HUKUM PIDANA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
: RASYIDIN
UNIT/SEM : 1/2
PRODI : HKI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah tentang “ PENYERTAAN “ dalam mata kuliah Hukum Pidana ini dapat tersusun
hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... 1
Kata Pengantar..................................................................……………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN,,,,,,,,,,,,,,,,………………………………………………......... 5
BAB II PEMBAHASAN….....................................................................…………………. 6
3.1 Kesimpulan….......................……………………………………............................ 11
3.2 Saran........................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka…......................………………………………….....………………............ 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
PENYERTAAN (DEELNEMING)
Penyertaan adalah apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang,
sehingga harus dicari pertanggung jawaban dan peranan masing-masing peserta dalam
persitiwa tersebut.1
3. seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu
melaksanakan tindak pidana tersebut.
1. Bentuk penyertaan berdiri sendiri: mereka yang melakukan dan yang turut serta
melakukan tindak pidana. Pertanggung jawaban masing2 peserta dinilai senidiri-
sendiri atas segala perbuatan yang dilakukan.2
2. Bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri: pembujuk, pembantu, dan yang
menyuruh untuk melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari peserta yang
satu digantungkan pada perbuatan peserta lain. Apabila peserta satu dihukum yang
lain juga.
1
Sakijo Aruan, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990
hal. 39.
2
Ibid, hal. 45
5
Di dalam KUHP terdapat 2 bentuk penyertaan:
b. mereka yang memberi kesempatan sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan
(sebelum kejahatan dilakukan)
- Pelaku (pleger)
- Penganjur (uitlokker)
6
b. Pembantu/mendeplichtige (pasal 56) yang terdiri dari:
2. Pleger (pelaku)
Pelaku ialah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan
delik3.
Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan dengan melalui perantara orang
lain, sedang perantara ini hanya diumpamakan sebagai alat. Hal yang menyebabkan alat
(pembuat meteril).Dalam hal pembuat materil (alat) seorang yang belum cukup umur, maka
tetap ada menyuruh lakukan, karena pada dasarnya KUHP menganggap orang yang belum
cukup umur itu tetap mampu bertanggung jawab (pasal 45 jo.47) namun demikian, apabila
yang disuruh itu anak yang masih sangat muda sekali, yang belum begitu sadar akan
perbuatannya, maka dalam hal ini dimungkinkan ada penyuruh-lakukan.4
Medepleger ialah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan
terjadinya sesuatu. Syarat adanya medepleger :
Penganjur
3
Hamzah Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Hal. 112
4
Ibid.hal. 126
7
Menyuruh-lakukan
Berdasarkan pengertian diatas, maka syarat penganjuran yang dapat dipidana ialah:
1. Ada kesengajaan untuk menggerakkan orang lain melakukan perbuatan yang terlarang.
3. Putusan kehendak dari si pembuat materil ditimbulkan karena hal-hal tersebut pada a
dan b (jadi ada psychische causaliteit).
4. Si pembuat materil tersebut melakukan tindak pidana yang di anjurkan atau melakukan
tindak pidana.
5. Pembuat materil tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum pidana.
6. Pembantu (medeplichtige)
Pembantu adalah orang yang sengaja memberi bantuan berupa saran, informasi atau
kesempatan kepada orang lain yang melakukan tindak pidana.5
5
Muhammad Rakhmat Alam, 2012, Kesalahan dalam Hukum Pidana,
8
1. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantunya tidak
disebutkan dalam KUHP. ini mirip dengan medeplegen (turut serta), namun perbedaannya
terletak pada:
b) Pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa disyaratkan harus kerjasama
dan tidak bertujuan/berkepentingan sendiri, sedangkan dalam turut serta,orang yang turut
serta sengaja melakukan tindak pidana, dengan cara bekerjasama dan mempunyai tujuan
sendiri;
c) Pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (pasal 60 KUHP), sedangkan dalam turut
serta dalam pelanggaran tetap dipidana;
Perbedaan pada niat/kehendak, pada pembantu kehendak jahat materiil sudah ada sejak
semula/ tidak ditimbulkan oleh pembantu, sedangkan dalam penganjuran, kehendak
melakukan kejahatan pada pembuat meteriil ditimbulkan oleh si penganjur.6
Bentuk penyertaan dari kedua pelaku ini merupakan bentuk MEDEPLEGEN (orang
yang turut serta melakukan, orang yang dengan sengaja turut berbuat / turut magengerjakan
terjadinya suatu tindak pidana) dikatakan sebagai bentuk penyertaan MEDEPLEGEN karena
mereka berdua melakukan aksinya dengan cara bagi tugas. Otak kejahatan ini adalah Ibrahim
Syarat-Syarat Medeplegen
9
Adanya kerja sama secara sadar dari kedua pelaku ini dan ada kesengajaan yang disadari
kalau tindakan mereka melanggar hukum.
Dimana Ibrahim bertugas untuk memantau took emas yang akan dia curi, sedangkan
temannya K bertugas menunggu diluar memeantau situasi.
Pasal 55 (1)= dipidana sebagai pelaku tindak pidana, mereka yang menyuruh,
melakukan dan yang turut serta melakukan tindak pidana itu.
Pasal 363 = diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun, masing-masing
pelaku mendapat ancaman hukum selama 7 tahun.7
BAB III
7
Poernomo Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993. Hal. 67
10
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Apabila dalam suatu delik dilaksanakan oleh lebih dari satu orang maka hal tersebut dapat
dikategorikan “penyertaan” sesuai dalam ps 55 KUHPid
- Pelaku (pleger)
- Penganjur (uitlokker)
2. Pleger (pelaku)
Pelaku ialah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan delik.
Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan dengan melalui perantara orang lain,
sedang perantara ini hanya diumpamakan sebagai alat.
4. Medepleger (orang yang turut serta) Medepleger ialah orang yang dengan sengaja turut
berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
11
Sakijo Aruan, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1990.
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-pidana/
http://alamazharians.blogspot.com/2012/02/kesalahan-dalam-hukum-pidana.html,
12