Aku tak berhak menagih janjimu yang sudah kita ikrarkan di bawah pohon besar waktu itu.
Katakanlah aku manusia payah, bodoh, bedebah, brengsek dan frasa buruk turunan lainnya.
Sekarang kau tersenyum melihat ke arahku, bibirmu bergerak kecil, “maafkan aku.”
Mungkin itu kata terakhir yang aku dengar, aku hanya terkikik mengingat kenangan usang yang
sudah kukubur dalam-dalam.