Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
Rekayasa Ide ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan tugas ini, terkhusus kepada Ibu Dra. Yusna
Melianti, M.H selaku Dosen pengampu mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas ini masih jauh dari kata sempurna, penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca, agar dapat memperbaiki tulisan ini dengan sebaik
mungkin dikemudian hari.Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat membawa manfaat
kepada semua pembaca, Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah “ Ketuhanan Yang Maha
Esa ”. Oleh karena itu sebagai dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan
sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material
maupun spiritual. Dengan kata lain bahwa segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai
dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan baik material maupun spiritual. Pancasila
adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia.
Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai
sesuatu yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya
Seperti yang ditegaskan oleh Moh.Hatta, bahwa sila “ Ketuhanan Yang Maha Esa ”
merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk menyelenggarakan yang
baik bagi masyarakat, penyelenggaraan negara, dan berguna dalam kehidupan kita sebagai
bangsa Indonesia yang beragama.
a. Salah satu Memenuhi tugas rekayasa ide Mata kuliah pendidikan Pancasila
b. Mengetahui Makna Nilai ketuhanan dari pancasila
c. Mengetahui Permasalahan pancasila dalam sila ketuhanan
d. Mengetahui solusi yang tepat untuk permasalahan pancasila dalam sila ketuhanan
BAB II
Pengertian Secara Historis Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa
teks mengenai rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18 Agustus 1945
disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya terdapat rumusan 5
Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama Pancasila.
Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti sendi, atas,
dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian Pancasila
merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting
dan baik.
b. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
c. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abad lamanya
terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja falsafah
negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Nama ideologi berasal dari kata ideas dan logos. Idea berarti gagasan,konsep,
sedangkan logos berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide,
gagasan, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Ciri-ciri ideologi adalah “mempunyai derajat yang
tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-
cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan
bangsa Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.
Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR tentang
P4, ditegaskan bahwa Pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila bukanlah nilai-nilai luar, tetapi bersumber
dari kekayaan rohani bangsa, serta diterimanya nilai bersama itu adalah hasil kesepakatan
warga negara bukan paksaan atau tekanan pihak lain. Dapat diketahui bahwa ada tiga jenjang
atau tahapan kesadaran masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap Pancasila sebagai
ideologi:
Makna ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ banyak disalah artikan oleh bangsa Indonesia.
Agama-agama di Indonesia (Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha, bahkan
Konghucu) menganut paham atau konsep bertuhan banyak, bahkan pengikut animisme.
Kebanyaan dari mereka beranggapan bahwa hanya agama Islam saja yang memiliki konsep
‘Berketuhanan Yang Maha Esa’ tersebut. Perlu kita ketahui bahwa istilah “ketuhanan” tidak
berarti mengakui satu Tuhan saja. dasar maka akan merubah fungsi ataupun definisi dari kata
dasar tersebut. Nilai “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yaitu sebagai berikut :
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing,
5. Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya mempunyai pola pikir, sikap, dan
perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap warga
Negara diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk salah
satu agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia.
BAB III
3.1 Permasalahan Dalam Nilai pancasila Sila “ Ketuhanan Yang Maha Esa”
Seperti yang sudah tersirat pada sila pertama jika Indonesia sendiri memiliki berbagai
macam agama. Salah satu contoh penyimpangannya adalah tidak adanya sikap toleransi
kepada agama lainnya. Sikap ini biasanya didasari karena keegoisan. Toleransi Hak dan
kewajiban dalam umat bergama telah tertanam dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila
dimana Indonesia adalah negara yang Majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan
agama. Tanpa adanya sikap saling menghormati antara hak dan kewajiban maka akan muncul
berbagai macam gesekan gesekan antar umat beragama.
Akan tetapi Saat ini masyarakat mulai menurunkan sikap toleransi terhadap etnis,
budaya terutama masalah Agama padahal sudah jelas dalam undang-undang 1945 pasal 29
ayat 2 dikatakan bahwa “setiap warga diberi kemerdekaan atau kebebasan untuk memeluk
agama dan kepercayaannya.” Hal ini berarti kita tidak boleh memaksakan kehendak, terutama
dalam hal menganut keyakinan beragama lain apalagi mengejek ajaran dan cara peribadatan.
Contoh kasus penyimpangan pada sila pertama ini adalah aksi terorisme yang terkenal
yang terjadi pada tahun 2002 di Bali. Aksi terorisme yang dijadikan sebagai peristiwa
terorisme terbesar sepanjang sejarah di Indonesia ini terjadi pada 3 peristiwa sekaligus.
Membunuh sekitar ratusan orang yang kebanyakan merupakan warga asing yang sedang
berlibur, dan bom bali itu didasarkan pada agama sehingga menyalahi pancasila
Gerakan radikal kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama :
Tindakan kedua yang menyimpang dari sila pertama adalah gerakan kelompok radikal
yang mengatasnamakan kegiatan menyimpang mereka dengan atas nama agama tertentu.
Seperti misalnya saja terorisme yang seringkali mengatasnamakan agama tertentu. gerakan
radikalisme harus terus diwaspadai karena mereka memiliki agenda terselubung yang bisa
memecah belah bangsa Indonesia. Menurutnya, kondisi ini terjadi akibat adanya politisasi
untuk menjadikan agama sebagai tameng demi simpatisan dan dukungan.
Agama menjadi kendaraan yang dinilai tepat untuk menjalankan aksi radikalisme
karena agama itu sensitif. Apalagi selama ini agama memang sering digunakan untuk
mengadu domba. Dengan kondisi itu, image agama itu sendiri akhirnya tidak bagus. Agama
yang semestinya memberikan ajaran tentang perdamaian, karena penyalahgunaan tersebut
akhirnya semua dengan seenaknya diputarbalik
Tidak hanya itu saja, namun sikap fanatasime pada agama yang sifatnya bisa anarki
dan merugikan orang lain maka masuk ke dalam pelanggaran pancasila. Di Indonesia terlihat
dengan jelas sebagian kelompok besar yang memiliki fanatisme dalam beragama. Kelompok
yang sering disebut-sebut adalah orang-orang yang beragama Islam jalur keras (radikal).
Mereka adalah orang-orang yang mengaku melaksanakan jihad di jalan Allah, tetapi dalam
upaya yang dilakukan mereka sering sekali melakukan tidakan kekerasan yang menimbulkan
korban jiwa. Kelompok ini berpendirian bahwa merekalah yang paling benar dalam
menjalankan perintah agama. Apabila ada sesuatu hal yang menyangkut agama berbeda dari
pengetahua agama mereka, maka mereka akan menolak dengan tindakan yang anarki.
Mereka seperti sudah tidak mempunyai rasa toleransi dalam beragama, karena yang mereka
miliki adalah fanatisme terhadap ajaran dalam agama mereka.
BAB IV
Apabila kita menginginkan sebuah kehidupan yang rukun, harmonis, aman, dan
tentram tentu kita harus menerapkan sikap toleransi dengan baik. Terutama menerapkan sikap
toleransi dalam kehidupan beragama. Pada kenyataannya di Indonesia sikap toleransi masih
belum begitu stabil, untuk itu perlu adanya peningkatan dalam bertoleransi agar supaya
kerukunan dan keharmonisan serta ketentraman hidup dapat terwujudkan. Sebelum
melanjutkan pembahasan berikutnya, saya akan lebih dulu menjelaskan arti dari
toleransi.Toleransi berasal dari kata “ Tolerare “ yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah sikap atau perilaku
manusia yang tidak menyimpang dari nilai-nilai atau norma-norma agama, hukum, dan
budaya, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain
lakukan.
Adapun cara Solusi yang dapat meningkatkan sikap toleransi antara lain :
a. Ancaman Kedaulatan
b. Menjaga rasa hormat dan tenggang rasa bagi penganut agama lain
c. Menghargai adat istiadat dan kebiasaan serta kepercayaan penganut agama lain
d. Menjaga sikap dengan baik serta bersikap ramah terhadap penganut agama lain
g. Menempatkan rasa cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Oleh karena itu tidak seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama
ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama
yang dianut. Agama yang diakui di Indonesia ada 7, yaitu Islam, Kristen Katolik, kristen
Protestan, Budha, Hindu, dan konghuchu. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu
agama sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa.
5.2 Saran
Penulis ingin memberikan sedikit pandangan bahwa kita sebagai manusia perlu
melandasi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap perbuatan,
sebab jika tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas kendali yaitu
mempunyai sifat ingin mencari yang lebih, berkuasa, dan sombong. Sebagai generasi penerus
bangsa, kita harus mengenbangkan sikap percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yaitu dengan cara pembinaan, yaitu dengan keteladanan dan memberikan penyuluhan. Hal itu
semua harus kita terapkan dalam kehidupan keluarga, lingkungan sekolah/kampus, serta
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Https://www.academia.edu
Https://www.qureta.com
Https://.neraca.co.id/artikle/55164/upaya-memberantas-kelompok-radikal