Anda di halaman 1dari 13

Dampak Adanya PSBB terhadap Lingkungan Sekitar Kota Bandung

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sosiologi Lingkungan

Disusun Oleh:

Azzahra Revi Nurrima

170710170050

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2020
Dampak Adanya PSBB terhadap Lingkungan Sekitar Kota Bandung

Pada awal tahun 2020, dunia telah dikejutkan oleh realitas sosial dengan adanya virus
baru yang pertama kali muncul di Wuhan, China. Virus yang disebut dengan Corona atau
Covid-19 merupakan kumpulan virus yang bisa menginfeksi atatu menyerang sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan,
seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia). Covid-19 merupakan salah satu virus yang menyerang saluran
pernafasan seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) namun memiliki perbedaan pada gejala dan kecepatan penyebaran atau
penularannya.. Saat ini, dunia sedang memperdebatkan darimana virus tersebut berasal dan
sedang dilakukan penelitian. Banyak yang beranggapan bahwa virus berbahaya ini berasal
dari hewan kelelawar yang sudah menjadi santapan atau makanan yang dikelola oleh
masyarakat China. Namun, tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa virus Corona berasal
dari kebocoran laboratorium yang berada di Wuhan. Virus Corona dianggap sebagai pandemi
baru, karena terhitung sampai pada bulan Mei penyebaran virus ini telah menyebar hingga
210 negara dengan jumlah 4,9 juta jiwa yang dinyatakan telah terinfeksi virus tersebut.

Virus Corona dan Penyebarannya

Tidak mengenal umur, jenis kelamin, bahkan status sosial, siapa saja dapat terinfeksi
virus Corona. Namun, bayi, anak kecil, orang berusia renta, serta orang dengan kekebalan
tubuh yang lemah lebih rentan terhadap serangan virus Corona tersebut. Virus Corona dapat
menyebar seperti kebanyakan virus lain pada umumnya, seperti:

- Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).


- Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
- Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena
percikan air liur pengidap virus corona.
- Tinja atau feses (namun hal ini jarang terjadi)

Dalam proses penularan virus Corona ini, individu memiliki gejala yang berbeda-
beda. Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala ringan hingga
sedang dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Terdapat tiga kategori gejala pada
penularan virus Corona ini yaitu gejala yang paling umum, gejala yang sedikit tidak umum,
dan gejala paling serius.
1. Gejala yang paling umum
Gejala yang paling umum yang dapat dilihat dan ditunjukkan oleh individu
yang terinfeksi virus Corona adalah sebagai berikut.
- Mengalami demam (diatas 38 derajat celcius);
- Batuk kering;
- Sesak napas;
- Sering merasa kelelahan.
2. Gejala yang sedikit tidak umum
Selain mengalami demam, batuk kering, dan sering merasa lelah, gejala
lainnya yang ditunjukkan antara lain:
- Rasa tidak nyaman dan nyeri
- Nyeri tenggorokan
- Diare
- Konjungtivitis (mata merah)
- Sakit kepala
- Hilangnya indera perasa atau penciuman
- Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
3. Gejala paling serius
Dan untuk gejala yang paling serius yang ditunjukkan oleh orang yang
terinfeksi virus Covid-19 antara lain sebagai berikut.
- Kesulitan bernapas atau sesak napas
- Nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
- Hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak

Apabila seseorang telah memiliki gejala serius diharuskan untuk segera mencari
bantuan medis yang ada di daerah sekitar atau terdekatnya. Selain itu dianjurkan untuk selalu
menghubungi dokter atau fasilitas kesehatan yang ingin dituju sebelum mengunjunginya.
Orang yang memiliki gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan perawatan
mandiri (isolasi) di rumah. Berdasarkan hasil penelitian atau riset, rata-rata gejala akan mulai
terlihat atau muncul lima sampai enam hari setelah seseorang pertama kali terinfeksi virus ini.
Namun dapat juga terlihat atau muncul empat belas hari setelah terinfeksi.

Untuk mendiagnosis apakah seseorang terinfeksi virus Corona atau tidak, dokter akan
mengawali dengan melakukan anamnesis atau wawancara medis. Dokter tersebut akan
menanyakan seputar gejala atau keluhan yang dialami pasien. Setelah melakukan anamnesis,
dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu
memperkuat diagnosis. Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan tes dahak,
mengambil sampel dari tenggorokan, atau spesimen pernapasan lainnya. Untuk kasus yang
diduga infeksi novel coronavirus, dokter akan melakukan swab tenggorokan, DPL, fungsi
hepar, fungsi ginjal, dan PCT/CRP.

Faktanya, tingkat kefatalan yang disebabkan pada virus Corona hanya sebesar tiga
sampai empat persen dan apabila dibandingkan jauh berada di bawah SARS (sebesar sepuluh
persen) dan MERS (sebesar tiga puluh tujuh persen). Namun virus Corona juga tidak dapat
dipandang sebelah mata, karena tingkat moralitas yang disebabkan virus tersebut pada
penduduk dunia sangat tinggi. Hal ini dikarenakan penularan pada Covid-19 sangat mudah
untuk terjadi dan apabila manusia yang terinfeksi Covid-19 memiliki penyakit bawaan
tertentu dapat menyebabkan penyakit komplikasi yang lebih serius dan bahkan menyebabkan
kematian. Selain itu, persebaran virus Covid-19 ini semakin meluas karena adanya individu
yang terinfeksi virus ini tanpa gejala atau bisa disebut sebagai silent spreader ini juga
berbahaya terhadap kesehatan orang yang berada di sekitarnya.

Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah diri agar tidak
terinfeksi atau tertular virus Corona. WHO (World Health Organization) menghimbau dan
menganjurkan untuk melakukan hal-hal sederhana yang dapat dilakukan untuk menghambat
penularan virus berbahaya ini, antara lain seperti:

- Sering mencuci tangan menggunakan sabun atau handsanitizer. Namun


apabila terdapat air dan sabun, lebih baik untuk mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir selama kurang lebih 20 detik.
Karena apabila terlalu sering menggunakan cairan pembersih atau
handsanitizer dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan virus atau bakteri
menjadi lebih kebal.
- Tidak menyentuh area wajah terutama mata, hidung, dan mulut dengan
menggunakan tangan terutama saat berada di luar rumah.
- Apabila sedang batuk dan bersin sebaiknya ditutupi dengan menggunakan
tisu sekali pakai atau dapat menggunakan siku tangan. Cara ini dianggap
efektif untuk mengurangi penyebaran virus.
- Melakukan physical distancing saat berada di tempat umum atau berada di
luar rumah. Menjaga jarak aman setidaknya atau minimal sejauh dua
meter.
- Tidak melakukan kontak fisik dengan orang lain saat berada di luar rumah,
seperti berjabat tangan. Lebih baik menyapa dengan cara yang aman
seperti melambaikan tangan, mengangguk, atau tersenyum.
- Hindari untuk kontak dengan jarak yang dekat dengan orang-orang yang
sedang tidak sehat.

Penanggulangan Penyebaran Virus Corona

Terdapat berbagai cara yang berbeda dari setiap negara dalam menangani bagaimana
cara memutus rantai penyebaran atau penularan virus Corona ini. Untuk mengurangi atau
menghambat persebaran Covid-19, maka diperlukan upaya-upaya yang harus dilakukan oleh
penduduk di seluruh belahan dunia. Beberapa negara telah menerapkan kebijakan lockdown
untuk wilayah perbatasan kota atau provinsi bahkan sampai satu wilayah negara, seperti
negara China, Spanyol, Irlandia, Italia, Malaysia, Denmark, dan beberapa negara lainnya.
Negara yang menerapkan lockdown tersebut menutup seluruh akses baik bagi warga
negaranya maupun warga luar negaranya untuk keluar ataupun masuk daerah yang sedang
dilockdown tersebut sampai dengan jangka waktu yang telah ditentukan oleh pemerintah
masing-masing negara atau wilayah. Jangka waktu dalam penerapan lockdown bervariasi
tergantung dengan tingkat kasus yang terinfeksi Covid-19 di masing-masing negara, ada yang
sampai berbulan-bulan (seperti wilayah di China) atau hanya beberapa minggu atau hari saja
(Seperti di Malaysia). Tidak hanya akses pada jalur darat, akses pada jalur udara dan laut pun
diberhentikan sementara. Selain tertutupnya akses, mobilitas dan kegiatan sosial masyarakat
setempat sangat terbatas, Banyak perkantoran, tempat umum, bahkan sekolah diliburkan agar
tidak terciptanya atau mengurangi tingkat kerumunan pada masyarakat. Mereka diijinkan
keluar dari rumah hanya untuk hal-hal yang bersifat penting dan darurat dan hanya
perwakilan atau salah satu anggota keluarga saja yang diperbolehkan keluar rumah, seperti
belanja kebutuhan sehari-hari selama lockdown berlangsung.

Sejauh ini (21 Mei 2020), di Indonesia sebanyak dua puluh ribu lebih kasus positif
terinfeksi Covid-19, empat ribu lebih orang dinyatakan sembuh, dan seribu lebih orang yang
terinfeksi dinyatakan meninggal dunia. Kasus orang meninggal akibat terinfeksi Covid-19 di
Indonesia tergolong tinggi dibandingkan dengan negara yang berada di Asia Tenggara
lainnya. Bahkan grafik kasus Covid-19 di Indonesia semakin lama semakin bertambah atau
meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain;

- Kurang sigapnya pemerintah dalam berusaha mencegah penyebaran Covid-19 di awal


masa pandemi,
- Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya dari Covid-19,
- Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk peduli akan bahaya Covid-19 bagi
tubuhnya sendiri maupun orang di sekitarnya.

Hingga saat ini, di Indonesia belum terdapat kebijakan dari pemerintah untuk
menerapkan lockdown negara maupun di daerah tertentu dikarenakan adanya berbagai
pertimbangan yang ada. Namun pemerintah telah menerapkan untuk melakukan SFH (Study
from Home) dan WFH (Work from Home) dan menutup berbagai fasilitas umum dibeberapa
wilayah, seperti sekolah, pusat perbelanjaan, tempat wisata, kebun binatang, dsb.

Selain itu, untuk mengganti penerapan lockdown dan mengurangi terjadinya


kerumunan, beberapa daerah yang dianggap sebagai zona merah (akibat banyaknya kasus
yang terinfeksi Covid-19 di wilayah tersebut) menerapkan kebijakan karantina kesehatan
sebagai bentuk kegiatan physical distancing dan social distancing. Menurut Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan menyebutkan, Karantina Kesehatan
adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan faktor risiko
kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Di
dalam UU tersebut telah dijelaskan bahwa karantina kesehatan dapat dilakukan dengan cara
antara lain: melakukan isolasi, karantina di rumah sakit, karantina wilayah, dan PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar). Karantina wilayah dan PSBB merupakan 2 hal yang
berbeda, dimana karantina wilayah (menurut UU No.6 Tahun 2018 pasal 1 ayat 10)
merupakan pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah pintu masuk
beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi. PSBB (menurut UU No.6
Tahun 2018 pasal 1 ayat 11) adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinan penyebaran penyakit atau kontaminasi.

Dalam menjalankan karantina kesehatan selama pandemi Covid-19 ini dengan


pemberlakuan karantina wilayah dan PSBB disejumlah daerah, tentu terdapat batasan waktu
dalam pelaksanaannya. Meskipun dengan adanya himbauan untuk tetap berada di rumah saja
masyarakat tetap dapat keluar rumah untuk menjalani kegiatan sosial (yang bersifat penting
dan darurat). Apabila masyarakat terpaksa harus keluar rumah, masyarakat harus tetap
mematuhi peraturan yang ada, seperti tetap menggunakan masker dan tetap menjaga jarak
aman minimal satu meter agar tidak mudah tertular virus Corona tersebut.

Pemberlakuan PSBB di Bandung

Pemberlakuan PSBB di Indonesia pertama kali dilakukan di Jakarta yang telah


diputuskan oleh Gubernur DKI Jakarta. Selain itu, pemberlakuan PSBB ini juga terjadi di
Bandung, dimana Bandung dianggap sebagai salah satu wilayah zona merah akibat
banyaknya kasus yang terinfeksi Covid-19. Sejauh ini (menurut data pada 21 Mei 2020),
terdapat 257 pasien positif untuk kota Bandung dan 62 pasien positif untuk Kabupaten
Bandung. Tingginya tingkat mobilitas warga Bandung yang bahkan sering untuk bepergian
keluar kota maupun luar negeri menjadi salah satu faktor yang menyebabkan banyak warga
Bandung yang terinfeksi virus ini. Untuk itu pemerintah Kota Bandung memutuskan untuk
memberlakukan PSBB dalam jangka waktu yang cukup lama dengan harapan dapat menekan
angka pasien yang terinfeksi virus corona tersebut.

PSBB di wilayah Bandung sendiri mulai diterapkan sejak tanggal 22 April 2020 yang
pada rencana awal akan berlangsung selama dua minggu atau empat belas hari masa uji coba.
Dengan adanya PSBB ini bertujuan untuk memutus rantai penyebaran dan penularan virus
Corona di wilayah Bandung. Meskipun angka untuk orang yang terinfeksi virus corona ini
sudah berkurang, namun karena masyarakat masih banyak yang melanggar dan atau
mengabaikan kebijakan PSBB tersebut, Pemerintah akhirnya memperpanjang masa PSBB
tersebut sampai tanggal 29 Mei 2020. Terdapat beberapa peraturan wali kota (Perwal) tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bandung, antara lain:

1. Peraturan untuk menghentikan semua kegiatan belajar mengajar di seluruh sekolah


dan sekolah agama Islam serta sekolah keagamaan lainnya, baik pendidikan
keagamaan lainnya dan pendidikan nonformal lainnya.
2. Pengendara motor pribadi secara prinsip umum tidak diperkenankan membawa
penumpang, kecuali:
o Pengemudi dan penumpang memiliki alamat rumah yang sama;
o Untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan Covid-19;
o Bagi kondisi gawat darurat kesehatan.
3. Untuk motor berbasis aplikasi (seperti ojek online) hanya untuk mengangkut barang,
kecuali;
o Untuk kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan Covid -19;
o Bagi kondisi gawat darurat kesehatan.
4. Toko bahan bangunan dan material dibolehkan tetap buka. Namun terdapat syarat
yang harus dipatuhi yaitu pembatasan jam operasional mulai pukul 08.00-14.00 serta
wajib menerapkan standar kesehatan maksimal termasuk physical distancing.
5. Perluasan wewenang Gugus Tugas Kecamatan dan Gugus Tugas Kelurahan dalam
penegakkan hukum. Pihak tersebut berwenang untuk melakukan hal sebagai berikut:
o Teguran lisan;
o Peringatan;
o Catatan kepolisian terhadap para pelanggar;
o Penahanan Kartu Identitas bila diperlukan;
o Pembatasan/penghentian/pembubaran kegiatan;
o Penutupan sementara.
6. Kantor kecamatan dan kelurahan tetap melakukan tugasnya yaitu melayani
masyarakat.

Dampak dari Adanya PSBB di Bandung

Saat pemberlakuan PSBB tentu memiliki dampak tersendiri terhadap kehidupan


manusia atau warga Bandung. Dampak pada kehidupan sosial masyarakat sangat dapat
dirasakan warga Bandung, dimana interaksi dan komunikasi dengan individu atau kelompok
lain menjadi sangat terbatas. Mereka hanya dapat berkomunikasi secara tidak langsung
dengan cara mengirim pesan, telepon, atau video call dengan menggunakan smartphone
mereka. Selain itu juga berdampak pada kehidupan mereka yang merupakan perantau dari
Bandung maupun luar Bandung, dimana mereka harus menahan diri untuk tetap berada di
daerah rantauan. Karena apabila para perantau tersebut memaksakan diri untuk pulang ke
daerah asal mereka, dikhawatirkan akan “membawa” virus Corona yang berbahaya ini ke
daerah asal mereka dan tidak akan memutus rantai persebaran atau penularan virus Corona
tersebut.

Selain berdampak pada kehidupan sosial warga Bandung, PSBB juga berdampak pada
perekonomian warganya. Dampak pada perekonomian ini tentu dirasakan oleh seluruh
lapisan dalam masyarakat baik kalangan atas, menengah, dan atau bawah. Meski sudah
diberlakukan WFH agar dapat bekerja dari rumah saja, namun tidak semua pekerjaan atau
profesi dapat melakukannya, terutama pada kalangan menengah ke bawah terutama mereka
yang sehari-harinya hanya mengandalkan pendapatan harian. Oleh karena itu mereka
memilih untuk tetap bekerja di luar rumah agar tetap dapat mendapatkan pemasukan dan
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa PSBB dan pandemi ini berlangsung. Hal
ini terbukti banyaknya warga Bandung yang memilih untuk melanggar peraturan yang telah
dibuat. Masih banyak pedagang yang nekat untuk berjualan atau menjajakan barang yang
dijualnya meski telah dilarang untuk berjualan sementara waktu karena dikhawatirkan akan
menciptakan kerumunan dan membuat rantai penularan atau persebaran virus Corona
semakin panjang dan masa PSBB ini tidak cepat berakhir.

Dampak dalam perekonomian juga dapat dirasakan dari banyaknya perusahaan yang
mengalami kebangkrutan selama masa PSBB dan pandemi Corona ini terjadi. Karena
terjadinya kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan, perusahaan terpaksa harus menutup
bisnis mereka dan memberhentikan atau memPHK para pegawainya. Akibatnya, menambah
jumlah pengangguran yang ada di Bandung maupun daerah lainnya.

Dampak dari masa PSBB dan pandemi Corona ini tidak hanya terjadi pada kehidupan
sosial dan perekonomian warga Bandung dan juga tidak selalu berdampak buruk. Dampak
dari masa PSBB dapat bersifat positif apabila dilihat dari pengaruhnya terhadap lingkungan
sekitar di Bandung. Dampak dari masa PSBB terhadap lingkungan sekitar Bandung, antara
lain sebagai berikut.

1. Membaiknya Kualitas Udara

(Sumber: https://www.iqair.com/id/indonesia/west-java/bandung)
Berdasarkan hasil pemantauan dari situs IQAir, kualitas udara selama masa
pemberlakuan PSBB jauh lebih baik daripada sebelum adanya pandemi Corona dan
pemberlakuan PSBB. Dengan adanya pembatasan mobilitas masyarakat ini akan
berdampak pula pada menurunnya tingkat polusi udara dan berkurangnya konsentrasi
udara beracun di udara Indonesia.

2. Berkurangnya Polusi Udara

(Sumber: https://www.iqair.com/id/indonesia/west-java/bandung)

Dapat dikatakan bahwa tingkat populasi udara di Bandung mengalami


penurunan akibat adanya PSBB ini. hal ini dikarenakan berkurangnya mobilitas
masyarakat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Selain itu, berkurangnya
polusi udara di Bandung juga dipengaruhi oleh aktivitas industri yang ada di
Bandung, dimana selama masa PSBB beberapa kegiatan perindustrian diberhentikan
untuk sementara waktu demi kesehatan para pekerjanya pula.

3. Berkurangnya Polusi Air Akibat Limbah Industri


Selain berkurangnya polusi udara, diberhentikannya kegiatan industri secara
sementara selama masa PSBB dan Pandemi Corona ini juga dapat mempengaruhi
tingkat polusi air terutama air sungai yang ada di Bandung. Tidak adanya kegiatan
industri sama dengan tidak adanya limbah yang mereka buang ke sungai, sehingga
keadaan air sungai di sekitar perindustrian menjadi lebih baik dan tidak mengalami
pencemaran seperti biasanya.
4. Lalu Lintas Menjadi Lebih Tertib

Meskipun pada masa PSBB akan berakhir lalu lintas di Bandung mulai
mengalami kepadatan lagi, berbeda dengan pada masa PSBB pertama kali
diberlakukan. Dimana akibat orang kantoran dan pelajar diliburkan serta diadakannya
WFH dan SFH lalu lintas di Bandung menjadi lebih sepi dan lebih lancar daripada
hari-hari biasa. Operasional kendaraan umum seperti angkot (angkutan umum) dan
bus pun dibatasi oleh pemerintah berdasarkan yang telah diatur dalam peraturan wali
kota.

5. Lingkungan Menjadi Lebih Bersih


Warga kota Bandung masih banyak yang belum sadar untuk membuang
sampah di tempat sampah. Masih banyak masyarakat yang suka membuang sampah
sembarangan yang menyebabkan sampah menjadi berserakan dimana-mana. Namun
karena selama masa PSBB dengan anjuran untuk di rumah saja, membuat masyarakat
mengurangi aktivitas di luar rumah sehingga tingkat membuang sampah sembarangan
tersebut menjadi berkurang dan lingkungan sekitar di wilayah kota Bandung menjadi
lebih bersih dari biasanya.

Sosiologi Lingkungan

Sebelum membahas keterkaitan antara dampak dari adanya PSBB terhadap


lingkungan sekitar kota Bandung dengan sosiologi lingkungan, alangkah baiknya sedikit
membahas mengenai pengertian dan konsep dari sosiologi lingkungan tersebut. Sosiologi
lingkungan merupakan salah satu cabang dari ilmu sosiologi yang masih tergolong baru yang
mengkaji mengenai hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan di sini
dapat diartikan sebagai lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik
merupakan lingkungan yang di dalamnya terdapat komponen-komponen makhluk hidup yang
ada di permukaan bumi, seperti tumbuhan, manusia, dan binatang. Sedangkan lingkungan
abiotik merupakan semua lingkungan yang di dalamnya terkandung komponen-komponen
benda mati atau tidak bernyawa, seperti air, batu, tanah, iklim, udara, dan benda mati lainnya
yang berada di sekitar. Sub disiplin ini merupakan pergeseran dari sociology of environment
(yang mengacu pada masalah lingkungan memlalui sudut pandang sosiologi tradisional) ke
environment of sociology (mengacu pada hubungan manusia dengan lingkungan).

Hubungan antara manusia dan lingkungan dapat dilihat menjadi dua asas, yaitu asas
mutualisme dan asas parasitisme. Asas mutualisme akan terjadi apabila hubungan antara
manusia dengan lingkungan akan saling menguntungkan kedua pihak. Sedangkan asas
parasitisme merupakan asas yang terjadi apabila hubungan antara manusia dengan
lingkungannya hanya menguntungkan salah satu pihak, sedangkan pihak lainnya dirugikan.
Dalam hubungan parasitisme ini, sudah menjadi hal yang biasa bagi manusia untuk
mengeksploitasi lingkungannya secara berlebihan sehingga merugikan lingkungan sekitarnya.

Dalam sosiologi lingkungan dipelajari pula mengenai sikap manusia dalam


masyarakat terhadap lingkungannya. Sikap manusia terhadap lingkungannya dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu overestimates, underestimates, serta harmonis dan dialogis.

1. Overestimates
Merupakan salah satu sikap manusia terhadap lingkungan yang melebih-lebihkan atau
mendewakan alam yang sering tampak pada masyarakat tradisional maupun pejuang
ekologi ekstrim. Contoh dari sikap overestimates ini adalah seperti adanya para deep
ecology, sebuah gerakan ekologi radikal.
2. Underestimates
Merupakan salah satu sikap manusia terhadap lingkungan yang merendahkan alam,
dimana alam dilihat dan dijadikan sebagai objek yang bebas dieksplorasi dan
dieksploitasi hanya untuk pemenuhan atau pemuasan kebutuhan umat manusia.
Contoh dari sikap underestimates ini adalah adanya perkebunan kelapa sawit secara
besar-besaran dengan merusak hutan alam yang merupakan habitat dari makhluk
hidup selain manusia (tumbuhan dan hewan yang tinggal di hutan).
3. Harmonis dan dialogis
Merupakan sikap manusia terhadap lingkungan yang menjadi penengah antara sikap
overestimates dan underestimates. Sikap ini memandang alam sebagai keluarga
sendiri, dimana alam boleh dipergunakan untuk kepentingan atau kebutuhan manusia
namun digunakan secara sesuai dengan kebutuhannya tidak berlebihan. Contoh dari
sikap harmonis dan dialogis adalah mengambil hasil laut sesuai dengan yang
dibutuhkan dan tidak menggunakan alat yang berbahaya saat menangkap (seperti
bom, potassium, dinamit, pukat berbahaya) agar tidak merusak atau mencemari laut.
Dalam materi sosiologi lingkungan juga terdapat bahwa institusi sosial yang ada di
masyarakat juga dapat mempengaruhi perubahan lingkungan yang akan atau sedang terjadi.
Bagaimana institusi atau lembaga sosial tersebut dapat berperan dan berfungsi serta
menjalankan pranata sosial yang ada sehingga dapat mengelola lingkungan dan perubahannya
secara baik.

Kesimpulan: Keterkaitan antara “Dampak Adanya PSBB terhadap Lingkungan


Sekitar Bandung” dengan Sosiologi Lingkungan

Sikap yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai institusi sosial dalam menangani
pemutusan rantai penyebaran virus Corona di sini termasuk dalam salah satu sikap manusia
terhadap lingkungannya, yaitu sikap harmonis dan dialogis. Dimana untuk menjaga
keberadaan umat manusia (warga Bandung), pemerintah selaku institusi sosial berperan
dalam adanya pranata sosial berbasis lingkungan yaitu dengan memberlakukan adanya PSBB
di wilayah Bandung. PSBB sebagai pranata lingkungan ini diberlakukan atau tumbuh karena
munculnya kesadaran dan keinginan pemerintah dan warga Bandung untuk memiliki kondisi
hidup yang lebih baik dalam masyarakat selama masa Pandemi Covid-19 ini.

Dengan adanya PSBB ini, tidak hanya berhasil menjaga warga Bandung terinfeksi
dari penularan virus Corona, namun secara tidak langsung juga berhasil menjaga kebersihan
lingkungan yang ada di Bandung.

Anda mungkin juga menyukai