Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PIDANA

“PENYERTAAN DALAM HUKUM PIDANA”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA : AGUS SALIM

: T.S MUHAMMAD RIHDO

: RASYIDIN

UNIT/SEM : 1/2

PRODI : HKI

DOSEN PEMBIMBING : KHAIRILLINA, MH

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH

PTI AL-HILAL SIGLI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah tentang “ PENYERTAAN “ dalam mata kuliah Hukum Pidana ini dapat tersusun
hingga selesai .

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sigli, 08 Juli 2020

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................... 1

Kata Pengantar..................................................................……………………………. 2

Daftar Isi …………………………………………… 4

BAB I PENDAHULUAN,,,,,,,,,,,,,,,,………………………………………………......... 5

1.1 Rumusan Masalah…..............…………………………………………… ............ .5

1.2 Tujuan Masalah….................................................………………………………… 5

BAB II PEMBAHASAN….....................................................................…………………. 6

2.1 Pengertian Penyertaan…………………………………………………………....... .6

2.2 Penyertaan Menurut KUHP ………………………………………........................ 8

2.3 Bentuk Penyertaan….................................................................................................. 9

2.4 Maksimal Ancaman Pidana Oleh Pelaku (Pasal 55 Jo 363).......................................


10

BAB III PENUTUP……………………………………………….................................... 11

3.1 Kesimpulan….......................……………………………………............................ 11

3.2 Saran........................................................................................................................... 12

Daftar Pustaka…......................………………………………….....………………............ 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyertaan ?


2. Bagaimana penyertaan dalam KUHP?
3. Apa saja bentuk penyertaan ?
4. Apa contoh kasus dalam penyertaan?

1.2 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian penyertaan


2. Untuk mengetahui penyertaan dalam KUHP
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyertaan
4. Memahami contoh kasus terkait penyertaan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYERTAAN

PENYERTAAN (DEELNEMING)

Penyertaan adalah apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang,
sehingga harus dicari pertanggung jawaban dan peranan masing-masing peserta dalam
persitiwa tersebut.1

Hubungan antar peserta dalam menyelesaikan tindak pidana tersebut, adalah:

1. bersama-sama melakukan kejahatan

2. seorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan ia


mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut.

3. seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu
melaksanakan tindak pidana tersebut.

Penyertaan dapat dibagi menurut sifatnya:

1. Bentuk penyertaan berdiri sendiri: mereka yang melakukan dan yang turut serta
melakukan tindak pidana. Pertanggung jawaban masing2 peserta dinilai senidiri-
sendiri atas segala perbuatan yang dilakukan.2

2. Bentuk penyertaan yang tidak berdiri sendiri: pembujuk, pembantu, dan yang
menyuruh untuk melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban dari peserta yang
satu digantungkan pada perbuatan peserta lain. Apabila peserta satu dihukum yang
lain juga.

1
Sakijo Aruan, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990
hal. 39.
2
Ibid, hal. 45

5
Di dalam KUHP terdapat 2 bentuk penyertaan:

1. Para Pembuat (mededader) pasal 55 KUHP, yaitu:

a. yang melakukan (plegen)

b. yang menyuruh melakukan (doen plegen)

c. yang turut serta melakukan (mede plegen)

d. yang sengaja menganjurkan (uitlokken)

2. Pembuat Pembantu (madeplichtigheid) pasal 56 KUHP

Pasal 56 KUHP menyebutkan pembantu kejahatan:

a. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu/saat kejahatan dilakukan

b. mereka yang memberi kesempatan sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan
(sebelum kejahatan dilakukan)

2.2 PENYERTAAN MENURUT KUHP INDONESIA

1. Pembagian penyertaan menurut KUHP Indonesia ialah:

a. Pembuat/dader (pasal 55) yang terdiri dari:

- Pelaku (pleger)

- Yang menyuruh-melakukan (doenpleger)

- Yang turut serta (medepleger)

- Penganjur (uitlokker)

6
b. Pembantu/mendeplichtige (pasal 56) yang terdiri dari:

- Pembantu pada saat kejahatan dilakukan.

- Pembantu sebelum, kejahatan dilakukan.

2. Pleger (pelaku)

Pelaku ialah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan
delik3.

3. Doenpleger (orang yang menyuruh melakukan).

Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan dengan melalui perantara orang
lain, sedang perantara ini hanya diumpamakan sebagai alat. Hal yang menyebabkan alat
(pembuat meteril).Dalam hal pembuat materil (alat) seorang yang belum cukup umur, maka
tetap ada menyuruh lakukan, karena pada dasarnya KUHP menganggap orang yang belum
cukup umur itu tetap mampu bertanggung jawab (pasal 45 jo.47) namun demikian, apabila
yang disuruh itu anak yang masih sangat muda sekali, yang belum begitu sadar akan
perbuatannya, maka dalam hal ini dimungkinkan ada penyuruh-lakukan.4

4. Medepleger (orang yang turut serta)

Medepleger ialah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan
terjadinya sesuatu. Syarat adanya medepleger :

1. Ada kerjasama secara sadar (bewuste samenwerking).

2. Adanya pelaksanaan bersama secara fisik (gezamenlijke uitvoering/physieke


samenwerking).

5. Uitlokker (penganjur)Penganjur ialah orang yang menggerakan orang lain untuk


melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang ditentukan oleh
undang-undang.

Penganjur

3
Hamzah Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Hal. 112

4
Ibid.hal. 126

7
Menyuruh-lakukan

1. Sarana menggerakannya tidak ditentukan (tidak liminatif)

2. Pembuat materil tidak dapat dipertanggung jawabkan (merupakan manus ministra)

Syarat penganjuran yang dapat dipidana

Berdasarkan pengertian diatas, maka syarat penganjuran yang dapat dipidana ialah:

1. Ada kesengajaan untuk menggerakkan orang lain melakukan perbuatan yang terlarang.

2. Menggerakannya dengan menggunakan upaya-upaya (sarana-sarana) seperti tersebut


dalam undang-undang (besifat liminatif).

3. Putusan kehendak dari si pembuat materil ditimbulkan karena hal-hal tersebut pada a
dan b (jadi ada psychische causaliteit).

4. Si pembuat materil tersebut melakukan tindak pidana yang di anjurkan atau melakukan
tindak pidana.

5. Pembuat materil tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan dalam hukum pidana.

Pertanggungan jawab si penganjur

Dalam pasal 55 ayat 2, dinyatakan bahwa penganjur dipertanggung jawabkan terhadap


perbuatan yang sengaja dianjurkannya beserta akibatnya.

6. Pembantu (medeplichtige)

Pembantu adalah orang yang sengaja memberi bantuan berupa saran, informasi atau
kesempatan kepada orang lain yang melakukan tindak pidana.5

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 56 KUHP, pembantuan ada dua jenis;

5
Muhammad Rakhmat Alam, 2012, Kesalahan dalam Hukum Pidana,

8
1. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantunya tidak
disebutkan dalam KUHP. ini mirip dengan medeplegen (turut serta), namun perbedaannya
terletak pada:

a) Pembantu perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang, sedang pada turut serta


merupakan perbuatan pelaksanaan;

b) Pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa disyaratkan harus kerjasama
dan tidak bertujuan/berkepentingan sendiri, sedangkan dalam turut serta,orang yang turut
serta sengaja melakukan tindak pidana, dengan cara bekerjasama dan mempunyai tujuan
sendiri;

c) Pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (pasal 60 KUHP), sedangkan dalam turut
serta dalam pelanggaran tetap dipidana;

d) Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang bersangkutan dikurangi


sepertiga, sedangkan turut serta dipidana sama.

2. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang dilakukan dengan cara memberi


kesempatan, sarana atau keterangan. Ini mirip dengan penganjuran (uitlokking).

Perbedaan pada niat/kehendak, pada pembantu kehendak jahat materiil sudah ada sejak
semula/ tidak ditimbulkan oleh pembantu, sedangkan dalam penganjuran, kehendak
melakukan kejahatan pada pembuat meteriil ditimbulkan oleh si penganjur.6

2.3 BENTUK PENYERTAAN

Bentuk penyertaan dari kedua pelaku ini merupakan bentuk MEDEPLEGEN (orang
yang turut serta melakukan, orang yang dengan sengaja turut berbuat / turut magengerjakan
terjadinya suatu tindak pidana) dikatakan sebagai bentuk penyertaan MEDEPLEGEN karena
mereka berdua melakukan aksinya dengan cara bagi tugas. Otak kejahatan ini adalah Ibrahim

Syarat-Syarat Medeplegen

- Adanya kerja sama secara sadar


6
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-pidana/

9
Adanya kerja sama secara sadar dari kedua pelaku ini dan ada kesengajaan yang disadari
kalau tindakan mereka melanggar hukum.

- Adanya pelaksanaan bersama secara fisik

Kedua pelaku pencurian ini melaksanakan aksinya secara bersama

-Sama saling membantu satu sama lain saat menjalankan aksinya .

Dimana Ibrahim bertugas untuk memantau took emas yang akan dia curi, sedangkan
temannya K bertugas menunggu diluar memeantau situasi.

2.5 MAKSIMAL ANCAMAN PIDANA OLEH PELAKU (pasal 55 jo 363)

Pasal 55 (1)= dipidana sebagai pelaku tindak pidana, mereka yang menyuruh,
melakukan dan yang turut serta melakukan tindak pidana itu.

Pasal 363 = diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun, masing-masing
pelaku mendapat ancaman hukum selama 7 tahun.7

BAB III

7
Poernomo Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993. Hal. 67

10
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Apabila dalam suatu delik dilaksanakan oleh lebih dari satu orang maka hal tersebut dapat
dikategorikan “penyertaan” sesuai dalam ps 55 KUHPid

Penyertaan dalam KUHP:

Pembagian penyertaan menurut KUHP Indonesia ialah:

a. Pembuat/dader (pasal 55) yang terdiri dari:

- Pelaku (pleger)

- Yang menyuruh-melakukan (doenpleger)

- Yang turut serta (medepleger)

- Penganjur (uitlokker)

b. Pembantu/mendeplichtige (pasal 56) yang terdiri dari:

- Pembantu pada saat kejahatan dilakukan.

- Pembantu sebelum, kejahatan dilakukan.

2. Pleger (pelaku)

Pelaku ialah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan delik.

3. Doenpleger (orang yang menyuruh melakukan).

Doenpleger ialah orang yang melakukan perbuatan dengan melalui perantara orang lain,
sedang perantara ini hanya diumpamakan sebagai alat.

4. Medepleger (orang yang turut serta) Medepleger ialah orang yang dengan sengaja turut
berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu.

5. Uitlokker (penganjur)Penganjur ialah orang yang menggerakan orang lain untuk


melakukan suatu tindak pidana

DAFTAR PUSTAKA

11
Sakijo Aruan, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1990.

Hamzah Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Poernomo Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-pidana/

Muhammad Rakhmat Alam, 2012, Kesalahan dalam Hukum Pidana,

http://alamazharians.blogspot.com/2012/02/kesalahan-dalam-hukum-pidana.html,

12

Anda mungkin juga menyukai