Anda di halaman 1dari 10

JURNAL INOVASI PENDIDIKAN

Volume 1, Nomor 1, Maret 2017, Halaman 12-20

PENANGANAN KENAKALAN SISWA DI SDN REJOAGUNG 3


KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG

Ganjar Setyo Widodo


Universitas Islam Malang
oke.ganjar@yahoo.co.id

Abstract: This research aims for revealing the teachers of SDN Rejoagung 3 perceptions about
student delinquency. This study used a qualitative approach, with the phenomenological case
study design.The studies’s results based on perceptions of the teacher the ways to overcome
student delinquency, are namely: giving a model for the students, verbal reprimands, physical
sanctions, private attention, manipulate tasks, providing a replacement activity, manipulating
seat’s location, giving a special understanding, provide grilles to learn, communicating with
parents, providing regulations, providing good-bad option, refraction, giving the fail’s
experience, providing motivation, private chatting with students, and returning to the parents.

Keywords: perception, teacher, overcoming student’s delinquency, SDN Rejoagung 3.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengungkap persepsi guru SDN Rejoagung 3 berkaitan
dengan penanganan kenakalan siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
rancangan studi kasus fenomenologis. Hasil penelitian terhadap persepsi guru SDN Rejoagung 3
mengenai cara mengatasi kenakalan siswa, yaitu: pemberian model bagi siswa, teguran verbal,
sanksi fisik, perhatian khusus, memanipulasi pemberian tugas, memberikan aktivitas pengganti,
memanipulasi lokasi tempat duduk, memberikan pemahaman khusus, memberikan kisi-kisi
belajar, berkomunikasi dengan orang tua, memberikan peraturan, memberikan pilihan baik-
buruk, pembiasan, memberikan pengalaman kegagalan, memberikan motivasi, berkomukasi
secara pribadi dengan siswa, dan dikembalikan kepada orang tua.

Kata Kunci: persepsi, guru, penangangan kenakalan siswa, SDN Rejoagung 3.

PENDAHULUAN mencuri uang saku dari teman-temannya


Perkataan “pensilku tadi di hilangkan yang masih duduk di kelas rendah.Kasus
si X” merupakan salah satu contoh adanya pencurian yang dilakukan oleh GL ini
perilaku yang cenderung negatif. Satu berlangsung berkali-kali. Setelah didaftar
siswa merasa kehilangan akibat perbuatan oleh kepala sekolah SDN Rejoagung 3,
siswa lain yang tidak mengembalikan uang yang dicuri oleh GL apabila
barang yang dipinjamnya. Salah satu diakumulasikan berjumlah ± Rp. 300.000,-.
contoh kongkrit dijumpai oleh peneliti di Permasalahan yang dihadapi guru
SDN Rejoagung 3 yang terletak di dusun tidak hanya aspek ekonomi orang tua,
Payak Sanggrok, Desa Rejoagung, peneliti juga mencatat beberapa kejadian
Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. indisipliner.Di antaranya ada salah seorang
Menurut keterangan kepala sekolah pada siswa yang pada saat masih berbaris,
tanggal 12 September 2016, diperoleh fakta diperintahkan oleh guru kelas 5 ke kamar
bahwa pernah terjadi kasus pencurian uang mandi sebelum memasuki kelas. Setelah
saku yang dilakukan oleh seorang siswa siswa yang bersangkutan diikuti oleh
bernisial GL. Siswa yang bersangkutan peneliti dan bertanya sebab mengapa
Ganjar Setyo Widodo- Penanganan Kenakalan Siswa Di SDN Rejoagung 3 Kecamatan Ngoro…

disuruh ke kamar mandi, dia menjawab September 2016). Maksudnya, ada siswa
“dikengken nglebokan klambi pak kelas 6 yang bernama Rozak, yang dulunya
(diperintah untuk memasukkan baju pernah peringkat ke 3, wajahnya terkesan
pak)”.Maksudnya yaitu anak tersebut “belagu” karena saat guru menerangkan,
disuruh untuk merapikan bajunya di kamar dia sering tidak memperhatikan, ketika
mandi sebelum memasuki jam-jam diingatkan tetap tidak mau mengakui.
pembelajaran (hasil observasi pada tanggal Solso (1995) dalam Satiadarma,
12 September 2016). 2001:45) mendefinisikan persepsi sebagai
Peneliti juga mencatat ungkapan guru deteksi dan interpretasi stimulus yang
kelas 2 di SDN Rejoagung 3 mengenai ditangkap oleh penginderaan. Artinya yaitu
pendapat guru berkaitan dengan siswa kelas persepsi diawali dengan menafsirkan
2 yang diampunya.Ungkapan tersebut sesuatu yang ditangkap oleh penginderaan,
berbunyi “kelas 2 niki larene lumayan baik dari apa yang orang lihat, dengar,
aktif, tapi wonten lare kaleh seng sondok maupun rasakan untuk menarik suatu
nemen (kelas 2 ini siswanya agak aktif, pendapat terhadap stimulus yang ditangkap
tetapi ada 2 siswa yang agak keterlaluan)” oleh penginderaan.
(hasil wawancara pada tanggal 12 Secara definisi, Willis (2005)
September 2014). Keterlaluan tersebut menyatakan kenakalan anak atau (Juvenile
menurut guru kelas 2 yaitu sering meng- Delinquency) berasal dari 2 istilah yaitu
ganggu teman-temannya, seperti mencoret- Juvenile dan Delinquency. Juvenile berasal
coret buku temannya. Selain itu, kenakalan dari bahasa latin “Juvenilis”, yang berarti
yang sering terjadi yaitu tidak memper- anak-anak, anak muda, sifat khas pada
hatikan penjelasan guru dalam periode remaja (di bawah 18 tahun),
pembelajaran. sedangkan Delinquency berasal dari bahasa
Selanjutnya, peneliti juga mencatat latin “delinquere” yang berarti terabaikan,
pembicaraan antara guru kelas 1 dengan mengabaikan, yang kemudian diperluas
guru kelas 6 yakni, “Fani iku tau gak artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial,
munggah pak Rama (guru kelas 6), trus kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,
Josi iku ora pati iso moco trus nakal, dan lain sebagainya.
rambute dowopak Rama.(Fani itu pernah Siswa yang melanggar aturan-aturan
tidak naik kelas (guru kelas 6), lalu Josi itu sekolah baik yang tertulis, maupun yang
agak tidak bisa membaca juga nakal, tidak tertulis, dapat berpotensi menimbul-
rambutnya panjang)” (hasil observasi kan kekacauan-kekacauan yang meng-
aktivitas pada tanggal 12 September 2016). ganggu. Perilaku itu dapat didefinisikan
Artinya bahwa guru kelas 1 tersebut sebagai perilaku mengganggu/ mengacau-
menginformasikan kepada guru kelas 6 kan (disruptive behaviour). O’Connor, dkk.
mengenai pengalaman guru kelas 1 selama (2012) menyatakan bahwa “disruptive
mengajar siswa kelas 6 yang sekarang baru behaviour problems …………. because of
diampu oleh guru yang bernama Ramadita, their association with later delinquency
bahwa Fani merupakan siswa yang pernah and school failure”.Ini berarti bahwa
tidak naik kelas dan Josi merupakan siswa perilaku disruptif merupakan masalah yang
yang nakal dan berambut panjang. mempunyai asosiasi dengan kenalakan dan
Pembicaraan yang dilakukan antara kegagalan bersekolah selanjutnya. Oleh
guru kelas 1 dengan guru kelas 6, juga sebab itu, antara juvenile delinquency dan
berbunyi “Rozak i mbiyen rangking 3, tapi disruptive behaviour memang masih
wajah e ita-itu nek di ulang ora tau memiliki kesamaan apabila dilihat dari
gathekne, nek diilingke tetep ngeyel (Rozak pokok permasalahannya.
dulunya peringkat 3, wajahnya belagu dan Arbuckle & Little (2004:60)
apabila diingatkan tetap saja berbicara)” mendefinisikan bahwa perilaku yang dapat
(hasil observasi aktivitas pada tanggal 12 dikategorikan dalam perilaku mengacau-

28
Jurnal Inovasi Pendidikan Volume 1 Nomor 1, Maret 2017

kan yaitu aktivitas yang membuat pulkan oleh peneliti yaitu berupa data fisik,
menyusahkan guru, mengganggu proses tertulis, aktivitas, dan lisan.Sumber data
belajar dan membuat guru terus-menerus dalam penelitian ini yaitu semua guru di
mengomentari siswanya. Pengertian lain SDN Rejoagung 3. Prosedur pengumpul
dari disruptive behaviour, yang dikutip dari data yang digunakan yaitu melalui teknik
sebuah jurnal yang ditulis oleh Ali & observasi, wawancara mendalam, dan
Gracey (2013), yaitu perilaku menggang- dokumentasi. Prosedur analisis data yaitu
gu, ikut campur, dan menghalang-halangi reduksi data, penyajian data, dan penarikan
fungsi operasi normal, termasuk aktivitas kesimpulan.
mengajar di kelas, hak siswa untuk merasa
mempunyai kesempatan senang dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
praktek pendidikan.
Senada dengan pendapat tersebut, Persepsi Guru Dalam Mengatasi Tiap-
Mabeba & Prisloo (dalam Marais & Meier, Tiap Bentuk Kenakalan Siswa
2010: 43) menyatakan bahwa perilaku Beragam persepsi guru mengenai
disrupttif merupakan perilaku yang cara dalam mengatasi kenakalan siswa,
berkenaan dengan masalah kedisiplinan di yaitu: pemberian model bagi siswa, tegur-
sekolah yang berakibat mengganggu hak an verbal, sanksi fisik, perhatian khusus,
dasar siswa lainnya untuk belajar dengan memanipulasi pemberian tugas, memberi-
aman di kondisi lingkungan belajar yang kan aktivitas pengganti, memanipulasi
mendukung. lokasi tempat duduk, memberikan pema-
Selanjutnya, dikutip dari sebuah haman khusus, memberikan kisi-kisi
edaran yang berjudul “A faculty Guide to belajar, berkomunikasi dengan orang tua,
Managing Disruptive Behaviour in memberikan peraturan, memberikan pilih-
Classroom” dari University Of Colorado, an baik-buruk, pembiasan, memberikan
ditemukan makna mengenai Disruptive pengalaman gagal, memberikan motivasi,
Behaviour yaitu segala perilaku yang berkomukasi secara pribadi dengan siswa,
mencoba mencampuri kepemimpinan guru dan dikembalikan kepada orang tua.
dalam mengajar atau kemampuan yang
dilakukan oleh siswa untuk mengambil- Pemberian Model bagi Siswa
ngambil kesempatan dalam pembelajaran. Guru di SDN Rejoagung meng-
Kuhlenschmidt and Layne, (dalam gunakan teknik ini untuk mengatasi
Ali & Gracey, 2013) menyatakan bahwa perilaku kurang memperhatikan kerapian,
“student misbehavior may be caused by tidak patuh terhadap arahan guru dan
physical problems, emotional challenges, agresif. Guru SDN Rejoagung 3 membe-
or environmental factors”.Itu berarti bahwa rikan contoh kerapian kepada siswa-
kenakalan siswa dapat bisa juga disebabkan siswanya dan juga memberikan contoh
oleh masalah fisik, penolakan emosional, siswa yang patuh serta tidak agresif kepada
atau faktor lingkungan. siswa yang bersangkutan.Hal tersebut
Penelitian ini berfokus untuk meng- sesuai dengan pandangan Bentham (2004),
ungkap persepsi guru SDN Rejoagung 3 Dweretzky (1990) dan Felker (1974) yang
tentang kenakalan siswa. Persepsi tersebut menyatakan bahwa setiap anak belajar
meleputi tanggapan, pandangan, upaya atau dengan meniru. Peniruan tersebut bergan-
tindakan yang dilakukan oleh guru terhadap tung dari model dilihat oleh siswa.Oleh
kenakalan tersebut. karena itu, tindakan pemodelan yang
dilakukan oleh guru menjadi sangat efektif
METODE apabila melihat keadaan psikologis siswa
Penelitian ini menggunakan pende- yang belajar dengan meniru seseorang di
katan kualitatif, dengan rancangan studi sekitarnya.
kasus fenomenologis. Data yang dikum-

29
Ganjar Setyo Widodo- Penanganan Kenakalan Siswa Di SDN Rejoagung 3 Kecamatan Ngoro…

Teguran Verbal dan verbal bisa dilakukan namun tidak


Guru di SDN Rejoagung 3 boleh melebihi kekuatan fisik siswa.
menggunakan teguran verbal untuk
mengatasi perilaku kurang memperhatikan Perhatian Khusus (Private Attention)
kerapian; tidak memperhatikan penjelasan Guru di SDN Rejoagung 3
guru dalam pembelajaran; agresif; menggunakan perhatian khusus (Private
mencontek; membuat ancaman fisik dan Attention) untuk mengatasi perilaku tidak
verbal kepada guru dan siswa; serta tidak memperhatikan penjelasan guru serta
patuh terhadap arahan guru. Hal itu sesuai membuat ancaman fisik dan
dengan pendapat Morash & Trojanowicz verbal.Perhatian khusus tersebut dilakukan
(1983) mendefinisikan cara-cara guru dengan mengajak siswa untuk
pencegahan kenakalan siswa dengan teknik berinteraksi lebih intens dalam
Punitive Prevention atau mengambil pembelajaran agar tercipta suasana yang
tindakan pencegahan dengan hukuman akrab antara guru dan siswa.Hal tersebut
untuk mengeliminasi potensi kenakalan sesuai dengan pendapat Spergel (1971)
sebelum dan sesudah terjadi kasus. Teguran yang menyatakan bahwa dalam penanganan
secara verbal langsung, merupakan perilaku mengganggu, seorang guru harus
pencegahan perilaku negatif dengan membuka hubungan baik dengan
carapunitive prevention karena mencegah siswa.Oleh karena itu tepat apabila guru
perilaku negatif terjadi lagi setelah siswa ingin mengatasi perilaku siswa yang tidak
yang berperilaku negatif diberikan teguran memperhatikan penjelasan dari guru dan
verbal. dalam pembelajaran dan membuat ancaman
fisik dan verbal ini dengan melakukan
Sanksi Fisik upaya membuka hubungan baik dengan
Guru di SDN Rejoagung 3 menggu- siswa melalui pemberian perhatian khusus
nakan teguran fisik untuk mengatasi perila- kepada siswa yang bersangkutan.
ku tidak memperhatikan penjelasan guru
serta membuat ancaman fisik dan verbal Memanipulasi Pemberian Tugas
kepada guru dan siswa. Guru memberikan Secara khusus, guru SDN Rejoagung
jitak (memukul dengan pelan) sambil 3 menggunakan cara memanipulasi pembe-
bertanya sebab tidak memperhatikan rian tugas untuk mengatasi perilaku tidak
penjelasan guru. Sedangkan bentuk sanksi memperhatikan penjelasan guru dalam
fisik dengan memberikan kegiatan yang pembelajaran. Tugas yang diberikan lebih
lebih banyak dan menguras tenaga digu- mudah dari biasanya.Harapan guru, siswa
nakan guru untuk mengatasi perilaku dapat termotivasi dengan nilai yang baik.
memberikan ancaman fisik dan verbal. Hal itu sesuai dengan pandangan Cullen
Pemberian sanksi-sanksi fisik tersebut (2011) yang menyatakan bahwa proses
sesuai dengan pendapat Dweretzky (1990) pengkondisian dengan memanipulasi
yang menyatakan bahwa dalam teknik pemberian tindakan memang terkadang
penanganan kenakalan siswa, ada cara yang perlu dilakukan untuk membantu kesuk-
disebut power assertion atau cara yang sesan seorang anak. Oleh karena itu, tepat
dilakukan oleh guru dengan memberikan apabila pemberian tugas yang lebih mudah
sanksi fisik guna memberikan efek jera dari biasanya sebagai kondisi yang
kepada siswa yang bersangkutan namun dimanipulasi oleh guru, akan lebih
dengan syarat sesuai dengan proporsi dan memotivasi siswa untuk selalu
tidak berlebihan. Oleh karena itu, pemberi- memperhatikan penjelasan dari guru karena
an sanksi fisik kepada siswa untuk mere- siswa yang bersangkutan akan menjadi
dam perilaku tidak memperhatikan penje- selalu ingin mendapatkan nilai yang baik.
lasan guru serta memberikan ancaman fisik Cara yang ditempuh, mau tidak mau, siswa

30
Jurnal Inovasi Pendidikan Volume 1 Nomor 1, Maret 2017

harus memperhatikan penjelasan guru SDN Rejoagung 3 mengkondisikan tempat


dalam pembelajaran. duduk siswa lebih longgar (renggang) dari
biasanya untuk memudahkan pengawasan
Memberikan Aktivitas Pengganti yang saat ujian. Cara tersebut sesuai dengan
Lebih Menarik pendapat Morash & Trojanowicz (1983)
Guru di SDN Rejoagung 3 membe- yang menyatakan bahwa salah satu cara
rikan aktivitas belajar yang menarik bagi penanganan kenakalan siswa dapat
siswa untuk mengatasi perilaku mengalih- dilakukan dengan teknik Mechanical
kan pembicaraan dari materi pelajaran/ Prevention (pencegahan mekanik), yang
diskusi.Aktivitas yang dipilih oleh guru artinya dengan menempatkan pengawas di
SDN Rejoagung 3 yaitu aktivitas yang tempat yang biasanya terjadi kenakalan.
berhubungan dengan pembelajaran.Hal itu Oleh karena itu, pencegahan dengan
sesuai dengan pendapat Bentham (2004) memanipulasi tempat duduk sangat efektif
yang menyatakan bahwa guru sebagai the karena memang siswa agresif dan suka
man behind the guns atau orang utama mencontek memerlukan pengawasan yang
yang merancang lingkungan belajar bagi lebih khusus.
siswa, harus selalu mengupayakan untuk
menciptakan kondisi lingkungan belajar Memberikan Pemahaman Khusus
siswa senyaman dan semenarik mungkin. Pemahaman khusus digunakan guru
Oleh karena itu, merujuk pada pendapat untuk mengatasi perilaku mencontek.Guru
tersebut, tepat apabila guru berupaya di SDN Rejoagung 3 yang memberikan
memberikan aktivitas belajar yang menarik pemahaman tentang esensi dari ujian
sehingga akan timbul rasa nyaman bagi kepada siswa. Pemahaman itu dilakukan
siswa dan lebih tertarik lagi dengan konteks guru SDN Rejoagung 3 untuk memberikan
pembelajaran yang sudah direncanakan pengetahuan kepada siswa bahwa nilai
oleh guru. kejujuran dari ujian akan sangat membantu
Selain itu, pendapat guru SDN guru dalam melakukan perbaikan-
Rejoagung 3 juga senada dengan pendapat perbaikan. Hal itu sesuai dengan Stephens
Spergel (1971) yang menyatakan bahwa (2001) menyatakan bahwa salah satu
penggunaan sanksi dengan memberikan tindakan untuk mencegah perilaku
aktivitas pengganti yang positif sangat mencontek adalah memberikan pemahaman
popular digunakan untuk memberikan kepada siswa bahwa penguasaan materi
pengetahuan kepada siswa bahwa ada (mastery goals) lebih penting dibanding
kegiatan yang lebih positif dibandingkan memperoleh nilai yang tinggi tanpa
berperilaku negatif. Merujuk pada pendapat penguasaan (performance goals). Oleh
tersebut, tepat sekali bahwa pemberian benar bahwa dengan memberikan
aktivitas pengganti berupa kegiatan positif pemahaman kepada siswa tentang esensi
akan sangat membantu siswa untuk tertarik dari tes yang sebenarnya sebagai perbaikan
lagi pada materi pelajaran atau diskusi. terhadap apa-apa yang belum dikuasai oleh
siswa, akan mampu mengurangi perilaku
Memanipulasi Lokasi Tempat Duduk mencontek.
Siswa
Guru di SDN Rejoagung 3 Memberikan Kisi-Kisi Belajar
memanipulasi lokasi tempat duduk siswa Pemberian kisi-kisi belajar khusus
untuk mengatasi siswa yang berperilaku digunakan guru SDN Rejoagung 3 untuk
agresif dan mencontek.Siswa yang sering mengatasi perilaku mencontek.Guru di
berperilaku agresif ditempatkan persis di SDN Rejoagung 3 memberikan kisi-kisi
dekat guru. Guru beralasan bahwa akan untuk digunakan siswa sebagai rambu-
lebih mudah dalam mengawasi siswa yang rambu belajar.Tindakan ini tergolong dari
agresif tersebut. Untuk mencontek, guru di tindakan pencegahan. Guru berpendapat

31
Ganjar Setyo Widodo- Penanganan Kenakalan Siswa Di SDN Rejoagung 3 Kecamatan Ngoro…

bahwa kebanyakan siswa merasa frustasi menyatakan bahwa penyertaan orang tua
apabila memang antara tes dan tujuan dalam pendidikan memang sangat
program pembelajaran tidak cocok atau berkontribusi positif dalam penyelesaian
konsisten. Tindakan itu sesuai dengan permasalahan perilaku membolos
pendapat Stephens, dkk.(2001) dan sekolah.Hal itu disebabkan siswa lebih
Danielsen, dkk.(2006) yang menyatakan terkontrol, baik oleh guru maupun orang
bahwa untuk mengatasi perilaku mencontek tua. Kontrol tersebut akan menutupi celah
dibutuhkan daftar topik tes yang lebih siswa untuk membolos sekolah. Oleh sebab
spesifik. Oleh karena itu, dengan itu penyelesaian permasalahan membolos
memberikan tindakan membuatkan kisi-kisi dengan melakukan visitasi atau perlibatan
yang berisi berisi garis-garis besar materi orang tua dalam pendidikan, memang
yang akan diujikan, akan dapat mengurangi sangat tepat.
perilaku mencontek pada siswa. Perihal mencuri, Guru SDN
Rejoagung 3 menggunakan cara berkomu-
Berkomunikasi Dengan Orang Tua nikasi dengan orang tua yang bersangkutan
Siswa untuk menyampaikan permasalahan sampai
Guru SDN Rejoagung 3 menggu- pada pencarian solusi yang terbaik bagi
nakan cara berkomunikasi dengan orang siswa. Solusi yang diharapkan guru SDN
tua siswa untuk mengatasi permasalahan Rejoagung 3 yaitu orang tua lebih
perilaku mencontek, membuat ancaman memfasilitasi siswa. Hal itu sesuai dengan
fisik dan verbal, membolos sekolah, dan apa yang dikatakan Morash & Trojanowicz
mencuri. Guru di SDN Rejoagung 3 (1983) dan Spergel (1971) bahwa orang tua
melakukan komunikasi dengan orang tua adalah kunci pokok penyelesaian
siswa.Orang tua yang bersangkutan permasalahan, sehingga memang perlu
dipanggil untuk hadir di sekolah kemudian adanya persambungan antara guru dan
guru menginformasikan bahwa anaknya orang tua siswa yang bersangkutan. Oleh
sering melakukan perilaku mencontek dan karena itu tepat apabila guru melakukan
membuat ancaman fisik dan verbal. komunikasi dengan orang tua siswa karena
Tindakan tersebut sesuai dengan pendapat hal tersebut merupakan cara yang utama
Nye (1974) yang menyatakan bahwa untuk menyelesaikan masalah mencuri.
kehadiran orang tua sangat menentukan
perilaku seorang anak. Artinya bahwa Memberikan Peraturan
kehadiran orang tua di dalam kehidupan Penggunaan peraturan ini digunakan
sehari-hari anak akan mampu menekan guru SDN Rejoagung 3 untuk mengatasi
kemungkinan kenakalan pada anak. Hal itu perilaku mengalihkan pembicaraan dari
disebabkan anak merasa mempunyai materi pelajaran atau diskusi dan tidak
semacam pengawas sehingga anak akan patuh terhadap arahan guru.Hal itu senada
berhati-hati dalam bersikap. Oleh sebab itu, dengan pendapat Morash & Trojanowicz,
berkomunikasi dengan orang tua siswa bisa (1983) dan Crowder, dkk.(1998) yang
dilakukan oleh seorang guru untuk menyatakan bahwa salah satu tindakan
mengurangi perilaku mencontek pada preventif yang dapat dilakukan yaitu
siswa. punitive prevention atau pencegahan untuk
Perihal membolos, Guru SDN mengeliminasi potensi kenakalan sebelum
Rejoagung 3 juga melakukan kunjungan kenakalan itu terjadi. Penggunaan peraturan
atau visitasi ke rumah orang tua yang dengan menyertakan konsekuensi logis
bersangkutan untuk mencari solusi bersama merupakan salah satu cara pencegahan.
perihal perilaku membolos yang dilakukan Oleh karena itu, pemberian peraturan
oleh anaknya.Tindakan itu sesuai dengan dengan tujuan pembiasaan memang tepat
pendapat Gerrad (2003), Gullat, dkk.(1997) untuk dilakukan.Pembiasaan tidak hanya
dan Trujillo (2006) yang secara serempak menuntut siswa patuh, melainkan menuntut

32
Jurnal Inovasi Pendidikan Volume 1 Nomor 1, Maret 2017

siswa untuk mengetahui konsekuensi dari kemudian diberikan pujian oleh guru SDN
perilakunya. Rejoagung 3.Tindakan itu sesuai dengan
Khusus perilaku mengalihkan pendapat Bentham (2004) dan Felker
pembicaraan dari materi pelajaran atau (1974) yang menyatakan bahwa pujian atau
diskusi, guru SDN Rejoagung 3 reward memang sesuatu yang paling efektif
menggunakan aturan atau rambu-rambu untuk mengatasi permasalahan perilaku.
diskusi.Peraturannya berisi tentang Pujian yang baik yaitu pujian yang
larangan siswa berbicara di luar konteks diberikan dengan segera sesaat kemudian
materi pembelajaran. Hal itu senada dengan setelah perilaku yang positif dilakukan oleh
pendapat Bentham (2004) yang siswa sehingga siswa mengetahui perilaku
menyatakan bahwa salah satu bentuk apa yang mendapatkan pujian dan mau
intervensi yang dapat dilakukan oleh guru mengulangi perilaku tersebut. Merujuk
saat menerangkan atau mengadakan diskusi pada pendapat tersebut, memang cara yang
yaitu dengan selalu mengingatkan siswanya digunakan oleh guru dengan menggunakan
akan peraturan diskusi. Peraturan itu dibuat pujian memang suatu tindakan yang cocok
untuk memberikan “pagar” agar proses untuk mengatasi perilaku ngeyel (tetap
diskusi berjalan dengan efektif. Merujuk berbicara dan tidak mau mengakui
pada pendapat tersebut, penggunaan kesalahan).
rambu-rambu diskusi memang dapat
digunakan sebagai cara untuk mengatasi Memberi Pengalaman Gagal
permasalahan perilaku ini. Guru SDN Rejoagung 3 memberikan
pengalaman yang membuat siswa mau
Memberi Pilihan Baik-Buruk mengakui kesalahan. Pengalaman yang
Guru di SDN Rejoagung 3 diberikan sudah di setting bahwa siswa
menggunakan cara dengan memberikan pasti akan melakukan kesalahan. Hal itu
pilihan baik dan buruk untuk mengatasi sesuai dengan pendapat Felker (1974) yang
perilaku mengalihkan pembicaraan dari menyatakan bahwa pengalaman kegagalan
materi pelajaran atau diskusi dan tidak memang perlu dan harus dihadapi oleh
patuh terhadap arahan guru. Siswa setiap siswa.Harapannya siswa mau belajar
diberikan pertanyaan yang tujuannya untuk untuk melakukan evaluasi yang lebih
menyadarkan siswa bahwa perilakunya realistis terhadap dirinya sendiri.Merujuk
memang salah sehingga patut untuk pada pendapat tersebut, tepat apabila siswa
memilih perilaku yang lebih baik. Hal itu diberikan setting suatu kegiatan untuk
sesuai dengan pendapat Bentham (2004) memberikan pengalaman kegagalan agar
yang menyatakan bahwa terkadang seorang siswa melakukan evaluasi yang realistis
guru harus memberikan pilihan disertai terhadap dirinya karena muncul perasaan
konsekuensi sebagai peringatan kepada bersalah dan akhirnya mereka merasa wajib
siswa. Siswa dengan cara berpikirnya untuk memperbaiki diri dari kesalahannya.
digiring untuk menemukan pilihan. Pilihan
yang diharapkan yaitu pilihan yang Memberi Motivasi
baik.Oleh sebab itu, merujuk pada pendapat Guru SDN Rejoagung 3 memberikan
tersebut, pemberian pilihan-pilihan baik motivasi untuk membesarkan hati siswa
buruk ini juga dapat dilakukan oleh guru yang kerap membolos dengan ditambah
untuk meredam perilaku ini. upaya dari guru untuk selalu memperbaiki
proses pembelajaran. Hal itu senada dengan
Pembiasaan pendapat Gerrad (2003) dan Trujillo (2006)
Guru SDN Rejoagung 3 memberikan yang menyatakan bahwa memang benar
latihan pembiasaan pada siswa untuk mau bahwa salah satu upaya untuk mengatasi
jujur mengakui kesalahan.Siswa yang telah permasalahan membolos yaitu dengan
mau jujur mengakui kesalahannya memberikan motivasi kepada siswa yang

33
Ganjar Setyo Widodo- Penanganan Kenakalan Siswa Di SDN Rejoagung 3 Kecamatan Ngoro…

bersangkutan.Salah satu upaya motivasi itu dengan mengembalikan siswa yang


menyelenggaran praktek pendidikan yang mencuri kepada orang tua, berarti guru
mampu memenuhi segala kebutuhan belajar melakukan teknik love withdrawal , yaitu
siswa, meliputi kenyamanan lingkungan dengan mengembalikan siswa kepada orang
belajar secara fisik maupun sosial- tuanya. Mengembalikan ini dapat diartikan
psikologis.Oleh sebab itu memberikan dengan mengucilkan karena guru dengan
motivasi kepada siswa dengan sengaja memisahkan siswa yang mencuri
memperbaiki pembelajaran memang tepat dengan seluruh warga sekolah. Oleh karena
dilakukan oleh guru guna mengatasi itu memberikan sanksi dikembalikan
permasalahan perilaku membolos sekolah. kepada orang tua merupakan cara yang
tepat untuk mengatasi permasalahan ini.
Berkomukasi Secara Pribadi Dengan
Siswa (Privat Chat ) SIMPULAN DAN SARAN
Guru menggunakan cara private chat Hasil penelitian terhadap persepsi
dengan siswa untuk mengatasi perilaku guru SDN Rejoagung 3 tentang mengenai
mencuri. Guru SDN Rejoagung 3 cara mengatasi kenakalan siswa, yaitu:
melakukan wawancara secara khusus pemberian model bagi siswa, teguran
dengan siswa untuk mencari penyebab verbal, sanksi fisik, perhatian khusus,
perilaku mencuri ini dilakukan. Hal itu memanipulasi pemberian tugas, memberi-
sesuai dengan pendapat Bentham (2004) kan aktivitas pengganti, memanipulasi
menyatakan bahwa salah satu solusi yang lokasi tempat duduk, memberikan pema-
dapat diterapkan dalam mengatasi haman khusus, memberikan kisi-kisi
permasalahan perilaku yaitu dengan belajar, berkomunikasi dengan orang tua,
caraprivate chat with student (wawancara memberikan peraturan, memberikan pilihan
secara khusus dengan siswa). Wawancara baik-buruk, pembiasan, memberi-kan
khusus bertujuan untuk mencari tahu pengalaman gagal, memberikan motivasi,
permasalahan yang dihadapi siswa berkomukasi secara pribadi dengan siswa,
sehingga dapat ditemukan juga solusi dan dikembalikan kepada orang tua.
permasalahan dengan bantuan guru.Oleh Penelitian ini hanya terbatas di SDN
karena permasalahan perilaku mencuri ini Rejoagung 3 saja.Oleh karena itu, bagi
kompleks, bahkan sebenarnya kapasitas peneliti selanjutnya agar dapat mengem-
masalah ini sangat berat bagi seorang bangkan hasil penelitian ini dengan sum-
siswa, maka penggunaan wawancara ber data yang berbeda guna memperkaya
khusus ini sangat cocok diterapkan untuk kajian ilmu di bidang pendidikan dasar dan
mengasi permasalahan ini. psikologi, khususnya kajian mengenai
kenakalan siswa yang belum terungkap
Dikembalikan Kepada Orang Tua dalam penelitian ini.
Guru SDN Rejoagung 3
menggunakan cara ini untuk mengatasi
perilaku mencuri. Siswa yang kedapatan DAFTAR RUJUKAN
telah mencuri berulang kali dikembalikan A Faculty Guide to Managing Disruptive
oleh guru SDN Rejoagung 3 kepada orang Behaviour in Classroom (Community
tua. Hal itu sesuai dengan pendapat Standards and Wellness).University
Dweretzky (1990) yang menjelaskan bahwa of Colorado. (Online),
ada sebuah teknik penyelesaian masalah (colorado.edu/), diakses pada tanggal
kenakalan dengan love withdrawal, yaitu 11 September 2014.
cara seorang guru mengungkapkan Ali, A. & Gracey, D. 2013. Dealing With
ketidaksetujuan dengan mengabaikan, Student Distruptive Behaviour In The
mengucilkan, serta mengekspresikan Classroom-A Case Example Of
ketidaksukaan terhadap siswa. Berkaitan Coordination Between Faculty And

34
Jurnal Inovasi Pendidikan Volume 1 Nomor 1, Maret 2017

Assistant Dean For Academic. Morash, M. & Trojanowicz, C.R. 1983.


Journal of Issues in Informing Juvenile Delinquency (Concepts and
Science and Information Control). United State of America:
Technology.Indiana University of Prentice-Hall, Inc.
Pennsylvania, Indiana, PA, USA. Nye, F. I. 1973. Family Relationship &
10:1-15. Delinquent Behaviour. Westport:
Arbuckle, C & Little, E. 2004. Teacher Greenwood Press.
Perceptions and Management of O’Connor, E., Rodriguez, E., Cappella, E.,
Disruptive Classroom behavior during Morris, J., & McClowry, S. 2012.
the midlle years (years five to nine). Child Disruptive Behaviour And
Australian Journal of Educational & Parenting Efficacy: A Comparison Of
Development Psycology. 4:59-70, The Effects Of Two Models Of
(Online), Insight. Journal of Community
(http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ815 Psychology. 40(5):555-572, (Online),
553.pdf), diakses pada tanggal 11 (www.wileyonlinelibrary.com/journal
September 2014. /jcop), diakses pada tanggal 13
Crowder, C. & Ricker, A. 1998.Backtalk: September 2014.
Four Step to Ending Rude Behaviour Rogers, D. 1977. The Psycholgy Of
In Your Kids. New York: A Fireside Adolescence. New Jersey: Prentice-
Book. Hall.
Cullen, K. 2011. Introducing Child Satiadarma, M.P. 2001. Persepsi Orang
Psychology (A practical Guide). UK: Tua Membentuk Perilaku Anak:
Icon Books Ltd. Dampak Pygmalion di Dalam
Danielsen, D. R., Simon, A. F., & Pavlick, Keluarga. Jakarta: Pustaka Populer
R. 2006. The Culture Of Cheating: Obor.
From The Classroom to Examroom. Willis, S.S. 2005. Remaja Dan Masalahnya
Journal Of Physician Assistant (Mengupas Berbagai Bentuk
Education. 17(1): 23-29. Kenakalan Remaja Seperti Narkoba,
Dworetzky, J. P. 1990. Introduction To Free Sex Dan Pemecahannya.
Child Development. Mn. Minnesota: Bandung: Alfabeta.
West Publishing Company. Trujillo, L.A. 2006. School Truancy: A
Felker, W. D. 1974.Helping Children To Case Study at Successful Reduction
Like Themselves.United State of Model In Public School. US Davis
America: Burgess Publishing Journal Of Juvenille Law & Policy.
Company. 10(1).
Gerrad, D., Burhans, A., & Fair, J. 2003.
Effective Truancy Prevention And
Intervention (A Review of Relevan
Research For Hennepin County
School Success Project). Minnesota:
Wilder Research Center.
Gullat, D., & Lemoine, D. 1997. Truancy:
What’s A Principal To do?.Journal
American Secondary Education. 2(1):
7-12.
Marais, P. & Meier, C. 2010. Distruptive
Behaviour In The Founding Phase Of
Schooling. South African Journal of
Education, (30):41-57.

35
Ganjar Setyo Widodo- Penanganan Kenakalan Siswa Di SDN Rejoagung 3 Kecamatan Ngoro…

36

Anda mungkin juga menyukai