SENSORI PERSEPSI
: HALUSINASI
ANDRI JULIANTO
1914901025
PENGERTIAN
Halusinasi :
Keadaan dimana individu mengalami perubahahan
dalam jumlah atau pola rangsang yang datang atau
mendekat yang dikaitkan dengan
penurunan/peningkatan distorsi atau kerusakan
respons terhadap rangsangan (keliat, 2012).
KARAKTERISTIK
Disorientasi (waktu/ tempat/ orang)
Konsentrasi kurang
Penyimpangan pendengaran/ penglihatan
Gelisah
Mudah tersinggung
Perubahan kemampuan memecahkan masalah
Perubahan pola perilaku
Perubahan pola komunikasi
Halusinasi
Respon kognitif
Mendengar suara
Melihat bayangan/sinar
Menghidu bau-bauan (bunga, kemenyan,
darah,feses, urine)
Merasakan rasa pahit, asem, asin di lidah
Merasakan sensasi tidak nyaman di kulit
Ambivalen
Tidak dapat memfokuskan pikiran
Tidak dapat memfokuskan pikiran
Mudah lupa
Tidak mampu mengambil keputusan
Tidak mampu memecahkan masalah
Tidak dapat berpikir logis
Inkoheren
Disorientasi
Sirkumtansial
Flight of idea
Mendengar suara hati
Blocking pikiran
Daya tilik diri jelek
Afektif
Senang
Sedih
Merasa terganggu
Khawatir
Curiga
Merasa terbelengu/terikat
Afek datar/tumpul
Fisiologis
Sulit tidur
Kewaspadaan meningkat
Tekanan darah meningkat
Denyut nadi meningkat
Frekuensi pernapasan meningkat
Muka tegang
Keringat dingin
Pusing
Keletihan/kelelahan
sosial
Tidak tertarik dengan kegiatan sehari – hari
Tidak mampu berkomunikasi secara spontan
Acuh terhadap lingkungan
Tidak dapat memulai pembicaraan
Tidak dapat mempertahankan pembicaraan
Tidak dapat mempertahankan kontak mata
Perilaku
Bicara sendiri
Tertawa sendiri
Menyeringai
Menggerakan bibir/komat-kamit
Diam sambil menikmati halusinasinya
Perilaku menyerang
Kurang mampu merawat diri
Perilaku mengikuti isi halusinasinya
Mamalingkan muka ke arah suara
Menarik diri
Penampilan tidak sesuai
INTENSITAS DAN PROSES TERJADINYA
HALUSINASI
Level Karakteristik Perilaku Klien
TAHAP I
Memberi rasa nyaman. Mengalami ansietas kesepian, rasa bersalah Tersenyum/tertawa sendiri
Tingkat ansietas sedang dan ketakutan. Menggerakkan bibir tanpa suara.
Secara umum halusinasi merupakan suatu Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat Penggerakan mata yang cepat
kesenangan. menghilangkan ansietas Respon verbal yang lambat
Pikiran dan pengalaman sensori masih ada Diam dan berkonsentrasi
dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan
dikontrol)
TAHAP II
Menyalahkan; tingkat kecemasan berat Pengalaman sensori menakutkan Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas
secara umum halusinasi menyebabkan rasa Mulai merasa kehilangan kontrol peningkatan denyut jantung, perna-fasan, dan
antipati Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tekanan darah.
tersebut. Rentang perhatian me-nyempit
Menarik diri dari orang lain. Konsentrasi dengan pengalaman sensori
NON PSIKOTIK Kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dari realita.
INTENSITAS DAN PROSES TERJADINYA
HALUSINASI
TAHAP III
Mengontrol tingkat kecemasan berat Klien menyerah dan menerima Perintah halusinasi ditaati.
pengalaman sensori tidak dapat ditolak pengalaman sensorinya. Sulit berhubungan dengan orang lain.
lagi. Isi halusinasi menjadi atraktif Rentang perhatian hanya beberapa
Kesepian bila penga-laman sensori detik / menit.
berakhir. Gejala fisika ansietas berat berkeringat,
PSIKOTIK. tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
TAHAP IV
Menguasai tingkat kecemasan panik secara Pengalaman sensori menjadi ancaman. Perilaku panik.
umum diatur dan dipengaruhi oleh waham. Halusinasi dapat berlangsung selama Potensial tinggi untuk bunuh diri atau mem-
beberapa jam atau hari (jika tidak diinvensi) bunuh.
PSIKOTIK Tindakan kekerasan agi-tasi, menarik diri
atau katatun.
Tidak mampu berespon terhadap perintah
yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari
satu orang.
JENIS-JENIS HALUSINASI
1. Pendengaran
2. Penglihatan
3. Penghidu/penciuman
4. Pengecapan
5. Perabaan
RENTANG RESPON
ADAPTIF MALADAPTIF
- PIKIRAN LOGIS - Pikiransesekali - Gangguan
- Persepsi akurat terdistorsi pemikiran/waham/
- Emosi konsisten - Ilusi haluasinasi
dengan pengalaman - Reaksi emosi berlebihan - Kesulitanpengolahan
- Perilaku sesuai atau tidak bereaksi emosi
- Berhubungan sosial - Perilaku aneh atau - Perilaku kacau
penarikan tidak biasa - Isolasi sosial
FAKTOR PREDISPOSISI
BIOLOGI
Genetik
terkait dgn kromoson 6, 4,8,15,dan 22
Neurobiologi
perilaku psikotik terkait dgn lesi pada daerah frontal, temporal, dan
area limbik, serta gangguan regulasi neurotransmitter yg bekerja di
area-area tsb
Pemeriksaan diagnostik
melalui CT dan MRI menunjukkan adanya penurunan volume otak,
melebarnya ventrikel lateral dan ventrikel ketiga, atropi lobus
frontal, serebelum, struktur limbik, serta peningkatan ukuran sulkus
pada permukaan otak. Menggunakan PET terlihat terjadinya
penurunan aliran darah ke lobus frontal
FAKTOR PREDISPOSISI
Neurotransmitter
ketidakseimbangan antara dopamin dan serotonin
Neurodevelopment
penyimpangan pada struktur, fungsi dan kimiawi otak
yg mungkin disebabkan karena adanya masalah pada
masa prenatal dan perinatal
Virus
terpajan virus influenza pada trimester kedua
FAKTOR PREDISPOSISI
PSIKOLOGIS
Karakteristik keluarga atau karakteristik individu
Ibu dgn kecemasan, overprotektif, dingin
Ayah yg “jauh”
Konflik keluarga dan perkawinan
Komunikasi yg “double bind”
Kegagalan dalam memenuhi tugas perkembangan
sebelumnya
FAKTOR PREDISPOSISI
SOSIOKULTURAL DAN LINGKUNGAN
Kemiskinan
Kondisi masyarakat
Ketidakseimbangan dengan budaya
Tinggal menyendiri (isolasi)
FAKTOR PRESIPITASI
BIOLOGIS
Prosesing informasi yang overload
Mekanisme abnormal dari “gate control”