Anda di halaman 1dari 3

Limitations of Survey Research on Leader Behavior

Penelitian survei yang menggunakan kuesioner merupakan metode yang paling banyak
digunakan untuk mempelajari hubungan antara perilaku kepemimpinan dan berbagai anteseden
(misalnya, sifat pemimpin, sikap) atau hasil dari perilaku ini (misalnya, kepuasan dan kinerja
bawahan). Namun, seringkali sulit untuk menafsirkan makna hasil dalam studi survei ini dan
sering terjadi kesalahan. Ada dua sumber kesalahan yang umum terjadi yaitu adanya bias dalam
kuisioner dan sulitnya menginterpretasi kausalitas.

Biases in Behavior Description Questionnaires


Kuesioner deskripsi perilaku sangat rentan terhadap bias dan kesalahan. Salah satu
sumber kesalahan yang paling banyak terjadi adalah penggunaan item yang ambigu. Item ini
dapat diinterpretasikan secara berberbeda oleh setiap responden. Sebagian besar kuesioner
tentang kepemimpinan mengharuskan reponden untuk memberikan jawaban dengan cara
mengingat kembali kejadian beberapa bulan bahkan tahun yang lalu beserta intensitas seorang
pemimpin menggunakan perilaku yang disebutkan pada suatu item. Hal ini menyebabkan
sulitnya menentukan penilaian secara akurat karena responden mungkin tidak dapat mengingat
dengan jelas perilaku yang telah dilakukan dan berapa kali terjadi selama periode waktu yang
ditentukan.
Sumber kesalahan lain untuk item kuesioner adalah bias respons. Beberapa responden
dapat menjawab setiap item dengan cara yang bisa dikatakan hampir sama meskipun
kenyatannya terdapat perbedaan yang terlihat jelas dalam perilaku pemimpin. Hal ini disebabkan
karena responden menyukai atau tidak menyukai pemimpin tersebut. Selain itu, jawaban
reponden dapat dipengaruhi oleh stereotip dan teori implisit mengenai perilaku apa yang relevan
dan diinginkan. Responden bisa saja mengaitkan perilaku yang diinginkan dengan seorang
pemimpin meskipun perilaku sebenarnya tidak diamati.

Interpreting Causality in Survey Studies


Kebanyakan penelitian yang membahas tentang pengaruh perilaku kepemimpinan akab
mengukur perilaku dengan kuesioner yang diisi oleh bawahan dan skor perilaku yang dihasilkan
telah dihubungkan dengan ukuran kriteria yang diperoleh pada titik waktu yang sama. Korelasi
yang signifikan ditemukan, tidak mungkin untuk menentukan arah kausalitas. Seringkali akan
ditemukan bahwa ada lebih dari satu interpretasi yang masuk akal tentang kausalitas, dan lebih
dari satu bentuk kausalitas dapat terjadi pada saat yang bersamaan.
Ketika korelasi positif ditemukan dalam studi survei, peneliti biasanya berasumsi
kausalitas dari perilaku pemimpin ke variabel kriteria (Gambar A). Sebagai contoh, korelasi
antara pertimbangan dan kinerja bawahan biasanya diartikan sebagai menunjukkan bahwa
pemimpin yang penuh perhatian menyebabkan bawahan menjadi lebih termotivasi dan produktif.
Namun, ada kemungkinan juga kausalitas berlawanan arah (Gambar B). Kausalitas terbalik ini
terjadi ketika perilaku pemimpin dipengaruhi oleh variabel kriteria. Misalnya, pemimpin lebih
mendukung bawahan yang menunjukkan kinerja tinggi.
Kemungkinan lain adalah bahwa perilaku pemimpin dan variabel kriteria dipengaruhi
dengan cara yang sama oleh variabel ketiga (Gambar C). Dalam banyak penelitian, ukuran
perilaku pemimpin dan variabel kriteria diperoleh dari responden yang sama. Korelasi akan
meningkat jika kedua ukuran bias dengan cara yang sama. Misalnya, pemimpin yang disukai
dinilai tinggi pada pertimbangan dan efektivitas, sedangkan pemimpin yang tidak disukai dinilai
rendah pada kedua variabel. Kemungkinan ini tidak mungkin terjadi ketika variabel kriteria
diukur secara independen dari perilaku pemimpin. Namun, bahkan ketika kriteria independen
digunakan, korelasi antara itu dan peringkat perilaku pemimpin dapat meningkat oleh atribusi
penilai (Gambar 3-3D). Misalnya, penilai yang mengetahui bahwa pemimpin memiliki kelompok
berkinerja tinggi mungkin menilai pemimpin lebih tinggi pada perilaku yang mereka anggap
relevan untuk kepemimpinan yang efektif. (untuk njelasin fotonya ini ya)

Experiments on Task and Relations Behavior


Cara paling baik yang bisa digunakan untuk menentukan kausalitas adalah dengan
menlakukan eksperimen di mana perilaku pemimpin akan dimanipulasi oleh peneliti. Beberapa
penelitian dilakukan di laboratorium yang menunjukkan hasil bahwa kausalitas beroperasi dalam
dua arah dari perilaku ke hasil dan sebaliknya. Namun, batasan dari sebagian besar eksperimen
laboratorium yang membahas tentang kepemimpinan adalah eksperimen tersebut tidak realistis
sehinga sulit untuk menggeneralisasi temuan kepada karyawan di organisasi nyata.
Dalam upaya untuk mengatasi keterbatasan ini, dua penelitian dilakukan dengan siswa
yang dipekerjakan untuk bekerja paruh waktu sementara untuk supervisor yang sebenarnya
adalah salah satu peneliti. Pertimbangan dan struktur permulaan dimanipulasi secara independen
dengan meminta supervisor menampilkan jumlah tinggi atau rendah dari setiap perilaku
kepemimpinan kepada bawahan yang berbeda. Eksperimen lapangan sulit dilakukan dalam
organisasi nyata, dan hanya sejumlah kecil eksperimen yang telah digunakan untuk menyelidiki
efek perilaku kepemimpinan. Dalam eksperimen lapangan ini, perilaku kepemimpinan biasanya
dimanipulasi dengan program pelatihan.
Kesimpulan yang didapat adalah pada penelitian eksperimental di laboratorium dan
pengaturan lapangan ditemukan bahwa peningkatan perilaku kepemimpinan yang berorientasi
pada hubungan biasanya menghasilkan kepuasan dan produktivitas bawahan yang lebih tinggi.
Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas jarang dimanipulasi dalam studi eksperimental, dan
ketika dimanipulasi, hasilnya bercampur dan tidak meyakinkan.

Anda mungkin juga menyukai