Anda di halaman 1dari 6

Landasan Bimbingan dan Konseling

Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti
landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan
pendidikan secara umum. Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan
faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku
pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah
bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan pondasi yang kuat dan tahan
lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan
mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling,
apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran
terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah
individu yang dilayaninya (klien). (Syafruddin, 2019 : 27)

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor


yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat
berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Secara teoritik,
berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat tiga aspek pokok yang
mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan historis, landasan
religius dan landasan filosofis. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-
masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :

A. Landasan historis
B. Landasan religius

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dengan kehidupan di akherat.


Dengan kata lain hidup manusia tidak dapat dipisahkan dengan aspek religi (agama). Keyakinan
manusia bahwa dirinya sebagai makhluk Tuhan sebagai kholifah di muka bumi haruslah dijaga
dan difungsikan oleh manusia itu sendiri. Implementasi unsur agama di dalam konseling tidak
menuntut konselor sebagai ulama atau mengupas suasana konseling dengan dakwah agama tetapi
dilakukan dengan wajar saja, jangan dipaksakan dan tetap memberikan kebebasan pada klien
untuk menentukan sendiri nasibnya. Agar proses konseling tetap diwarnai aspek religious maka
konselor sendiri hendaknya orang yang telah mengamalkan ajaran agamanya memiliki iman dan
taqwa yang dinamik. (Erman Anti, 1999)

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal


pokok, yaitu; 

(1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan,
(2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan
(3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana
dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama
untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.

a. Manusia sebagai Mahluk Tuhan


Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi
kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu
adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.

b. Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama
harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan
diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang
kehidupan dunia dan akhirat.

c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan
tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri
sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman
hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara
keturunan.

C. Landasan filosofis

Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa yunani : philos berarti cinta dan shopos
berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Lebih luas kamus
Webster New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang
mempelajari kekuatan yang didasari proses berfikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-
prinsip atau hokum-hukum dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua
pengetahuan dan kenyataan termasuk kedalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika
dan lain sebagainya.
            Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman
khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang
lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.

1.    Hakikat Manusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson,
Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti, dalam syafruddin
(2019)) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a.    Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk
meningkatkan perkembangan dirinya.
b.    Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.    Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
d.   Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya
untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol
keburukan.
e.    Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
f.     Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud
melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.    Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h.    Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-
pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan
manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi
apa manusia itu.
i.      Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk
melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan
konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri.
Seseorang konseler dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai utuh manusia denhgan berbagai dimensi (Syarruddin,
2019 : 28)

2.    Tujuan dan Tugas Kehidupan


Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa ciri-
ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:

a.       Spiritualitas
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan
aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian
hidup manusia.
b.      Pengaturan diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri
 rasa diri berguna,
 pengendalian diri,
 pandangan realistik,
 spontanitas dan kepekaan emosional,
 kemampuan rekayasa intelektual,
 pemecahan masalah,
 kreatif,
 kemampuan berhumor dan,
 kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
c.       Bekerja
Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial yang kesemuanya
itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
d.      Persahabatan
Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu
 dukungan emosional
 dukungan material, dan
 dukungan informasi.
e.       Cinta
Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2004:144) menemukan
bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar utama bagi
keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai
implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-konseling/

https://bimbingandankonselingsite.wordpress.com/landasan-bk/

https://inihisyam.wordpress.com/2015/04/19/landasan-bimbingan-dan-konseling-landasan-filosofi-
religi-psikologis-pendidikan-teknologi-dan-sosial-budaya/

Anda mungkin juga menyukai