100 kW
Oleh:
Rizki Ramdani
101724029
Penulis:
Nama Mahasiswa : Rizki Ramdani
NIM : 101724029
Penguji:
1. Sebagai Ketua : Wahyu Budi Mursanto, Ir., M.Eng.
2. Sebagai Penguji I : Bambang Puguh M., ST.
Menyetujui,
Mengetahui,
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini
merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu
Institusi Pendidikan, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka
Rizki Ramdani
NIM 101724029
ii
ABSTRAK
Pada tugas akhir ini penulis merancang sebuah turbin air untuk pembangkit
hidro skala kecil. Penulis merancang runner dan poros, juga pemilihan bearing untuk
turbin tersebut. Perancangan dimulai dengan menentukan sumber potensi. Sumber
potensi yang dijadikan sebagai pembangkit hidro tersebut, terletak di Sungai Cibuni,
Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Dari sumber potensi didapat data head dan
debit yang merupakan dasar dalam perancangan turbin. Berdasarkan data-data yang
didapat pada sumber potensi tersebut, kapasitas terpasang untuk turbin adalah 100
kW. Hasil dari perancangan tersebut yaitu, didapatkan dimensi dari runner, mulai
dari lebar dan diameter runner, profil sudu dan bentuk flens atau piringan. Poros
berguna untuk mentransmisikan daya yang dihasilkan turbin menuju generator. Poros
yang digunakan merupakan jenis poros lurus, yang disesuaikan dengan turbin.
Panjang poros disesuaikan dengan jenis turbin yang digunakan. Bearing yang dipilih
merupakan jenis bearing yang disediakan oleh para produsen-produsen pabrikan
bearing. Bearing yang dipilih untuk perancangan turbin ini yaitu jenis bola alur
dalam baris tunggal (conrad bearings). Bearing ini memiliki spesifikasi kemampuan
dalam menahan beban radial yang baik dan beban aksial yang cukup. Karena beban
yang dominan bekerja pada turbin crossflow, merupakan beban radial. Dalam
perancangan turbin ini, penulis tidak menggunakan salah satu komponen yang
biasanya terdapat pada turbin crossflow, yaitu komponen guide vane. Sebagai
gantinya, dipasang valve pada bagian pipa pesat.
iii
ABSTRACT
In this thesis, the authors designed a water turbine for small scale hydro
plants. The author designed a runner and shaft, as well as the selection of bearings for
the turbine. The design begins with determining the source of potential. Serve as a
potential source of hydro power plants, located on the Cibuni River, Cianjur, West
Java. Potential sources of data obtained from a head and discharge is the basis for the
design of the turbine. Based on the data obtained on the potential sources, the
installed capacity of the turbine is 100 kW. The results of the design ie, obtained
dimensions of the runners, ranging from the width and diameter of the runner, the
profile of the blade and flange or disc shape. Axle useful for transmitting the
generated power to the turbine generator. Shaft which used a straight shaft type,
which is tailored to the turbine. Long shaft adapted to the type of turbine used.
Selected bearing is a type of bearing that is provided by the manufacturer bearing
producers. Bearings are selected for the design of this turbine is the type of single row
deep groove ball (conrad bearings). This bearing has the ability to withstand the load
specification radial and axial loads are good enough. Because the burden of work on
the dominant crossflow turbine, a radial load. In designing this turbine, the authors
did not use one component that is usually found on the crossflow turbine, the guide
vane components. Instead, the valve mounted on the pipe rapidly.
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
Agama : Islam
E-mail : rizki.ramdani92@yahoo.co.id
Pendidikan:
Pengalaman:
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan karena hanya atas anugerah
dan kasih karunia-Nya yang besar sehingga Tugas Akhir yang berjudul ”
Perancangan Turbin Crossflow Kapasitas 100 kW ” dapat terselesaikan dengan
baik.
1. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu mendukung dan memberikan perhatian
penuh kepada penulis.
3. Bapak Aceng Daud, ST., M.Eng, selaku pembimbing atas kesediaannya untuk
membimbing penulis selama pengerjaan tugas akhir ini.
4. Bapak Budi Suharto, ST. yang ikut memberikan bimbingan kepada penulis.
7. Bapak Yudistira Elia sebagai pembimbing luar yang telah ikut membantu
penulis.
8. Bapak Faisal Rahadian dan Bapak Muhammad Sanusi yang telah memberi
informasi kepada penulis mengenai tugas akhir.
vi
9. Ibu Tita Roekmana, yang berbaik hati memberikan fasilitas-fasilitas kepada
penulis dalam pengerjaan tugas akhir.
10. Kepada Makji yang selalu berbaik hati membiarkan pintu rumahnya terbuka
bagi penulis.
11. Kepada Ugi Dwiki Purwanto yang saya anggap saudara, yang selalu
membantu penulis dan selalu penulis repotkan.
12. Kepada pelaku EDM, atas musik yang selalu menemani penulis dalam
penyelesaian tugas akhir.
14. Kepada Gollunz, Kang Irfan, Ndaru, Feny dan Rizky Herdyan yang ikut
membantu terselesainya penulisan tugas akhir ini.
15. Fariz Rio Pradhana, rekan seperjuangan dalam menyelesaikan tugas akhir.
16. Kepada kelompok tugas akhir grup air: Fariz, Iqbal, Wishal, Abed, Ading atas
sharing ilmu yang dilakukan.
17. Seluruh teman-teman TPTL 2010 atas pengalaman dan kebaikan kalian
selama 4 tahun.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan
saran untuk perbaikan, dengan harapan tugas akhir ini dapat memberikan sedikit
sumbangan dan manfaat bagi kita semua.
Juli 2014
Penulis
vii
Daftar Isi
BAB I..........................................................................................................................I-1
I.1 Latar Belakang.............................................................................................I-1
I.2 Tujuan...........................................................................................................I-2
I.3 Rumusan Masalah........................................................................................I-2
I.4 Batasan Masalah...........................................................................................I-2
I.5 Sistematika Penulisan...................................................................................I-3
BAB II......................................................................................................................II-1
II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Hidro Skala Kecil...........................................II-1
II.2 Turbin Air...................................................................................................II-2
II.3 Daya Turbin................................................................................................II-3
II.4 Pemilihan Jenis Turbin...............................................................................II-4
II.5 Kecepatan Spesifik......................................................................................II-5
II.6 Turbin Crossflow........................................................................................II-6
II.6.1 Komponen Turbin................................................................................II-7
II.7 Kecepatan Putar Turbin..............................................................................II-8
II.8 Kecepatan Pancaran Air..............................................................................II-8
II.9 Analisa Kecepatan Pada Roda Jalan (Runner)............................................II-9
II.10 Segitiga Kecepatan................................................................................II-11
II.11 Proporsi Konstruksi...............................................................................II-13
II.11.1 Sudut Sudu.........................................................................................II-13
II.11.2 Lebar Pelek Radial.............................................................................II-14
II.11.3 Diameter Roda dan Lebar Roda Axial..............................................II-18
II.11.4 Kelengkungan Sudu...........................................................................II-19
II.11.5 Sudut Pusat........................................................................................II-20
II.12 Sudut Pancar..........................................................................................II-21
II.13 Pipa Pancar............................................................................................II-23
II.14 Poros......................................................................................................II-26
viii
II.14.1 Jenis-jenis poros berdasarkan pembebanannya.................................II-26
II.14.2 Jenis-jenis poros berdasarkan bentuknya..........................................II-26
II.14.3 Sifat-sifat poros yang diperhitungkan................................................II-27
II.14.4 Material Bahan..................................................................................II-28
II.14.5 Penentuan Diameter Poros.................................................................II-29
II.15 Gaya Pada Sudu Roda Jalan..................................................................II-30
II.15.1 Gaya Berat Sudu................................................................................II-30
II.15.2 Gaya Sentrifugal................................................................................II-31
II.15.3 Gaya Impuls.......................................................................................II-32
II.16 Bantalan (Bearing)................................................................................II-33
II.16.1 Pemilihan Bantalan (Gabungan Beban Radial dan Aksial)...............II-33
BAB III...................................................................................................................III-1
III.1 Tahap Perancangan Turbin Crossflow.......................................................III-1
III.2 Sumber Potensi..........................................................................................III-2
III.2.1 Data Debit Aliran Sungai...................................................................III-3
III.2.2 Flow Duration Curve (FDC)..............................................................III-3
III.3 Menentukan Head dan Debit.....................................................................III-4
III.4 Menghitung Daya Potensi.........................................................................III-5
III.5 Pemilihan Jenis Turbin..............................................................................III-6
III.6 Perancangan Turbin Crossflow..................................................................III-7
III.6.1 Daya Turbin........................................................................................III-7
III.6.2 Lebar dan Diameter Roda Jalan.........................................................III-8
III.6.3 Kecepatan Pancaran Air.....................................................................III-9
III.6.4 Ketebalan Pancaran Jet.......................................................................III-9
III.6.5 Pengaturan Jarak Sudu Dalam Roda................................................III-10
III.6.6 Lebar Pelek (Rim) Radial.................................................................III-11
III.6.7 Radius Kelengkungan Sudu.............................................................III-12
III.6.8 Jarak Pancaran (Jet) dari Pusat Poros...............................................III-12
ix
III.6.9 Jarak Pancaran (Jet) dari Batas Luar Roda Bagian Dalam...............III-12
III.6.10 Sudut Pancar.................................................................................III-12
III.6.11 Pipa Pancar...................................................................................III-13
III.7 Poros........................................................................................................III-14
III.8 Gaya Pada Sudu Roda Jalan....................................................................III-15
III.8.1 Gaya Berat Sudu...............................................................................III-15
III.8.2 Gaya Sentrifugal...............................................................................III-16
III.8.3 Gaya Impuls.....................................................................................III-16
III.9 Bearing.....................................................................................................III-19
BAB IV....................................................................................................................IV-1
IV.1 Sumber Potensi..........................................................................................IV-1
IV.2 Penentuan Jenis Turbin.............................................................................IV-2
IV.3 Perancangan Turbin...................................................................................IV-2
IV.4 Perbandingan.............................................................................................IV-4
BAB V.......................................................................................................................V-1
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................V-2
x
Daftar Tabel
Tabel II.1 Klasifikasi pembangkit listrik...................................................................II-2
Tabel II.2 Efisiensi maksimum..................................................................................II-3
Tabel II.3 Penggunaan turbin berdasarkan head.......................................................II-4
Tabel II.4 Kecepatan spesifik (Ns) beberapa jenis turbin..........................................II-6
Tabel II.5 Baja paduan untuk poros.........................................................................II-28
Tabel II.6 Perbandingan jenis-jenis bantalan..........................................................II-33
Tabel III.1 Data debit air tahunan............................................................................III-3
Tabel III.2 Variasi daya output berbagai turbin.......................................................III-5
Tabel III.3 Putaran turbin.........................................................................................III-6
Tabel III.4 Kecepatan spesifik.................................................................................III-7
Tabel III.5 Pilihan lebar dan diameter roda jalan.....................................................III-8
Tabel III.6 Lengkung pipa pancar..........................................................................III-13
Tabel IV.1 Spesifikasi turbin hasil rancangan.........................................................IV-4
xi
Daftar Gambar
Gambar II.1 Skema pembangkit listrik hidro skala kecil..........................................II-1
Gambar II.2 Grafik perbandingan karakteristik turbin..............................................II-4
Gambar II.3 Turbin crossflow...................................................................................II-6
Gambar II.4 Penampang aliran di sisi masuk turbin.................................................II-7
Gambar II.5 Lintasan air melalui turbin....................................................................II-9
Gambar II.6 Interferensi elemen-elemen aliran melalui roda turbin.......................II-10
Gambar II.7 Diagram kecepatan..............................................................................II-11
Gambar II.8 Jarak sudu............................................................................................II-12
Gambar II.9 Diagram kecepatan komposit..............................................................II-14
Gambar II.10 Diagram kecepatan............................................................................II-14
Gambar II.11 Lintasan pancaran (jet) di dalam roda...............................................II-17
Gambar II.12 Kuvatur sudu.....................................................................................II-21
Gambar II.13 Sudut pancar......................................................................................II-21
Gambar II.14 Lengkungan pipa pancar...................................................................II-23
Gambar II.15 Kesetimbangan tekanan pada partikel air.........................................II-24
Gambar II.16 Gaya yang bekerja pada poros..........................................................II-27
Gambar II.17 Sudu roda jalan..................................................................................II-30
Gambar II.18 Gaya-gaya pada sudu........................................................................II-32
Gambar III.1 Gambaran lokasi.................................................................................III-2
Gambar III.2 Grafik flow duration curve.................................................................III-4
xii
NOMENKLATUR
Hn Head efektif m
Ns Kecepatan spesifik -
Pt Daya turbin kW
φ Koefisien nosel -
H Head m
α Sudut masuk °
ψ Koefisien empiris -
xiii
V Kecepatan pancaran air m/s
a Lebar rim m
L Lebar runner m
S Jarak pancaran mm
T Torsi Nm
Kt Faktor koreksi -
Cb Faktor lenturan -
Sf Safety factor -
xiv
b Panjang sudu mm
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
I.2 Tujuan
1. Memperoleh potensi untuk pembangkit mikrohidro di Sungai Cibuni, Kab.
Cianjur, Prop. Jawa Barat.
2. Merancang turbin crossflow untuk pembangkit mikrohidro yang sesuai
dengan potensi Sungai Cibuni, Kab. Cianjur, Prop. Jawa Barat.
3. Mendesain critical komponen turbin crossflow meliputi: runner dan poros
4. Pemilihan komponen turbin crossflow: bearing.
5. Sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi D4 TPTL.
5. Bab V. Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan masukan dari penulis terhadap skripsi yang telah dibuat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
berdasarkan head, skema dari pembangkit dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori:
Menengah 10 – 100 MW
Kecil 1 – 10 MW
Mini 100 kW – 1 MW
Mikro 5 – 100 kW
Piko < 5 kW
satu satuan daya tiap satu satuan head. Kecepatan spesifik turbin dapat diartikan
sebagai titik efisiensi maksimum.
Kecepatan spesifik dapat dihitung dengan persamaan (Layman.,1998) :
N √ Pt
Ns= ……………………………………………………………………(2)
H 5/n 4
Dengan: Ns = kecepatan spesifik (-)
Hn = head efektif (m)
Pt = daya turbin (kW)
N = kecepatan putar turbin (rpm)
6
Dari gambar di atas terlihat turbin memiliki aliran air radial, energi air akan
ditampung oleh turbin dalam dua tingkat. Turbin memiliki empat bagian utama yaitu:
nosel, runner, guide vane dan casing (rumah turbin). Air dialirkan masuk ke dalam
turbin melalui pipa pesat berpenampang bulat. Pada ujung pipa pesat, sebelum masuk
turbin, dipasang adaptor, tempat perubahan penampang bentuk lingkaran menjadi
persegi menjelang masuk rumah turbin. Kemudian dari adaptor masuk ke nosel.
Nosel memiliki penampang persegi dan mengeluarkan pancaran air selebar runner
dan masuknya dengan sudut 16° terhadap garis singgung lingkar luar runner. Bentuk
dari pancaran adalah persegi, lebar dan tidak terlalu tebal. Sebelum mencapai runner,
aliran disesuaikan kecepatan masuk dan sudut masuknya. Runner memiliki konstruksi
7
dua buah pinggiran (rim) yang disatukan pada lingkar luarnya oleh sejumlah sudu
(Sumber: Manual Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro).
Pada Gambar II.4 terlihat penampang yang berbeda-beda mulai dari pipa pesat
sampai rumah turbin. Aliran disesuaikan saat masuk turbin agar terjadi aliran yang
optimal.
1. Inlet
Aliran air masuk ke dalam air melalui inlet. Di dalam inlet terdapat komponen guide
vane
2. Guide-vane
Guide-vane adalah sebuah katup yang berfungsi untuk mengatur atau menutup
jumlah air yang masuk runner.
3. Runner
Runner merupakan bagian utama dari sebuah turbin. Bilah runner terbuat dari baja
yang memiliki kekuatan tarik tinggi dilas pada lingkar luar dua piringan sejajar
(flens). Runner bergerak akibat pancaran air yang terpancar dari nosel. Terjadi
perubahan energi kinetik menjadi daya poros turbin yang nantinya akan
ditransmisikan ke generator.
8
4. Casing
Casing berfungsi untuk mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing
terdapat baut yang berguna untuk mengunci turbin pada pondasi. Konstruksi casing
harus memperhatikan kemudahan untuk proses perbaikan atau perawatan turbin
tersebut.
5. Bantalan atau bearing
Pada bagian kiri dan kanan turbin terdapat bantalan (bearing) yang berfungsi untuk
menyangga poros dan agar poros berputar dengan lancar. Bantalan yang digunakan
jenis spherical roller bearing dengan adaptor sleeve. Adaptor sleeve berfungsi untuk
mengunci bantalan dengan poros. Pelumasan memakai gemuk (grease) agar relatif
bebas perawatan dan tahan lama
Jika kecepatan keliling u1 diketahui, maka kecepatan aliran di sisi masuk V1'
dapat ditentukan. Kecepatan tersebut mengapit sebuah sudut β1. Efisiensi maksimum
dapat dicapai jika sudut sudu di titik A sama dengan β1. Suatu sudu runner
ditunjukkan oleh lengkung AB. Penjelasan aliran di sisi keluar adalah sama seperti
kondisi masuk. Alur mutlak air di atas lengkung sudu AB dapat ditentukan sama
halnya titik nyata air meninggalkan sudu. Dengan anggapan kecepatan mutlak V2
tidak mengalami perubahan, titik C tempat air memasuki kembali rim dapat
diketahui.
Maka, α3 = α2
β3 = β 2
10
β1 = β 4
Semua sudut tersebut saling berkaitan pada sudu yang sama. Tidak semuanya
aliran air yang masuk runner mengalir sesuai aliran mutlak tersebut. Terdapat
beberapa pancaran partikel air cenderung saling bersilangan di dalam runner. Seperti
tampak pada Gambar II.6.
hanya bila ψ dan C bernilai sama dengan satu, yaitu dianggap tidak terjadi kerugian
tinggi air terjun akibat gesekan di nosel atau sudu-sudu.
Untuk mendapatkan efisiensi turbin yang paling besar sudut masuk α1 harus dibuat
sekecil mungkin, nilai α1 = 16° umumnya cukup memadai. Dengan itu, cos α1 = 0,96
dan cos2α1 = 0,92.
13
Sudut sudu β1 ditentukan dari α1, V1 dan u1 pada Gambar (II.7) dan (II.5).
Apabila u1 = ½ V1 cos α1, maka:
tan β 1=2 tan α 1.....................................................................................................(16)
bila diambil α1 = 16°, kemudian β1 = 29° atau hampir 30°.
Sudut antara sudu lingkar dalam dengan garis singgung terhadapnya β2 ditentukan
menggunakan Gambar (II.9). Gambar kedua segitiga kecepatan di lingkar dalam
14
Dengan mengabaikan tebal sudu, tebal pancaran air masuk, s1 diukur tegak
lurus terhadap kecepatan nisbi (Gambar II.8), ditentukan oleh jarak antar sudu, t.
s1=t sin β1………………………………………………………………………..(18)
Dengan asumsi β2 = 90°, maka jarak sudu di lingkar dalam runner, s2, untuk tiap lebar
lingkaran sudu atau lebar rim, a, adalah:
r2
s2=t
[]r1
..................................................................................................................(19)
Apabila a cukup kecil, pancaran air tidak seluruhya mengisi ruang antar sudu.
Demikian a meningkat, s2 akan berkurang, oleh sebab itu dalam menentukan harga a
mempertimbangkan batas berikut:
v1 s 1
s2= ……………………………………………………………………………(20)
v '2
Apabila lebar lingkaran sudu a melampaui batas ini, maka akan terjadi aliran
air sulit melalui luasan penampang. Bahkan mungkin dapat menimbulkan tekanan
baalik. Lebar lingkaran sudu yang terlalu kecil pun tidak dianjurkan, karena pancaran
air akan mengalir begitu saja keluar melalui sela antar sudu di lingkar dalam runner
(penyerapan energi kecil). Untuk menetapkan lebar (a), v2' yang dipengaruhi gaya
sentrifugal (lihat Gambar II.8) perlu diketahui.
2 ' 2 2 ' 2
( v 1) −( v 2 ) =( u1 ) −( u2 ) ……………………………………………………(21)
2 2
( v '2 ) =( u'2 ) −( u 1 )2−( v 1) 2
padahal,
s1 r
v'2=v 1
[] []s2
=v 1 1 sin β1 ………………………………………………………..(22)
r2
dan
16
r1
u'2=u 1
[]
r2
bila
2
r1
x=
[]
r2
2
v1 v1 2 2
x 2− 1−
[ ( )] ( )
u1
x−
u1
sin β 1=0…………………………………………...(23)
Jika kecepatan keliling runner ideal adalah u1 = (c1 cos α1)/2 maka,
v1 1
= …………………………………………………………………………..
u1 cos β 1
(24)
Jika α1 = 16° dan β 1 = 30°, maka:
v1 1
= =1,15
u1 0,866
v1 2
( )
u1
=1,33
x=0,435
√ x=0,66
2 r 1=D1
Oleh karena itu, lebar lingkaran sudu atau lebar rim memiliki persamaan:
a=0,17 × D1 …………………………………………………………………...…(25)
Secara grafis lebar rim ini dapat diketahui dari perpotongan dua buah lengkung pada
(Gambar II.8)
r2 2 2 2 2
' 2
( )
( v ) = r u1 + v 1−u1……………………………………………………….(26)
2
1
17
dan
r1
( v '2 )=v 1 ()
r2
sin β 1……………………………………………………………….(27)
Sudut pusat bOC, Gambar (II.11) , dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
(26) dan,
α2' = separuh sudut bOC
v1 = u1/cosβ1 = u1/0,866
r2/r1 = 0,66
v2' = u1 (0,662 + 1,33 – 1)1/2
v'2=0,875 u1………………………………………………………………………(28)
v '2
'
tan α = ' …………………………………………………………………………(29)
2
u2
0,875 u1
tan α '2= =1,326
0,66 u1
r2
¿
() V
r1 1
2cos α 1
Untuk itu,
19
2 cos α '2 s 0
y=
r2 ……………………………………………………………………….
( )
r1
cos α 1
(32)
¿ ( 3,03 ) ( 0,66 ) s 0 /0,961
y=1,89 s0 …………………………………………………………………………(33)
Jarak sisi dalam pancaran saat melintas di dalam runner ke poros turbin, y1 (Gambar
II.11) adalah:
' 1,89 s 0 d 0
y 1=r 2 sin ( 90−α 2 )− − ………………………………………………...(34)
2 2
karena s1 = k . D1
kemudian,
y 1=( 0,1986−0,945 k ) D1……………………………………………………….(35)
Dalam hal ini poros tidak memanjang menembus runner, parameter y2 menjadi
batasan satu-satunya. Dengan cara yang sama, jarak y2, jarak antara tepi bagian luar
dari pancaran (jet) dan batas bagian dalam, dapat ditentukan:
y 2=( 0,1314−0,945 k ) D 1………………………………………………………(36)
Umumnya harga k berkisar antara, k = 0,075 sampai 0,10
sehingga:
ds
y1 + =0,128 D 1 sampai 0,104 D 1
2
1 π D1 N
()
2
C √ 2 gh cos α 1=¿
(12 ) ( 60 )
¿
360 C √ 2 gH cos α 1
D 1= …………………………………………………….............…
πN
(38)
C s0 L
Q= √ 2 gH …………………………………………………………………….
144
(40)
k D1 L
¿C √2 gH
144
144 Q
D 1= √ 2 gH
CkL
862
D 1= √ H …………………………………………………………...…………..(41)
N
144 Q 862
√ 2 gH = √ H
CkL N
L=144 QN /862 √ H Ck √ 2 gH
0,283 QN
L= sampai 0,212 QN ……………………………..………………….…..(42)
H
21
dimana,
k = 0,075 dan 0,01
tapi
´
AO=r 1
´
OB=r 2
´ BC
AC= ´ =ρ
r 21−r 22
ρ=
2 r 1 cos β 1
dimana,
r 2=( 0,66 r 1 ) , dancos β1 =cos 30=0,866
ρ=0,326 ×r 1……………………………………………………………………..(43)
1
r1
=
(
sin 180− δ
2 )
r2 1
( (
sin 90−
2
δ + β1 ))
1
sin δ
2
¿
1
(
cos δ + β 1
2 )
22
1 cos β1
tan δ=
2 r2
( sin β 1 +
r1 )
δ =73 ° 28'
Sudut pancar θ dibuat sedemikian rupa sehingga jarak S (lihat pada Gambar
II.13) memiliki nilai yang sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan pada praktek
pembuatan turbin jenis ini sebelumnya.
Menurut (Mosonyi Emil., 1967)
S=k . D………………………………………………………………………...(44)
dimana:
´ OC
AC= ´ tg φ
´ tg 180° − 90− 1 θ+ γ
¿ OC { ( 2 )}
24
´ tg 90 °+ 1 θ−γ
¿ OC ( 2 )
´
OC=r 1 cos ϑ
1
(
¿ r 1 cos 90° − θ
2 )
1 1
AC=r
´
(
1 cos 90 °− θ tg 90 °+ θ−γ
2 2 )( )
´
BC=r 1 sin ϑ
1
(
¿ r 1 sin 90 °− θ
2 )
maka
1
¿
(
r 1 cos 90 °− θ
2 )
1
(
cos 90 °+ −γ
2 )
Selanjutnya kedudukan titik A pada lengkungan pipa pancar memenuhi persamaan
lengkungan
´ γ . tg α
OA=r 1. e
1
Jadi lengkungan dari pipa pancar adalah identik dengan lintasan air saat memasuki
runner.
Untuk setiap partikel air yang keluar dari nozzle, terdapat kesetimbangan gaya
sebagai berikut:
Cu 2
dFc=dm =dA ( p+ dp− p )
r
26
Dimana:
dm= ρ ( r . dθ ) ( dr ) ( b )
dA=( r . dθ ) ( b )
Sehingga:
Cu2 (
ρ ( r . dθ ) ( dr ) . = r . dθ ) ( b ) ( dp )
r
dp dr
=Cu 2 . ………………………………………………………………………..(46)
ρ r
Persamaan Bernoulli:
dp
+Cu. dCu=0
ρ
dr dCu
+ =0
r Cu
Cu .r =C1
C1
Cu= ……………………………………………………………………………..(47)
r
C2
Cm= …………………………………………………………………………….(48)
r
27
tan α 1=C 3
dr
tan α 1 .dθ=
r
Sehingga,
r =r 1 . e θ .tan α ……………………………………………………………………..(49)
1
II.14 Poros
Poros merupakan bagian turbin yang berguna untuk mendistribusikan daya
yang dihasilkan. Poros juga merupakan bagian stasioner yang berputar, bentuk
penampang biasanya bulat dan terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear),
pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya.
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif lebih pendek. Pada poros
tersebut selain menerima beban puntiran, juga menerima beban lentur.
a. Poros lurus
b. Poros engkol
29
a. Kekuatan poros
Poros untuk transmisi akan menerima beban puntir, beban lentur ataupun gabungan
dari kedua beban tersebut. Dalam perancangan poros perlu memperhatikan beberapa
faktor diantaranya: kelelahan, tumbukan juga pengaruh tegangan bila menggunakan
poros bertangga atau penggunaan alur pasak pada poros tersebut.
b. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup aman menahan pembebanan
tapi dengan adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan
ketidaktelitian, getaran mesin dan noise. Jadi selain memperhatikan kekuatan poros,
kekakuan poros juga harus diperhatikan.
c. Putaran kritis
Jika putaran mesin dinaikkan, maka akan menimbulkan vibration pada mesin
tersebut. Batas antara putaran yang mempunyai putaran normal dengan putaran yang
menimbulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Selain itu getaran yang tinggi
juga akan menimbulkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Sehingga
dalam perancangan poros perlu dipertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut
agar lebih rendah dari putaran kritisnya.
d. Korosi
Apabila terjadi kontak langsung antara poros dengan fluida korosif maka dapat
menimbulkan korosi, misal propeller shaft pada pompa air.
Material yang biasa digunakan dalam pembuatan poros adalah carbon steel
(baja karbon), yaitu carbon steel 40 C 8, 45 C 8, 50 C 4 dan 50 C 12. Namun, poros
yang bekerja untuk putaran tinggi dan beban yang berat, biasanya terbuat dari baja
paduan (alloy steel) dengan pengerasan kulit (case hardening).
Tabel II.5 Baja paduan untuk poros.
Dari Tabel II.5 didapatkan kekuatan tarik (σb) beberapa material bahan poros. Nilai
tersebut berbeda-beda sesuai dengan jenis material dan pembebanan yang dialami
material tersebut.
W s=ms × g……………………………………………………………………….(56)
dimana, ms = massa sudu
g = gaya gravitasi (m/s2)
Besar gaya pada setiap sudu, untuk arah gaya x (lihat Gambar II.18 ), adalah:
F x =F x 1−F x 2
ρ ×Q
F x= ( V cos ψ 1−V 2 cos ψ 2 )………………………………………………….(59)
2,53 1
F 1=√ F x2 + F y 2…………………………………………………………………...(61)
Untuk gaya impuls pada setiap sudu ditingkat 2, memakai persamaan yang sama
seperti pada gaya impuls total tingkat 1.
Jika suatu beban radial maupun beban aksial bekerja pada sebuah bantalan,
beban ekuivalennya adalah beban radial konstan yang menghasilkan tingkat umur
yang sama untuk bantalan beban berkombinasi. Persamaan perhitungan beban
ekuivalen, P, untuk kasus seperti itu diberikan dalam katalog pabrikan, yaitu (Robert
L. Mott,, 2004):
P=VXR +YT ……………………………………………………………..………(62)
dimana, P = beban ekuivalen
V = faktor putaran
36
Urutan proses untuk perancangan turbin air pada pembangkit mikrohidro yang
sesuai digunakan pada sumber potensi (Sungai Cibuni, Kab. Cianjur Prop. Jawa
Barat) dijelaskan pada diagram di atas. Dapat dilihat pada diagram di atas bahwa
langkah pertama adalah menentukan sumber potensi. Potensi yang dipilih adalah
Sungai Cibuni, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Dari penentuan sumber
potensi ini akan didapat parameter head dan debit. Head Gross yang didapat
merupakan hasil pengukuran menggunakan Google Earth, sedangkan debit berasal
dari data PUS air wilayah terkait. Selanjutnya, menentukan daya yang dapat
dibangkitkan. Berdasarkan perhitungan dalam menentukan daya yang dapat
dibangkitkan diperlukan beberapa parameter diantaranya; debit rata-rata, head efektif.
2
Bagian selanjutnya adalah memilih jenis turbin yang sesuai, kemudian masuk ke
tahap perancangan turbin.
Data debit didapatkan dari PUS air wilayah terkait. Data debit Sungai Cibuni
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel III.7 Data debit air tahunan.
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOP DES
2001 30 39 22 22 17 21 15 12 9 15 21 14 20
2002 12 12 13 21 20 17 15 11 7 6 7 32 14
2003 16 17 17 13 13 7 8 7 7 8 9 15 11
2004 17 17 20 17 15 10 10 8 9 8 13 30 15
2005 18 14 16 15 14 8 8 15 7 7 13 9 12
2006 13 12 10 15 10 9 8 7 8 6 7 14 10
2007 5 7 6 8 5 4 3 3 3 4 5 9 5
2008 12 10 17 10 9 16 11 11 11 12 19 13 13
2009 11 15 12 19 14 10 8 10 9 10 17 15 12
2010 14 16 19 11 14 12 12 11 17 14 17 19 15
2011 10 9 10 15 13 8 9 7 6 8 15 18 11
2012 11 14 16 14 11 11 8 7 6 9 14 15 11
2013 12 13 11 13 10 9 7 7 6 11 16 16 11
rerata 14 15 15 15 13 11 9 9 8 9 13 17
Semua dalam satuan (m3/s). Tabel III.1 merupakan data debit Sungai Cibuni, data
yang digunakan adalah data sungai selama 13 tahun berturut-turut.
Dari data debit sungai yang telah didapat, maka dapat ditentukan debit yang
akan digunakan pada pembangkit. Debit tersebut menentukan kerja dari operasi
4
40
35
30
Debit (m3/s)
25
20
15
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Probabilitas (%)
Gambar III.1 merupakan Flow Duration Curve dari sumber potensi. Grafik di atas
menunjukkan presentase debit air sesuai dengan kebutuhan yang akan dipilih untuk
pembangkit.
Sehingga,
P=997,29 kg/m 3 × 9,8 m/s 2 × 30 m×0,5 m 3 /s
¿ 146559 Watt
¿ 146 kWatt
Jadi daya yang dimiliki oleh sumber potensi sebesar 146 kWatt. Debit yang
digunakan hanya sebesar 0,5 m3/s, dikarenakan sungai potensi tersebut digunakan
oleh masyarakat setempat. Masyarakat memakainya untuk irigasi sawah, sehingga
saat debit air terendah yaitu 3 m3/s (lihat Tabel III.1), air tetap tersedia untuk
masyarakat. Untuk daya yang dihasilkan turbin berbeda-beda tergantung dari jenis
turbin yang digunakan. Berdasarkan Tabel II.2 didapat nilai efisiensi berbagai jenis
turbin. Dari daya yang dihasilkan oleh sungai potensi dikalikan dengan efisiensi
berbagai jenis turbin (lihat Tabel III.2),
Tabel III.8 Variasi daya output berbagai turbin.
maka didapat daya output berbagai jenis turbin untuk sungai potensi yang sama.
Dengan menggunakan Persamaan (1), didapat daya ouput maksimum berbagai jenis
turbin yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
6
¿ 102,20 kW 100 kW
Daya maksimal yang dapat dibangkitkan turbin adalah sebesar 100 kWatt.
Lebar dan diameter roda jalan dapat dipilih dimensi yang diinginkan sesuai
dengan kebutuhan atau faktor lainnya. Ditetapkan C = 0,98 dan k = 0,087. Dengan
mensibstitusikan Persamaan (41) ke dalam Persamaan (42).
Sehingga, didapat:
0,244 Q ×862
L=
D1√ H
210,6 ×Q
L=
D1 × √ H
210,6 × Q
L D 1=
√H
210,6× 17,65
¿
√98,4
L D1=374,71inchi 2
10
Tabel di atas memberikan beberapa pilihan dimensi lebar dan diameter dari
roda jalan. Pemilihan dimensi tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor tertentu.
Untuk pilihan yang digunakan yaitu ukuran dari lebar roda jalan sebesar 66,04 cm,
sedangkan diameter roda jalannya sebesar 36,6 cm. Pemilihan tersebut karena faktor
proporsional dari turbin tersebut.
Kecepatan pancaran air sebelum masuk runner (V1) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (4). Kecepatan air sebelum memasuki runner bukan
merupakan kecepatan mutlak karena terdapat faktor empiris (φ), yang bernilai 0,98.
Jika φ=0,98 maka:
V 1=0,8 √ 2. ( 9,8 m/s 2 ) . ( 30 m )
¿ 23,76 m/s
Jadi, kecepatan air ketika memasuki runner yaitu sebesar 23,76 m/s.
A=0,021 m2
Dari area pancaran jet, dapat dihitung ketebalan pancaran air di dalam runner.
Persamaan untuk menghitung ketebalan pancaran (jet) adalah sebagai berikut, s0 =
A/L (Mockmore, C. A. dkk., 1949).
A
s0=
L
11
0,021 m2
s0=
0,66 m
s0=0,03 m
Sehingga, didapat tebal pancaran air di dalam roda jalan sebesar 30 mm.
Jarak antar sudu untuk lingkaran luar (s1) dan dalam runner (s2) adalah
berbeda satu sama lainnya, diukur dari arah tegak lurus terhadap kecepatan nisbi
(lihat Gambar II.8). Jarak antar sudu luar terhadap kecepatan nisbi merupakan hasil
kali diameter dengan konstanta k yang bernilai 0,075 – 0,3 (Misonyi., 1967).
Sehingga:
s1=k × D 1
s1=0,087× 36,6 cm
s1=3,18 cm
s1
t=
sin β1
3,18 cm
t=
0,5
t=6,36 cm
Sedangkan jarak antar sudu bagian dalam terhadap kecepatan nisbi (s2), dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan (19). Jika r1 = 183 mm dan r2 = 120,8 mm
(lihat perhitungan lebar pelek), maka:
r2
s2=t
[]
r1
120,8
s2=63,6 [ 183 ]
12
s2=4,19 cm
Jika satu sudu pada waktu yang sama, dianggap sebagai pemotongan pancaran
(jet), sehingga pengaturan jarak sudu, t, seperti pada Gambar (II.8), maka banyaknya
sudu, n adalah:
D1
n=π ×
t
36,6 cm
n=3,14 ×
6,36 cm
Jumlah tersebut bukanlah jumlah sudu yang tepat untuk efisiensi maksimum.
Jika jumlah sudu yang lebih sedikit menyebabkan pulsasi daya, sementara jika jumlah
sudu yang lebih banyak akan menyebabkan kerugian gesek berlebih. Jumlah optimum
hanya dapat ditentukan dengan percobaan.
a=0,17 ×36,6 cm
a=6,22 cm
6,22 cm
ρ=0,326 ×
0,34
13
ρ=5,96 cm
Konstanta k merupakan konstanta yang sama digunakan untuk mencari jarak antar
sudu luar terhadap kecepatan nisbi. Jika k = 0,087 karena pada perhitungan jarak
antar sudu luar terhadap kecepatan nisbi, juga menggunakan nilai yang sama. Maka:
y 1=( 0,1986−0,945 ×0,087 ) 36,6 cm
y 1=4,26 cm
III.6.9 Jarak Pancaran (Jet) dari Batas Luar Roda Bagian Dalam
Sedangkan untuk jarak pancaran (jet) dari batas luar roda bagian dalam,
dihitung menggunakan Persamaan (36):
y 2=( 0,1314−0,945 k ) D 1
y 2=1,8 cm
¿ 36,6 mm
Dengan: r 1=183 mm
Dengan menggunakan cara “trail and error” didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:
θ=38°
γ =34,9 °
III.7 Poros
Poros yang digunakan pada perancangan turbin crossflow ini yaitu, jenis
poros lurus. Menurut Persamaan (51) nilai torsi maksimum dapat dihitung, sehingga:
P ×60
T=
2π ×N
100000Watt ×60
T=
2 ( 3,14 ) × 640 rpm
15
T =1492,8 Nm
A s=228,5 mm2
16
V s =150810 mm3
Material yang digunakan sebagai bahan untuk sudu adalah ST 37, yang memiliki
massa jenis bahan γ = 7,8 × 103 kg/m3. Sehingga, massa sudu dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (55):
ms =γ ×V s
kg
(
ms = 7,8 . 103
m 3)× ( 150,81 .10−6 m3 )
ms =1,17 kg
m
W s=1,17 kg × 9,8
s2
W s=11,46 N
m
U =11,18
s
Dari parameter kecepatan keliling pada titik berat sudu, dapat dihitung gaya
sentrifugal pada turbin menggunakan Persamaan (57), Sehingga:
17
U2
F c =ms
R
2
m
F c =( 1,17 kg )
( 11,18
s )
( 167 .10−3 m )
F c =875,69 N
ψ 1=87,57 °
ψ 2=90 ° −52,96°
ψ 2=37,04 °
Besar gaya pada setiap sudu untuk arah gaya x dapat dihitung menggunakan
Persamaan (59). Dengan memasukkan nilai ψ1 dan ψ2,sehingga:
ρ ×Q
F x= ( V cos ψ 1−V 2 cos ψ 2 )
2,53 1
kg m3
( 997,29
m3
×)(
0,5
s ) m m
F=x
2,53 (( 23,76
s ) (
cos 87,57 °− 16,95
s )
cos 37,04 °
)
F x =−2441,94 N
Besar gaya pada setiap sudu untuk arah gaya y dapat dihitung menggunakan
Persamaan (60), maka:
ρ× Q
F y= ( V sinψ 1 −V 2 sin ψ 2 )
2,53 1
18
kg m3
( 997,29
m3 )(
× 0,5
s ) m m
F =
y
2,53 (( 23,76
s ) (
sin 87,57 ° − 16,95
s )
sin 37,04 °
)
F y =2625,23 N
Gaya impuls total yang bekerja pada setiap sudu ditingkat 1 dapat dihitung
menggunakan Persamaan (61):
F 1=√ F x2 + F y 2
2 2
F 1=√ (−2441,94 N ) + ( 2625,23 N )
F 1=3585,37 N
Dengan menggunakan persamaan yang sama untuk impuls total tingkat 1, impuls
total tingkat 2 dapat dihitung.
ρ ×Q
F x= ( V cos ψ 3−V 4 cos ψ 4 )
2,53 3
kg m3
( 997,29
m3 )(
× 0,5
s ) m m
F =
y
2,53 (( 16,95
s ) (
sin 37,04 ° + 7,1
s)sin 13,57 °
)
F y =1694,97 N
Jadi gaya impuls yang bekerja pada tiap sudu tingkat 2 adalah:
19
F 2=√ F x2 + F y 2
2 2
F 2=√ ( 1279,11 N ) + ( 1694,97 N )
F 2=2123,38 N
Dari perhitungan di atas, gaya berat sudu bernilai sangat kecil jika dibandingkan
dengan gaya sentrifugal dan gaya impuls. Sehingga gaya berat sudu dapat diabaikan
saja. Oleh karena itu, gaya total yang bekerja pada sudu turbin adalah gaya impuls
ditambah dengan gaya sentrifugal, dimana pada perhitungannya (penjumlahan
vektoris), gaya impuls dianggap bekerja pada titik berat sudu.
Sehingga didapat:
F T 1= F́ c + F́ 1
F T 1=3690,76 N
dan
F T 2= F́ c + F́ 2
F T 2=2999,07 N
III.9 Bearing
Pada perancangan bearing, jenis bearing yang digunakan yaitu jenis bola alur
dalam baris tunggal (conrad bearings). Menurut Tabel II.6 bearing ini memiliki
kapasitas beban radial baik dan kapasitas beban aksialnya cukup. Perhitungan
bearing memperhitungkan beban radial yang terjadi saat turbin berputar normal.
Dari perhitungan gaya pada sudu roda jalan sebelumnya didapat:
F T 1=3691 N
F T 2=2999 N
Dan dari Gambar II.18, didapat sudut antara kedua gaya diatas adalah sebesar 76˚.
Jadi
R= F T 12 + FT 22−2 ( F T 1 ) ( F T 2 ) cos 76 °
√
2 2
R=√( 3691 N ) + ( 2999 N ) −2 ( 3691 N ) ( 2999 N ) cos 76 °
20
R=4155 N
R=934 lb
P=1,0 × 934 lb
P=934 lb
Umur rancangan bearing adalah sebesar 30.000 jam dan pada putaran 640 rpm, maka
menggunakan Persamaan (63) dapat dihitung jumlah putaran rancangan untuk
bantalan, Ld.
Ld =( h ) ( rpm )( 60 min /h )
Maka menggunakan Persamaan (64), tingkat beban dinamis dasar yang dibutuhkan
adalah:
1 /k
C=Pd ( L d / 106 )
1 /3
C=934 lb ( 1,1× 109 /106 )
C=9619 lb
dapat dibangkitkan oleh turbin, dihasilkan kapasitas terpasang dari turbin crossflow
adalah sebesar 100kWatt. Jadi, daya yang dihasilkan maksimal oleh turbin ini sebesar
100 kWatt.
Setelah menentukan kapasitas terpasang, selanjutnya menentukan dimensi
dari runner turbin itu sendiri. Runner merupakan salah satu komponen terpenting di
dalam turbin. Dalam perhitungannya, dilakukan pemilihan untuk dimensi lebar dan
diameter runner. Hasil perhitungan yang didapatkan untuk pemilihan dimensi
tersebut dapat dilihat pada Tabel III.5. Untuk dimensi runner yang dipilih, penulis
menggunakan ukuran runner dengan lebar dan diameter 660 mm dan 366 mm.
Pemilihan tersebut didasarkan pada bentuk yang proporsional dari runner itu sendiri.
Kemudian menentukan bentuk geometri dan jumlah dari sudu yang
digunakan. Berdasarkan hasil yang didapat dari hasil perhitungan, didapatkan jumlah
sudu sebanyak 18 buah. Jumlah sudu optimal sebenarnya hanya bisa dihitung
menggunakan percobaan yang dilakukan di laboratorium. Tebal sudu yang digunakan
yaitu sebesar 5 mm. Semua sudu dihubungkan dengan piringan atau rotor pada setiap
ujungnya, membentuk rangkaian yang memiliki jarak antar sudu sebesar 63,6 mm.
Piringan masing-masing memiliki tebal 15 mm dengan diameter 366 mm. Sedangkan
untuk panjang dari runner keseluruhan untuk tebal tiap piringan sebesar 15 mm
adalah 690 mm. Untuk jarak antar sudu pada bagian lingkaran luar didapatkan nilai
sebesar 31,8 mm, sedangkan jarak antar sudu untuk bagian lingkkar dalam didapatkan
nilai sebesar 41,9 mm. Panjang sudu adalah 660 mm dan membengkok pada suatu
busur dengan radius kelengkungan sebesar 59,6 mm.
Jenis poros yang digunakan yaitu jenis poros lurus diameter 55 mm, dengan
bahan material adalah Baja Khrom nikel molobden SNCM 25. Penentuan poros
memperhitungkan momen torsi dan momen bending yang terjadi saat turbin berputar
normal. Karena selain momen torsi yang bekerja pada poros saat turbin berputar
secara normal, juga terdapat momen bending yang menyebabkan gaya bengkok pada
poros tersebut. Jenis bearing yang digunakan adalah jenis bola alur dalam baris
tunggal (conrad bearings). Karakteristik dari jenis bearing ini yaitu kemampuan
mengatasi beban radial baik dan kapasitas beban aksialnya cukup. Karena pada turbin
4
crossflow, beban yang dominan terjadi adalah beban radial. Karakteristik atau
spesifikasi turbin yang dirancang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.13 Spesifikasi turbin hasil rancangan.
IV.4 Perbandingan
Turbin crossflow pada umumnya menggunakan komponen guide vane, guide
vane merupakan komponen yang berguna untuk mengatur aliran air yang berada di
dalam turbin. Komponen guide vane dapat digunakan untuk perancangan ini atau
tidak. Jika tidak, alasan penulis tidak menggunakan komponen guide vane ini yaitu
seperti diketahui, biasanya debit air rencana yang disediakan oleh sungai potensi
tidaklah selalu sama atau berbeda untuk setiap waktunya. Biasanya hal ini
dipengaruhi oleh faktor musim, misal musim hujan atau musim kemarau. Oleh karena
itu, biasanya diberikan komponen guide vane guna mengatur aliran air yang
memasuki turbin tersebut. Akan tetapi, debit rencana yang digunakan oleh penulis
pada perancangan turbin ini merupakan debit air yang selalu bernilai tetap sepanjang
waktu setiap tahunnya. Sehingga komponen guide vane tersebut bisa saja tidak
digunakan oleh penulis pada perancangan turbin crossflow ini. Sebagai
konsekuensinya, apabaila aliran air di dalam turbin ingin dihentikan karena alasan
maintenance dan sebagainya, maka ditambahkan komponen tambahan berupa valve
pada pipa pesat, guna menghentikan aliran air jika turbin ingin berhenti dioperasikan.
5
Akan tetapi komponen guide vane tetap digunakan untuk perancangan turbin
crossflow kali ini.
Konstruksi turbin yang dirancang ini menyerupai terhadap desain-desain
turbin jenis T1 atau T3. Atau yang biasa disebut dengan jenis turbin Banki. Karena
model atau desain rumah turbin yang digunakan merupakan jenis gabungan antara T1
atau T3. Sedangkan untuk jenis turbin jenis tertentu, perbandingan tidak dapat
dilakukan karena lisensi yang ada tidak dapat disebarluaskan secara bebas.
BAB V
KESIMPULAN
p.
DAFTAR PUSTAKA
Mosonyi, Emil, Water Power Development Volume II, Publishing House of The
Hungarian Academy of Sciences, Budapest, 1967.