DISUSUN KELOMPOK 5
1. ANDRI JULIANTO
2. RIA FINOLA
3. THERZA TRIAWAN
DOSEN PEMBIMBING
Ns. PANZILION, S.Kep, MM
Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang penyakit moskuloskletal.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen Ns. Panzilion, S.Kep, MM dan juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik
penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik, serta saran dari dosen
pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan
makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat
bagi kita sekalian.
Penulis
KONSEP KASUS
REMATIK (OSTEOARTRITIS)
A. Pengertian
B. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
C. Jenis Reumatik
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang
sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya
mengenai seluruh persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan
sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).
3) Atritis Gout
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi
(soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler
rheumatism). Jenis – jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1. Fibrosis
2. Tendonitis dan tenosivitis
3. Entesopati
4. Bursitis
5. Back Pain
6. Nyeri pinggang
7. Frozen shoulder syndrome
D. Manifestasi klinik
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
2. Hambatan gerakan sendi
3. Kaku pagi
4. Krepitasi
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan
E. Patofisioligi
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
2. Pemerikasaan radiologi
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan
bisa diperiksa secara makroskopik.
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
8. Diet rendah purin
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui
dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi Keperawatan
I : Nyeri Akut berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan atau proses
inflamasi, destruksi sendi.
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat lokasi dan intensitas, factor-faktor yang
mempercepat, dan respon rasa sakit non verbal.
2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan.
3. Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
5. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi,. Bantu klien untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
6. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi yang sakit. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
7. Berikan masase yang lembut.
KONSEP KASUS
TUMOR TULANG
A. Pengertian
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa
latin, yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker (2001), pertumbuhan tumor dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).
Sedangkan kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang
tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan
fungsi lainnya (Tjakra, 1991).
Dalam kasus tumor pada tulang dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi tumor tulang
jinak dan tumor tulang ganas :
1.Tumor Jinak
a. Osteoma merupakan lesi tulang yang bersifat jinak dan ditandai oleh pertumbuhan
tulang yang abnormal. Osteoma klasik berwujud sebagai suatu benjolan yang tumbuh
dengan lambat, tidak nyeri.
b. Kondroblastoma: Tumor jinak yang jarang di temukan, dan biasanya paling sering
mengenai anak-anak pada remaja. Tempat paling sering terserang adalah tulang
humerus. Gejala seringkali berupa nyeri sendi yang timbul dari jaringan tulang rawan.
c. Endrokoma atau kondroma sentral adalah tumor jinak sel-sel rawan displatik yang
timbul pada metafisis tulang fibula, terutama pada tangan dan kaki.
d. Sifat khas sel raksasa merupakan sel besar dengan sitoplasma yang berwarna merah
muda. Sel ini mengandung sejumlah nucleus yang vesicular dan menyerupai sel-sel
stroma. Walaupun tumor ini dianggap jinak tetapi tetap memiliki derajat keganasaaan
bergantung pada sifat sarkopatosa dari stromanya.
2. Tumor ganas
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer.
2001).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang
meliputi:
a. Genetik
b. Radiasi.
c. Bahan Kimia.
d. Trauma
e. Limfedema kronis.
f. Infeksi.
C. Tanda Dan Gejala
D. Pemeriksaan Diagnostik
E. Penatalaksanaan Medik
F. Komplikasi
Pengkajian
1.Riwayat kesehatan
2. Pengkajian fisik
Diagnosa Keperawatan
Intervensi:
a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan karakteristik
nyeri.
b. Berikan tindakan kenyamanan (contoh ubah posisi sering, pijatan lembut).
c. Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
d. Berikan lingkungan yang tenang.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan
penurunan rasa nyeri.
a. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut.
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
c. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun
yang tidak.
d. Bantu pasien dalam perawatan diri.
e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi kalori , vitamin , dan mineral.
f. Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
3. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah
tertentu dalam waktu yang lama.
OSTEOPOROSIS
A. Pengertian
b. Penyebab osteoporosis
• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan
meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.
e. Klasifikasi
• Osteoporosis primer
Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita
• Osteoporosis sekunder
• Osteoporosis Idiopatik
manifestasi klinis
a. Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan
atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
b. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
c. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
d. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan
kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi
paraparesis.
e. Kecenderungan penurunan tinggi badan
f. Postur tubuh kelihatan memendek
k. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah patah.
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis
dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles pada
pergelangan tangan
Pemeriksaan diagnostic/penunjang
A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder, bowel
dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien
pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang disertai
pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta
adakah deformitas tulang
Intervensi :
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan