Anda di halaman 1dari 8

Nama : Husna Bil Qisty

NIM : 19029088

Matkul : Kewirausahaanssss

Dosen : Drs. Zelhendri Zen,M.Pd

Jadwal : Rabu/Jam 15.01-18.00

Sesi : 202011280309

Resume Pertemuan 2

A.Konsep Kewirausahaan

Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahan adalah suatu


sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang
selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya.

Seseorang yang memiliki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya.
Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya
dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. Norman M. Scarborough dan Thomas W.
Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and
uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and
asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Wirausahawan adalah
orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis;
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang
tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan
gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan
pendapatan. Intinya, seorang wirausaha adalah orang-orang yang memiliki karakter wirausaha
dan mengaplikasikan hakikat kewirausahaan dalam hidupnya. Dengan kata lain, wirausaha
adalah orang-orang yang memiliki jiwa kreativitas dan inovatif yang tinggi dalam hidupnya.
Dari beberapa konsep di atas menunjukkan seolah-olah kewirausahaan identik dengan 
kemampuan para wirausaha dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu  identik dengan karakter wirausaha semata, karena karakter
wirausaha kemungkinan juga dimiliki oleh seorang yang bukan wirausaha. Wirausaha mencakup
semua aspek pekerjaan, baik karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman
Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997).

Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan


usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan
tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha
(Suryana, 2001).

Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:

 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad
Sanusi, 1994)
 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan
mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
 Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan
berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
 Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(Drucker, 1959)
 Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha
(Zimmerer, 1996)
 Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan
sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.

Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah  nilai-
nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta,
berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan
usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999), memberikan  ciri-ciri seseorang yang
memiliki karakter wirausaha sebagai orang yang (1) percaya  diri, (2) berorientasi tugas dan
hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) 
keorisinalan.

B.Definisi Kewirausahaan

Definisi kewirausahaan menurut David E. Rye (1996) adalah suatu pengetahuan terapan dari
konsep dan teknik manajemen yang disertai resiko dalam merubah atau memproses sumberdaya
menjadi output yang bernilai tambah tinggi. Perubahan ini dilakukan melalui menciptakan
diferensiasi, standarisasi, proses dan alat desain dalam menciptakan pasar dan pelanggan baru.
Definisi kewirausahaan menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia ( INPRES) no. 4 tahun
1995 tentang Gerakan Nasional Me-masyarakat-kan dan Mem-budaya-kan Kewirausahaan
adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan
kegitan yang mengarah pada upaya mencari, menerapkan, menciptakan cara keraja, teknologi
dan produk baru dengan meningktakan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih
baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

C.Syarat-syarat wirausaha

Untuk menajadi wirausaha yang baik dan sukses diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

1. Harus memiliki pendidikan formal dan kreatif


2. Harus memiliki semangat tinggi dan bertanggung jawab.
3. Harus terampil, beripikir positif, ulet dalam arti analisis harus tepat,sistematis dan
metedologis.
4. Harus berwatak baik dan tinggi.
5. Harus mampu mengorganisasi sendiri.
6. Harus mampu bergaul dan bersifat luwes.
7. Harus mengutamakan keberhasilan
8. Tidak konsumtif dan boros.
D.Sifat-sifat wirausahawan (Pembelajaran melalui observasi mengenai pengalaman
wirausaha sukses dan gagal)

Sifat-sifat yang perlu dimiliki wirausaha menurut Fadel Muhammad di dalam Suryana (2003) :
1. Kepemimpinan
2. Inovasi
3. Cara pengambilan keputusan
4. Sikap tanggap terhadap perubahan
5. Bekerja ekonomis dan efisien
6. Visi masa depan
7. Sikap terhadap resiko

By Garve dalam Suryana (2003) menggambarkan sifat-sifat yang perlu dimiliki wirausahawan
dalam konsep 10D, yaitu :
1. Dream, mempunyai visi terhadap masa depan dan mampu mewujudkannya.
2. Deciviness, artinya tidak bekerja lambat dan membuat keputusan berdasarkan keputuan
yang tepat.
3. Doers, artinya membuat dan melaksanakannya.
4. Determination,artinya melaksanakan kegiatan dengan penuh perhatian
5. Dedication, artinya mempunyai dedikasi tinggi dalam berusaha.
6. Devotion, artinya mencintai pekerjaannya.
7. Details, artinya bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak di capai.
8. Dollars, artinya motivasi bukan nhanya uang.
9. Distribute, artinya mendistribusikan kepemilikannya terhadap orang lain yang dipercaya.

E.Menentukan Model-model Usaha


Konsep model bisnis juga banyak digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan sepak
terjang perusahaan. Menurut buku Bussines Model Generation model bisnis digunakanuntuk
menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana oragnisasi membuat,memberikan, dan
menangkap hal-hal seperti ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Proses pembuatan mdoel bisnis adalah bagian dari strategi bisnis yang dipakai dalam membentuk
suatu inti dari suatu bisnis untuk membangun berbagai aspek seperti proses operasional, strategi,
apa yang bisa ditawarkan, maksud dan tujuannya, infrastruktur dan lain sebagainya. Peusahaan
perlu menggambarkan rumusan dari model secara detail seperti apa model bisnis yang dimiliki
dengan menggunakan Framework Bussines Model Canvas. Framework ini akan mempermudah
dalam menggambarkan rumusan dari model bisnis yang dimiliki.

F.Hukum dan Etika Bisnis

Kontribusi perbankan dalam pembangunan nasional ditegaskan dalam pasal 4 undang-undang


perbankan yaitu :

“perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka


pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilisasi nasional kearah peningkatan kesejahteraan
masyarakat”

Pasal 4 ini memberikan arah kepada perbankan nasional untuk mengutamakan pembangunan
nasional dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Grifin,
etika bisnis adalah suatu istilah yang sering dipergunakan untuk menunjukkan perilaku etika
dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi.

Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat
keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan karena semua
keputusan perusahaan berpengaruh dan dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder adalah semua
individu atau kelompok yang berkepentingan atau berpengaruh terhadap perusahaan.

Berbisnis yang etis Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan
kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela
dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan
etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu
dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang
yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah

1. Pengendalian diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan
diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk
apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main
curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan
menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan
hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat
sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etis”.

2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut
untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang”, dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan
yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu
terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam
keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan
sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi
dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan
kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya
tranformasi informasi dan teknologi.

4. Menciptakan persaingan yang sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya,
harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah,
sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan
yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan” Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan
keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan
dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-“ekspoitasi”
lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan
lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan besar.

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) Jika pelaku
bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang
dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis
ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar
untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan
menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada
pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
kebawah Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada saling percaya (trust)
antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang
selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya
memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia
bisnis.

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama Semua konsep
etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau
konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah
disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba
untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu
akan “gugur” satu semi satu.
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati Jika
etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan
kenyamanan dalam berbisnis.

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa
peraturan perundang-undangan Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis
tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.

Etika dalam berbisnis sangatlah perlu dilakukan. Perkembangan suatu bisnis yang baik tidak
terlepas dengan bagaimana pelaku bisnis menerapkan etika dalam kegiatan bisnisnya. Pelaku
bisnis yang menerapkan etika bisnis yang tepat akan mendapatkan reward terhadap apa yang
telah dilakukannya. Reward yang akan didapatkan apabila menjunjung tinggi nilai etika berupa
kemajuan perusahaan, kepercayaan dari konsumen, keuntungan yang semakin meningkat dan
pangsa pasar yang semakin luas. Dari beberapa reward tersebut merupakan dambaan semua
pelaku bisnis. Sebaliknya, jika pelaku bisnis tidak menerapkan etika bisnis atau berbisnis dengan
etis maka perusahaan mengalami gejolak 180 derajat. Bukan reward yang didapatkan melainkan
kerugian yang semakin membesar dan dapat mengakibatkan perusahaan akan mengalami
kebangkrutan atau gulung tikar. Pelaku bisnis tinggal memilih, menjalankan bisnisnya dengan
beretika atau tidak beretika. 

Anda mungkin juga menyukai