Anda di halaman 1dari 19

Menganalisis Konsep Dasar Perkembangan Bahasa

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pend.Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Rendah
Dosen pengampu :Faisal , S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Aditya Argi Saragih (1182111003)
Ayu Puspita Sari (1181111042)
Intan Maulida (1182111008)
Lania Adinda Ibrahim Lbs (118111061)
Meilani Syahfitri (1182111008)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah yang
berjudul“Menganalisis Konsep Dasar Perkembangan Bahasa” ini dapat selesai pada
waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Pend.Bahasa Dan Sastra Indonesia Kelas Rendah. Dengan dosen pengampuh Bpk
Faisal,S.Pd,M.Pd.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang ” Menganalisis Konsep Dasar
Perkembangan Bahasa” yang kami buat berdasarkan  referensi yang kami ambil dari
berbagai sumber.Saya menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan,16September2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I P111DAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
D. Manfaat ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Menganalisis Pengertian dan Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak


......................................................................................................,..........2
B. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa.......................................................4
C. Memahami Perbedaan Ragam Komunikasi Lisan maupun Tulisan.......10

BAB III PENUTUP........................................................................................................15


A. Kesimpulan...............................................................................................16
B. Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa bayi atau masa balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling
signifikan dalam kehidupan manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami
perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama
persis perncapaiannya, ada yang cepat berbicara dan ada pula yang membutuhkan
waktu yang agak lama.
Untuk membantu perkembangannya, ibu dapat membantu memberikan
stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan
perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan
proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia
anak.
Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan bahasa tersebut,
sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar
dan sebagainya.Perkembangan bahasa terbagi atas beberapa teori dan dalam
perkembangannya pun melewati tahap-tahap tertentu. Oleh karena itu penulis
mengangkat tema yang berkaitan dengan perkembangan bahasa pada manusia
khususnya pada anak-anak yang berjudul “Perkembangan Bahasa Anak”.

B.RumusanMasalah

1. Menganalisis Pengertian dan Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak


2. Menganalisis Faktor-faktor Dan Strategi Pemerolehan Bahasa Anak
3. Menelaah dan Membedakan Ragam Komunikasi Lisan Dan Tertulis

1
C.Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa Dapat Menganalisis Pengertian dan Tahap-tahap Perkembangan
Bahasa Anak
2. Mahasiswa Dapat Menganalisis Faktor-faktor Dan Strategi Pemerolehan
Bahasa Anak
3. Mahasiswa Dapat Menelaah dan Membedakan Ragam Komunikasi Lisan Dan
Tertulis

D.Manfaat Penulisan
Dengan mempelajarai ini kita dapat memahami perkembangan bahasa pada anak
secara rinci.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menganalisis Pengertian dan Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak

a. Pengertian Perkembangn Bahasa


Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik alat berkomunikasi secara lisan, tertulis maupun menggunakan
tanda-tanda isyarat. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian
secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan
akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak (Khairanis, 2006 : 78).
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,
simbol, lambang, gambar atau lukisan. Melalui bahasa, setiap manusia dapat
mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral
atau agama (Syamsu, 2011 : 62).
Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini,
anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir ( kira-kira usia 11-12
tahun ) anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata.
Di sekolah, perkembangan bahasa anak (Syamsu, 2011 : 63) ini diperkuat dengan
diberikannya mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa Indonesia ( bahkan di sekolah-
sekolah tertentu diberikan bahasa Inggris ). Dengan diberikannya pelajaran bahasa di
sekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya sebagai alat
untuk
1. berkomunikasi secara baik dengan orang lain;
2. mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap, atau pendapatnya;

3
3. memahami isi dari setiap bahan bacaan ( buku, majalah, koran, atau referensi
lain ) yang dibacanya.
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi
anak melalui tulisan, sebagai cara untuk ekspresikan perasaan, gagasan atau
pikirannya, maka sebaiknya kepada anak dilatihkan untuk membuat karangan atau
tulisan tentang berbagai hal yang terkait dengan pengalaman hidupnya sendiri, atau
kehidupan pada umumnya, seperti menyusun autobiografi, kehidupan keluarga, cara-
cara memelihara lingkungan, cita-citaku, dan belajar untuk mencapai
sukses  (Syamsu, 2011 : 63).
b. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa
Tahap-tahap perkembangan bahasa anak menurut Mackey (Iskandarwassid, 2011 :
85-86) secara kronologis adalah sebagai berikut :
a) Umur 3 bulan
Anak mulai mengenal suara manusia ingatan yang sederhana mungkin sudah ada,
tetapi belum tampak. Segala sesuatu masih terkait dengan apa yang dilihatnya;
koordinasi antara pengertian dan apa yang diucapkannya belum jelas. Anak mulai
tersenyum dan mulai membuat suara-suara yang belum teratur.
b) Umur 6 bulan
Anak sudah mulai bisa membedakan antara nada yang “halus” dan nada yang
“kasar”. Dia mulai membuat vokal seperti “Aee.ae.aeeaee”
c) Umur 9 bulan
Anak mulai bereaksi terhadap isyarat. Dia mulai mengucapkan bermacam-macam
suara dan tidak jarang kita bisa mendengar kombinasi suara yang menurut orang
dewasa suara yang aneh.
d) Umur 12 bulan
Anak mulai bereaksi terhadap perintah. Dia gemar mengeluarkan suara-suara dan bisa
diamati, adanya beberapa kata tertentu yang diucapkannya untuk mendapatkan
sesuatu.
e) Umur 18 bulan

4
Anak mulai mengikuti petunjuk. Kosakatanya sudah mencapai sekitar dua puluhan.
Dalam tahap ini komunikasi dengan menggunakan bahasa sudah mulai tampak.
Kalimat dengan satu kata sudah digantinya dengan kalimat dengan dua kata.
Umur 2-3 tahun
Anak sudah bisa memahami pertanyaan dan perintah sederhana. Kosakatanya (baik
yang pasif maupun yang aktif) sudah mencapai beberapa ratus. Anak sudah bisa
mengutarakan isi hatinya dengan kalimat sederhana.
f) Umur 4-5 tahun
Pemahaman anak makin mantap, walaupun masih sering bingung dalam hal-hal yang
menyangkut waktu (konsep waktu belum bisa dipahaminya dengan jelas). Kosakata
aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan yang pasif sudah makin banyak
jumlahnya. Anak mulai belajar berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumit mulai
digunakannya.
g) Umur 6-8 tahun
Tidak ada kesukaran untuk memahami kalimat yang biasa dipakai orang dewasa
sehari-hari. Mulai belajar membaca dan aktifitas ini dengan sendirinya menambah
perbendaharaan katanya. Mulai membiasakan diri dengan pola kalimat yang agak
rumit dan B1 pada dasarnya sudah dikuasainya sebagai alat untuk berkomunikasi.
Berkaitan dengan perkembangan semantik anak, menurut Rice (Christiana,
2012:206) ketika anak-anak melalui tahap dua kata, pengetahuan mereka tentang
makna juga bertambah dengan pesat. Dan dari penelitian yang dilakukan Core
menunjukkan hasil bahwa perbendaharaan kata saat anak berusia enam tahun
terentang dari 8.000 – 14.000 kata.
Dari beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa ternayata walaupun terdapat
banyak perbedaan antara bahasa seorang anak yang berusia dua tahun dengan anak
yang berusia enam tahun, yang lebih menonjol adalah perbedaan yang menyangkut
pragmatik. Pada usia tiga tahun, anak-anak meningkatkan kemampuan berbicaranya
tentang sesuatu yang tidak ada secara fisik, yaitu mereka mengembangkan
penguasaan karakteristik bahasa yang dikenal sebagai pemindahan (displacement).
Sebagai contoh : pada anak usia dua tahun sudah mengetahui kata “meja”, tetapi tidak

5
mungkin menggunakan kata itu untuk mengacu pada suatu meja imajiner yang ia
anggap berdiri didepannya. Namun pada anak yang berusia lebih tiga tahun
kemungkinan telah memiliki kemampuan ini, walaupun ia belum sering
menggunakan kata tersebut(Christiana, 2012:206-207).
Pada masa kanak-kanak awal ini, penguasaan kata juga bertambah. Pada usia tiga
tahun, perbendaharaan katanya sekitar 1.000 kata dan sekitar 80 persen diucapkan
dengan jelas bahkan untuk yang masih asing. Tata bahasa yang lebih kompleks juga
dapat diucapkan walaupun tidak seperti pada orang dewasa dan masih sering terjadi
kesalahan. Ciri lain, anak sudah dapat mengatakan kata-kata yang menggambarkan
waktu yang akan datang, misalnya “nanti aku akan sekolah”, “besok kalau besar aku
akan menjadi pilot pesawat terbang”. Setelah anak mencapai usia tiga tahun, anak
sudah mengetahui perbedaan kata ganti, misalnya saya, kamu, dan kita (Christiana,
2012:207).
B. Menganalisis Faktor-faktor Dan Strategi Pemerolehan Bahasa Anak
a. Pengertian Pemerolehan Bahasa Anak

Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut


Maksan (1993:20) adalah suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh
seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal. Lyons (1981:252) menyatakan
suatu bahasa yang digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan
pengetahuan bahasa pada penutur bahasa disebut pemerolehan bahasa. Artinya,
seorang penutur bahasa yang dipakainya tanpa terlebih dahulu mempelajari bahasa
tersebut.

Stork dan Widdowson (1974:134) mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa


dan akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa
ibunya. Kelancaran bahasa anak dapat diketahui dari perkembangan apa? Huda
(1987:1) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses alami di dalam diri
seseorang menguasai bahasa. Pemerolehan bahasa biasanya didapatkan hasil kontak
verbal dengan penutur asli lingkungan bahasa itu. Dengan demikian, istilah
pemerolehan bahasa mengacu ada penguasaan bahasa secara tidak disadari dan tidak

6
terpegaruh oleh pengajaran bahasa tentang sistem kaidah dalam bahasa yang
dipelajari.

1) Teori Pemerolehan Bahasa Behavioristik


Paling tidak ada tiga pandangan yang berkaitan dengan teori pemerolehan
bahasa. Ketiga pandangan itu ialah teori behavioristik, teori mentalistik, dan teori
kognitiftik. Untuk lebih jelasnya ketiga teori tersebut dapat diuraikan satu per satu
berikut ini. Menurut pandangan kaum behavioristik atau kaum empirik atau kaum
antimentalistik, bahwa anak sejak lahir tidak membawa strutur linguistik. Artinya,
anak lahir tidak ada struktur linguistik yang dibawanya. Anak yang lahir dianggap
kosong dari bahasa.
Mereka berpendapat bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau
potensi bahasa. Brown dalam Pateda (1990:43) menyatakan bahwa anak lahir ke
dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang akan
membentuknya yang perlahan-lahan dikondisikan oleh lingkungan dan pengukuhan
terhadap tingkah lakunya.
            Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan
proses belajar. Pengalaman dan proses belajar yang akan membentuk akuisisi
bahasanya. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan
melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang akan belajar
mengendarai sepeda.
2) Teori Pemerolehan Bahasa Mentalistik
Menurut pandangan kaum mentalis atau rasionalis atau nativis, proses akuisisi
bahasa bukan karena hasil proses belajar, tetapi karena sejak lahir ia telah memiliki
sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang akan berkembang sesuai dengan proses
kematangan intelektualnya.
Teori Akuisisi Bahasa Kognitif
Dalam psikolingustik, teori kognitif ini yang memandang bahasa lebih
mendalam lagi. Para penganut teori ini, berpendapat bahwa kaidah generatif yang
dikemukakan oleh kaum mentalis sangat abstrak, formal, dan eksplisit serta sangat
logis.

7
Meskipun demikian, mereka mengemukakan secara spesifik dan terbatas pada
bentuk-bentuk bahasa. Mereka belum membahas hal-hal menyangkut dalam lapisan
bahasa, yakni ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh
dalam struktur jiwa manusia. Para ahli bahasa mulai melihat bahwa bahasa adalah
manifestasi dari perkembangan umum yang merupakan aspek kognitif dan aspek
afektif yang menyatakan tentang dunia diri manusia itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Chomsky (1959) bahwa anak yang lahir ke
dunia ini telah membawa kapasitas atau potensi. Potensi bahasa ini akan turut
menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Pandanga
ini yang akan kelask disebut hipotesis rasionalis atau hipotesis ide-ide bawaan yang
akan dipertentangkan dengan hipotesis empiris yang berpendapat bahwa bahasa
diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman.
STRATEGI PEMEROLEHAN BAHASA ANAK
Berbeda dengan orang dewasa, anak kecil cenderung lebih cepat belajar dan
menguasai suatu bahsa. Dalam lingkungan masyarakat bahasa apa pun mereka hidup
anak-anak hanya memerlukan waktu relatif sebentar untuk menguasai sistem bahasa
itu. Apalagi kalau mereka berada dalam lingkungan bahasa ibunya (B1).
Sebenarnya strategi apa yang ditempuh anak-anak dalam belajar bahasa sehingga
dengan cepat mereka dapat menguasai itu. Padahal mereka tidak sengaja belajar atau
diajari secara khusus. Ternyata, untuk memperoleh kemampuan bahasa lisannya
mereka melakukannya dengan berbagai cara seperti di bawah ini.

1. Mengingat
Mengapa memainkan peranan penting dalam belajar bahasa anak atau belajar apa
pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, direkam dalam benaknya. Ketika
dia menyentuh, mencerap, mencium, melihat, dan mendengar sesuatu, memori anak
menyimpangnya. Pancaindra itu sangat penting bagi anak dalam membangun
pengetahuan tentang dunianya.
Pada setiap awal belajar bahasa, anak mulai membangun pengetahuan tentang
kombinasi bunyi-bunuyi tertentu yang menyertai dan merujuk pada sesusatu yang dia

8
alami. Ingatan itu akan semakin kuat, terutama apabila penyebutan akan benda atau
peristiwa tertentu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini, anak-anak mengingat kata-
kata tentang sesusatu sekaligus berulang-ulang pula cara mengucapnya.
Hanya saja, khasanah bahasa yang diingat anak ketika diucapkan tidak salah tepat.
Mungkin lafalnya kurang pas atau hanya suku kata awal atau akhirnya saja. Hal ini
terjadi karena pertumbuhan otak dan alat ucap anak masih sedsang berkembang. Dia
menyimpan kata yang dia dengar, yang dia diperlukan dalam memorinya. Dia pun
mencoba mengatakannya. Namun tingkat perkembangannya yang belum
memungkinkan dia melafalkan tuturan sesempurna orang dewasa. Oleh kareana itu,
dalam berbahasa biasanya anak dibantu oleh ekspresi, gerak tangan atau menunjuk
benda-benda tertentu. Inilah versi bahasa anak.
Mengingat kondisi itu, dalam berkomunikasi dengan anak biasanya orang tua atau
orang dewasa menyederhanakan bahasanya. Penyerderhanaan itu diwujudkan dalam
tuturan yang pelan, ekspresif, dan modifikasi kata yang mudah diingat dan diucapkan
anak, seperti kata “pus” untuk kucing, “mimi” untuk minum, “mamam” atau
“Ma’em” untuk makan, “bobo” tidur, dan “pipis” untuk kencing.

2. Meniru
Strategi penting lainnya yang dilakukan anak dalam belajar bahasa adalah peneriuan.
Perwujudan strategi ini sebenarnya tak dapat dipisahkan dasri strategi mengingat.
Kemudian apakah peniruan yang dilakukan dalam belajar bahasa itu seperti beo?
Apakah dia meniru bulat-bulat dan hanya sekedar mengulang kembali apa yang
didengarnya?
Perkataan anak tidaklah selalu merupakan pengulangan searah persis apa yang
didengarnya, seperti halnya beo. Cobalah anda amati atau minta seorang anak
mengulang suatu tuturan yang dicontohlan. Anda akan menemukan bahwa tuturan
anak cenderung mengalami perubahan. Perubahan itu daopat berupa pengurangan,
penambahan, dan penggatian kata atau pengurutan susunan kata. Mengapat begitu?
Sedikitnya ada 2 penyebab. Penyebab pertama, berkaitan dengan perkembangan otak,
penguasaan kaidah bahasa, serta alat ucap. Dengan demikian anak hanya akan

9
mengucapkan tuturan yang telah dikuasainya. Penyebab kedua, berkenaan dengan
kreativitas berbahasa anak. Di suastu sisim secsara bertahap dia dapat memahami dan
menggunakan suastu sistem bahasa yang memungkinkan dia mengerti dan
memproduksi jumlah tuturan yang tak terbatas. Keadaan ini mendorong anak senang
melakukan percobaan atau eksperimen dalam berbhasa . percobaan ini terus
berlangsung sampai kemampuan berbahasanya berpindah pada tingkat yang lebih
kompleks.
Atas dasar itu pula, tampaknya sulit bagi anak untuk meniru bulat-bulat tuturan orang
dewasa. Mengapa? Sebab, apabila anak berkonsentrasi pada tuturan tersebut maka
perkembangan kemampuan komunikasinya akan sangat terganggu. Hasilnya pun
akan sangat terbatas (MaCaualay, 1980). Oleh karena itu tak perlu heran apabila
suatu ketika anda mendengar anak mampu memproduksi tuturan yang belum pernah
anda dengar sebelumnya. Hal ini terjadi karena dalam belajar bahasa, seorang anak
tidak sekedar menangkap kata-kata. Dia juga terutama karena mencerna prinsip-
prinsip organisasi bahasa secara alami. Dengan demikian, sifast peniruan anak
cenderung bersifat dinamis dan kreatif.  Oleh karena strategi peniruan itu pula maka
model (orang) yang memberikan masukan kebahasaan kepada anak sangat
mempengaruhi corak bahasa yang baik. Sebaliknya, apabila modelnya kurang baik
maka versi bahasa yang kurang baik itulah yang akan dipelajarinya

C. . Memahami Perbedaan Ragam Komunikasi Lisan maupun Tulisan

BAHASA LISAN DAN TULISAN


1. Pengertian Bahasa

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak
menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola
yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi
yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus
harus menguasai bahasanya.

10
Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi
diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa
sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan
bendanya.
Suatu ragam bahasa, terutama ragam bahasa jurnalistik dan hukum, tidak tertutup
kemungkinan untuk menggunakan bentuk kosakata ragam bahasa baku agar dapat
menjadi anutan bagi masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Dalam pada itu perlu
yang perlu diperhatikan iala bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed., 1968;
Spradley, 1980).
2. Perbedaan Bahasa Lisan dan Tulisan

Bahasa lisan dan tulisan jelas berbeda. Bahasa lisan yang dimaksud adalah kalimat
yang diucap, sedangkan bahasa tulisan adalah kalimat yang disampaikan dalam
bentuk tulisan. Meski sudah ada tanda baca dalam bahasa tulisan, tidak sepenuhnya
bisa menyampaikan sama persis dengan apa yang dimaksud oleh penulis.
Dalam bahasa tulisan dan dan bahasa lisan memang terdapat perbedaan yang
mencolok antara situasi dan kondisi kepopuleran suatu kalimat dalam masyarakat
setiap wilayah suatu daerah mempunyai bahasa dan pengucapan terhadap sesuatu
berbeda-beda
3. Dilihat dari Aspek Kebahasaan

Ragam bahasa:
1. Ragam bahasa lisan: lafal, tata bahasa, kosakata, ejaan
2. Ragam bahasa tulis: lafal, tata bahasa, kosa kata, ejaan

Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :


a. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau
memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang

11
nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan
nonformal lainnya.

b. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat
berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita
temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita
juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.
4. Berdasarkan situasi dan pemakaian

Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa
baku lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa
baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat,
serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan
besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.
Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan.
Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah
setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

12
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan
dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap
disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena
itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis,
walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan
ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Salah satu ciri bahasa tulis memang sifatnya yang terkesan lebih baku. Kalaupun
tidak baku, setidaknya disampaikan dengan bahasa populer yang masih tidak
amburadul.

• Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata
bahasa dan kosa kata) :

1. Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam Bahasa Lisan
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau nulis surat
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Menteng.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Saya akan tanyakan soal itu.
- Bima sedang baca komic.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Saya mau nulis surat.
- Akan saya tanyakan soal itu.

Contoh bahasa lisan berdasarkan kosa kata:

13
- Ibu bilang kala kita harus belajar.
- Shinta harus bikin penulisan ilmiah
- Dia lagi baca Koran
- Ibu bilang kita harus pulang
- Mereka tinggal di Menteng

b. Ragam bahasa Tulis :


- Nia sedangmembaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
- Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
- Akan saya tanyakan soal itu.

2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam Lisan
- Ariani bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam Tulis
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa bahasa lisan adalah suatu komunikasi
pada manusia yang sering di ucapkan oleh mulut dalam kehidupan sehari-hari dengan
mengunakan kata-kata alami dan bunyi bahasa tersebut secara bersama-sama. Dan
bahasa tulisan adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak.

14
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan di atas adalah :
1. Perkembangan bahasa anak adalah  meningkatnya kemampuan penguasaan
alat berkomunikasi.
2. Teori-teori perkembangan bahasa terbagi tiga yaitu : teori belajar, teori
nativistic, dan teori kogntif.
3. Perkembangan bahasa anak melalui tahapan-tahapan tertentu, sejak ia lahir
sampai dewasa perkembangan bahasanya selalu meningkat.
4. Fungsi bahasa bagi anak meliputi fungsi instrumental, fungsi pengatur, fungsi
interpersonal, fungsi pribadi, fungsi heuristik, fungsi imaginasi, dan fungsi
informatif.

15
5. Beberapa anak yang tingkat kecerdasannya normal atau lebih baik mengalami
perkembangan bahasa yang terlambat. Dimana penyebabnya belum dapat
diketahui belum jelas.
B. Saran
1. Sebagai orang tua/pendidik kita sebaiknya memperhatikan peningkatan
kemampuan berbahasa anak.
2. Sebagai orang tua/pendidik kita seharusnya memahami teori-teori
perkembangan bahasa itu sendiri dan mempraktekkannya dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Sebagai orang tua/pendidik kita sebaiknya menyesuaikan pembelajaran
kepada anak yang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan bahasanya.
4. Sebagai orang tua/pendidik kita senantiasa harus memperhatikan agar
perkembangan bahasa anak berfungsi dengan baik.
5. Sebagai orang tua/pendidik kita sebaiknya ikut berperan dalam membantu
perkembangan bahasa anak yang terlambat dengan berbagai strategi.

DAFTAR PUSTAKA

Iskandarwassid dan Dadang Sinandar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.


Bandung : Upi& Rosda

Soetjiningsih, Christina Hari. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pertumbuhan Sampai


denganKanak-Kanak Akhir. Jakarta : Prenada Media Group.

[Online]. Tersedia: http://massofa.wordpress.com/2008/11/19/pemerolehan-bahasa-


anak-usia-4-6-tahun/ html (19 Mei 2009).

16

Anda mungkin juga menyukai