Pembaharuan UU Minerba Ditinjau Dari Teori J. D. Ny. Hart - Jarot Maryono, A.Md., S.H PDF
Pembaharuan UU Minerba Ditinjau Dari Teori J. D. Ny. Hart - Jarot Maryono, A.Md., S.H PDF
Oleh :
Jarot Maryono
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jakarta
email: adv.jarot@gmail.com
ABSTRAK
Pertambangan adalah salah satu sumber daya alam yang berpotensi besar untuk
kemakmuran seluruh rakyat Indonesia yang karenanya perlu regulasi yang pro
terhadap kepentingan dan pembangunan ekonomi nasional. Namun antara harapan
dan kenyataan cenderung bertolak belakang, regulasi pertambangan masih tidak
berpihak bagi kesejahteraan dan sebesar-besarnya kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia. Pembaharuan regulasi pertambangan mineral dan batu bara diperlukan
dengan pendekatan teori peranan hukum dalam mendorong pembangunan
ekonomi.
Kata Kunci: Pertambangan, Regulasi, Pembangunan Ekonomi
ABSTRACT
Mining is one of the natural resources that has great potential for the prosperity
of all the Indonesian people, which therefore needs regulations that are pro to the
interests and development of the national economy. However, between
expectations and reality tend to be the opposite, mining regulations still do not
favor the welfare and prosperity of the entire Indonesian people. Renewal of
mineral and coal mining regulations is needed with a theoretical approach to the
role of law in driving economic development.
Keywords: Mining, Regulation, Economic Development
A. PENDAHULUAN
1
sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yaitu Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Hasil tambang berupa minyak bumi, bijih besi, granit, dan hasil tambang
lainnya dimiliki Pulau Jawa. Kekayaan alam hasil tambang berupa minyak bumi,
batu bara, tembaga, timah, granit, dan beberapa hasil tambang lainnya dimiliki
oleh Pulau Sumatera. Kekayaan tambang berupa batu bara dan minyak bumi
tersimpan di Pulau Kalimantan. Dan di Pulau Sulawesi tersebar hasil tambang
mangaan, fosfat, tembaga, nikel, dan beberapa hasil tambang lainnya, serta di
pulau paling timur di Indonesia yaitu Jayapura menyimpan kekayaan tambang
minyak bumi, emas, perak, dan beberapa hasil tambang lainnya.
1
Victor Imanuel Williamson Nalle, “Hak Menguasai Negara Atas Mineraal dan Batubara
Pasca Berlakunya Undang-Undang Minerba)”, Jurnal Konstitusi, Vol. 9, No. 3, September 2012,
hlm. 475.
2
sehingga bilamana ada investor asing yang bermaksud untuk melakukan
pengelolaan kekayaan alam seperti kekayaan alam dan batubara tersebut harus
sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh regulator.
3
No.11 Tahun 1967, yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009. Pergantian
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan menjadi Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batu Bara ini menandai era baru di bidang
pertambangan dimana terdapat ketentuan-ketentuan baru yang menunjukkan
adanya pergeseran paradigma dalam pengelolaan sumber daya mineral dan
batubara. Pergeseran paradigma tersebut terkait hubungan antara negara dan
pemodal, khususnya kepada investasi asing.
3
Victor Imanuel Williamson Nalle, Op. Cit., hlm. 491.
4
B. PEMBAHARUAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATU BARA DALAM SUDUT PANDANG TEORI
PERANAN HUKUM DALAM MENDORONG PEMBANGUNAN
EKONOMI (TEORI J. D. NY. HART.)
5
Pertambangan Mineral dan Batubara menyelesaikan pembahasan 938 daftar
inventarisasi masalah (DIM). Adapun 11 Mei 2020, Komisi Energi DPR
menyetujui Revisi Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara ini.
Barulah pada tanggal 12 Mei 2020 dalam rapat paripurna, DPR menyepakati
Rancangan Undang-Undang tersebut menjadi Undang-Undang. Proses inilah
yang dianggap sejumlah pihak sangat cepat dan tertutup. Selain itu, beberapa
pasal di dalamnya dianggap menguntungkan pengusaha. 4 Pemerintah bersama
dengan Tim Panja RUU Minerba DPR RI mulai tanggal 18 Februari 2019
hingga tanggal 11 Maret 2020 telah menyepakati pasal-pasal yang akan
dilakukan perubahan dalam RUU Minerba antara lain sebagai berikut:5
4
..“Kontroversi UU Minerba yang Bakal Diujimaterikan ke MK”,
https://fokus.tempo.co/read/1341880/kontroversi-uu-minerba-yang-bakal-diujimaterikan-ke-
mk.htm., 28 Juni 2020.
5
..“RUU Minerba Sah Jadi UU, Intip Aturan Baru soal Perpanjangan Izin Tambang”,
https://economy.okezone.com/read/2020/05/13/320/2213235/ruu-minerba-sah-jadi-uu-intip-
aturan-baru-soal-perpanjangan-izin-tambang.htm., 28 Juni 2020.
6
Pemanfaatan Batubara diberikan untuk jangka waktu 30 tahun dan
diberikan perpanjangan selama 10 tahun setiap kali perpanjangan
setelah memenuhi persyaratan;
8. Mengakomodir Putusan Mahkamah Konstitusi, Penetapan Wilayah
Pertambangan dilakukan setelah ditentukan oleh Pemda Provinsi
serta penghapusan besaran luas minimum pada Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) Eksplorasi;
9. Status Mineral dan Batubara dengan Keadaan Tertentu, pengaturan
status mineral atau batubara yang diperoleh dari penambangan
tanpa izin ditetapkan sebagai Barang Sitaan dan/atau Barang Milik
Negara;
10. Penguatan Peran BUMN, di antaranya pengaturan bahwa eks
WIUP dan Wilayah Izin Pertambangan Khusus (WIUPK) dapat
ditetapkan sebagai WIUPK yang penawarannya diprioritaskan
kepada BUMN, serta BUMN mendapatkan prioritas dalam
pembelian saham divestasi;
11. Kelanjutan Operasi Kontrak Karya (KK)/Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) menjadi IUPK
sebagai Kelanjutan Operasi dengan mempertimbangkan upaya
peningkatan penerimaan negara;
12. Izin Pertambangan Rakyat, menambahkan luas maksimal Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR) yang semula 25 hektare menjadi 100
hektare serta menambahkan jenis pendapatan daerah berupa iuran
pertambangan rakyat; dan
13. Tersedianya Rencana Pengelolaan Minerba Nasional, sebagai
pedoman pengelolaan mineral dan batubara secara berkelanjutan.
6
..Ibid.
7
5. Menambah Pasal 169C huruf f, terkait ketentuan peralihan bahwa
pengawasan tetap dapat dilakukan Pejabat Pengawas yang ditunjuk
Menteri sebelum pejabat pengawas yang ditentukan dalam UU
terbentuk;
6. Menambah Pasal 169C huruf g, terkait ketentuan pemaknaan
kewenangan Pemerintah Daerah dalam Undang-Undang Nomor
4/2009 dan UU lainnya sebagai kewenangan Pemerintah Pusat;
7. Menambah Pasal 172E, terkait pengaturan jangka waktu penetapan
Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional;
8. Menambah Pasal 173B, terkait pengaturan pencabutan Lampiran
CC Undang-Undang Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan
Daerah, khususnya mengenai pembagian kewenangan pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara kepada pemerintah daerah
provinsi;
9. Menambah Pasal 173C, terkait pengaturan jangka waktu
pemberlakuan kewenangan pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara menjadi kewenangan pemerintah pusat selama 6 (enam)
bulan dan larangan adanya penerbitan izin baru selama jangka
waktu tersebut; dan
10. Menghapus Pasal 174 ayat (2), mengenai pelaporan pelaksanaan
Undang-Undang kepada DPR dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun,
mengingat kewajiban pelaporan pemerintah kepada DPR telah
diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya
yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi DPR.
8
kemakmuran rakyat. Ini tertuang dalam aturan dasar negara (state
fundamental norm) yaitu Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal ini memberikan mandat
negara untuk mengusai sumber daya alam dengan tujuan kemakmuran bagi
rakyat, selaku pemberi mandat, dalam teori kontrak sosial berdirinya suatu
negara. Dengan demikian, pasal ini harus ditafsirkan sepaket dengan
bagaimana negara harus mengelola sumber daya alam (SDA) sebagai sumber
daya publik secara baik. Dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam,
Pemerintah seharusnya mengacu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
a. Kebijakan (beleid);
c. Pengaturan (regelendaad);
d. Pengelolaan (beheersdaad);
7
Republik Indonesia, Putusan Mahkamah Kosntitusi Nomor 01-021-022/PUU-I/2003.
9
Mengacu pada penafsiran tersebut, hasil ambang di Indonesia dikuasai oleh
negara yang dikelola dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat sebesar-
besarnya, sebagaimana prinsip welfare state.
10
memenuhi kewajiban, misalnya reklamasi dan sebagainya, tentunya
akan ada mekanisme sanksi berat.
8
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Pasal 162.
11
Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara ini direvisi dan secara
tidak langsung disesuaikan dengan kepentingan suatu kelompok atau
pihak, yang dalam hal ini dapat diasumsikan dan dikatakan bahwa
revisi tersebut pesanan dari para Pengusaha yang bergerak dalam dunia
pertambangan, hal ini mengingat bahwa berdasarkan data Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, ada tujuh tambang raksasa generasi
pertama yang menanti kepastian perpanjangan Perjanjian Kerjasama
Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) dan perubahan status
menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus Operasi Produksi (IUPK-
OP).
9
..“Kontroversi UU Minerba yang Bakal Diujimaterikan ke MK”, Loc. Cit.
12
3. Unsur Fairness (Keadilan dan Non Diskriminatif).
C. DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
2. Peraturan Perundang-undangan
13
Victor Imanuel Williamson Nalle, “Hak Menguasai Negara Atas Mineraal
dan Batubara Pasca Berlakunya Undang-Undang Minerba)”, Jurnal
Konstitusi, Vol. 9, No. 3, September 2012.
3. Internet
“RUU Minerba Sah Jadi UU, Intip Aturan Baru soal Perpanjangan Izin
Tambang”,
https://economy.okezone.com/read/2020/05/13/320/2213235/ruu-
minerba-sah-jadi-uu-intip-aturan-baru-soal-perpanjangan-izin-
tambang.htm., 28 Juni 2020.
14