Anda di halaman 1dari 14

MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI

AGAMA

Tugas Makalah Mata Kuliah Metodologi Studi Islam


Dosen Pengampu : Dr.Afrahul Fadhila Daulay, MA

Disusun oleh :
Kelompok 17

MASLAN ( 0303181041 )

SITI AFNIZAR BERUTU ( 0303192090 )

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUMATERA


UTARA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat dan rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Model
Penelitian Antropologi dan Sosiologi Agama”. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada segala pihak yang telah membantu secara materi dan
kerjasamanya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Metodologi Studi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang model penelitian antropologi dan sosiologi agama bagi para pembaca dan
juga bagi para penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibunda Dr. Afrahul Fadhila Daulay, MA


yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan mata kuliah yang penulis tekuni. Penulis juga mengungkapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 18 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................
........................i
DAFTAR
ISI........................................................................
...............................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................
......................4
B. Rumusan
Masalah...,................................................................
..............4
C.
Tujuan.....................................................................
.................................5

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................
........................5
A. Makna Penelitian Antropologi Dan Sosiologi
Agama..........................5
B. Model Penelitian Antropologi
Agama....................................................8
C. Model Penelitian Sosiologi
Agama.......................................................10

BAB III PENUTUP


A.
Kesimpulan.................................................................
............................13

3
B.
Saran......................................................................
..................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sosiologi, agama dikaji sebagai suatu fakta sosial. Munculnya sosiologi agama
diakhir abad ke-19 sebagai disiplin baru dari Sosiologi adalah untuk melihat agama sebagai
situs pengetahuan yang dikaji dari sudut pandang sosiologis. Sosiologi agama tidak melihat
bagaimana seseorang beragama, Secara kolektif yang difokuskan kepada peran agama dalam
mengembangkan atau menghambat eksistensi sebuah peradaban suatu masyarakat. Dan
sejarah peradaban kemanusiaan selama berabad-abad memang tidak pernah sepi dari hiruk
pikuk aktualisasi agama dan kepercayaan dengan berbagai defenisinya yang khas dan
diwujudkan dalam perilaku keseharian masyarakat.

4
Antropologi merupakan suatu ilmu yang kajiannya terfokus kepada manusia dan
kebudayaannya. Secara umum dapat dikatakan antropologi merupakan ilmu yang
mempelajari manusia dari segi keragaman fisiknya, masyarakatnya, kebudayaannya. Agama
yang dipejari oleh antropologi adalah agama sebagai fenomena budaya, tidak agama yang
diajarkan oleh tuhan. Maka yang menjadi perhatian adalah beragamnya manusia dan
masyarakat. Sebagai ilmu sosial, antropologi tidak membahas salah benarnya agama dan
segenap perangkatnya, seperti Kepercayaan, ritual dan Kepercayaan kepada yang sakral.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna dari penelitian antropologi dan sosiologi agama ?

2. Bagaimana model penelitian antropologi agama ?

3. Apa saja model penelitian sosiologi agama ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui makna dari penelitian antropologi dan sosiologi agama

2. Untuk mengetahui model penelitian antropologi agama

3. Untuk mengetahui model penelitian sosiologi agama

BAB II

PEMBAHASAN

Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin, socius yang artinya
teman, dan logos dari kata yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya dalam
buku yang berjudul “Cours De Philoshophie Positive” karangan August Comte (1798-1857).
Sosiologi muncul sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Namun sosiologi sebagai ilmu
yang mempelajari masyarakat baru lahir kemudian di Eropa.
5
A.MAKNA PENELITIAN ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI AGAMA

Dewasa ini telah muncul suatu kajian agama yang menggunakan antropologi dan
sosiologi sebagai basis pendekatannya. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang
selama ini digunakan dipandang harus dilengkapi dengan pendekatan antropologi dan
sosiologi tersebut. Berbagai pendekatan dalam memahami agama yang ada selama ini antara
lain pendekatan teologis, normatif, filosofis, dan historis.

Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada dataran empirik akan
dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan
dirumuskan. Antropologi berupaya melihat antara hubungan agama dengan berbagai pranata
sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian hubungan antara agama dan ekonomi melahirkan
beberapa teori yang cukup menggugah minat para peneliti agama. Dalam berbagai penelitian
antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan yang positif antara kepercayaan agama
dengan kondisi ekonomi dan politik. Menurut kesimpulan penelitian antropologi, golongan
masyarakat kurang mampu dan golongan miskin lain pada umumnya lebih tertarik kepada
gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial
kemasyarakatan. Sedangkan golongan kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan
masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan
pihaknya.

Uraian di atas memperlihatkan bahwa pendekatan antropologi, dengan jelas dapat


mendukung menjelaskan bagaimana suatu fenomena agama itu terjadi. Dengan menggunakan
pendekatan dan perspektif antropologi tersebut di atas dapat diketahui bahwa doktrin-doktrin
dan fenomena-fenomena keagamaan ternyata tidak berdiri sendiri dan tidak pernah terlepas
dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung
keberadaannya. Inilah makna dari penelitian antropologi dalam memahami gejala-gejala
keagamaan.

Selanjutnya, kita lihat mengenai makna pendekatan sosiologi dalam memahami


agama. Diketahui bahwa sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur
dan terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologi masyarakat dilihat
sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh
dikatakan stabil.

Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang


dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.Dalam pandangan kaum
6
sosiolog, agama lebih lanjut dibuktikan memiliki fungsi yang amat penting. Dalam hubungan
ini, paling kurang ada enam fungsi agama bagi kehidupan masyarakat yaitu:

1. agama dapat memenuhi kebutuhan –kebutuhan tertentu dari manusia yang tidak
dapat dipenuhi oleh lainnya. Seorang Sarjana Ekonomi Amerika pernah menulis
buku dengan judul yang amat provokatif, yaitu Janji-janji untuk kehidupan
manusia. Menurutnya, janji-janji itu adalah kredit. Fakta menunjukkan bahwa
sirkulasi sumber kehidupan dari suatu sistem ekonomi tergantung dari apakah
manusia satu sama lain dapat saling menaruh kepercayaan bahwa mereka akan
memenuhi kewajiban-kewajiban bersama dibidang keuangan. Keharusan orang-
orang menepati janji-janji tersebut diperintahkan dalam ajaran agama.

2. agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati janji-janjinya. Diketahui


bahwa beberapa jenis persetujuan bersama atau consensus mengenai kewajiban-
kewajiban yang sangat penting ini, begitu juga mengenai adanya kekuatan yang
memaksa orang-orang dan pihak-pihak yang bersangkutan untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban tersebut, minimal diperlukan untuk mempertahankan
ketertiban masyarakat.

3. agama dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi
kewajiban-kewajiban sosial tersebut dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi
menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan kewajiban-
kewajiban sosial mereka. Dalam peranan ini agama telah membantu menciptakan
sistem-sistem nilai sosial yang terpadu dan utuh.

4. agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi


oleh manusia dan diperlukan untuk menyatukan pandangannya.

5. agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada


hampir semua masyarakat bukan sekedar nilai yang bercampur aduk tetapi
membentuk tingkatan (hirarki). Dalam hirarki ini agama nilai-nilai yang tertinggi.
Nilai-nilai yang tertinggi, berikut implikasinya dalam bentuk tingkah laku,
memperoleh arti dalam agama.

6. agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar tingkah laku, yaitu
berupa keharusan-keharusan yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial yang
selanjutnya disebut sebagai norma-norma sosial.

7
Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai peranata
sosial yang terjadi dimasyarakat. Dalam berbagai penelitian antropologi agama
dapat ditemukan adanya hubungan yang positif antara Kepercayaan agama dengan
kondisi ekonomi dan politik. Menurut kesimpulan penelitian antropologi,
golongan masyarakat kurang mampu dan golongan miskin lain pada umumnya
lebih tertarik kepada gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan
perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan kaya lebih
cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara
ekonomi lantaran tatanan tersebut menguntungkan pihaknya. Sedangkan sosiologi
merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan terjadi secara
berulang dalam masyarakat.

B. MODEL PENELITIAN ANTROPOLOGI AGAMA

Penelitian di bidang antropologi agama antara lain dilakukan oleh seorang antropolog
bernama Clifford Geertz pada tahun 1950-an. Hasil penelitiannya itu telah dituliskan dalam
buku berjudul The Religion Of Java. Model penelitian yang dilakukan Geertz adalah
penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini didasarkan pada data-data
yang dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan, survey, dan penelitian Grounded
Research, yakni penelitian yang penelitinya terlibat dalam kehidupan masyarakat yang
ditelitinya. Dari segi waktu yang digunakan untuk penelitian tersebut selama tiga tahap yaitu:

1. antara September 1951 sampai 1952, persiapan yang intensif dalam bahasa Indonesia
(yakni melayu) dilakukan di Universitas Havard, mula-mula di bawah Professor
Isadora Dyen dan kemudian di bawah Tuan Rufus Hendon, yang kemudian hari
menjadi direktur proyek, dengan bantuan orang-orang Indonesia. Waktu antara bulan
juli sampai Oktober 1952 dipergunakan di Negeri Belanda, mewawancarai sarjana-

8
sarjana Belanda yang ahli tentang Indonesia di Universitas leiden dan di Tropical
Institut di Amsterdam.

2. dari bulan Oktober 1952 sampai Mei 1953 dipergunakan terutama di Yogyakarta,
tempat ia mempelajari bahasa Jawa, dengan mempergunakan mahasiswa-mahasiswa
Universitas Gajah Mada, dan memperoleh sejumlah pengetahuan umum mengenai
kebudayaan dan kehidupan kota Jawa. Selama masa ini, satu setengah bulan lamanya
dihabiskan juga untuk mewawancarai pemimpin-pemimpin agama dan politik di ibu
kota Negara, Jakarta, sambil mengumpulkan statistik dan menyelidiki organisasi
birokrasi pmerintah pada umumnya dan Departemen Agama pada khususnya.

3. antara Mei 1953 sampai September 1954, merupakan masa penelitian lapangan yang
sesungguhnya, dan dilakukan di Mojokuto. Ia dan istrinya sepanjang masa itu tinggal
di rumah seorang buruh kereta api di ujung kota, rumah itu sebenarnya tidak terletak
di desa Mojokuto, tetapi di desa sebelahnya, yang hanya bersifat kota di bagian
tenggaranya.

Semua kegiatan, temasuk wawancara dengan para informan, ia lakukan dengan


menggunakan bahasa jawa, kecuali beberapa pelajar yang sangat nasionalistik dan lebih
senang berbahasa Indonesia (Melayu).

Selanjutnya, dari segi informan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitiannya itu,
Geertz megatakan bahwa ia melakukan banyak kegiatan sistematis dan lama dengan
informan-informan tertentu mengenai suatu topik , baik dirumah mereka sendiri maupun di
kantor.

Sedangkan pendekatan analisisnya sebagaimana tersebut di atas adalah dengan


menggunakan kerangka teori yang terdapat dalam ilmu antropologi. Dengan pendekatan ini,
fenomena keagamaan yang terjadi di daerah Jawa dapat di jelaskan dengan baik.

Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, dapat kiranya disimpulkan bahwa model
penelitian antropologi agama yang dilakukan Geertz dapat di jadikan model atau bahan
perbandingan bagi para peneliti selanjutnya. Hal ini, karena secara metodologi dan konseptual
penelitian yang dilakukan Geertz tergolong penelitian yang lengkap dan memenuhi prosedur
penelitian lapangan yang baik.

Adapun salah satu sifat antropologi adalah holistik atau menyeluruh. Oleh karena itu,
cakupan ilmu ini sangat luas. Secara bahasa antropologi, terdiri dari dua kata, yaitu Anthropos
9
yang artinya manusia dan Logos yang artinya ilmu, kedua ilmu itu diambil dari bahasa
Yunani. Jadi secara istilah adalah ilmu yang membahas tentang manusia dan masyarakatnya,
baik yang masih hidup, atau mati beserta perkembangan manusia serta asal-usulnya yang
ditelusuri hingga masa lampau. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial
yang mengkaji hubungan manusia dengan kebudayaan seperti, kehidupan, ilmu, peradaban,
bahasa, dan masyarakat. Ilmu antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu :

1. Tujuan akademika, yaitu untuk mencapai pengertian tentang mahluk manusia

Pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, masyarakat

Serta kebudayaan.

2. Tujuan Praktis, yaitu untuk mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat,
suku, bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa.

C. MODEL PENELITIAN SOSIOLOGI AGAMA

Penelitian sosiologi agama pada dasarnya adalah penelitian tentang agama yang
mempergunakan pendekatan ilmu sosial (sosiologi). Dalam kaitan ini, berbagai persoalan
yang terdapat dalam ilmu sosial dilihat secara seksama dalam hubungannya dengan agama.
Dalam penelitian ini dapat dilihat agama yang terdapat pada masyarakat industri modern,
agama pada lapisan masyarakat yang berbeda-beda, agama yang dikembangkan pada
kalangan penguasa, politikus, dan lain sebagainya.

Agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci merupakan Das Sollen, sesuatu yang
harusnya terjadi. Sedangkan agama yang terdapat dalam kenyataan adalah Das Sein, sesuatu
yang tampak terjadi di lapangan. Antara agama yang terdapat pada dataran Das Sein dengan
yang terdapat pada Das Sollen bisa saja terjadi kesenjangan. Inilah yang selanjutnya yang
dianggap sebagai problema yang harus didekati dengan melakukan berbagai kegiatan
pembaharuan melalui jalur pendidikan, dakwah, pembinaan, dan sebagainya.

Mengenai metodologi penelitian sosiologi agama lengkap dengan perangkatnya pada


dasarnya sama dengan langkah-langkah dalam penelitian antropologi agama.hal ini tidak
mengherankan karena antropologi sering dikelompokkan sebagai salah satu cabang dari
sosiologi.

10
Sedangkan sosiologi merupakan ilmu yang membahas sesuatu yang telah teratur dan
terjadi secara berulang dalam masyarakat. Dalam tinjauan sosiologi masyarakat dilihat
sebagai suatu kesatuan yang didasarkan pada ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh
dikatan stabil. Sehubungan dengan ini, dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan
yang dalam bingkai strukturnya (proses sosial) diselidiki oleh sosiologi.

Dalam penelitian kaum sosiologi agama dijelaskan bahwa sukar bagi manusia, untuk
dalam jangka waktu yang cukup lama, bersepakat mengatur tingkah laku mereka sesuai
dengan macam-macam larangan dan perintah yang satu sama lain tidak bertalian. Apabila
masyarakat diharapkan stabil, dan tingkah laku sosial masyarakat bisa tertib dan baik, maka
tingkah laku yang baik harus ditata dan dipolakan sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu yang
relatif diterima dan disepakati bersama. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan tujuan-tujuan
atau merupakan sasaran utama tingkah laku sosial manusia atau disebut oleh sarjana sosiolog
sebagai nilai-nilai.

Selanjutnya, pada saat nilai-nilai suatu masyarakat dapat diintegrasikan dalam suatu
tatanan atau sistem yang berarti, maka pada saat itulah anggota-anggota masyarakat dapat
bersatu ke satu arah dan tingkah laku mereka. Dalam kaitan ini, terlihat dengan jelas fungsi
agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dalam pandangan kaum sosiolog, agama memiliki enam fungsi bagi kehidupan
masyarakat antara lain:

1. Agama dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari manusia yang tidak dapat
dipenuhi oleh lainnya.
2. Agama dapat berperan memaksa orang untuk menepati janji-janjinya.
3. Bahwa agama dapat membantu mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan
isi kewajiban-kewajiban sosial.
4. Agama berperan membantu merumuskan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh
manusia dan diperlukan untuk menyatukan pandangannya.
5. Agama pada umumnya menerangkan fakta-fakta bahwa nilai-nilai yang ada dalam
hampir semua masyarakat bukan sekadar kumpulan nilai yang bercampur aduk tetapi
membentuk tingkatan (hierarki).

11
6. Agama juga telah tampil sebagai yang memberikan standar tingkah laku, yaitu berupa
keharusan-keharusan yang ideal yang membentuk nilai-nilai sosial yang selanjutnya
disebut sebagai norma-norma sosial.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu hal yang perlu dicatat, bahwa suatu hasil penelitian bidang sosiologi agama bisa
saja berbeda dengan agama yang terdapat dalam doktrin kitab suci. Sosiologi agama bukan
mengkaji benar atau salahnya suatu ajaran agama, tetapi yang dikaji adalah bagaimana agama
tersebut dihayati dan diamalkan oleh pemeluknya. Dalam kaitan ini, dapat terjadi apa yang
ada dalam doktrin kitab suci berbeda dengan apa yang ada dalam kenyataan empirik. Para
sosiolog membuat kesimpulan tentang agama dari apa yang terdapat dalam masyarakat. Jika
suatu pemeluk agama terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, kesehatan,
kebersihan, dan lain sebagainya, kaum sosiolog terkadang menyimpulkn bahwa agama
dimaksud merupakan agama untuk orang-orang yang terbelakang. Kesimpulan ini mungkin
akan mengagetkan kaum tekstual yang melihat agama sebagaimana yang terdapat dalam kitab
suci yang memang diakui ideal.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan
kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

13
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1998)

Abdullah, Amin, Studi Agama, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar)

14

Anda mungkin juga menyukai