DISUSUN OLEH :
1. Dilla Rista Rosid (1711007)
2. Dwi Cahyo Utomo (1711022)
3. Herlina Binti Mahmudah (1711017)
4. Hipolito Da Cruz Soares (1711014)
5. Ida Parwati (1711025)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................3
2.1 Definisi.....................................................................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................................4
2.3 Manifestasi Klinis....................................................................................................5
2.4 Patofisiologi...........................................................................................................10
2.5 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang.......................................................................13
2.6 Penatalaksanaan.....................................................................................................13
2.7 Komplikasi..............................................................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................16
3.1 pengkajian..............................................................................................................16
3.2 Pemeriksaan penunjang..........................................................................................23
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................23
3.4 Intervensi................................................................................................................25
3.5 Implementasi..........................................................................................................28
3.6 Evaluasi..................................................................................................................28
BAB IV PENUTUP....................................................................................................................30
4.1 Kesimpulan............................................................................................................30
4.2 Saran......................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan. ( Support, Edisi November
2008 )
1.3 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
3
epidermis kurang lebih 10 % dari area permukaan tubuh, serta melibatkan
lebih dari satu membran mukosa.
2.2 Etiologi
4
2.3 Manifestasi Klinis
5
Gejala kulit dapat berupa macula eritematus yang menyerupai
morbilliform rash, timbul pada muka, leher, dagu, tubuh, dan ekstermitas.
Lesi taget dan bula dengan Nikolsky sign positif sering didapatkan. Lesi
membesar dan bertambah banyak[ CITATION Dju15 \l 1057 ] . Lesi kulit pada
sindrom Stevens-Johnson dapat timbul sebagai gejala awal atau dapat juga
terjadi setelah gejala klinis dibagian tubuh lainnya. Lesi pada kulit umumnya
bersifat asimetri dan ukuran lesi bervariasi dari kecil sampai besar. Mula-mula
lesi kulit berupa erupsi yang bersifat multiformis yaitu eritema yang menyebar
luas pada rangka tubuh. Eritema ini menyebar luas secara cepat dan biasanya
mencapai maksimal dalam waktu empat hari, bahkan seringkali hanya dalam
hitungan jam. Pada kasus yang sedang, lesi timbul pada permukaan ekstensor
badan, dorsal tangan dan kaki, sedangkan pada kasus yang berat lesi
menyebar luas pada wajah, dada dan seluruh permukaan tubuh. Eritema akan
menjadi vesikel dan bula yang kemudian pecah menjadi erosi, ekskoriasi,
menjadi ulkus yang ditutupi pseudomembran atau eksudat bening.
Pseudomembran akan terlepas meninggalkan ulkus nekrosis, dan apabila
terdapat perdarahan akan menjadi krusta yang umumnya berwarna coklat
gelap sampai kehitaman. Variasi lain dari lesi kulit berupa purpura, urtikaria
dan edema. Selain itu adanya erupsi kulit dapat juga menimbulkan rasa gatal
dan rasa terbakar. Terbentuknya purpura pada lesi kulit memberikan
prognosis yang buruk[ CITATION Ram11 \l 1057 ].
Kelainan membrane mukosa. Bibir mukosa mulut dirasakan sakit,
disertai kelainan mukosa yang eritematus, sembab, dan disertai bula yang
kemudian akan pecah sehingga timbul erosi yag tertutup pseudomembrane.
Bibir diliputi massive hemorarrhagic crusts. Kelainan pada kelmin juga sering
didapat berupa bula yang hemorrhagic dan erosi [ CITATION Dju15 \l 1057 ]. Lesi
oral mempunyai karakteristik yang lebih bervariasi daripada lesi kulit, seluruh
permukaan oral dapat terlibat, namun lesi oral lebih cenderung banyak terjadi
pada bibir, lidah, palatum mole, palatum durum, mukosa pipi sedangkan pada
gusi relative jarang terjadi lesi. Lesi oral didahului oleh macula, papula,
6
segera diikuti oleh vesikel dan bula. Ukuran vesikel maupun bula bervariasi
dan mudah pecah dibandingkan lesi pada kulit. Vesikel maupun bula terutama
pada mukosa bibir mudah pecah Karena gerakan lidah dan friksi pada waktu
mengunyah dan bicara sehingga bentuk yang utuh jarang ditemukan pada
waktu pemeriksaan klinis intra oral[ CITATION Ram11 \l 1057 ].
Vesikel maupun bula yang mudah pecah selanjutnya menjadi erosi,
kemudian mengalami ekskoriasi dan terbentuk ulkus. Ulkus ditutupi oleh
jaringan nekrotik yang berwarna abuabu putih atau eksudat abu-abu kuning
menyerupai pseudomembran. Jaringan nekrotik mudah mengelupas sehingga
meninggalkan suatu ulkus yang berbentuk tidak teratur dengan tepi tidak jelas
dan dasar tidak rata yang berwarna kemerahan. Apabila terjadi trauma
mekanik dan mengalami perdarahan maka ulkus akan menjadi krusta
berwarna coklat sampai kehitaman. Krusta kehitaman yang tebal dapat terlihat
pada mukosa bibir dan seringkali lesi pada mukosa bibir meluas sampai tepi
sebelah luar bibir dan sudut mulut (Gambar 1.1)[ CITATION Ram11 \l 1057 ].
Pada palatum mole maupun palatum durum dapat terjadi lesi oral. Lesi
oral diawali oleh vesikel maupun bula yang mudah pecah menjadi erosi
ekskoriasi dan ulkus. Erosi seringkali ditutupi pseudomembran dan dikelilingi
daerah berwarna kemerahan. Ulkus dapat meluas terutama terjadi pada
palatum durum (Gambar 2.2). Pada mukosa pipi terjadi juga pola
perkembangan lesi seperti lidah, vesikel atau bula di mukosa pipi jarang
ditemukan utuh, hanya berupa erosi atau ulkus yang ditutupi dengan
pseudomembran[ CITATION Ram11 \l 1057 ].
7
Gambar 1 Krusta kehitaman pada mukosa bibir
8
Menurut Parillo (2010), manifestasi klinis pada pasien sindrom Steven-
Johnson adalah sebagai berikut.
9
2.4 Patofisiologi
10
penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel
ini bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam
untuk terbentuknya.
11
Pathway
Steven Johnson
Syndrome
Reaksi Alergi Type III
Reaksi Alergi Type IV
Sel Mast
Reaksi Radang
Jaringan kapiler rusak
Kelemahan Fisik
Terjadi evaporasi
kekurangan pada kulit
volume
Nutrisi kurang dari cairan
2.5 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
kebutuhan tubuh
1. Laboratorium
12
- Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
- Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi
2. Histopatologi
- Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
- Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
- Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel
subepidermal
- Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
- Spongiosis dan edema intrasel di epidermis
3. Imunologi
- Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada
pembulih darah yang mengalami kerusakan
- Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara
tersendiri atau dalam kombinasi
2.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk
dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-
Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg
intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak
timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara
cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari,
deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya
prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari,
13
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari
kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok
dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa
(dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia
yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya
gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
4. Topikal
14
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral
base. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim
sulfadiazine perak.
2.7 Komplikasi
BAB III
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan sakit
kepala, batuk, pilek dan demam dengan temperatur 39°C, sulit menelan dikarenakan
adanya lesi di bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di
seluruh tubuh dan wajah, tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, N
80 x/i. Turgor Kulit Jelek. Ibu mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22
kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak selesara makan.
3.1 Pengkajian
I. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama : An. V
Umur : 5 Tahun
Status Kesehatan : Sakit
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Bhakti Luhur
No. Registe : 11112014
Ruang/Kamar : II/Rajawali
Golongan Darah : AB
Tanggal Masuk : 9 April 2019
Tanggal Pengkajian : 10 April 2019
Diagnosa Medis : Sindrom Stevens Jhonson
16
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
Alamat : Jl. Bhakti Luhur
C. Keluhan Utama : Sakit kepala, batuk, pilek,demam, sulit
menelan, nyeri tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit,
tidak selera makan, mual, muntah, berat badan menurun (sebelum
25kg, sesudah 22kg)
II. RESUME
TTV :
Suhu : 390C
Nadi : 80x/menit
RR : 28x/menit
BB : 22 kg
17
Minum : 5 gelas (250 ml/gls)
- Berat badan : 22 kg
- Tinggi badan : 100 cm
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah dialami
Masa kanan-kanak : flu
Riwayat kecelakaan : tidak ada
Pernah dirawat : tidak
Pernah operasi : tidak
2. Riwayat Alergi
Tipe alergi : alergi tipe III dan IV
Reaksi : nyeri yang hebat
Tindakan : menggaruk
3. Pola nutrisi
Diet : Nasi biasa
Nafsu Makan : berkurang
Mual : ada
Muntah : ada
Frekuensi makan : 2kali/ hari
Jumlah makanan dan minuman :
Makan : 1/2 piring
Minum : 5gelas (250 ml/gls)
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 100 cm
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
18
Keadaan umum : lemah
Tingkat kesadaraan : sadar
Suhu / Temp : 390C
Denyut Nadi / Pols : 80X/menit
Pernafasan / RR : 28X/menit
2. Head to toe dan pengkajian system
Kepala, rambut dan wajah
o Kepala : pasien mengeluh sakit
o Bentuk kepala : bulat
o Ukuran : simetris
o Posisi : simetris
o Warna Rambut : hitam
o Bentuk Rambut : keriting
o Kebersihan Kulit kepala : ada ketombe
o Warna : hitam
o Struktur wajah : oval
Mata
o Bentuk : sipit (simetris)
o Sclera : normal
o Konjungtiva : ananemis
o Pupil : isokor
o Fungsi penglihatan : normal
o Retina : normal
Hidung / Penciuman
o Bentuk : simetris
o Peradangan : tidak ada
o Perdarahan : tidak ada
o Cairan : tidak ada
19
o Fungsi penciuman : baik
o Lubang hidung : simetris
o Polip : tidak ada
o Sinusitis : tidak ada
Telinga / Pendegaran
o Bentuk : normal
o Peradangan : tidak ada
o Perdarahan : tidak ada
o Cairan : tidak ada
o Fungsi pendegaran : baik
o Alat bantu pendengaran : tidak
Rongga mulut dan Faring
o Keadaan bibir : lesi
o Mukosa gigi : kering
o Keadaan gusi dan gigi : kering
o Kesulitan menelan : ada
o Alat bantu bicara : tidak ada
o Gigi : kotor
o Tonsil / faring : tidak ada (Normal)
o Peradangan : tidak ada
o Perdarahan : tidak ada
o Laring : Normal
o Peradangan : tidak ada
o Fungsi pengecapan : baik
Leher
o Kelenjar getah bening : Normal
o Kelenjar tiroid : Normal
o Vena jugularis : normal
20
o Kekakuan : Tidak ada
Thorax
o Bentuk rongga : simetris
o Bunyi nafas : tidak ada
o Irama pernafasan : Normal
o Bunyi jantung : tidak ada
o Nyeri dada : tidak ada
Abdomen
o Bentuk : simetris
o Turgor kulit : jelek
o Massa / cairan : tidak ada
o Hepar : baik
o Ginjal : normal
o Bising usus : normal
Perineum / Genetalia
o Kebersihan perineum : bersih
o Perdarahan : tidak ada
o Peradangan : tidak ada
o Haemoroid : tidak ada
o Alat genetalia : bersih
Sirkulasi
o Suara jantung : normal
o Suara jantung tambahan : tidak ada
o Palpitasi : normal
o Perubahan warna kulit, kuku, bibir : ada
o Edema jaringan : tidak ada
o Nadi : tidak normal
Neurologis
21
o Memori saat ini : normal
o Memori yang lalu : normal
o Keluhan pusing : ada
o Lama tidur : 7 jam
o Gangguan tidur : (+)
o Genggaman tangan kiri/kanan : melemah
Muskuloskletal
o Pergerakan ekstremitas : lemah
o Kekuatan otot : menurun
o Fraktur : tidak ada
o Kelainan tulang belakang : tidak ada
o Traksi / spalk/ gips : tidak ada
Pencernaan
o Mulut : kotor dan kering
o Tenggorokan : nyeri
o Abdomen : normal
o Nafsu makan : menurun
o Porsi makan :1/2piring
Eliminasi
o Pola BAB : 2 kali/Hari
o Konstipasi : tidak ada
o Diare : tidak ada
o Riwayat perdarahan : tidak ada
o Pola BAK : 5 kali/hari
o Jumlah urin : 900 cc
o Inkontinensia : mampu
o Karakter urin : bau ke kuning-kuningan
o Hematuria : tidak ada
22
o Peradangan : tidak ada
o Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada
Integumen
o Turgor kulit : jelek
o Tekstur kulit : kering
o Kelembapan : kering
o Lesi : (+)
o Jaringan parut : tidak ada
o Suhu : 390C
o Edema : tidak ada
o Eritema : kemerahan
Analisa Data :
23
.
1. DS : Gangguan Kekurangan Volume
- Keluarga px gastrointestinal, demam, Cairan
mengatakan, px malaise
mengalami demam,
mual & muntah Terjadi evaporasi pada kulit
- Px mengatakan
nyeri tenggorokan Kekurangan
volume cairan
DO :
- Suhu 390C
- RR 28 x/i
- Turgor kulit jelek
- Eritema Seluruh
tubuh
DS : Reaksi Radang Nyeri akut
- Px mengatakan
Jaringan kulit dan mucosa
nyeri tenggorokan, eritema
sakit kepala
Inflamasi dermal dan
2. DO : Epidermal
- Wajah meringis
- Lesi di bibir
Nyeri akut
- Eritema
- RR 28x/i
3 DS : Kelainan selaput lendir dan Nutrisi kurang dari
ofisium
- Keluarga px kebutuhan
mengatakan, px Kesulitan menelan
mengalami mual
dan muntah, tidak Intake tidak adekuat
selera makan
24
- Px mengatakan Kelemahan Fisik
sulit menelan
Nutrisi kurang dari
DO : kebutuhan tubuh
- Lesi di bibir
- Nyeri tenggorokan
DO : Reaksi Radang Gangguan integritas
- Bintik-bintik kulit
Jaringan kulit dan mucosa
merah pada kulit eritema
dan wajah
4 - Kulit kering
Inflamasi dermal dan
Epidermal
3.4 Intervensi
Diagnosa
No. NOC NIC
Keperawatan
1. Kekurangan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
volume cairan Indikator : Aktivitas :
tubuh - Tekanan darah - Timbang berat badan
- Denyut nadi radial setiap hari dan monitor
- Keseimbangan intake status pasien
dan output dalam 24 - Jaga intake/asupan yang
jam akurat dan catat output
- Berat badan stabil (pasien)
- Turgor kulit - Monitor status hidrasi
- Kelembapan (misalnya, membrane
membrane mukosa mukosa lembap, denyut
25
nadi adekuat, dan tekanan
darah ortostatik)
- Monitor tanda-tanda vital
pasien
- Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
- Distribusikan asupan
cairan selama 24 jam
2. Nyeri akut Kontrol nyeri : Pemberian analgesik :
Indicator : Akrivitas :
- Mengenali kapan nyeri - Tentukan lokasi,
terjadi karakteristik, kualitas dan
- Menggambarkan faktor keparahan nyeri sebelum
penyebab mengobati pasien
- Menggunakan - Cek adanya riwayat alergi
analgesik yang obat
direkomendasikan - Tentukan pilihan obat
- Mengenali apa yang analgesik (narkotik, non
terkait dengan gejala narkotik atau NSAID)
nyeri berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan setelah
memberikan analgesik
narkotik pada pemberian
dosis pertama kali atau
jika ditemukan tanda-
tanda yang tidak biasa.
26
3. Perubahan pola Status nutrisi Manajemen nutrisi
nutrisi kurang Indicator : Aktivitas :
dari kebutuhan - Asupan gizi - Tentukan status gizi pasien
- Asupan makanan dan kemampuan px untuk
- Asupan cairan memenuhi kebutuhan gizi
27
- Eritema - Monitor efek samping
- Nekrosis obat
- Pengerasan kulit - Kaji ulang pasien dan
keluarga secara berkala
mengenai jenis dan jumlah
obat yang dikonsumsi
- Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yang tepat
- Pertimbangkan
pengetahuan pasien
mengenai obat-obatan
3.5 Implementasi
3.6 Evaluasi
Assestment :
- Belum Teratasi
Planning :
28
- Intervensi dilanjutkan (1-3)
2. Nyeri akut Subjek :
- Nyeri Tenggorokan
Objek :
- Lesi bibir
- Wajah
- Skala nyeri 4
Assestment :
- Belum Teratasi
Planning :
- Intervensi dilanjutkan (1-3)
3. Perubahan pola nutrisi kurang Subjek :
- Nyeri tenggorokan
dari kebutuhan
- Sulit menelan
- Mual
- Muntah
Objek :
- Ansietas (+)
- BB turun 3 kg
Assestment :
- Belum Teratasi
Planning :
- Intervensi 1-3 diulangi
4 Gangguan integritas kulit Subjek :
--
Objek :
- Turgor mulai membaik
- Bintik-bintik merah pada kulit dan wajah
- Kulit melai membaik
Assestment :
- Belum teratasi
Planning :
29
- Ulangi intervensi 1-3
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
30
menelan, gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan
intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori;
kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
4.2 Saran
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven
johnson hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat
dilakukan tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik
secara teoritis maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat
melakukan tindakan keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga
pada penderita steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis
yang seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan
untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit steven johnson.
31
DAFTAR PUSTAKA
Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Edisi IV, Jakarta : EGC.
32
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media Aesculapius :
Jakarta
33