Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NURAIDA

NIM : 0303192105

JURUSAN : BKI-3

SEMESTER : II (DUA)

KULIAH : Soal Uas Kewarganegaraan

1.Berikan penjelasan terhadap kalimat dibawah ini :

a. Siapa yang merdeka pada tanggal 17 agustus 1945 ?


b. Bagaimana hubungannya dengan konstitusi RIS di Dhenhark ?
c. Kemudian bagaimana dengan belakangan masuk wilayah Indonesia Irian Jaya. ?
2. Bagaimana kasusnya kalimantan sebagian masuk Indonesia dan sebagian masuk wilayah
Malaysia.?

3. Bagaimana cara meninggalnya pejuangan Indonesia Yosurdarso. ?

4.Apa ungkapan dalam bahasa islam Civil Socaity ?

5. jelaskan Civil Socaity dengan supremasi hukum adalah sejalan !

Jawaban :

1. a. Pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia. Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau
tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan
didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said
bin Awadh Martak di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Hari Kemerdekaan dijadikan
sebagai hari libur nasional melalui keputusan pemerintah yang dikeluarkan pada 18 Juni 1946.

b. Setelah Perang Dunia Kedua berakhir dengan kemenangan di pihak Tentara Sekutu dan
kekalahan di pihak Jepang, maka kepergian Pemerintah Balatentara Jepang dari tanah air
Indonesia dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. Namun
usaha pemerintah Belanda untuk kembali menjajah Indonesia mendapat perlawanan yang sengit
dari para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena itu, pemerintah Belanda menerapkan politik
adu domba dengan cara mendirikan dan mensponsori berdirinya beberapa negara kecil di
berbagai wilayah nusantara, seperti negara Sumatera, negara Indonesia Timur, negara Pasundan,
negara Jawa Timur dan sebagainya. Dengan kekuasaan negara yang terpecah-pecah itu
diharapkan pengaruh kekuasaan Republik Indonesia di bawah kendali pemerintah hasil
perjuangan kemerdekaan dapat dieleminir oleh Pemerintah Belanda. Naskah konstitusi Republik
Indonesia Serikat disusun bersama oleh delegasi Republik Indonesia dan delegasi B.F.O ke
Konperensi Meja Bundar. Dalam delegasi Republik Indonesia yang dipimpin oleh Mr.
Mohammad Roem, terdapat Prof.Dr.Soepomo yang terlibat dalam mempersiapkan naskah
Undang-Undang Dasar tersebut. Rancangan Undang-Undang Dasar itu disepakati bersama oleh
kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Serikat (RIS). Naskah Undang-Undang Dasar yang kemudian dikenal dengan Konstitusi RIS itu
disampaikan kepada Komite Nasional Pusat sebagai lembaga perwakilan rakyat di Republik
Indonesia dan kemudian resmi mendapat persetujuan Komite Nasional Pusat tersebut pada
tanggal 14 Desember 1949, selanjutnya Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal 27
Desember 1949. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat berdasarkan Konstitusi
RIS tahun 1949 itu, wilayah Republik Indonesia sendiri masih tetap ada di samping negara
federal RIS, karena sesuai ketentuan Pasal 2 Konstitusi RIS, Republik Indonesia diakui sebagai
salah satu negara bagian dalam wilayah Republik Indonesia Serikat, yaitu mencakup wilayah
yang disebut dalam persetujuan Renville.

c. Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari
wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua
merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua
merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian
Barat, West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya
dari wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas
koloni Inggris. Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis,
tetapi kemudian dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan. Papua berada di wilayah paling timur
negara Indonesia. Ia merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Greenland di Denmark.
2. Perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Asia Tenggara mencakup perbatasan darat yang
memisahkan kedua negara di Pulau Kalimantan dan perbatasan maritim di sepanjang Selat
Malaka, Laut Cina Selatan, dan Laut Sulawesi.

Penetapan perbatasan Indonesia–Malaysia berawal dari perjanjian pada tahun 1824 antara
Belanda dan Britania Raya, yang ditandatangani di London pada tanggal 17 Maret 1824.
Perjanjian tersebut menetapkan lingkup pengaruh kepulauan Melayu antara dua kekuatan
kolonial pada masa itu – Britania Raya dan Belanda. Britania Raya diizinkan untuk mendirikan
koloni di sebelah utara Selat Malaka dan Selat Singapura, sedangkan Belanda berhak
mendirikan koloni di sebelah selatan. Pemisahan lingkup pengaruh ini menjadi dasar penetapan
perbatasan antara Malaya Britania dengan Hindia Belanda di kemudian hari.

Dokumen resmi pertama yang mengatur mengenai perbatasan darat antara Indonesia dan
Malaysia di Pulau Kalimantan adalah Konvensi Perbatasan atau Konvensi London, yang
ditandatangani di London pada tanggal 20 Juni 1891 oleh Britania Raya dan Belanda.[1]
Perjanjian berikutnya ditandatangani pada tahun 1915[2] dan 1928,[3] yang mengatur lebih
lanjut mengenai penetapan perbatasan. Perjanjian dan sejumlah kesepakatan kolonial
kemudian diadopsi oleh Indonesia dan Malaysia sebagai penerus pemerintahan kolonial
Belanda dan Britania Raya. Penundaan status perbatasan maritim di Laut Sulawesi, yang
menjadi sumber persengketaan antara Indonesia dan Malaysia selama bertahun-tahun atas
Sipadan, Ligitan, dan Ambalat, menunjukkan bahwa negosiasi perbatasan pada masa
pemerintahan kolonial hanya berfokus pada perbatasan darat.

3. Laksamana Madya TNI (Ant.) Yosaphat Soedarso (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 24 November
1925 – meninggal di Laut Aru, 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun) adalah seorang pahlawan
nasional Indonesia.[1] Ia gugur di atas KRI Macan Tutul dalam peristiwa pertempuran Laut Aru
setelah ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada masa
kampanye Trikora.Namanya kini diabadikan menjadi nama KRI dan pulau.

4. Dalam perspektif Islam arti masyarakat madani lebih mengacu kepada penciptaan sebuah
peradaban.
5. Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. Salah
satu ciri masyarakat madani yakni ialah keadilan sosial.

Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak dan
kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik,
pengetahuan dan kesempatan.

Dengan pengertian lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu
aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongsn tertentu. Namun keadilan sosial
Indonesia sedang marak diguncangkan akibat kasus E-KTP yang menyangkut pihak-pihak besar
yang mengotori pilar penegak masyarakat madani. Misalnya saja kasus orang yang akhir-akhir
ini disebut Papa atau Setya Novanto selaku Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Beliau adalah
salah satu tersangka dari sekian banyak pihak yang terlibat kasus korupsi E-KTP. Kebobolan
Supremasi Hukum yang seharunya menjadi pilar penegak masyarakat madani sempat
dipersoalkan.

Supremasi Hukum ialah setiap warga negara , baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai
rakyat harus tunduk kepada aturan atau hukum.Sehingga dapat mewujudkan hak dan
kebebasan antar warga negara dan antar warga negara dengan pemerintah melalui cara damai
dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Supremasi hukum juga memberikan jaminan dan
perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar
norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia.

Namun mangkirnya pemanggilan Setya Novanto dari KPK menunjukkan bahwa beliau belum
tunduk dari Supremasi Hukum. Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka pada kasus dugaan
korupsi kartu tanda penduduk elektronik (E-KTP) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
pada 17 Juli 2017.

Saat dipanggil KPK untuk panggilan sebagai tersangka, Setya Novanto seringkali menggunakkan
alasan sakit untuk menghindari pemeriksaan KPK. Hal ini seringkali membuat geram warganet
karena Setya Novanto dianggap "melarikan diri" dari perbuatannya yang merugikan negara
hingga 2,3 triliun.

Maka dari itu sebagai bagian dari civil society yang terdapat keadilan sosial didalamnya, kita
sebagai warganet hendaknya demokratis, jangan takut untuk menganspirasikan pendapat.
Lewat pers dan media sosial ini kita menjadi sarana pilar penegak hukum bagi pemimpin yang
sewenang-wenang dan menyalahkunakan kekuasaan untuk mengambil keuntungan pribadi
serta demi terwujudnya fungsi supremasi hukum yang sudah selayaknya untuk menjaga
keadilan sosial yang ada dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai