Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Al-Islam
2 (Fikih Mu’amalat) ini dengan baik.

Penulisan makalah yang bersifat sederhana ini, dibuat berdasarkan tugas kelompok
yang di berikan oleh dosen pengampu kami yaitu Bapak Dr. H. M. Alinur, M.ag dalam
materi yang berjudul “JINAYAH”.

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun,


menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami
mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam
bentuk materi sehingga dapat terlaksana denan baik.

Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak
kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha
semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangat
mengharapkan kritik serta saran nya dari semua teman-teman demi tercapainya
kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.

Pekanbaru, 18 Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BALAKANG
Jinayah atau lengkapnya Fiqh Jinayah merupakan satu bagian dari bahasan fiqh. Fiqh
adalah ketentuan yang berdasarkan wahyu Allah dan bersifat amaliah (operasional) yang
mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah dan sesama manusia, maka
fiqh jinayah secara khusus mengatur tentang pencegahan tindak kejahatan yang dilakukan
manusia dan sanksi hukuman yang berkenan dengan kejahatan itu.
Tujuan umum dari ketentuan yang di tetapkan Allah itu adalah mendatangkan kemaslahatan
untuk manusia, baik mewujudkan keuntungan dan manfaat bagi manusia, maupun
menghindarkan kerusakan dan kemudaratan dari manusia. Dalam hubungan ini Allah
menghendaki terlepasnya manusia dari segala bentuk kerusakan. Hal ini dijelaskan oleh
hadist Nabi yang mengatakan:

“Tidak boleh terjadi kerusakan terhadap manusia dan tidak boleh manusia melakukan
perusakan terhadap orang lain”.

Segala bntuk tindakan perusakan terhadap orang lain atau makhluk di larang oleh agama
dan tindakan tersebut di namai tindakan kejahatan atau jinayah dan di sebut
juga  jarimah. Karena tindakan itu menyalahi larangan Allah berarti pelakunya durhaka
terhadap Allah. Oleh karena itu, perbuatan yang menyalahi kehendak Allah itu disebut
pula ma’siyat.   Di antara tindakan yang dilarang Allah itu ada yang di iringi dengan ancaman
hukuman terhadap pelakunya, baik ancaman itu dirasakan pelakunya didunia, maupun dalam
bentuk azab di akhirat. Semua bentuk tindakan yang dilarang Allah dan diancam pelakunya
dengan ancaman hukuman tertentu itu secara khusus di sebut jinayah atau jarimah.

Fiqh jinayah  ini berbicara tentang bentuk-bentuk tindakan kejahatan yang dilarang Allah
manusia melakukannya dan oleh karenanya ia berdosa kepada Allah dan akibat dari dosa itu
akan dirasakannya azab Allah di akhirat. Dalam rangka mempertakut manusia melakukan
kejahatan yang dilarang Allah itu, Allah menetapkan sanksi atau ancaman hukuman atas
setiap pelanggaran terhadap larangan Allah itu. Sanksi hukuman itu dalam bahasa fiqh
disebut ‘uqabat. Dengan begitu setiap bahasan tentang jinayah diiringi dengan bahasan
tentang ‘uqabat. Dalam istilah umum biasa dirangkum dalam ‘hukum pidana’.
Setiap tindakan disebut jahat atau kejahatan bila tindakan itu merusak sandi-sandi
kehidupan manusia. Ada lima hal yang mesti ada pada manusia yang tidak sempurna manusia
bila satu diantaranya luput yaitu : agama, jiwa, akal, harta, keturunan (sebagian ulama
memasukkan pula harga diri dalam bentuk terakhir ini). Kelimanya disebut daruriat yang
lima. Manusia di perintahkan untuk mewujudkan dan melindungi kelima unsur kehidupan
manusia itu. Sebaliknya, manusia dilarang melakukan sesuatu yang menyebabkan rusaknya
lima hal tersebut. Hal-hal apa saja yang manusia tidak boleh254 merusak pada dasarnya
merujuk kepada lima hal tersebut. Adapun kejahatan yang dinyatakan Allah dan Nabi-Nya
sanksinya adalah : murtad, pembunuhan, penganiayaan, pencurian, perampokan, perzinaan,
tuduhan perzinaan tanpa bukti, minum-minuman keras, makar dan pemberontakan.
Sedangkan kejahatan lain yang secara jelas tidak disebutkan sanksinya oleh Allah dan Nabi
diserahkan kepada ijtihat ulama dan diterapkan aturan dan ketentuannya oleh penguasa,
seperti perjudian, penipuan, dan lainya.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apakah yang dimaksud dengan Jinayah ?


b. Bagaimana dasar hukum jinayah dalam islam ?
c. Apa saja macam-macam dari jinayah ?

C. TUJUAN
a. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan jinayah.
b. Agar mengetahui dasar hukum jinayah dalam islam.
c. Agar mengetahui macam-macam dari jinayah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jinayah

Secara etimologis (lughah) “ jinayah ”, berarti : perbuatan terlarang, dan “ jarimah ”,


berarti: perbuatan dosa. Secara termologis (ishtilah) “ jinayah ” atau “ jarimah ’, adalah
sebagaimananya dikemukakan Imam Al-Mawardi :

ِ ‫و تَع‬Dْ َ‫ات َشرْ ِعيَّةٌ َز َج َرهللاُ تَ َعالَى َع ْنهَابِ َح ٍّدأ‬


‫ْزي ٍْر‬ ٌ ‫اَ ْل َج َرا ِء ُم َمحْ ظُ ْو َر‬

“Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang di larang oleh syara’, yang di ancam dengan
hukuman had atau ta’dzir”.

Dengan demikian, jinayah atau jarimah adalah perbuatan yang mengancam keselamatan
jiwa. Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam bukunya mengatakan jinayah adalah kata
jinayah berasal dari bahasa Arab, yang merupakan jamak dari kata jinayah diambil dari
jinaaya yang berarti memetik. Dalam bahasa, kata janaitus tsamara  bermaksud mengambil
buah-buahan. Jinaa’alaa qawmihii jinaayatan  bermaksud melakukan tindakan kejahatan
tehadap kaumnya, dan harta benda. Adapun kata jinayah menurut syariat Islam ialah segala
tindakan yang dilarang oleh hukum syariat untuk dilakukan, setiap perbuatan yang dilarang
oleh syariat harus dihindari, karena perbuatan itu akan menimbulkan bahaya terhadap agama,
jiwa, akal, harga diri, dan harta benda.
Adanya hukuman (‘uqubat) atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi manusia dari
kebinasaan hidup terhadap lima hal yang mutlak (al-dharuriyyat al-khamsah) pada manusia
yaitu: agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan atau harga diri. Seperti ketetapan Allah tentang
hukuman mati terhadap pembunuhan, tujuannya tidak lain adalah agar jiwa manusia terjamin
dari pembunuhan. Hal ini dapat di pahami dalam firman Allah berikut ini :

ِ ‫اص َحيَاةٌ يَا أُولِي اأْل َ ْلبَا‬


َ ُ‫ب لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬
‫ون‬ ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِي ْالق‬
Artinya: “Dalam (pelaksanaan hukum) qishash itu kalian menemukan (terpeliharanya)
kehidupan wahai orang-orang yang berfikir, agar kalian bertaqwa kepada Allah. (QS. Al-
Baqarah:2;179).”
Ayat ini mengandung arti bahwa pelaksaan hukuman qishash walaupun tampaknya
kejam, namun mempunyai daya tangkal yang ampuh bagi meluasnya tindakan pembunuhan
jika tidak diatasi dengan sanksi yang berat, seperti qishash ini.

B. Dasar Hukum Jinayah dalam Islam


Dalam  islam  dijelaskan  berbagai  norma/aturan/rambu-rambu  yang  mesti  ditaati oleh
setiap mukalaf, hal itu telah termasuk dalam sumber fundamental Islam, termasuk juga
mengenai  perkara  jarimah  atau  tindak  pidana  dalam  Islam,  berikut  kami  akan
memaparkan beberapa dalil tentang hukum pidana dalam islam dan kewajiban menaati
hukum Allah SWT.

َ ُ‫َوأَ ِن احْ ُك ْم بَ ْينَهُ ْم بِ َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َواَل تَتَّبِ ْع أَ ْه َوا َءهُ ْم َواحْ َذرْ هُ ْم أَ ْن يَ ْفتِن‬
‫وك َع ْن‬
‫ْض‬ ِ ‫ فَا ْعلَ ْم أَنَّ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ أَ ْن ي‬D‫ْك ۖ فَإِ ْن تَ َولَّ ْوا‬
ِ ‫ُصيبَهُ ْم بِبَع‬ َ ‫ْض َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ إِلَي‬
ِ ‫بَع‬
َ ُ‫اسق‬
‫ون‬ ِ َّ‫ُذنُوبِ ِه ْم ۗ َوإِ َّن َكثِيرًا ِم َن الن‬
ِ َ‫اس لَف‬
Artinya: “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa
yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. Dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Al-
Maidah 49).

‫وك فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل‬


َ ‫ون َحتَّ ٰى ي َُح ِّك ُم‬
َ ُ‫فَاَل َو َرب َِّك اَل ي ُْؤ ِمن‬
‫ْت َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ‫ضي‬َ َ‫يَ ِج ُدوا فِي أَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِم َّما ق‬
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’ 65).
C. Macam-macam Jinayah
Ada 3 macam jinayah , yaitu:
1. Hudud
Hudud (jamak dari ; had) adalah tindakan kejahatan yang sanksi hukumannya telah
ditetapkan secara pasti oleh Allah dan Rasulnya. Dan arti menurut bahasa ialah menahan
(menghukum). Selanjutnya menurut istilah hudud berarti: sanksi bagi orang yang melanggar
hukum syara’ dengan cara didera/ dipukul (dijilid) atau dilempari dengan batu hingga mati
(rajam). Sanksi tersebut dapat pula berupa dipotong tangan lalu sebelah atau kedua-duanya
atau kaki dan tangan keduanya, tergantung kepada kesalahan yang dilakukan. Hukum
had ini merupakan hukuman yang maksimal bagi suatu pelanggaran tertentu bagi setiap
hukum.
Jarimah hudud ini dalam beberapa kasus di jelaskan dalam al-Qur’an surah An-Nur ayat 2,
surah an-Nur: 4, surah al-Maidah ayat 33, surat al-Maidah ayat 38.
Termasuk kedalam kelompok ini tindak pidana antara lain:
 pencurian
 perampokan
 perzinaan
 tuduhan zina (Qadzaf)
 minuman keras
 pemberontakan
 murtad

2. Qishash
Qishash adalah tindakan kejahatan yang sanksi hukumannya adalah balasan setimpal
(sama), dan didenda darah (diat) atas pelanggaran yang bersifat pengerusakan badan.
Atau menghilangkan jiwa, seperti dalam firman Allah SWT Surah al-Maidah : 45, surah
al-Baqarah : 178
Diat adalah denda yang wajib harus dikeluarkan baik berupa barang maupun uang oleh
seseorang yang terkena hukum diad sebab membunuh atau melukai seseorang karena
ada pengampunan, keringanan hukuman, dan hal lain. Pembunuhan yang terjadi bisa
dikarenakan pembunuhan dengan tidak disengaja atau pembunuhan karena kesalahan
(khoto’). Hal ini dijelaskan dalam al-Quraan surah an-Nisa’ : 92.
a. Pembunuhan sengaja.
b. Pembunuhan semi sengaja.
c. Pembunuhan tersalah.
d. Pelukan sengaja.
e. Pelukan semi sengaja.

3. Ta’zir
Ta’zir adalah tindakan kejahatan lain yang tidak di ancam hukuman qishash atau diat, dan
tidak pula diamcam dengan hudud. Hukum ta’zir adalah hukuman atas pelanggaran yang
tidak di tetapkan hukumannya dalam al-Quran dan Hadist yang bentuknya sebagai
hukuman ringan. Menurut hukum islam, pelaksanaan hukum ta’zir diserahkan sepenuhnya
kepada hakim islam hukum ta’zir ataupun ancamannya ditetapkan oleh negara diperuntukkan
bagi seseorang yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau belum memenuhi syarat
untuk dihukum had atau tidak memenuhi syarat membayar diyat sebagai hukum ringan
untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya. ta’zir ini dibagi menjadi tiga bagian :
1. Jarimah hudud atau qishah/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat,
namun sudah merupakan maksiat, misalnya percobaan pencurian, percobaan
pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.
2. Jarimah-jarimah yang ditentukan al-quran dan al-hadits, namun tidak ditentukan
sanksinya, misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan amanat dan
menghina agama.
3. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulul amri untuk kemashlahatan umum.
Dalam hal ini, nilai ajaran islam di jadikan pertimbangan penentuan
kemashlahatan umum. persyartan kemaslahatan ini secara terinci diuraikan dalm
bidang studi Ushul Fiqh, misalnya, pelanggaran atas peraturan lalu-lintas.
Sedangkan jarimah berdasarkan niat pelakunya dibagi menjadi menjadi dua, yaitu:
a) Jarimah yang disengaja (al-jarimah al-maqsudah).
b) Jarimah karena kesalahan (al-jarimah ghayr al-maqsudah/jarimah al-khatha’).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Secara etimologis (lughah) “jinayah”, berarti : perbuatan terlarang, dan “jarimah”, berarti :
perbuatan dosa. Secara termologis (ishtilah) “jinayah” atau “jarimah’, adalah
sebagaimananya dikemukakan Imam Al-Mawardi : “Jarimah adalah segala larangan syarak
yang diancam hukuman had atau ta’zir’.
1) Jarimah Qishas
a. Pembunuhan sengaja.
b. Pembunuhan semi sengaja.
c. Pembunuhan tersalah.
d. Pelukan sengaja.
e. Pelukan semi sengaja.

2) Jarimah Hudud
a. Pencurian
b. Perampokan
c. Perzinaan
d. Tuduhan zina (Qadzaf)
e. Minuman keras
f. Pemberontakan
g. Murtad

3) Ta’zir
Ta’zir adalah tindakan kejahatan lain yang tidak di ancam hukuman qishash atau diat, dan
tidak pula diamcam dengan hudud. Hukum ta’zir adalah hukuman atas pelanggaran yang
tidak di tetapkan hukumannya dalam al-Quran dan Hadist yang bentuknya sebagai
hukuman ringan. Menurut hukum islam, pelaksanaan hukum ta’zir diserahkan sepenuhnya
kepada hakim islam hukum ta’zir ataupun ancamannya ditetapkan oleh negara diperuntukkan
bagi seseorang yang melakukan jinayah/ kejahatan yang tidak atau belum memenuhi syarat
untuk dihukum had atau tidak memenuhi syarat membayar diyat sebagai hukum ringan
untuk menebus dosanya akibat dari perbuatannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://asrinurfarida.blogspot.com/
https://guruinformatika.blogspot.com/2014/04/makalah-tentang-jinayah-hukum-
pidana_2.html
https://kitabsalafindonesia.wordpress.com/2013/09/19/pembunuhan-menurut-hukum-islam/

https://www.suduthukum.com/2014/05/macam-macam-pembunuhan-dalam-hukum-
islam.html

Anda mungkin juga menyukai