100 kW
Oleh:
Rizki Ramdani
101724029
Penulis:
Nama Mahasiswa : Rizki Ramdani
NIM : 101724029
Penguji:
1. Sebagai Ketua : Wahyu Budi Mursanto, Ir, M. Eng.
2. Sebagai Penguji I : Bambang Puguh M. Eng.
Menyetujui,
Mengetahui,
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini
merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu
Institusi Pendidikan, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka
Rizki Ramdani
NIM 101724029
ii
ABSTRAK
Pada tugas akhir ini penulis merancang sebuah turbin air untuk pembangkit
hidro skala kecil. Penulis merancang runner dan poros, juga pemilihan bearing untuk
turbin tersebut. Perancangan dimulai dengan menentukan sumber potensi. Sumber
potensi yang dijadikan sebagai pembangkit hidro tersebut, terletak di Sungai Cibuni,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Dari sumber potensi didapat data head dan
debit yang merupakan dasar dalam perancangan turbin. Berdasarkan data-data yang
didapat pada sumber potensi tersebut, kapasitas terpasang untuk turbin adalah 100
kW. Hasil dari perancangan tersebut yaitu, didapatkan dimensi dari runner, mulai
dari lebar dan diameter runner, profil sudu dan bentuk flens atau piringan. Poros
berguna untuk mentransmisikan daya yang dihasilkan turbin menuju generator. Poros
yang digunakan merupakan jenis poros lurus, yang disesuaikan dengan turbin.
Panjang poros disesuaikan dengan jenis turbin yang digunakan. Bearing yang dipilih
merupakan jenis bearing yang disediakan oleh para produsen-produsen pabrikan
bearing. Bearing yang dipilih untuk perancangan turbin ini yaitu jenis bola alur
dalam baris tunggal (conrad bearings). Bearing ini memiliki spesifikasi kemampuan
dalam menahan beban radial yang baik dan beban aksial yang cukup. Karena beban
yang dominan bekerja pada turbin crossflow, merupakan beban radial. Dalam
perancangan turbin ini, penulis tidak menggunakan salah satu komponen yang
biasanya terdapat pada turbin crossflow, yaitu komponen guide vane. Sebagai
gantinya, dipasang valve pada bagian pipa pesat.
iii
ABSTRACT
In this thesis, the authors designed a water turbine for small scale hydro
plants. The author designed a runner and shaft, as well as the selection of bearings for
the turbine. The design begins with determining the source of potential. Serve as a
potential source of hydro power plants, located on the Cibuni River, Cianjur, West
Java. Potential sources of data obtained from a head and discharge is the basis for the
design of the turbine. Based on the data obtained on the potential sources, the
installed capacity of the turbine is 100 kW. The results of the design ie, obtained
dimensions of the runners, ranging from the width and diameter of the runner, the
profile of the blade and flange or disc shape. Axle useful for transmitting the
generated power to the turbine generator. Shaft which used a straight shaft type,
which is tailored to the turbine. Long shaft adapted to the type of turbine used.
Selected bearing is a type of bearing that is provided by the manufacturer bearing
producers. Bearings are selected for the design of this turbine is the type of single row
deep groove ball (conrad bearings). This bearing has the ability to withstand the load
specification radial and axial loads are good enough. Because the burden of work on
the dominant crossflow turbine, a radial load. In designing this turbine, the authors
did not use one component that is usually found on the crossflow turbine, the guide
vane components. Instead, the valve mounted on the pipe rapidly.
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
Agama : Islam
E-mail : rizki.ramdani92@yahoo.co.id
Pendidikan:
Pengalaman:
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan karena hanya atas anugerah
dan kasih karunia-Nya yang besar sehingga Tugas Akhir yang berjudul Perancangan
Turbin Crossflow Kapasitas 100 kW dapat terselesaikan dengan baik.
1. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu mendukung dan memberikan perhatian
penuh kepada penulis.
3. Bapak Aceng Daud, ST., M.Eng, selaku pembimbing atas kesediaannya untuk
membimbing penulis selama pengerjaan tugas akhir ini.
4. Bapak Budi Suharto, ST. yang ikut memberikan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Yudistira Elia sebagai pembimbing luar yang telah ikut membantu
penulis.
8. Bapak Faisal Rahadian dan Bapak Muhammad Sanusi yang telah memberi
informasi kepada penulis mengenai tugas akhir.
vi
10. Kepada Makji yang selalu berbaik hati membiarkan pintu rumahnya terbuka
bagi penulis.
11. Kepada Ugi Dwiki Purwanto yang saya anggap saudara, yang selalu
membantu penulis dan selalu penulis repotkan.
12. Kepada pelaku EDM, atas musik yang selalu menemani penulis dalam
penyelesaian tugas akhir.
14. Kepada Gollunz, Kang Irfan, Ndaru, Feny dan Rizky Herdyan yang ikut
membantu terselesainya penulisan tugas akhir ini.
15. Fariz Rio Pradhana, rekan seperjuangan dalam menyelesaikan tugas akhir.
16. Kepada kelompok tugas akhir grup air: Fariz, Iqbal, Wishal, Abed, Ading atas
sharing ilmu yang dilakukan.
17. Seluruh teman-teman TPTL 2010 atas pengalaman dan kebaikan kalian
selama 4 tahun.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan
saran untuk perbaikan, dengan harapan tugas akhir ini dapat memberikan sedikit
sumbangan dan manfaat bagi kita semua.
Juli 2014
Penulis
Daftar Is
vii
i
BAB I..........................................................................................................................I-1
I.1 Latar Belakang.............................................................................................I-1
I.2 Tujuan...........................................................................................................I-2
I.3 Rumusan Masalah........................................................................................I-2
I.4 Batasan Masalah...........................................................................................I-2
I.5 Sistematika Penulisan...................................................................................I-3
BAB II......................................................................................................................II-1
II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Hidro Skala Kecil...........................................II-1
II.2 Turbin Air...................................................................................................II-3
II.3 Daya Turbin................................................................................................II-3
II.4 Pemilihan Jenis Turbin...............................................................................II-4
II.5 Kecepatan Spesifik......................................................................................II-5
II.6 Turbin Crossflow........................................................................................II-6
II.6.1 Komponen Turbin................................................................................II-7
II.7 Kecepatan Putar Turbin..............................................................................II-8
II.8 Kecepatan Pancaran Air..............................................................................II-8
II.9 Kecepatan Pada Roda Jalan (Runner).........................................................II-9
II.10 Segitiga Kecepatan................................................................................II-11
II.11 Proporsi Konstruksi...............................................................................II-13
II.11.1 Sudut Sudu.........................................................................................II-13
II.11.2 Lebar Pelek Radial.............................................................................II-14
II.11.3 Diameter Roda dan Lebar Roda Axial..............................................II-18
II.11.4 Kelengkungan Sudu...........................................................................II-19
II.12 Sudut Pancar..........................................................................................II-21
II.13 Pipa Pancar............................................................................................II-23
II.14 Poros......................................................................................................II-25
II.14.1 Jenis-jenis poros berdasarkan pembebanannya.................................II-25
viii
II.14.2 Jenis-jenis poros berdasarkan bentuknya..........................................II-26
II.14.3 Sifat-sifat poros yang diperhitungkan................................................II-26
II.14.4 Material Bahan..................................................................................II-27
II.14.5 Penentuan Diameter Poros.................................................................II-28
II.15 Gaya Pada Sudu Roda Jalan..................................................................II-29
II.15.1 Gaya Berat Sudu................................................................................II-29
II.15.2 Gaya Sentrifugal................................................................................II-30
II.15.3 Gaya Impuls.......................................................................................II-31
II.16 Bantalan (Bearing)................................................................................II-32
II.16.1 Pemilihan Bantalan (Gabungan Beban Radial dan Aksial)...............II-33
II.17 Generator...............................................................................................II-34
BAB III...................................................................................................................III-1
III.1 Tahap Perancangan Turbin Crossflow.......................................................III-1
III.2 Sumber Potensi..........................................................................................III-2
III.2.1 Data Debit Aliran Sungai...................................................................III-3
III.2.2 Flow Duration Curve (FDC)..............................................................III-4
III.3 Menentukan Head dan Debit.....................................................................III-5
III.4 Menghitung Daya Potensi.........................................................................III-5
III.5 Pemilihan Jenis Turbin..............................................................................III-6
III.6 Perancangan Turbin Crossflow..................................................................III-8
III.6.1 Daya Turbin........................................................................................III-8
III.6.2 Lebar dan Diameter Roda Jalan.........................................................III-8
III.6.3 Kecepatan Pancaran Air.....................................................................III-9
III.6.4 Ketebalan Pancaran Jet.....................................................................III-10
III.6.5 Pengaturan Jarak Sudu Dalam Roda................................................III-10
III.6.6 Lebar Pelek (Rim) Radial.................................................................III-12
III.6.7 Radius Kelengkungan Sudu.............................................................III-12
III.6.8 Jarak Pancaran (Jet) dari Pusat Poros...............................................III-12
ix
III.6.9 Jarak Pancaran (Jet) dari Batas Luar Roda Bagian Dalam...............III-13
III.6.10 Sudut Pancar.................................................................................III-13
III.6.11 Pipa Pancar...................................................................................III-13
III.7 Poros........................................................................................................III-14
III.8 Gaya Pada Sudu Roda Jalan....................................................................III-15
III.8.1 Gaya Berat Sudu...............................................................................III-15
III.8.2 Gaya Sentrifugal...............................................................................III-16
III.8.3 Gaya Impuls.....................................................................................III-17
III.9 Bearing.....................................................................................................III-19
III.10 Generator..............................................................................................III-21
BAB IV....................................................................................................................IV-1
IV.1 Sumber Potensi..........................................................................................IV-1
IV.2 Penentuan Jenis Turbin.............................................................................IV-2
IV.3 Perancangan Turbin...................................................................................IV-2
IV.4 Generator...................................................................................................IV-4
IV.5 Perbandingan.............................................................................................IV-4
BAB V.......................................................................................................................V-1
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................V-2
x
Daftar Tabel
Tabel II.1 Klasifikasi pembangkit listrik...................................................................II-2
Tabel II.2 Efisiensi maksimum..................................................................................II-4
Tabel II.3 Penggunaan turbin berdasarkan head.......................................................II-4
Tabel II.4 Kecepatan spesifik (Ns) beberapa jenis turbin..........................................II-6
Tabel II.5 Baja paduan untuk poros.........................................................................II-27
Tabel II.6 Perbandingan jenis-jenis bantalan..........................................................II-32
Tabel II.7 Nilai putaran berdasarkan jumlah kutub dan frekuensi..........................II-34
Tabel III.1 Data debit air tahunan............................................................................III-3
Tabel III.2 Variasi daya output berbagai turbin.......................................................III-6
Tabel III.3 Putaran turbin.........................................................................................III-7
Tabel III.4 Kecepatan spesifik.................................................................................III-7
Tabel III.5 Pilihan lebar dan diameter roda jalan.....................................................III-8
Tabel III.6 Lengkung pipa pancar..........................................................................III-14
Tabel IV.1 Spesifikasi turbin hasil rancangan.........................................................IV-4
xi
Daftar Gambar
Gambar II.1 Skema pembangkit listrik hidro skala kecil..........................................II-1
Gambar II.2 Grafik perbandingan karakteristik turbin..............................................II-5
Gambar II.3 Turbin crossflow...................................................................................II-6
Gambar II.4 Penampang aliran di sisi masuk turbin.................................................II-7
Gambar II.5 Lintasan air melalui turbin....................................................................II-9
Gambar II.6 Interferensi elemen-elemen aliran melalui roda turbin.......................II-10
Gambar II.7 Diagram kecepatan..............................................................................II-11
Gambar II.8 Jarak sudu............................................................................................II-12
Gambar II.9 Diagram kecepatan komposit..............................................................II-14
Gambar II.10 Diagram kecepatan............................................................................II-14
Gambar II.11 Lintasan pancaran (jet) di dalam roda...............................................II-17
Gambar II.12 Kuvatur sudu.....................................................................................II-20
Gambar II.13 Sudut pancar......................................................................................II-21
Gambar II.14 Lengkungan pipa pancar...................................................................II-23
Gambar II.15 Kesetimbangan tekanan pada partikel air.........................................II-23
Gambar II.16 Gaya yang bekerja pada poros..........................................................II-27
Gambar II.17 Sudu roda jalan..................................................................................II-29
Gambar II.18 Gaya-gaya pada sudu........................................................................II-31
Gambar III.1 Tahap perancangan turbin crossflow..................................................III-1
Gambar III.2 Gambaran lokasi.................................................................................III-3
Gambar III.3 Grafik flow duration curve.................................................................III-4
xii
NOMENKLATUR
H Head, [m]
xiii
V Kecepatan pancaran air, [m/s]
T Torsi, [Nm]
xiv
b Panjang sudu, [mm]
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
I.2 Tujuan
1. Memperoleh potensi untuk pembangkit mikrohidro di Sungai Cibuni,
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
2. Merancang turbin crossflow untuk pembangkit mikrohidro yang sesuai
dengan potensi Sungai Cibuni, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.
6.
3
5. Bab V. Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan masukan dari penulis terhadap skripsi yang telah dibuat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
1
2
berdasarkan head, skema dari pembangkit dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori:
klasifikasi pembangkit listrik tenaga hidro secara umum dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1 Klasifikasi pembangkit listrik
Menengah 10 – 100 MW
Kecil 1 – 10 MW
Mini 100 kW – 1 MW
Mikro 5 – 100 kW
Piko < 5 kW
Penentuan debit rancangan untuk sebuah pembangkit listrik tenaga hidro skala kecil
dapat menggunakan metoda Flow Duration Curve. Flow Duration Curve adalah
penentuan debit menggunakan grafik presentase ketersediaan debit air pada suatu
potensi. Sebuah grafik akan menunjukkan presentase jumlah ketersediaan air
terhadap debit yang ada. Berdasarkan grafik tersebut dapat ditentukan debit yang
akan digunakan dan waktu ketersediaan debit tersebut.
3
Tujuh puluh persen harus digunakan untuk setiap tipe dari turbin tipe
Crossflow di Indonesia pada tahap sekarang, karena efisiensi dari turbin di Indonesia
sekarang tidak terlalu tinggi akibat kualitas fabrikasi.
Dari gambar di atas terlihat turbin memiliki aliran air radial, energi air akan
ditampung oleh turbin dalam dua tingkat. Turbin memiliki empat bagian utama yaitu:
nosel, runner, guide vane dan casing (rumah turbin). Air dialirkan masuk ke dalam
turbin melalui pipa pesat berpenampang bulat. Pada ujung pipa pesat, sebelum masuk
7
Pada Gambar II.4 terlihat penampang yang berbeda-beda mulai dari pipa pesat
sampai rumah turbin. Aliran disesuaikan saat masuk turbin agar terjadi aliran yang
optimal.
1. Inlet
Aliran air masuk ke dalam air melalui inlet. Di dalam inlet terdapat komponen guide
vane
2. Guide-vane
Guide-vane adalah sebuah katup yang berfungsi untuk mengatur atau menutup
jumlah air yang masuk runner.
3. Runner
8
Runner merupakan bagian utama dari sebuah turbin. Bilah runner terbuat dari baja
yang memiliki kekuatan tarik tinggi dilas pada lingkar luar dua piringan sejajar
(flens). Runner bergerak akibat pancaran air yang terpancar dari nosel. Terjadi
perubahan energi kinetik menjadi daya poros turbin yang nantinya akan
ditransmisikan ke generator.
4. Casing
Casing berfungsi untuk mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing
terdapat baut yang berguna untuk mengunci turbin pada pondasi. Konstruksi casing
harus memperhatikan kemudahan untuk proses perbaikan atau perawatan turbin
tersebut.
5. Bantalan atau bearing
Pada bagian kiri dan kanan turbin terdapat bantalan (bearing) yang berfungsi untuk
menyangga poros dan agar poros berputar dengan lancar. Bantalan yang digunakan
jenis spherical roller bearing dengan adaptor sleeve. Adaptor sleeve berfungsi untuk
mengunci bantalan dengan poros. Pelumasan memakai gemuk (grease) agar relatif
bebas perawatan dan tahan lama
V 1=φ √ 2. g . H ……………………………………………………………...(4)
dimana:
V1 = kecepatan pancaran air sebelum masuk runner (m/s)
φ = koefisien, harganya tergantung nosel.
Koefisien (φ) ini mewakili kerugian yang terjadi di pipa pesat sampai elemen
pemancar air pada turbin.
Jika kecepatan keliling u1 diketahui, maka kecepatan aliran di sisi masuk V1'
dapat ditentukan. Kecepatan tersebut mengapit sebuah sudut β1. Efisiensi maksimum
dapat dicapai jika sudut sudu di titik A sama dengan β1. Suatu sudu runner
ditunjukkan oleh lengkung AB. Penjelasan aliran di sisi keluar adalah sama seperti
10
kondisi masuk. Alur mutlak air di atas lengkung sudu AB dapat ditentukan sama
halnya titik nyata air meninggalkan sudu. Dengan anggapan kecepatan mutlak V2
tidak mengalami perubahan, titik C tempat air memasuki kembali rim dapat
diketahui.
Maka, α3 = α2
β3 = β 2
β1 = β 4
Semua sudut tersebut saling berkaitan pada sudu yang sama. Tidak semuanya
aliran air yang masuk runner mengalir sesuai aliran mutlak tersebut. Terdapat
beberapa pancaran partikel air cenderung saling bersilangan di dalam runner. Seperti
tampak pada Gambar II.6.
hanya bila ψ dan C bernilai sama dengan satu, yaitu dianggap tidak terjadi kerugian
tinggi air terjun akibat gesekan di nosel atau sudu-sudu.
Untuk mendapatkan efisiensi turbin yang paling besar sudut masuk α1 harus dibuat
sekecil mungkin, nilai α1 = 16° umumnya cukup memadai. Dengan itu, cos α1 = 0,96
dan cos2α1 = 0,92.
13
Sudut sudu β1 ditentukan dari α1, V1 dan u1 pada Gambar II.7 dan Gambar
II.5. Apabila u1 = ½ V1 cos α1, maka:
tan β 1=2 tan α 1.........................................................................................(16)
bila diambil α1 = 16°, kemudian β1 = 29° atau hampir 30°.
Sudut antara sudu lingkar dalam dengan garis singgung terhadapnya β2 ditentukan
menggunakan Gambar II.9. Gambar kedua segitiga kecepatan di lingkar dalam
14
Dengan mengabaikan tebal sudu, tebal pancaran air masuk, s1 diukur tegak
lurus terhadap kecepatan nisbi (Gambar II.8), ditentukan oleh jarak antar sudu, t.
s1=t sin β1………………………………………………………………..(18)
Dengan asumsi β2 = 90°, maka jarak sudu di lingkar dalam runner, s2, untuk tiap lebar
lingkaran sudu atau lebar rim, a, adalah:
r2
s2=t
[]r1
......................................................................................................(19)
Apabila a cukup kecil, pancaran air tidak seluruhya mengisi ruang antar sudu.
Demikian a meningkat, s2 akan berkurang, oleh sebab itu dalam menentukan harga a
mempertimbangkan batas berikut:
v1 s 1
s2= ……………………………………………………………………(20)
v '2
Apabila lebar lingkaran sudu a melampaui batas ini, maka akan terjadi aliran
air sulit melalui luasan penampang. Bahkan mungkin dapat menimbulkan tekanan
baalik. Lebar lingkaran sudu yang terlalu kecil pun tidak dianjurkan, karena pancaran
air akan mengalir begitu saja keluar melalui sela antar sudu di lingkar dalam runner
(penyerapan energi kecil). Untuk menetapkan lebar (a), v2' yang dipengaruhi gaya
sentrifugal (lihat Gambar II.8) perlu diketahui.
2 ' 2 2 ' 2
( v 1) −( v 2 ) =( u1 ) −( u2 ) ……………………………………………(21)
2 2
( v '2 ) =( u'2 ) −( u 1 )2−( v 1) 2
padahal,
s1 r
v'2=v 1
[] []s2
=v 1 1 sin β1 ………………………………………………..(22)
r2
dan
16
r1
u'2=u 1
[]
r2
bila
2
r1
x=
[]
r2
2
v1 v1 2 2
x 2− 1−
[ ( )] ( )
u1
x−
u1
sin β 1=0…………………………………...(23)
Jika kecepatan keliling runner ideal adalah u1 = (c1 cos α1)/2 maka,
v1 1
= …………………………………………………………………..
u1 cos β 1
(24)
Jika α1 = 16° dan β 1 = 30°, maka:
v1 1
= =1,15
u1 0,866
v1 2
( )
u1
=1,33
x=0,435
√ x=0,66
2 r 1=D1
Oleh karena itu, lebar lingkaran sudu atau lebar rim dinyatakan oleh Persamaan 25.
a=0,17 × D1 …………………………………………………………...…(25)
Secara grafis lebar rim ini dapat diketahui dari perpotongan dua buah lengkung pada
(Gambar II.8)
r2 2 2 2 2
' 2
()
( v ) = r u1 + v 1−u1……………………………………………….(26)
2
1
17
dan
r1
( v '2 )=v 1 ( )
r2
sin β 1……………………………………………………….(27)
Sudut pusat bOC, Gambar II.11, dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 26
sampai dengan Persamaan 30.
α2' = separuh sudut bOC
v1 = u1/cosβ1 = u1/0,866
r2/r1 = 0,66
v2' = u1 (0,662 + 1,33 – 1)1/2
v'2=0,875 u1………………………………………………………………(28)
'v '2
tan α = ' …………………………………………………………………(29)
2
u2
0,875 u1
tan α '2= =1,326
0,66 u1
Tebal pancaran di dalam runner, y dapat dilihat pada Gambar II.11. Tebal
pancaran dihitung dengan menggunakan Persamaan 31 sampai dengan Persamaan 36.
V 2 s 0=V '2 y…………………………………………………………………(31)
r2
' ' '
V 2 cos α 2=u2= ( )u
r1 1
r2
¿
() V
r1 1
2cos α 1
Untuk itu,
19
2 cos α '2 s 0
y=
r2 ……………………………………………………………….
( )
r1
cos α 1
(32)
¿ ( 3,03 ) ( 0,66 ) s 0 /0,961
y=1,89 s0 …………………………………………………………………(33)
Jarak sisi dalam pancaran saat melintas di dalam runner ke poros turbin, y1 (Gambar
II.11) adalah:
' 1,89 s 0 d 0
y 1=r 2 sin ( 90−α 2 )− − ………………………………………...(34)
2 2
karena s1 = k . D1
kemudian,
y 1=( 0,1986−0,945 k ) D1……………………………………………….(35)
Dalam hal ini poros tidak memanjang menembus runner, parameter y2 menjadi
batasan satu-satunya. Dengan cara yang sama, jarak y2, jarak antara tepi bagian luar
dari pancaran (jet) dan batas bagian dalam, dapat ditentukan:
y 2=( 0,1314−0,945 k ) D 1………………………………………………(36)
Umumnya harga k berkisar antara, k = 0,075 sampai 0,10
sehingga:
ds
y1 + =0,128 D 1 sampai 0,104 D 1
2
1 π D1 N
()
2
C √ 2 gh cos α 1=¿
(12 ) ( 60 )
¿
360 C √ 2 gH cos α 1
D 1= …………………………………………….............…
πN
(38)
C s0 L
Q= √ 2 gH …………………………………………………………….
144
(40)
k D1 L
¿C √2 gH
144
144 Q
D 1= √ 2 gH
CkL
862
D 1= √ H …………………………………………………...…………..(41)
N
144 Q 862
√ 2 gH = √ H
CkL N
L=144 QN /862 √ H Ck √ 2 gH
0,283 QN
L= sampai 0,212 QN ……………………..………………….…..(42)
H
21
dimana,
k = 0,075 dan 0,01
tapi
´
AO=r 1
´
OB=r 2
´ BC
AC= ´ =ρ
r 21−r 22
ρ=
2 r 1 cos β 1
dimana,
r 2=( 0,66 r 1 ) , dancos β1 =cos 30=0,866
δ =73 ° 28'
ρ=0,326 ×r 1……………………………………………………………..(43)
Kuvatur atau geometri sudu di dalam runner dapat dilihat pada Gambar II.12.
22
dimana:
´ OC
AC= ´ tg φ
´ tg 180° − 90− 1 θ+ γ
¿ OC { ( 2 )}
´ tg 90 °+ 1 θ−γ
¿ OC ( 2 )
´
OC=r 1 cos ϑ
24
1
(
¿ r 1 cos 90°− θ
2 )
1 1
AC=r
´
(
1 cos 90 °− θ tg 90 °+ θ−γ
2 2 )( )
´
BC=r 1 sin ϑ
1
(
¿ r 1 sin 90 °− θ
2 )
maka
1
¿
(
r 1 cos 90 °− θ
2 )
1
(
cos 90 °+ −γ
2 )
Selanjutnya kedudukan titik A pada lengkungan pipa pancar memenuhi persamaan
lengkungan
´ γ . tg α
OA=r 1. e
1
25
Untuk setiap partikel air yang keluar dari nozzle, terdapat kesetimbangan gaya
seperti yang dapat dilihat pada Gambar II.15.
Cu 2
dFc=dm =dA ( p+ dp− p )
r
Dimana:
dm= ρ ( r . dθ ) ( dr ) ( b )
dA=( r . dθ ) ( b )
Sehingga:
Cu2 (
ρ ( r . dθ ) ( dr ) . = r . dθ ) ( b ) ( dp )
r
dp dr
=Cu 2 . ………………………………………………………………..(46)
ρ r
Persamaan Bernoulli:
dp
+Cu. dCu=0
ρ
dr dCu
+ =0
r Cu
Cu .r =C1
C1
Cu= ……………………………………………………………………..(47)
r
C2
Cm= …………………………………………………………………….(48)
r
tan α 1=C 3
dr
tan α 1 .dθ=
r
Sehingga,
r =r 1 . e θ .tan α ……………………………………………………………..(49)
1
II.14 Poros
Poros merupakan bagian turbin yang berguna untuk mendistribusikan daya
yang dihasilkan. Poros juga merupakan bagian stasioner yang berputar, bentuk
penampang biasanya bulat dan terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear),
pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang. Poros
gandar tidak menerima beban puntir dan hamya menerima beban lentur.
c. Poros spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif lebih pendek. Pada poros
tersebut selain menerima beban puntiran, juga menerima beban lentur.
a. Poros lurus
b. Poros engkol
a. Kekuatan poros
Poros untuk transmisi akan menerima beban puntir, beban lentur ataupun gabungan
dari kedua beban tersebut. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa
faktor diantaranya: kelelahan, tumbukan juga pengaruh tegangan bila menggunakan
poros bertangga atau penggunaan alur pasak pada poros tersebut.
b. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup aman menahan pembebanan
tapi dengan adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian, getaran mesin dan noise. Jadi selain memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan.
c. Putaran kritis
Jika putaran mesin dinaikkan, maka akan menimbulkan vibration pada mesin
tersebut. Batas antara putaran yang mempunyai putaran normal dengan putaran yang
menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Selain itu getaran yang tinggi
juga akan menimbulkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Sehingga
dalam perancangan poros perlu dipertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut
agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
d. Korosi
29
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat
menimbulkan korosi, misal propeller shaft pada pompa air.
Gambar II.16 menjelaskan gaya-gaya yang terjadi pada poros. Momen bending
dilambangkan M, sedangkan momen torsi dilambangkan dengan Mt. Kedua gaya
tersebut bekerja secara bersamaan, sehingga dalam analisa poros kedua gaya tersebut
harus diperhitungkan.
Material yang biasa digunakan dalam pembuatan poros adalah carbon steel
(baja karbon), yaitu carbon steel 40 C 8, 45 C 8, 50 C 4 dan 50 C 12. Namun, poros
yang bekerja untuk putaran tinggi dan beban yang berat, biasanya terbuat dari baja
paduan (alloy steel) dengan pengerasan kulit (case hardening).
Tabel II.5 Baja paduan untuk poros.
Dari Tabel II.5 didapatkan kekuatan tarik (σb) beberapa material bahan poros. Nilai
tersebut berbeda-beda sesuai dengan jenis material dan pembebanan yang dialami
material tersebut.
σb
τ a= …………………………………………………..……………(52)
sf 1 × sf 2
dimana: σb = kekuatan tarik (kg/mm2)
sf1 = safety factor
sf2 = safety factor
Besar gaya pada setiap sudu, untuk arah gaya x dapat dilihat pada Gambar II.18. Dan
dinyatakan oleh Persamaan 59 sampai dengan Persamaan 61.
F x =F x 1−F x 2
ρ ×Q
F x= ( V cos ψ 1−V 2 cos ψ 2 )………………………………………….(59)
2,53 1
Jika suatu beban radial maupun beban aksial bekerja pada sebuah bantalan,
beban ekuivalennya adalah beban radial konstan yang menghasilkan tingkat umur
35
II.17 Generator
Generator mengubah daya putaran poros dari turbin menjadi energi listrik.
Pada umumnya, generator yang biasa digunakan adalah generator sinkron tiga fasa.
Untuk pembangkit mikrohidro generator biasanya dikopel secara langsung dengan
turbin. Putaran generator dengan putaran turbin haruslah sama, putaran generator
dipengaruhi oleh jumlah kutub generator. Hubungan jumlah kutub dengan dengan
putaran generator adalah, semakin banyak kutub pada generator maka putaran yang
dibutuhkan semakin rendah. Perbandingan antara jumlah kutub dan putaran dapat
dilihat pada Tabel II.7.
Frekuensi Frekuensi
Jumlah kutub Jumlah kutub
50 Hz 60 Hz 50 Hz 60 Hz
2 3000 3600 16 375 450
4 1500 1800 18 333 400
6 1000 1200 20 300 360
8 750 900 22 272 327
10 600 720 24 250 300
12 500 600 26 231 277
14 428 540 28 214 257
BAB III
METODA DAN PROSES PENYELESAIAN
Mulai
Pemilihan jenis
turbin
Perhitungan
karakteristik turbin
Tidak
sesuai
Ya
Perancangan
Pemilihan bearing
runner dan poros
selesai
1
2
Urutan proses untuk perancangan turbin air pada pembangkit mikrohidro yang
sesuai digunakan pada sumber potensi (Sungai Cibuni, Kab. Cianjur Prop. Jawa
Barat) dijelaskan pada Gambar III.1. Dapat dilihat pada Gambar III.1, bahwa langkah
pertama adalah menentukan sumber potensi. Potensi yang dipilih adalah Sungai
Cibuni, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Dari penentuan sumber potensi ini
akan didapat parameter head dan debit. Head Gross yang didapat merupakan hasil
pengukuran menggunakan Google Earth, sedangkan debit berasal dari data PUS air
wilayah terkait. Selanjutnya, menentukan daya yang dapat dibangkitkan. Berdasarkan
perhitungan dalam menentukan daya yang dapat dibangkitkan diperlukan beberapa
parameter diantaranya; debit rata-rata, head efektif. Bagian selanjutnya adalah
memilih jenis turbin yang sesuai, kemudian masuk ke tahap perancangan turbin.
Data debit didapatkan dari PUS air wilayah terkait. Data debit Sungai Cibuni
dapat dilihat pada Tabel III.1.
Tabel III.8 Data debit air tahunan.
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES
2001 30 39 22 22 17 21 15 12 9 15 21 14 20
2002 12 12 13 21 20 17 15 11 7 6 7 32 14
2003 16 17 17 13 13 7 8 7 7 8 9 15 11
2004 17 17 20 17 15 10 10 8 9 8 13 30 15
4
2005 18 14 16 15 14 8 8 15 7 7 13 9 12
2006 13 12 10 15 10 9 8 7 8 6 7 14 10
2007 5 7 6 8 5 4 3 3 3 4 5 9 5
2008 12 10 17 10 9 16 11 11 11 12 19 13 13
2009 11 15 12 19 14 10 8 10 9 10 17 15 12
2010 14 16 19 11 14 12 12 11 17 14 17 19 15
2011 10 9 10 15 13 8 9 7 6 8 15 18 11
2012 11 14 16 14 11 11 8 7 6 9 14 15 11
2013 12 13 11 13 10 9 7 7 6 11 16 16 11
rerata 14 15 15 15 13 11 9 9 8 9 13 17
Semua dalam satuan (m3/s). Tabel III.1 merupakan data debit Sungai Cibuni, data
yang digunakan adalah data sungai selama 13 tahun berturut-turut.
Dari data debit sungai yang telah didapat, maka dapat ditentukan debit yang
akan digunakan pada pembangkit. Debit tersebut menentukan kerja dari operasi
pembangkit mikrohidro secara keseluruhan. Penentuan debit yang akan digunakan
adalah dengan menggunakan metode Flow Duration Curve.
5
45
40
35
30
Debit (m3/s)
25
20
15
10
5
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Probabilitas (%)
Gambar III.3 merupakan Flow Duration Curve dari sumber potensi. Grafik di atas
menunjukkan presentase debit air sesuai dengan kebutuhan yang akan dipilih untuk
pembangkit.
Sehingga,
P=997,29 kg/m 3 × 9,8 m/s 2 × 30 m×0,5 m 3 /s
¿ 146559 Watt
¿ 146 kWatt
Jadi daya yang dimiliki oleh sumber potensi sebesar 146 kWatt. Debit yang
digunakan hanya sebesar 0,5 m3/s, dikarenakan sungai potensi tersebut digunakan
oleh masyarakat setempat. Masyarakat memakainya untuk irigasi sawah, sehingga
saat debit air terendah yaitu 3 m3/s (lihat Tabel III.1), air tetap tersedia untuk
masyarakat. Untuk daya yang dihasilkan turbin berbeda-beda tergantung dari jenis
turbin yang digunakan. Berdasarkan Tabel II.2 didapat nilai efisiensi berbagai jenis
turbin. Dari daya yang dihasilkan oleh sungai potensi dikalikan dengan efisiensi
berbagai jenis turbin, didapat variasi daya output berbagai turbin seperti pada Tabel
III.2.
Tabel III.9 Variasi daya output berbagai turbin.
maka didapat daya output berbagai jenis turbin untuk sungai potensi yang sama.
Dengan menggunakan Persamaan 1, didapat daya ouput maksimum berbagai jenis
turbin yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
7
Kaplan/Propeller 92
Francis 92
Crossflow 92
¿ 102,20 kW 100 kW
Daya maksimal yang dapat dibangkitkan turbin adalah sebesar 100 kWatt.
Lebar dan diameter roda jalan dapat dipilih dimensi yang diinginkan sesuai
dengan kebutuhan atau faktor lainnya. Ditetapkan C = 0,98 dan k = 0,087.
Tabel III.12 Pilihan lebar dan diameter roda jalan.
210,6 ×Q
L=
D1 × √ H
210,6 × Q
L D 1=
√H
210,6× 17,65
¿
√98,4
L D1=374,71inchi 2
Tabel III.5 memberikan beberapa pilihan dimensi lebar dan diameter dari roda
jalan. Pemilihan dimensi tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor tertentu. Untuk
pilihan yang digunakan yaitu ukuran dari lebar roda jalan sebesar 66,04 cm,
sedangkan diameter roda jalannya sebesar 36,6 cm. Pemilihan tersebut karena faktor
proporsional dari turbin tersebut.
Kecepatan pancaran air sebelum masuk runner (V1) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 4. Kecepatan air sebelum memasuki runner bukan
11
merupakan kecepatan mutlak karena terdapat faktor empiris (φ), yang bernilai 0,98.
Jika φ=0,98 maka:
V 1=0,8 √ 2. ( 9,8 m/s 2 ) . ( 30 m )
¿ 23,76 m/s
Jadi, kecepatan air ketika memasuki runner yaitu sebesar 23,76 m/s.
A=0,021 m2
Dari area pancaran jet, dapat dihitung ketebalan pancaran air di dalam runner.
Persamaan untuk menghitung ketebalan pancaran (jet) adalah sebagai berikut, s0 =
A/L (Mockmore, C. A. dkk., 1949).
A
s0=
L
0,021 m2
s0=
0,66 m
s0=0,03 m
Sehingga, didapat tebal pancaran air di dalam roda jalan sebesar 30 mm.
Jarak antar sudu untuk lingkaran luar (s1) dan dalam runner (s2) adalah
berbeda satu sama lainnya, diukur dari arah tegak lurus terhadap kecepatan nisbi
(lihat Gambar II.8). Jarak antar sudu luar terhadap kecepatan nisbi merupakan hasil
12
kali diameter dengan konstanta k yang bernilai 0,075 – 0,3 (Misonyi., 1967).
Sehingga:
s1=k × D 1
s1=0,087× 36,6 cm
s1=3,18 cm
s1
t=
sin β1
3,18 cm
t=
0,5
t=6,36 cm
Sedangkan jarak antar sudu bagian dalam terhadap kecepatan nisbi (s2), dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 19. Jika r1 = 183 mm dan r2 = 120,8 mm
(lihat perhitungan lebar pelek), maka:
r2
s2=t
[]
r1
120,8
s2=63,6 [ 183 ]
s2=4,19 cm
Jika satu sudu pada waktu yang sama, dianggap sebagai pemotongan pancaran
(jet), sehingga pengaturan jarak sudu, t, seperti pada Gambar II.8, maka banyaknya
sudu, n adalah:
D1
n=π ×
t
36,6 cm
n=3,14 ×
6,36 cm
13
Jumlah tersebut bukanlah jumlah sudu yang tepat untuk efisiensi maksimum.
Jika jumlah sudu yang lebih sedikit menyebabkan pulsasi daya, sementara jika jumlah
sudu yang lebih banyak akan menyebabkan kerugian gesek berlebih. Jumlah optimum
hanya dapat ditentukan dengan percobaan.
a=0,17 ×36,6 cm
a=6,22 cm
6,22 cm
ρ=0,326 ×
0,34
ρ=5,96 cm
Konstanta k merupakan konstanta yang sama digunakan untuk mencari jarak antar
sudu luar terhadap kecepatan nisbi. Jika k = 0,087 karena pada perhitungan jarak
antar sudu luar terhadap kecepatan nisbi, juga menggunakan nilai yang sama. Maka:
y 1=( 0,1986−0,945 ×0,087 ) 36,6 cm
14
y 1=4,26 cm
15
III.6.9 Jarak Pancaran (Jet) dari Batas Luar Roda Bagian Dalam
Sedangkan untuk jarak pancaran (jet) dari batas luar roda bagian dalam,
dihitung menggunakan Persamaan 36.
y 2=( 0,1314−0,945 k ) D1
y 2=1,8 cm
¿ 36,6 mm
γ =34,9 °
θ = 0° - 38°
Tabel III.13 Lengkung pipa pancar.
III.7 Poros
Poros yang digunakan pada perancangan turbin crossflow ini yaitu, jenis
poros lurus. Menurut Persamaan 51 nilai torsi maksimum dapat dihitung, sehingga:
P ×60
T=
2π ×N
100000Watt ×60
T=
2 ( 3,14 ) × 640 rpm
T =1492,8 Nm
A s=228,5 mm2
V s =150810 mm3
Material yang digunakan sebagai bahan untuk sudu adalah ST 37, yang memiliki
massa jenis bahan γ = 7,8 × 103 kg/m3. Sehingga, massa sudu dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 55:
ms =γ ×V s
kg
(
ms = 7,8 . 103
m 3 )
× ( 150,81 .10−6 m3 )
18
ms =1,17 kg
m
W s=1,17 kg × 9,8
s2
W s=11,46 N
m
U =11,18
s
Dari parameter kecepatan keliling pada titik berat sudu, dapat dihitung gaya
sentrifugal pada turbin menggunakan Persamaan 57, Sehingga:
U2
F c =ms
R
2
m
F c =( 1,17 kg )
( 11,18
s )
( 167 .10−3 m )
F c =875,69 N
19
ψ 1=87,57 °
ψ 2=90 ° −52,96°
ψ 2=37,04 °
Besar gaya pada setiap sudu untuk arah gaya x dapat dihitung menggunakan
Persamaan 59. Dengan memasukkan nilai ψ1 dan ψ2,sehingga:
ρ ×Q
F x= ( V cos ψ 1−V 2 cos ψ 2 )
2,53 1
kg m3
( 997,29
m3)(× 0,5
s ) m m
F x=
2,53 (( 23,76
s ) (
cos 87,57 °− 16,95
s )
cos 37,04 °
)
F x =−2441,94 N
Besar gaya pada setiap sudu untuk arah gaya y dapat dihitung menggunakan
Persamaan 60, maka:
ρ× Q
F y= ( V sinψ 1 −V 2 sin ψ 2 )
2,53 1
kg m3
( 997,29
m3)(× 0,5
s ) m m
F =
y
2,53 (( 23,76
s ) (
sin 87,57 ° − 16,95
s )
sin 37,04 °
)
F y =2625,23 N
20
Gaya impuls total yang bekerja pada setiap sudu ditingkat 1 dapat dihitung
menggunakan Persamaan 61:
F 1=√ F x2 + F y 2
2 2
F 1=√ (−2441,94 N ) + ( 2625,23 N )
F 1=3585,37 N
Dengan menggunakan persamaan yang sama untuk impuls total tingkat 1, impuls
total tingkat 2 dapat dihitung.
ρ ×Q
F x= ( V cos ψ 3−V 4 cos ψ 4 )
2,53 3
kg m3
( 997,29
m3 )(
× 0,5
s ) m m
F =
y
2,53 (( 16,95
s ) (
sin 37,04 ° + 7,1
s)sin 13,57 °
)
F y =1694,97 N
Jadi gaya impuls yang bekerja pada tiap sudu tingkat 2 adalah:
F 2=√ F x2 + F y 2
2 2
F 2=√ ( 1279,11 N ) + ( 1694,97 N )
F 2=2123,38 N
21
Dari perhitungan di atas, gaya berat sudu bernilai sangat kecil jika dibandingkan
dengan gaya sentrifugal dan gaya impuls. Sehingga gaya berat sudu dapat diabaikan
saja. Oleh karena itu, gaya total yang bekerja pada sudu turbin adalah gaya impuls
ditambah dengan gaya sentrifugal, dimana pada perhitungannya (penjumlahan
vektoris), gaya impuls dianggap bekerja pada titik berat sudu.
Sehingga didapat:
F T 1= F́ c + F́ 1
F T 1=3690,76 N
dan
F T 2= F́ c + F́ 2
F T 2=2999,07 N
III.9 Bearing
Pada perancangan bearing, jenis bearing yang digunakan yaitu jenis bola alur
dalam baris tunggal (conrad bearings). Menurut Tabel II.6 bearing ini memiliki
kapasitas beban radial baik dan kapasitas beban aksialnya cukup. Perhitungan
bearing memperhitungkan beban radial yang terjadi saat turbin berputar normal. Dari
perhitungan gaya pada sudu roda jalan sebelumnya didapat:
F T 1=3691 N
F T 2=2999 N
Dan dari Gambar II.18, didapat sudut antara kedua gaya diatas adalah sebesar 76˚.
Jadi
R= F T 12 + FT 22−2 ( F T 1 ) ( F T 2 ) cos 76 °
√
2 2
R=√( 3691 N ) + ( 2999 N ) −2 ( 3691 N ) ( 2999 N ) cos 76 °
R=4155 N
R=934 lb
22
P=1,0 × 934 lb
P=934 lb
Umur rancangan bearing adalah sebesar 30.000 jam dan pada putaran 640 rpm, maka
menggunakan Persamaan 63 dapat dihitung jumlah putaran rancangan untuk
bantalan, Ld.
Ld =( h ) ( rpm )( 60 min /h )
Maka menggunakan Persamaan 64, tingkat beban dinamis dasar yang dibutuhkan
adalah:
1 /k
C=Pd ( L d / 106 )
1 /3
C=934 lb ( 1,1× 109 /106 )
C=9619 lb
III.10 Generator
Pada perancangan ini, generator dikopel langsung dengan turbin. Sehingga,
putaran generator dengan putaran turbin haruslah sama. Pada bagian sebelumnya
diketahui putaran dari turbin yaitu 640 rpm. Generator yang dipilih yaitu generator
sinkron tiga fasa dengan putaran 600 rpm. Dan berdasarkan Tabel II.7, jenis generator
yang memiliki syarat tersebut yaitu generator dengan jumlah kutub 10.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1
2
dapat dibangkitkan oleh turbin, dihasilkan kapasitas terpasang dari turbin crossflow
adalah sebesar 100kWatt. Jadi, daya yang dihasilkan maksimal oleh turbin ini sebesar
100 kWatt.
Setelah menentukan kapasitas terpasang, selanjutnya menentukan dimensi
dari runner turbin itu sendiri. Runner merupakan salah satu komponen terpenting di
dalam turbin. Dalam perhitungannya, dilakukan pemilihan untuk dimensi lebar dan
diameter runner. Hasil perhitungan yang didapatkan untuk pemilihan dimensi
tersebut dapat dilihat pada Tabel III.5. Untuk dimensi runner yang dipilih, penulis
menggunakan ukuran runner dengan lebar dan diameter 660 mm dan 366 mm.
Pemilihan tersebut didasarkan pada bentuk yang proporsional dari runner itu sendiri.
Kemudian menentukan bentuk geometri dan jumlah dari sudu yang
digunakan. Berdasarkan hasil yang didapat dari hasil perhitungan, didapatkan jumlah
sudu sebanyak 18 buah. Jumlah sudu optimal sebenarnya hanya bisa dihitung
menggunakan percobaan yang dilakukan di laboratorium. Tebal sudu yang digunakan
yaitu sebesar 5 mm. Semua sudu dihubungkan dengan piringan atau rotor pada setiap
ujungnya, membentuk rangkaian yang memiliki jarak antar sudu sebesar 63,6 mm.
Piringan masing-masing memiliki tebal 15 mm dengan diameter 366 mm. Sedangkan
untuk panjang dari runner keseluruhan untuk tebal tiap piringan sebesar 15 mm
adalah 690 mm. Untuk jarak antar sudu pada bagian lingkaran luar didapatkan nilai
sebesar 31,8 mm, sedangkan jarak antar sudu untuk bagian lingkkar dalam didapatkan
nilai sebesar 41,9 mm. Panjang sudu adalah 660 mm dan membengkok pada suatu
busur dengan radius kelengkungan sebesar 59,6 mm.
Jenis poros yang digunakan yaitu jenis poros lurus diameter 55 mm, dengan
bahan material adalah Baja Khrom nikel molobden SNCM 25. Penentuan poros
memperhitungkan momen torsi dan momen bending yang terjadi saat turbin berputar
normal. Karena selain momen torsi yang bekerja pada poros saat turbin berputar
secara normal, juga terdapat momen bending yang menyebabkan gaya bengkok pada
poros tersebut. Jenis bearing yang digunakan adalah jenis bola alur dalam baris
tunggal (conrad bearings). Karakteristik dari jenis bearing ini yaitu kemampuan
mengatasi beban radial baik dan kapasitas beban aksialnya cukup. Karena pada turbin
4
crossflow, beban yang dominan terjadi adalah beban radial. Karakteristik atau
spesifikasi turbin yang dirancang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.14 Spesifikasi turbin hasil rancangan.
IV.4 Generator
Generator yang akan digunakan dikopel langsung dengan turbin, tanpa
menggunakan sistem transmisi. Putaran generator haruslah sama dengan putaran
turbin. Untuk putaran turbin yaitu 640 rpm, jenis generator yang sesuai yaitu dengan
jumlah kutub 10.
IV.5 Perbandingan
Turbin crossflow pada umumnya menggunakan komponen guide vane, guide
vane merupakan komponen yang berguna untuk mengatur aliran air yang berada di
dalam turbin. Komponen guide vane dapat digunakan untuk perancangan ini atau
tidak. Jika tidak, alasan penulis tidak menggunakan komponen guide vane ini yaitu
seperti diketahui, biasanya debit air rencana yang disediakan oleh sungai potensi
tidaklah selalu sama atau berbeda untuk setiap waktunya. Biasanya hal ini
dipengaruhi oleh faktor musim, misal musim hujan atau musim kemarau. Oleh karena
itu, biasanya diberikan komponen guide vane guna mengatur aliran air yang
memasuki turbin tersebut. Akan tetapi, debit rencana yang digunakan oleh penulis
pada perancangan turbin ini merupakan debit air yang selalu bernilai tetap sepanjang
waktu setiap tahunnya. Sehingga komponen guide vane tersebut bisa saja tidak
5
Mengacu ke Bab IV, kesimpulan yang didapat dari perancangan ini yaitu:
a. Sungai Cibuni memiliki potensi mikrohidro sebesar 146 KWatt.
b. Daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh turbin adalah 100 kW.
c. Dimensi dari runner memiliki lebar 690 mm dan diameter 366 mm.
d. Kecepatan putar turbin adalah 640 rpm.
e. Kecepatan pancaran air 23,76 m/s.
f. Ketebalan pancaran jet 30 mm.
g. Jarak antar sudu untuk lingkaran luar 3,18 cm
h. Jarak antar sudu 6,36 cm
i. Jarak antar sudu untuk lingkaran dalam 4,19 cm
j. Jumlah sudu 18 buah
k. Lebar pelek (rim) radial 6,22 cm
l. Radius kelengkungan sudu 5,96 cm
m. Jarak pancaran (jet) dari pusat poros 4,26 cm
n. Jarak pancaran (jet) dari batas luar roda bagian dalam 1,8 cm
o. Poros yang digunakan yaitu jenis poros bertingkat, dengan diameter shaft
terluar sebesar 55 mm.
p. Pemilihan bearing menggunakan jenis bearing bola alur dalam baris tunggal
(conrad bearings).
q. Generator yang digunakan yaitu, generator sinkron tiga fasa dengan jumlah
kutub 10.
r.
1
DAFTAR PUSTAKA
Mosonyi, Emil, Water Power Development Volume II, Publishing House of The
Hungarian Academy of Sciences, Budapest, 1967.
1
Tingkat
Tingkat
berat beban
beban
Dimensi bantalan nominal Diameter bahu bantala statik
dinamik
Nomor n dasar
dasar C
bantala Co
n rumah
d D B r* poros bantala
n
Mm in mm in mm In in in in lb lb Lb
6200 10 0,3937 30 1,1811 9 0,3543 0,024 0,500 0,984 0,07 520 885
6201 12 0,4724 32 1,2598 10 0,3937 0,024 0,578 1,063 0,08 675 1180
6202 15 0,5906 35 1,3780 11 0,4331 0,024 0,703 1,181 0,10 790 1320
6203 17 0,6693 40 1,5748 12 0,4724 0,024 0,787 1,380 0,14 1010 1660
6204 20 0,7874 47 1,8504 14 0,5512 0,039 0,969 1,614 0,23 1400 2210
6205 25 0,9843 52 2,0472 15 0,5906 0,039 1,172 1,811 0,29 1610 2430
6206 30 1,1811 62 2,4409 16 0,6299 0,039 1,406 2,205 0,44 2320 3350
6207 35 1,3780 72 2,8346 17 0,6693 0,039 1,614 2,559 0,64 3150 4450
6208 40 1,5748 80 3,1496 18 0,7087 0,039 1,811 2,874 0,82 3650 5050
6209 45 1,7717 85 3,3465 19 0,7480 0,039 2,008 3,071 0,89 4150 5650
6210 50 1,9685 90 3,5433 20 0,7874 0,039 2,205 3,268 1,02 4650 6050
6211 55 2,1654 100 3,9370 21 0,8268 0,039 2,441 3,602 1,36 5850 7500
6212 60 2,3622 110 4,3307 22 0,8661 0,059 2,717 3,996 1,73 7250 9050
6213 65 2,5591 120 4,7244 23 0,9055 0,059 2,913 4,390 2,18 8000 9900
6214 70 2,7559 125 4,9213 24 0,9449 0,059 3,110 4,587 2,31 8800 10800
6215 75 2,9528 130 5,1181 25 0,9843 0,059 3.307 4,783 2,64 9700 11400
6216 80 3,1496 140 5,5118 26 1,0236 0,079 3,504 5,118 3,09 10500 12600
6217 85 3,3465 150 5,9055 28 1,1024 0,079 3,740 5,512 3,97 12300 14600
6218 90 3,5433 160 6,2992 30 1,1811 0,079 3,937 5,906 4,74 14200 16600
6219 95 3,7402 170 6,6929 32 1,2598 0,079 4,213 6,220 5,73 16300 18800
6220 100 3,9370 180 7,0866 34 1,3386 0,079 4,409 6,614 6,94 18600 21100
6221 105 4,1339 190 7,4803 36 1,4173 0,079 4,606 7,008 8,15 20900 23000
6222 110 4,3307 200 7,8740 38 1,4961 0,079 4,803 7,402 9,59 23400 24900
6224 120 4,7244 215 8,4646 40 1,5748 0,079 5,197 7,992 11,4 26200 26900
Sumber: NSK Corporation, Ann Arbor, MI.