Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KASUS

DISUSUN KELOMPOK 5
1. ANDRI JULIANTO
2. RIA FINOLA
3. THERZA TRIAWAN

DOSEN PEMBIMBING
Ns. PANZILION, S.Kep, MM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang penyakit moskuloskletal.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen Ns. Panzilion, S.Kep, MM dan juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik, serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat
bagi kita sekalian.

Bengkulu, 27 November 2017

Penulis
KONSEP KASUS

REMATIK (OSTEOARTRITIS)

A. Pengertian

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses


inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).

Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang


manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).

B. Penyebab (etiologi)

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun


2. Jenis kelamin wanita lebih sering
3. Suku bangsa
4. Genetik
5. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
6. Kelainan pertumbuhan
7. Kepadatan tulang

C. Jenis Reumatik

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

a. Reumatik Sendi ( Artikuler )

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

1) Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar


diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar
persendian.Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan
terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan pannus yang
mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di persendian
tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua sisi).

2) Osteoatritis

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang
sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya
mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan
sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).

3) Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .


Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun
bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat
kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan
peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi
(soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:

1. Fibrosis
2. Tendonitis dan tenosivitis
3. Entesopati
4. Bursitis
5. Back Pain
6. Nyeri pinggang
7. Frozen shoulder syndrome
D. Manifestasi klinik

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi
2. Hambatan gerakan sendi
3. Kaku pagi
4. Krepitasi
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan

E. Patofisioligi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila


kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Tes serologi

 Sedimentasi eritrosit meningkat


 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
 Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2. Pemerikasaan radiologi

 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi


 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

3. Aspirasi sendi

Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan
bisa diperiksa secara makroskopik.

G. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;

1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin
Asuhan Keperawatan

Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)


 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

3. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Intervensi Keperawatan

I : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan atau proses
inflamasi, destruksi sendi.

1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas, factor-faktor yang
mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
3. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
5. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi,. Bantu klien untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
6. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
7. Berikan masase yang lembut.
KONSEP KASUS

TUMOR TULANG

A. Pengertian

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa
latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker (2001), pertumbuhan tumor dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).

Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, 1991).

Dalam kasus tumor pada tulang dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tumor tulang
jinak dan tumor tulang ganas :

1.Tumor Jinak

a. Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan
tulang yang abnormal. Osteoma klasik berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh
dengan lambat, tidak nyeri.
b. Kondroblastoma: Tumor jinak yang jarang di temukan, dan biasanya paling sering
mengenai anak-anak pada remaja. Tempat paling sering terserang adalah tulang
humerus. Gejala seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan.
c. Endrokoma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan displatik yang
timbul pada metafisis tulang fibula, terutama pada tangan dan kaki.
d. Sifat khas sel raksasa merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah
muda. Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang vesicular dan menyerupai sel-sel
stroma. Walaupun tumor ini dianggap jinak tetapi tetap memiliki derajat keganasaaan
bergantung pada sifat sarkopatosa dari stromanya.
2. Tumor ganas

a. Sarcoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang


sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terkena tumor ini adalah bagian tulang-tulang panjang, terutama lutut.
b. Kondrosarkoma merupakan tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik
yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini paling sering
menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah massa
tanpa nyeri yang berlangsung lama.
c. Sarkoma Ewing: paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat
yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasar adalah
berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak
korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan
tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk
gambaran seperti tulang bawang.

B. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer.
2001).

Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang
meliputi:

a. Genetik
b. Radiasi.
c. Bahan Kimia.
d. Trauma
e. Limfedema kronis.
f. Infeksi.
C. Tanda Dan Gejala

a. Rasa sakit (nyeri),


Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas (Gale. 1999: 245).
c. Keterbatasan gerak
d. Fraktur patologik.
e. Menurunnya berat badan
f. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
g. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

D. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.


b. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
c. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
d. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
e. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
f. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
g. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).

E. Penatalaksanaan Medik

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

a. Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan


amputasi pada ekstrimitas yang terkena,
b. Kemoterapi

F. Komplikasi

a. Akibat langsung : patah tulang


b. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh
c. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.

Konsep Dasar Keperawatan

Pengkajian

1.Riwayat kesehatan

a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.


b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya

2. Pengkajian fisik

a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.


b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).

Intervensi:

a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik
nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
c. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
d. Berikan lingkungan yang tenang.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan
penurunan rasa nyeri.

2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal, nyeri,


dan amputasi.
Intervensi :

a. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut.
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun
yang tidak.
d. Bantu pasien dalam perawatan diri.
e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
f. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.

3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah
tertentu dalam waktu yang lama.

a. Kaji adanya perubahan warna kulit.


b. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
c. Ubah posisi dengan sesering mungkin.
d. Beri posisi yang nyaman kepada pasien.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian zalf / antibiotic.
KONSEP KASUS

OSTEOPOROSIS

A. Pengertian

Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang,


peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan
arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga
tulang menjadi mudah patah (buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
musculoskeletal)

b. Penyebab osteoporosis

Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :

• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan
meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.

• Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat.

e. Klasifikasi

• Osteoporosis primer

Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause

Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita

• Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif misalnya


mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik
untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta
klien.

• Osteoporosis Idiopatik

manifestasi klinis

a. Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan
atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
b. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
c. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
d. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan
kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi
paraparesis.
e. Kecenderungan penurunan tinggi badan
f. Postur tubuh kelihatan memendek

k. Komplikasi

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis
dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada
pergelangan tangan

Pemeriksaan diagnostic/penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali,


eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)
b. Pemeriksaan x-ray
c. Pemeriksaan absorpsiometri
d. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)
e. Pemeriksaan biopsi

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel
dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien
pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai
pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta
adakah deformitas tulang

B. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai
dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan,
terdapat fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis

Intervensi :

a. Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karakteristik


termasuk intensitas (skala 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan
pada tanda vital dan emosi/prilaku)
b. Ajarkan klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya
c. Dorong menggunakan teknik manajemen stress contoh relaksasi progresif, latihan
nafasa dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan teraupetik
d. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi

2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan

a. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada


b. Rencanakan tentang pemberian program latihan, ajarkan klien tentang aktivitas hidup
sehari-hari yang dapat dikerjakan
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas /perawatan diri secara bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai