.
Tokoh dari teori ini adalah T. R. Marett. Dia menulis sebuah buku yang
berjudul " The Threhold of Religion" (1909) mengatakan, "bahwa pangkal dari segala
kelakuan keagamaan ditimbulkan karena suatu perasaan denda terhadap gejala-gejala
dan peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai hal yang biasa timbul dalam
kehidupan manusia".
Alam dan tempat gejala-gejala dan peristiwa itu berasal, dan dianggap oleh
manusia dulu sebagai didalamnya terdapat kekuatan kekuatan yang telah dikenal
manusia dalam alam sekelilingnya. How tersebut dinamakan Super Nattural. Atau
sebagai kekuatan luar biasa.
Pakar teori ini ialah Emily Durkheim. Menurutnya, "bahwa agama yang
permulaan itu dikarenakan adanya suatu getaran, suatu emosi yang ditimbulkan dalam
jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh rasa kesatuan sebagai warga masyarakat".
5.1 Bahwa manusia dalam alam ini baru timbul di muka bumi, mengembangkan
aktivitas religi itu tidak karena ia mempunyai di dalam paham pikirannya bayangan
bayangan abstrak tentang jiwa. Yaitu sesuatu kekuatan yang menyebabkan hidup dan
gerak di dalam alam, tetapi karena suatu getaran jiwa, suatu emosi keagamaan, yang
timbul di dalam alam jiwa manusia dahulu, karena pengaruh suatu sentimen
kemasyarakatan.
5.2 Sentimen kemasyarakatan dalam batin manusia dahulu berupa suatu komplek
perasaan yang mengandung masa terikat, rasa bakti, raja cinta dan sebagainya
terhadap masyarakat sendiri yang merupakan seluruh alam di dunia dimana ia hidup.
6) Teori Revolusi
Teori ini menteorikan, bahwa kelakuan religious pada manusia itu terjadi
karena mendapat wahyu dari Tuhan. Pacarnya adalah Andrew Lang dari Inggris.
Sebagai seorang ahli kesusastraan rakyat dari banyak suku bangsa di dunia. Di dalam
dongeng-dongeng itu, Lang sering mendapatkan adanya seorang tokoh dewa, yang
oleh suku-suku bangsa yang bersangkutan dianggap dewa tertinggi, pencipta alam
semesta serta isinya, dan penjaga ketertiban alam dan kesulitan alam. Kepercayaan
kepada seorang tokoh dewa serupa itu, menurut Lang, terutama tampak pada suku-
suku bangsa yang amat rendah tingkat kebudayaannya dan yang hidup dari berburu
atau meramu. berbagai hal membuktikan bahwa kepercayaan itu tidak timbul sebagai
akibat pengaruh agama Nasrani atau agama Islam; maka kepercayaan tadi malahan
seolah tampak terdesak oleh kepercayaan akan makhluk-makhluk halus, dewa-dewa
alam, roh, dan hantu.