Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Penggunaan sistem tradisional (istilah yang digunakan untuk pembebanan
overhead pabrik dengan satu cost pool atau satu dasar pembebanan) aka
menghasilkan kesalahanperhitungan biaya, khususnya produk yang memiliki
volume tinggi dan biaya tenaga kerja langsung tinggi akan kelebihan pembebanan
biaya. Untuk mengatasi maalah yang timbul dalam pembebanan, maka
dikembangkan metode ABC (Activity Based Costing) pada perusahaan
manufaktur di Amerika Serikat pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Selama
periode tersebut, Consentrium for Advanced Management-Internasional, sekarang
dikenal dengan nama CAM-1, mengembangkan bentuk dasar untuk
mempelajaridan menyusun prinsip-prinsip yang pada akhirnya dikenal dengan
nama activity based costing.
            ABC (Activity Based Costing) didefinisikan sebagai suatu sistem
pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang
ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab
timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan,
sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak langsung dilakukan
berdasarkan aktivitas tersebut (Hongren, 2005).   

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC)?
2. Apa yang dimaksud Biaya Produk?
3. Bagaimana Metode Penentuan Biaya Produk?
4. Apa Manfaat dan Keterbatasan dari Sistem ABC?
5. Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan dari Sistem ABC?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan tentang Activity Based Costing.
2. Menjelaskan tentang Biaya Produk.
3. Menjelaskan tentang Metode Penentuan Biaya Produk.
4. Menjelaskan Manfaat dan Keterbatasan dari Sistem ABC.
5. Menjelaskan tentang kelebihan dan Kelemahan dari Sistem ABC.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Activity Based Costing


Menurut Kusnadi dkk. dalam buku Akuntansi Manajemen Komprehensif
Tradisional dan Kontemporer, ABC secara garis besar didefinisikan sebagai suatu
sistem penetapan biaya pokok dimana banyak kumpulan
biaya overhead dialokasikan dengan mempergunakan dasar yang dapat mencakup
satu atau lebih faktor yang terkait dengan volume.

Dalam kamus istilah ekonomi, activity based costing (ABC) merupakan


pendekatan penghitungan analisis biaya yang membantu manajemen untuk
menganalisis dasar perhitungan biaya secara lebih bermanfaat, menginformasikan
aktivtas seluruh bagian organisasi yang memberikan gambaran lebih jelas
terhadap hubungan antara aktivitas dan biaya, selain itu, ABC merupakan dasar
upaya untuk memahami pola perilaku seluruh jenis biaya organisasi yang
menghubungkan biaya operasi dalam sebuah rantai nilai agar manajemen mampu
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong terjadinya pengeluaran serta
memfokuskan diri pada jenis biaya kunci dan selanjutnyamengelola biaya tersebut
secara lebih efektif.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa activity


based costing merupakan pendekatan yang dilakukan untuk penentuan harga
pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk
secara cermat dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam
setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Atau bisa dikatakan
ABC ( Activity Based Costing )  adalah metode penentuan biaya produk yang
pembebanan biaya overhead berdasarkan pada aktivitas yang dilakukan dalam
kaitannya dengan proses produksi.

3
B. Biaya Produk
Pengertian biaya produk ditentukan oleh tujuan manajerial yang ingin
dipenuhi. Definisi biaya produk dapat memberikan gambaran mengenai prinsip
dasar manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda .
Sebagai contoh , manajemen tertarik pada analisis profitabilitas starategis. Untuk
mendukung tujuan ini, manajemen membutuhkan informasi mengenai semua
penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan produk.
            Berdasarkan kepentingan pelaporan eksternal, biaya produk dapat
diklasifikasi menjadi tiga komponen, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku adalah penggunaan
bahan-bahan yang dapat dilacak secara langsung ke dalam produk atau jasa yang
dihasilkan. Biaya ini dapat dialokasikan langsung ke produk karena observasi
secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh
setiap produk. Bahan yang menjadi bagian dari produk berwujud atas penyediaan
jasa juga dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku. Contoh bahan baku,yaitu:
kayu di pabrik mabel, baja dipabrik mobil, terigu di pabrik roti,dan bahan bakar di
maskapai penerbangan.
            Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang dapat dilacak
secara langsung ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Seperti bahan baku,
observasi fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah penggunaan tenaga kerja
untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa. Tenaga kerja yang mengubah bahan
baku menjadi sebuah produk atau yang menyediakan layanan kepada konsumen
diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Misalnya tukang kayu di pabrik
mabel,tukang las di pabrik mobil,dan pilot di maskapai penerbangan.
            Biaya overhead adalah semua biaya poduksi selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung. Dalam perusahaan manufaktur, biaya overhead sering disebut
sebagai beban pabrik (factory burden) atau overhead pabrik. Contoh gaji
mandor,gaji teknis perawatan mesin pabrik, dan biaya penggunaan bahan bakar
mesin diesel untuk kelistrikan pabrik.

4
C. Biaya Per Unit

1. Pengertian Biaya Per Unit


Biaya per unit ( unit cost ) adalah biaya yang yang dikeluarkan untuk
menghasilkan tiap satu unit produk. Biaya yang dihitung berasal dari
pembebanan biaya ke obyek biaya seperti produk, konsumen, pemasok,dan
bahan mentah.
Biaya Total
Biaya Per Unit =
Jumlah Unit Diproduksi

Perhitungan biaya per unit produk yang pertama, harus ditentukan


terlebih dahulu apa dan berapakah biaya total. Perlu juga dibatasi apakah
biaya total itu hanya berupa biaya produksi atau termasuk biaya
pemasaran. Kedua, harus ditentukan cara mengukur biaya yang akan
dibebankan dalam biaya total. Pengukuran akan dilakukan berdasarkan
biaya sesungguhnya ataukah biaya yang diestimasikan saja. Ketiga,
pemilihan metode pembebanan suatu biaya ke dalam biaya produk yang
akan digunakan.

2. Pentingnya Penentuan Biaya Per Unit Produk

Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk


berbagai kepentingan,baik yang bersifat strategis maupun taktis,
diantarnya sbb:
1) Dasar penentuan harga. Jika manajemen mengetahui biaya
produksinya maka mereka akan dapat menentukan harga yang
sekiranya tidak akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2) Dasar pembuatan keputusan. Jika manajemen mengetahui biaya
produksi sebuah produk maka mereka dapat membandingkannya
dengan harga jual produk pesaing. Berdasarkan hal tersebut, manajer
akan dapat menentukan apakah sebaiknya produk dihentikan
produksinya atau dapat terus dilanjutkan.
Banyak keputusan strategis dibuat berdasarkan pada biaya per unit.
Oleh karena itu, akurasi dalam penentuan biaya unit menjadi penting.

5
Contoh keputusan strategis tersebut adalah keputusan penentuan
pemosisian produk ( product positioning ) dan penentuan harga jual
produk.

3. Penentuan Biaya Per Unit Produk

Biaya per unit produk dihitung dengan cara berikut ini.


BBB TOTAL+ BTKL total+ Biaya Overhead total
Biaya per unit=
Unit diproduksitotal

4. Biaya Sesungguhnya dan Biaya Normal

Biaya sesungguhnya, Pendekatan biaya sesungguhnya adalah


perhitungan biaya produk atau jasa menggunakan biaya yang sebenarnya
terjadi untuk bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Biaya sesungguhnya dalam kaitan produksi adalah semua biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk, mulai tahap praproduksi sampai
produk selesai diproduksi. Hasilnya akan diperoleh biaya produk yang
benar-benar akurat. Perhitungan biaya berdasarkan biaya sesungguhnya
memiliki kelemahan, yaitu biaya baru dapat diketahui jika semua tahap
produksi selesai dilakukan. Hal tersebut berdampak pada masalah
ketepatan waktu, karena proses produksi sebagian besar industri bisa
dikatakan tidak pernah selesai dan bersifat terus-menerus (continous).
Periodisasi dalam perhitungan biaya produksi merupakan salah satu
alternatif yang disarankan untuk mengatasi kelemahan tersebut. Misalnya
perhitungan dilakukan dalam periode mingguan atau bulanan. Namun,
periodisasi sendiri sesungguhnya menimbulkan permasalahan dalam
variabilitas produksi dan sifat biaya overhead. Misalnya, volume produksi
bulan januari lebih sedikit  dibandingkan volume produksi bulan januari
sedangkan konsumsi biaya overhead sama. Berdasarkan hal tersebut,
akankah biaya produksi bulan februari ditentukan lebih rendah?
Bagaimana jika volume produksi bulan maret kembali turun sedangkan
biaya overhead tetap? Oleh karena itu, penerapan biaya sesungguhnya
menjadi sulit untuk digunakan dalam aplikasi riil.

6
Biaya Normal, Pendekatan biaya normal adalah penentuan biaya
produk atau jasa menggunakan biaya sesungguhnya dari bahan baku dan
tenaga kerja, sedangkan biaya overhead menggunakan pembebanan yang
didasarkan pada estimasi biaya overhead yang digunakan dalam satu
periode. Pembebanan biaya overhead dilakukan dengan menentukan tarif
pembebanan terlebih dahulu, baru kemudian ditentukan biaya overhead
yang dibebankan dalam satu periode dengan cara mengalikan tarif
dengan aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan informasi biaya.

Anggaran biaya overhead


Tarif Overhead=
Anggaran penggunaan aktivitas

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada biaya
normal dapat menggunakan biaya sesungguhnya karena pada umumnya
perusahaan melakukan pembelian bahan dengan menggunakan kontrak
pembelian. Berdasarkan hal tersebut, harga bahan perusahaan akan dapat
ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut tidak berbeda dengan biaya
tenaga kerja. Umumnya, dalam kontrak tenaga kerja sudah dicantumkan
besar upah dan cara pengupahannya. Pada kenyataannya, biaya overhead
sulit dilakukan karena banyak komponen biaya overhead yang sifatnya
periodik dan besarnya berfluktuasi.

D. Metode Penentuan Biaya Produk


Terdapat dua kelompok pendekatan yang dapat digunakan untuk
menghitung biaya produk, yaitu pendekatan berbasis unit ( konvensional ) dan
pendekatan berbasis aktivitas ( actifity based costing- ABC ) . Pada pendekatan
konvensional terdapat dua metode yang lazim dipergunakan, yaitu metode tarif
tunggal ( plantwide rate ) dan metode tarif departemental ( departmental rate ).

7
1. Tarif Tunggal
Berdasarkan pendekatan tarif tunggal, biaya overhead diasumsikan
hanya dipicu oleh satu pemicu pada semua fasilitas produksi ( pabrik )
dan produk. Terdapat dua tahapan dalam perhitungan biaya overhead
produk.
a. Penentuan tarif pembebanan overhead
Anggaran overhead diakumulasi menjadi satu untuk seluruh pabrik
dengan langkah – langkah sbb:
1) Biaya diakumulasi secara sederhana dengan cara langsung
menambahkan semua biaya yang diharapkan akan terjadi
selama satu periode dalam satu fasilitas pabrik.
2) Setelah biaya diakumulasi, dihitung tarif pembebanannya
berdasarkan satu pemicu (driver) level unit .
b. Pembebanan biaya overhead
Biaya overhead dibebankan ke dalam produk menggunakan dasar
tarif yang telah ditentukan. Pembebanan biaya overhead ke dalam
produk dilakukan dengan menggunakan formula berikut ini.
Overhead dibebankan total = Tarif overhead Aktivitas sesungguhnya
     Setelah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk
diketahui, angkah terakhir perhitungan biaya produk adalah
menjumlahkannya dengan biaya bahan baku sesungguhnya yang
digunakan ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung
sesungguhnya.

2. Tarif Departemental
Tahapan perhitungan biaya produk dengan tariff departemental adalah
sbb :
a. Biaya overhead di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam
kelompok-kelompok departemen produksi sehingga didapatkan
kelompok biaya departemen. Setelah itu, dihitung tarif
pembebanannya menggunakan rumus berikut ini .

8
b. Biaya overhead dibebankan ke produk dengan cara mengalikan
antara tarif biaya overhead departemen dan jumlah pemicu yang
digunakan oleh produk departemen tersebut.

3. Kelebihan Sistem Biaya Berbasis Unit

Kelebihan sistem biaya berbasis unit ada pada kemudahan dalam


aplikasinya. Data yang dibutuhkan relatif sederhana sehingga tidak
memerlukan sistem informasi yang canggih dan mahal untuk
mendapatkannya. Walaupun sederhana, sistem ini masih memadai untuk
digunakan pada bisnis yang menghasilkan produk atau jasa yang seragam
(satu jenis ) atau tidak terdapat banyak variasi proses produksi.

1. Kelemahan Sistem Biaya Berbasis Unit

a. Hasil penawaran sulit dijelaskan.


b. Harga pokok pesaing terlihat sangat murah dan tidak masuk akal
padahal proses poduksi perusahaan sudah dilakukan seefisien mungkin.
c. Produk yang laku  menghasilkan laba yang tinggi.
d. Tingkat laba sulit untuk dijelaskan.
e. Perusahaan memiliki ceruk pasar yang menghasilkan laba tinggi yang
hanya dikuasai sendiri

2. Penentuan Biaya Produk Kontemporer

ABC (activity based costing) adalah suatu pendekatan perhitungan


biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti
produk,jasa,atau konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk
objek biaya. Premis pendekatan ini adalah produk atau jasa perusahaan
merupakan hasil dari aktivitas, dan aktivitas merupakan penggunaan
sumber daya yang menghasilkan biaya. Berdasarkan premis tersebut
terdapat dua keyakinan dasar dalam ABC.
a. Biaya merupakan akibat dari pelaksanaan aktivitas dan aktivas
merupakan penyebab munculnya biaya. Oleh karena itu, perlu

9
pemahaman yang mendalam mengenai aktivitas dan hal yang
menyebabkan aktivitas tersebut perlu dilakukan.
b. Penyebab biaya yaitu aktivitas dapat dikelola. Melalui pengelolaan
terhadap aktivitas yang terjadi menjadi penyebab timbulnya biaya,
personel perusahaan dapat mempengaruhi besar kecilnya biaya. Untuk
dapat melakukan pengelolaan yang baik, perlu informasi yang andal
mengenai biaya dan penyebabnya (aktivitas).

3. Prosedur Pembebanan Dua Tahap

Prosedur ini membebankan biaya sumber daya seperti biaya


overhead pabrik ke dalam kelompok biaya aktivitas. Kemudian,
pembebanan dilakukan ke objek biaya yang bertujuan untuk menentukan
biaya sumber daya setiap objek biaya. Langkah pertama dalam prosedur
ini adalah membebankan biaya overhead ke dalam aktivitas atau pusat
biaya aktivitas menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya
yang tepat.Tahap kedua, membebankan biaya aktivitas atau kelompok
biaya aktivitas ke dalam objek biaya menggunakan dasar pemicu
konsumsi biaya aktivitas yang sesuai dalam mengukur permintaan objek
biaya pada aktivitas.

4. Langkah – Langkah Sistem ABC

Tiga tahap pengaplikasikan sistem ABC yaitu :


a. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas
Identifikasi biaya sumber daya untuk berbagai macam aktivitas dapat
dilakukan dengan cara membedakan aktivitas berdasarkan cara
aktivitas mengonsumsi sumber daya.Dengan cara ini, aktivitas
dikelompokan menjadi empat level aktivitas
1) Aktivitas level unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang
dilakukan dalam rangka menghasilkan satu unit individual dari
produk atau jasa.Contohnya penggunaan bahan baku, penggunaan
tenaga kerja langsung, dan inspeksi unit.

10
2) Aktivitas level batch (batch-level activities) adalah aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan setiap grup dari produk atau jasa.
Perusahaan biasanya mengelompokkan dalam satu grup apabila
produk atau jasa dihasilkan oleh satu proses yang dijadwalkan
dalam satu waktu atau proses secara bersamaan. Contohnya
pengesetan mesin-mesin produksi, pemesanan pembelian,
penjadwalan produksi, penanganan bahan, dan pengiriman produk.
3) Aktivitas level produk (product-level activities) adalah aktivitas
yang dilakukan untuk mendukung produksi dari satu tipe produk
atau jasa yang spesifik. Contohnya adalah pendesainan produk,
modifikasi produk, dan administrasi suku cadang produk.
4)  Aktivitas level fasilitas (facility-level activities) merupakan
aktivitas pendukung operasi secara umum. Aktivitas ini tidak
disebabkan oleh adanya produk atau dalam rangka memenuhi
kebutuhan konsumen. Aktivitas ini juga dapat ditelusur pada
produk unit individual, batch , atau produk. Contohnya adalah
keamanan pabrik, pajak bumi dan bangunan, perawatan bangunan,
dan penutup bukuan.

b. Mengalokasikan biaya ke dalam objek biaya


ABC menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya
dalam mengalokasikan biaya sumber daya ke dalam produk. Biaya
sumber daya dapat dialokasikan ke dalam aktivitas berdasarkan
estimasi atau penelusuran langsung. Penelusuran langsung
membutuhkan pengukuran penggunaan sumber daya yang
sesungguhnya.

c. Mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya


Pemicu biaya aktivitas harus dapat menjelaskan naik turunnya
biaya. Pengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya dilakukan
dengan menggunakan tarif pembebanan. Rumusnya:
Anggaran biaya overhead per pool aktivitas
Tarif overhead dibebankan=
Aktivitas diestimasi per pool

11
E. Manfaat Dan Keterbatasan Sistem ABC

Manfaat dari sistem ABC adalah sebagai berikut:


1.      Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.
2.      Pembuatan keputusan yang lebih baik.
3.      Perbaikan proses (process improvement).
4.      Estimasi biaya.
5.      Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.

Selain manfaat ABC jga memiliki beberapa keterbatasan. Berikut ini


keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam ABC.
1. Alokasi. Tidak semua biaya memeiliki aktivitas atau pemicu konsumsi sumber
daya yang sesuai.
2. Pengabaian Biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi oleh sistem
ABC cenderung tidak memuaskan semua biaya yang terkait dengan produk
atau jasa, seperti: biaya untuk aktivitas pemasaran,riset periklanan,
pengembangan dll.
3. Biaya dan waktu. Salah-satu kendala dalam penerapan ABC adalah besarnya
biaya aplikasi dan lamanya proses implementasi ABC.

A. Kelebihan Dan Kelemahan Sistem ABC

Kelebihan sistem ABC adalah sebagai berikut:


1. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun
industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik
yang lebih besar.
2. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin
banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada aobjek biayanya.
3. Sistem ABC mengakui banyak aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga
manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan
lebih baik (fokus pada aktivitas yang memiliki nilai tambah) yang pada
akhirnya dapat melakukan efisiensi dan akhirnya menurunkan biaya.

12
4. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari deversitas proses produksi modem
yang banyak berdasarkan transaksi/ transaction based (terutama perusahaan
jasa dan manufaktur berteknologi tinggi) dengan menggunakan banyak
pemicu biaya (multiple cost drivers).
5. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam
biaya tidak langsung.
6. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai
objek biaya. Baik itu proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan
juga biaya produk.
Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak keuntungan, tetapi
penerapan tersebut tidak membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan kepada
objek biayanya dengan mudah. Hal ini disebabkan biaya-biaya yang di
kelompokkan dalam sustaining level ketika dialokasikan sering kali juga
menggunakan dasar yang bersifat arbiter. Misalnya, biaya keamanan pabrik
merupakan contoh dari sustaining level, ketika membebankan hal tersebut pada
objek biaya yang berupa produk, maka mungkin digunakan pendekatan yang
arbiter, seperti berdasarkan jumlah jam kerja tenaga kerja dengan alasan semakin
lama proses produksi maka membutuhkan jasa keamanan semakin besar.  

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Menurut Kusnadi dkk. dalam buku Akuntansi Manajemen Komprehensif
Tradisional dan Kontemporer, ABC secara garis besar didefinisikan
sebagai suatu sistem penetapan biaya pokok dimana banyak kumpulan
biaya overhead dialokasikan dengan mempergunakan dasar yang dapat
mencakup satu atau lebih faktor yang terkait dengan volume.
b. Pengertian biaya produk ditentukan oleh tujuan manajerial yang ingin
dipenuhi. Definisi biaya produk dapat memberikan gambaran mengenai
prinsip dasar manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan
yang berbeda . Sebagai contoh , manajemen tertarik pada analisis
profitabilitas starategis. Untuk mendukung tujuan ini, manajemen
membutuhkan informasi mengenai semua penerimaan dan biaya yang
berkaitan dengan produk.
c. Pengertian Biaya per unit ( unit cost ) adalah biaya yang yang dikeluarkan
untuk menghasilkan tiap satu unit produk. Biaya yang dihitung berasal
dari pembebanan biaya ke obyek biaya seperti produk, konsumen,
pemasok,dan bahan mentah.
Biaya Total
Biaya Per Unit =
Jumlah Unit Diproduksi

Pentingnya penentuan biaya perunit sebagai dasar penentuan harga, dasar


pembuatan keputusan.
Biaya per unit produk dihitung dengan cara berikut ini.
BBB TOTAL+ BTKL total+ Biaya Overhead total
Biaya per unit=
Unit diproduksitotal
Biaya sesungguhnya, Pendekatan biaya sesungguhnya adalah perhitungan
biaya produk atau jasa menggunakan biaya yang sebenarnya terjadi untuk
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya Normal.
Pendekatan biaya normal adalah penentuan biaya produk atau jasa

14
menggunakan biaya sesungguhnya dari bahan baku dan tenaga kerja,
sedangkan biaya overhead menggunakan pembebanan yang didasarkan pada
estimasi biaya overhead yang digunakan dalam satu periode.
d. Metode penentuan biaya produk
1. Tarif Tunggal
Berdasarkan pendekatan tarif tunggal, biaya overhead diasumsikan hanya
dipicu oleh satu pemicu pada semua fasilitas produksi ( pabrik ) dan
produk.

2. Tarif Departemental
Tahapan perhitungan biaya produk dengan tarif departemental adalah sbb :
Biaya overhead di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam
kelompok-kelompok departemen produksi sehingga didapatkan kelompok
biaya departemen.
e. Manfaat dan keterbatasan sistem abc
Manfaat dari sistem ABC adalah sebagai berikut:
1.      Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.
2.      Pembuatan keputusan yang lebih baik.
3.      Perbaikan proses (process improvement).
4.      Estimasi biaya.
5.      Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.
keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam ABC: Alokasi, Pengabaian
Biaya, Biaya dan waktu.
f. Kelebihan Dan Kelemahan Sistem ABC

Kelebihan sistem ABC : Biaya produk yang lebih akurat, Biaya ABC

memberikan perhatian pada semua aktivitas, Sistem ABC mengakui

banyak aktivitas, Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak

keuntungan, tetapi penerapan tersebut tidak membuat seluruh biaya akan

mudah dibebankan kepada objek biayanya dengan mudah. Hal ini

disebabkan biaya-biaya yang di kelompokkan dalam sustaining level

15
ketika dialokasikan sering kali juga menggunakan dasar yang bersifat

arbiter.

16
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdullah. 2011. Akuntansi Biaya. Cetakan Kedua.


Jakarta: Salemba Empat.

Baldric Siregar, dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Kusnadi. 2005. Akuntansi Manajemen (Komprehensif, Tradisional dan


Kontemporer). Malang: Universitas Brawijaya Malang.

17

Anda mungkin juga menyukai