Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH

EMBRIOLOGI MANUSIA

GAMATOGENESIS, OVULASI, DAN IMPLANTASI

OLEH:
KELOMPOK 2

1. Rena Afri Ningsih (1920332012)


2. Waldatul Hamidah (1920332013)
3. Salma Afriliza (1920332015)
4. Annisa Defani (1920332016)
5. Yusmalia Hidayati (1920332017)
6. Suci Padma Risanti (1920332019)
7. Delsy Nurizma (1920332020)
8. Yulia Fauziah Amizuar (1920332021)
9. Iria Ningsih Busri (1920332023)
10. Wilfa Muslimah Sihaloho (1920332024)
11. Rionitara Wikarya (1920332025)
12. Nadya Khaira Nurdi (1920332026)
13. Hasvia Berliani (1920332027)

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Arni Amir, MS

FAKULTAS KEDOKTERAN PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Gametogenesis, Ovulasi, dan Implantasi”. Makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Embriologi Manusia.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh pembaca. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, terutama Prof. Dr. Arni Amir, MS selaku dosen pengampu mata
kuliah Embriologi Manusia, dengan demikian kami mengucapkan terima kasih .
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada pembaca yang telah membaca dan mempelajari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat .

Padang, Oktober 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Daftar Gambar ....................................................................................................... iii
Daftar Tabel........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fertilisasi ........................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Fertilisasi ................................................................... 3
2.1.2 Proses Fertilisasi ...................................................................... 3
2.2 Kapitasi Spermatozoa ........................................................................ 5
2.2.1 Definisi Kapitasi Spermatozoa ................................................. 5
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapitasi Spermatozoa ....... 6
2.2.3 Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi pada Spermatozoa
Selama Kapitasi ........................................................................ 7
2.3 Reaksi Akrosom ................................................................................ 9
2.3.1 Enzim-Enzim Akrosom ........................................................... 9
2.3.2 Arti Fungsional Reaksi Akrosom ............................................. 10
2.3.3 Morfologi & Kinetika Reaksi Akrosom ................................... 12
2.3.4 Hiperaktivasi Spermatozoa ...................................................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 21
3.2 Saran .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fertilisasi .......................................................................................... 4


Gambar 2.2 Struktur Ovum .................................................................................. 4
Gambar 2.3 Reaksi Akrosom ............................................................................... 10
Gambar 2.4 Spermatozoa yang Telah Mengalami Reaksi Akrosom dengan
Pewarnaan FITC Conacanavalin A ..................................................... 11
Gambar 2.5 Diagram yang Menunjukkan Tahapan Reaksi Akrosom .................... 12
Gambar 2.6 Proses Reaksi Akrosom pada Manusia .............................................. 12
Gambar 2.7 Skematis dari Proses Reaksi Akrosom .............................................. 13
Gambar 2.8 Tahapan Hilangnya Ion Kalsium Selama Proses Kapitasi
dan Reaksi Akrosom Menggunakan Pewarna CTC ............................. 16
Gambar 2.9 Mekanisme Molekuler pada Proses Reaksi Akrosom ........................ 17
Gambar 2.10 Scanning Elektron Mikroskop Spermatozoa Tanpa Akrosom ............ 18
Gambar 2.11 Pola Gerak Hiperaktivasi pada Spermatozoa ..................................... 20
Gambar 2.12 Mekanisme Molekuler Kapitasi dan Hiperaktivasi ............................ 20

iii
DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Enzim-Enzim yang Terdapat pada Akrosom ....................................... 10

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sistem repoduksi tidak berperan dalam homeostasis dan tidak esensial
bagi kelangsungan hidup individu, namun tetap berperan dalam kehidupan
seseorang. Peran ini terkait bahwa manusia sebagai makhluk seksual yang berpean
besar dalam perilaku psikososial yang memiliki pengaruh bagaimana orang
tersebut memandang dirinya dan beinteraksi dengan orang lain. Sistem reproduksi
terkait bagaimana manusia bereproduksi untuk mempertahankan keturunannya
(Sherwood, 2018).
Jumlah sperma saat diejakulasikan kurang lebih 300 juta dalam sekali
ejakulasi. Namun hanya 1% sperma yang mengendap dalam vagina yang dapat
memasuki serviks. Pada saat transport sperma tersebut dibantu oleh kontraksi
uterus dan tubafallopi yang dirangsang oleh hormone prostaglandin dalam cairan
semen laki-laki. Sperma dan ovum tidak dapat langsung berfertilisasi ketika
sperma telah sampai di ampula tuba. Sperma menjalani tahapn kapasitasi dan
reaksi akrosom untuk dapat berfertilisasi (Sadler, 2012).
Tapan kapasitasi terjadi disaluran reproduksi wanita dan berlangsung
sekitar 7 jam. Jika tidak terjadi kapasitasi, maka tidak akan terjadi fertilisasi.
Tahapan kapsitasi terkait pengondisian sperma didalam saluran reproduksi wanita.
Dari beberapa sperma yang sampai ke saluran reproduksi wanita hanya sperma
yang mengalami tahapan kapasitasi yang mampu melakukan fertilisasi. Setelah
kapasitasi berhasil maka, akan dilanjutkan dnegan tahapan rekasi akrosom,
sehingga fertilisaasi dapat terjadi.
Fertilisasi (pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan wanita,
terjadi di daerah ampula tuba uterine. Fertilisasi menyebabkan pengembalian
jumlah kromosm dan inisiasi pembelahan, sehingga terbentuk zigot, dan
berkembang menjadi blastokista yang berimplantasi pada dinding endometrium
dan berkembang menjadi janin. Fertiliasi sendiri terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu
fase penetrasi coronan radiate, penetrasi zona pelusida, dan penyatuan membrane
sel oosit dan sperma (Sadler, 2012).

1
2

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana tahapan fertilisasi?
2. Bagaimana proses kapasitasi dan reaksi akrosom?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tahapan fertilisasi
2. Untuk mengetahui proses kapasitasi dan reaksi akrosom
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fertilisasi
2.1.1. Definisi Fertilisasi
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang
dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot)
atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma
(plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot
itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan
pada dasarnya gamet- gamet yang melebur adalah haploid.
Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu
disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka
disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan
oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan
sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya
tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
2.1.2. Proses Fertilisasi
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan
dapat membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa
diejakulasikan ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang
melalui serviks, ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat
membuahi sel telur. Sel spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam
(Cambridge, 1998). Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati
tahap kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu.
Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran
reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung
glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus
daerah akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah
penempelan spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada
akrosom (Sadler, 2012) Oosit (ovum) akan mencapai tuba satu jam lebih setelah
diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida
3
4

yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa yang ada sehingga hanya satu sel
yang dapat menembus ovum.
Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan
material intinya dan menyimpan komplemen kromosom ganda yang lazim.
Kromosom ini mengandung semua informasi genetic yang nantinya akan
diturunkan kepada keturunannya (Canbridge, 1998). Sel telur yang telah dibuahi
akan membentuk zigot yang terus membelah secara mitosis menjadi dua, empat,
delapan, enam belas dan seterusnya.

Gambar 2.1 Fertilisasi

Gambar 2.2 Struktur Ovum


5

2.2. Kapasitasi Spermatozoa


2.2.1. Definisi Kapasitasi Spermatozoa
Spermatozoa yang diejakulasikan kedalam saluran reproduksi wanita
bertujuan untuk menfertilisasi oosit didalam alat reproduksi wanita yang
membutuhkan waktu selama fertilisasi dimana cairan uterus dan bahan-bahan
oviduk dan cairan volikel saat ovulasi berperan dalam proses kapasitasi.
Spermatozoa yang telah mengalami pematangan didalam epidemidis
dan terejakulasi belum dapat membuahi sel telur. Spermatozoa ini haruslah
menetap didalam saluran kelamin betina selama beberapa saat sebelum membuahi
sel telur. Spermatozoa mengalami beberapa perubahan fisiologis (fungsional)
didalam saluran kelammin wanita , perubahan tersebut menyebabkan spermatozoa
mampu melkukan perubahan dan proses inilah yang disebut dengan kapasitasi.
Kapasitasi adalah proses-proses pelepasan bahan-bahan pelapis
membrane spermatozoa secara bertahap, terutama bagian akrosom. hal ini
menyebabkan reseptor spermatozoa dapat berintegrasi dengan reseptor ssel telur
atau zona pellusida. Istilah kapsitasi pada dsarnya adalah perubahan
sspermatologis spermatozoa dan dilanjutkan dengan reaksi akrosom, sehingga
mampu membuahi sel telur. Adapun yang menyebabkan reaksi akrosom adalah
bagian dari kapasitasi , akan tetapi sebetulnya kapasitasi dan reaksi akrosom
merupakan fenomena yang terpisah. Kapasitasi adalah serentetan perubahan yang
membuat spermatozoa mampu mengalami reaksi akrosom.
Spernatozoa yang mengalami kapasitasi ditunjukkan dengan adanya
pendarahan pada bagian kepala atau pada bagian akrosomnya, selai itu juga
perdarahan juga terkonsentrasi pada bagian leher yang banyak mitokondrianya.
peningkatan kalsium pada bagianakrososm menyebabkan aktifnya pre enzim yang
ada di akrosom menjadi enzim aktif sehingga akan tejadi reaksi akrosom ,
sedangkan peningkatan konsentrasi ion kalsium pada bagian leher yang banyak
mengandung mitokondria menyebabkan gerak progresif spermatozoa menjadi
gerak hiperaktifasi .
Perbedaan gerak progresif dan hiperaktifasi menyebabkan
spermatozoa sudah hiperaktifasi dan jika rerjadi fertilisasi mak spermatozoa
tersebut akan segera mengalami kematian.
6

a. Kapasitasi Spermatzoa Secara In Vivo


Kapasitasi secara normal terjadi pda saluran reproduksi wanita yang
sedang estrus dan kapasitasi mulai terjadi saat spermatozoa melewati serviks atau
lender serviks . Ada bebrapa substansi yang diduga menyebabkan kapasitasi yaitu
beta-animelase dan beta-glucoronidase, protein dan neuramidase arysulfatase,
acetylhexosaminidase carbonik, anhiydrase dan steroid, sulfatase, glikpsaminican,
catechlamine dan taurine dan hypotaurine.
Pada perubahan secara invitro kapasitasi terjadi tampa adanya
kontribusi system saluran kelamin betina akan tetapi kondisinini tidak
menyebabkan kapasitsi invitro identic dengan kapasitsi in vivo
b. Kapasitasi In Vitro
Merupakan proses maturasi sel sperma yang terjadi pada saluran reproduksi
wanita dengan menginkubasi spermatozoa yang telah mengalami ejakulasi atau
telah diekstrasi dari epidedimis dan diinkubasi didalam media tertentu selama
beberapa jam. Sangt alazim mengangap reaksi akrosom sebagai lengkapnya
proses kapasitasi, sebab spermatozoa tidak akan mengalami reaksi akrosom
kecuali telah selesai kapasitasi secara penuh. Reaksi akrosom dapat digunakan
sebagai indikator yang layak dari keberhasilan kapasitasi.
2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitasi Sperma
a. Variasi Individu
Spermatozoa dari pria berkapasitasi lebih cepat pada spesies yang sama
karena pada spesies yang sama terdapat variasi yang sama didalam individu
tersebut.
b. Asal Spermatozoa
Spermatozoa dari epidedimis dan spermatozoa ejakulasi mempunyai sifat
yang tidak sama secara invitro. Pada umumnya spermatozoa epidedimis lebih
mudah membuahi sel telur secara invitro dari pada spermatozoa hasil ejakulasi.
Spermatozoa hasil ejakulasi lebih lama kapasitsinya dari pada spermatozoa
epidedimis secara invitro. Hal ini karena plasma spermatozoa epidedimis cukup
stabil setelah tingkatan absorsi atau integrasi glikoprotein diman komponen-
komponen seminal plasma menempel dengan kuat pada permukaan spermatozoa
terejakulasi.
7

Pada bagian tersebut terdapat mekanisme yang sangat efisien untuk


merubah material pelindung spermatozoa yang dari epidemidis (lapisan
permukaan primer) dan dari seminal plasma (lapisan skunder). Lapisan primer
pada spermatozoa yang berasal dari epididymis mudah diubah dengan
mengunakan media yang dinamakan media kapasitasi sperma akan tetapi tidak
efektif untuk melepaskan lapisan skunder sehingga harus dilakukan sentrifugasi
terlebih dahulu.
c. Terdapatnya Kumulus Oophorus
Sel-sel telur yang matang dikelilingi oleh cumulus Oophorus tetap berfungsi
tidak hanya selama pembuahan tetapi juga beberapa saat sebelum pembuahan.
adanya cumulus oophorus disekeliling sel telur dapat membantu proses
pembuahan, terutaa pada media yang kekurangan albumin, selain itu beberapa
komponen dari cumulus memicu terjadinya reaksi akrosom.
Secara invitro sel kumulus mengkapasitasi spermatozoa , akan tetapi secara
in vivo tidak terjadi, hal ini terjadi karena spermatozoa hamster yang memasuki
kumulus oophorus sudah mengalami kapasitasi, sehingga dapat dikatakan yang
menyebabkan kapasitasi adalah saluran kelamin wanita.
2.2.3. Peristiwa-Peristiwa Spermatozoa Selama Kapasitasi
Selama kapasitasi terjadi perubahan-perubahan pada andenylatsiklase,
metabolisme, ion-ion intraseluler, akrosom, inti dan selaput plasma.
a. Perubahan-Perubahan dalam Adenylate Cyclase
Tingakat fertilitas spermatozoa secara temporer berkurang atau hilang
pergerakan saat berada pada bagian tetentu disaluran reproduksi betina.
Spermatozoa akan bergerak sangat cepat pada saat permulaan dan akhir kapasitasi
hal ini menunjukan bahwa adenylate cyclase dan system protein kinase berperan
penting dalam menjaga motolitas. pada saat kapasitasi adenylate cyclase
aktifitasnya meningkat dimana adenilat seklase karena meningkatnya camps .
selanjutnya protein kinase terstimulasi merubah struktur tersier dan kuarterner
selaput spermatozoa melalui phospolarisasi protein-protein membrane yang
menghasilkan perubahan pada sifat fisik selaput.
8

b. Perubahan pada Saat Metabolisme


Spermatozoa mengalami peningkatan metabolime ( aktifitas glikolisis dan
komsumsi oksigen) setelah inkubasi didalam saluaran kelamin wanita oviduk atau
cairan folikular yang berperan dalam kapasitasi. Peningkatan respirasi
spermatozoa pada saat kapasitasi disebabkan adanya substrat-substrat yang dapat
teroksidasi. Kapasitsi menyebapkan perubahan pada selaput plasma
(phospolarisai) hingga energy lebih dapat digunakan untuk meningkatkan
metabolisme spermatozoa selama dan sesudah kapasitasi.
c. Perubahan dalam Ion-Ion Intraseluler
Spermatozoa yang hidup, secra efisiensi menjaga gradien ion disepanjang
selaput plasma. Konsentarsi K+ didalam spermatozoa lebih tinggi daripada diluat
Na+ sebaliknya. Gradien ion ini diatur oleh pompa pertukaran Na+/K+ yang
bermedia ATP ase. Konsentrasi Na+ dan K+ intraselular spermatozoa pada cauda
epididymis sekitar 20-14 mm.
Arus masuk secara besar-besaran dari Ca2+ ekstraseluler melalui selaput
kepala spermatozoa menyebabkan terjadinya reaksi akrosom , konsentrasi Ca2+
dalam spermatozoa cukup rendah baik pada kepala maupun ekornya disebabkan
akibat pompa Ca2+ bermrdia ATP ase dan pembuluh balik Na+/K+ pada selaput
plasma. Hilangnya Ca+ pada permukaan spermatozoa, bukan karena penetrasi
kedalam spermatozoa , dengan mengunakan queen2, indikator flueresen yang
selektif terhadap kalsium.
d. Perubahan Pada Akrosom
Struktur akrosom pada banyak spesies tidak berubah secara nyata selama
kapasitasi. Proses reaksi akrosom adalah perubahan pro akrosin yang tidak efektif
secar enzim didalam akrosom. Hal ini dilakukan oleh glycosaminoglycans dalam
uterus, tetapi bagaimana cara molekul besar glycosaminoglicans berpenetrasi
kedalam akrosom melalui selaput akrosom dan plasma spermatozoa.
e. Perubahan pada Inti
Inti spermatozoa memiliki struktur yang sangat stabil disebabkan oleh cross-
link oleh ikatan5-5. Pada plasma semen terdapat Zn2+ yang bersal dari kelenjar
prostat mengikat radikal bebas 5H+ dari protein initi spermatozoa saat ejakulasi
menyebabkan stabilitas tenporer pada protein inti. Selama kapisitasi inti
9

kehilangan ion Zn2+ dan stabilitasnya meningkat yang mungkin disebabkan oleh
oksidasi pada radikal 5H+ yang lepas pada ikatan disulfida.
f. Perubahan pada Selaput Plasma
Selaput plasma berhubungan langsung pada lingkungan kapasitasi, sehingga
terjadi perubahan mencolok pada selaput tersebut selama kapasitsi. pelepasan atau
perubahan material-material pelapis permukaan spermatozoa merupakan bagian
terpenting dari kapasitasi.
Komposisi phospholipid mengalami perubahan selam kapasitasi, hal ini
disebabkan oleh pengaruh penipisan kolesterol yang tidak merata. hal ini terjadi
akibat selaput lipida dan kolestrol secar lateral dari molokul-molekul tersebut
didalam lapisan ganda. fluiditas lipida dari selaput membrane plasma kepala dan
ekor spermatozoa mengalami perubahan akibat kapasitasi.
2.3.Reaksi Akrosom
2.3.1. Enzim-Enzim dalam Akrosom
Bentuk ikatan membran akrosom dengan struktur mirip topi yang me-
nyelubungi daerah permukaan inti spermatozoa. Meskipun ukuran dan bentuk dari
akrosom bermacam-macam diantara spesies akan tetapi struktur dasarnya sama.
Akrosom diyakini analog dengan lysosom atau granul zymogen dari sel-sel
pancreas. Sebenarnya zat ini mengandung susunan enzim hydrolitik yang besar.
Meski beberapa dari enzim-enzim ini dapat terlokalisir di dalam atau permu- kaan
akrosom, bukan di dalam matriks akrosom, enzim tersebut mempunyai
kemampuan hidrolisa yang kuat.
Hyaluronidase dan akrosin adalah dua jenis enzim akrosom yang telah
dipelajari secara luas dan terkarakteristik dengan baik. Keberadaannya di dalam
matrik akrosom telah ditunjukkan secara meyakinkan dengan teknik citokimia
atau immunocitokimia dengan menggunakan mikroskop elektron. Meski
beberapa peneliti menyatakan bahwa sebagian hyaluronidase akrosom dan ak-
rosin bergabung dengan kuat pada selaput akrosom, akan tetapi bukti dengan
mikroskop elektron belum dapat ditunjukkan.
Karbohidrat merupakan komponen utama dari akrosom. Selaput tipis
glikoprotein yang menyelubungi permukaan sebelah dalam selaput terluar akro-
som mungkin berfungsi untuk menjaga agar terjadinya plasma tervesukulasi dan
10

selaput akrosom secara bersama-sama selama reaksi akrosom. Glikoprotein-


glikoprotein lainnya dan zat-zat yang mengandung karbohidrat di dalam matriks
akrosom bisa membantu konversi enzim-enzim akrosom dari bentuk ion aktif
(misalnya proakrosin) menjadi bentuk aktif (misalnya akrosin).

Gambar 2.3 Reaksi Akrosom

Tabel 2.1 Enzim-Enzim Yang Terdapat pada Akrosom


Diketahui Sebelum Tahun Yang Ditemukan Setelah
1980 1980
Hyaluronidase β-N-Acetylhexosaminidase
Acrosin β-Galactosidase
Pro acrosin β-Glucuronidase
Asam proteinase α-L Fucosidase C
Esterase Cathepsin D
Neuraminidase Peptidyl peptidase
Phisphatase Ornithin decarboxylase
Phospholipase A
βN acetylglucosaminidase
Arylsulfatase
Collagenase

2.3.2. Arti Fungsional Reaksi Akrosom


Sel telur dari kebanyakan binatang diselubungi oleh gliko protein, sehingga
spermatozoa harus menembusnya sebelum mencapai selaput plasma sel telur.
Pada beberapa invertebrata, “Lysin” yang dilepaskan akrosom spermatozoa akan
11

melarutkan lapisan sel telur secara lokal untuk menghasilkan lubang tempat
spermatozoa memasuki oosit.
Pelarutan lapisan oleh lysin dilakukan secara enzimatis atau interaksi inter
molekuler hidrofobik. Pada mammalia lapisan tebal glikoprotein tersebut disebut
dengan zona pelusida. Zona pellusida tersebut masih diselimuti oleh kumulus
oophorus yang tersusun dari sel-sel kumulus. Komponen utama ku- mulus adalah
asam hyaluronic. Hialuronidase yang dilepas oleh spermatozoa bereaksi dengan
akrosom, mencerna kumulus dan akrosin yang terbawa di permukaan spermatozoa
bereaksi dengan zona, sehingga spermatozoa dapat masuk kedalam sel telur. Atau
dengan kata lain reaksi akrosom sedikitnya ber- tujuan untuk (1) membantu
spermatozoa menembus zona dan (2) Meleburkan selaput plasma sel telur.

Gambar 2.4 Spermatozoa yang Telah Mengalami Reaksi Akrosom Dengan Pewarnaan
FITC Concanavalin A
Pewarnaan FITC Concanavalin A pada prinsipnya adalah pewarnaan D-
Mannosa yang terikat pada inner membrane akrosom, apabila membrane akrosom
masih intak, maka pewarna/luoresen akan mewarnai bagian akrosom dan apabila
spermatozoa sudah tidak terdapat akrosom, maka bagian atas kepala spermatozoa
berwarna gelap atau tidak ada pendaran luoresen.
12

2.3.3. Morfologi dan Kinetika Reaksi Akrosom


a. Perbedaan antara reaksi akrosom “true” dan “false”
Karena akrosom mengandung bermacam-macam enzim penghidrolisa yang
kuat, maka spermatozoa yang mati atau sekarat akan rusak membrannya atau
akrosomnya.

Gambar 2.5 Diagram Yang Menunjukkan Tahapan Reaksi Akrosom

Gambar 2.6 Proses Reaksi Akrosom pada Manusia


13

Membran akrosom yang terluar relatif stabil dan selaput plasma bagian
atas dapat dihancurkan sebagian atau keseluruhannya atau lepaskan dari bagian
utama spermatozoa. Spermatozoa tanpa akrosom bila diamati dengan mikroskop
cahaya sama dengan spermatozoa setelah reaksi akrosom. Sangat penting
membedakan akrosom yang degeneratif dengan reaksi akrosom secara fisiologis

Gambar 2.7 Skematis dari Proses Reaksi Akrosom

Banyak teknik untuk mengamati hilangnya, tetapi semua dilakukan pada


spermatozoa pada kondisi mati. Sangat diharapkan agar dikembangkan suatu
teknik baru yang dapat mengamati reaksi akrosom pada kondisi spermatozoa
hidup, sehingga dapat dibedakan spermatozoa tanpa akrosom karena faktor
degeneratif atau secara fungsional terjadi reaksi akrosom.
b. Sifat Alamiah Exocytotic pada Reaksi Akrosom
Reaksi akrosom selaput akrosom terluar dan selaput plasma bagian atas yang
memungkinkan isi akrosom untuk lepas. Lokasi tempat penggabungan antara
selaput plasma dan akrosom terluar bermula terjadi dapat bervariasi menurut jenis
spesies. Pada kelinci, letaknya didaerah depan dan sekeliling daerah pembungkus
akrosomal. Pada Tupai bulu emas, biri-biri dan manusia letaknya di dekat
perbatasan dari pembungkus akro- som dan equatorial akrosom. Hal ini tidak
mengherankan sebab spermatozoa pada banyak spesies selaput terluar akrosom
dan selaput plasma tidak stabil, dan selaput plasma terluar tersebut sangat kaya
akan kalsium.
c. Waktu Reaksi Akrosom
Kecepatan reaksi akrosom tergantung dari spesiesnya, kondisi sperma-
tozoa dan lingkungannya. Spermatozoa marmut dalam medium yang mengan-
14

dung ion kalsium selesai dalam 2 menit. Spermatozoa tikus dan dipreinkubasi
dalam media kapasitasi selama 1 jam dapat berpenetrasi kedalam zona sebesar
15% menjelang 11 menit, setelah 9 menit berikutnya 80% sel telur terpenetrasi.
Kemungkinan besar spermatozoa melebur seluruhnya pada saat pertama kali
menyentuh zona pellusida. Setidaknya beberapa spermatozoa memulai dan me-
nyelesaikan reaksi akrosom 10-15 menit saat bersentuhan dengan zona. Semua
fakta tersebut kelihatannya mengindikasikan bahwa spermatozoa berkapasitasi dan
mengalami reaksi akrosom secara tepat.
d. Faktor Penyebab Alami Reaksi Akrosom
Sel telur landak laut diselubungi selaput tipis glycoprotein yang disebut
dengan lapisan vitelline dan masih diselubungi lagi dengan lapisan jelly yang
tebal. Lapisan vitelline tersebut homolog dengan zona pellusida dari sel telur
mammalia, sedangkan jelly tersebut homolog dengan sel-sel kumulus dari
mammalia. Pada banyak spesies landak laut, reaksi akrosom terjadi saat
spermatozoa menyentuh jelly atau saat spermatozoa melewatinya. Secara
biokimia, jelly adalah campuran glycoprotein dan polimer sulfat fucose. Reaksi
akrosom terjadi karena jelly mengandung sulfa, sedangkan mekanismenya masih
belum jelas. Pengikatan komponen-komponen jelly yang aktif pada protein
selaput plasma spermatozoa menyebabkan perubahan permeabilitas ion kalsium
temporer.
Faktor yang menyebabkan reaksi akrosom pada mammalia tampaknya
adalah kumulus oophorus dan atau zona pelusida. Pada waktu spermatozoa
menempel pada zona pellusida kemudian mengalami reaksi akrosom, karena
materi-materi pada zona memicu terjadinya reaksi akrosom dengan eisien.
Satu dari tiga glikoprotein zona yaitu ZP3 yang mengikat selaput plasma di luar
pembungkus akrosom. Rantai polypeptida dalam molekul ZP3 tampaknya
berfungsi sebagai pemicu dari reaksi akrosom.
Apakah kumulus oophorus mempunyai kemampuan untuk memicu
terjadinya reaksi akrosom masih kontroversial, Adanya kumulus pada media yang
kekurangan albumin dapat meningkatkan keberhasilan pembuahan, akan tetapi
tidak ada bukti yang jelas tentang pengaruh sel kumulus terhadap reaksi akrosom,
akan tetapi kemungkinan komponen kumulus mengawali terjadinya reaksi
15

akrosom dan komponen ini bekerjasama dengan zona untuk menyele- saikan
reaksi akrosom.
Pemicu reaksi akrosom bukannya suatu substansi khusus, sebagai contoh
reaksi akrosom landak laut dapat dipacu dengan bahan kimia dan isika, sedang- kan
mamalia dapat mengalami reaksi akrosom tanpa adanya sel telur dan materi yang
berhubungan dengan sel telur (Misal sel kumulus dan zona). Bahan-bahan yang
secara langsung atau tidak langsung merubah permeabilitas membran akrosom

terhadap ion-ion (Misal Ca++ dan Na++), sehingga spermatozoa yang


berkapasitasi mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom diinduksi oleh bertemunya reseptor membran sperma-
tozoa dengan ZP3, salah satu protein dalam ZP3 adalah galaktosil transferase 1
(GaLT-1), suatu enzim intra membranosa yang memiliki lokasi aktif di per-
mukaan dan selanjutnya akan mengikat residu karbohidrat pada ZP3. Setiap ZP3
dapat mengikat dua atau tiga molekul GaLT-1 (Miller et al , 1992). Ikatan tersebut
mengaktifkan G-protein spesiik pada membran spermatozoa serta phospholipase
C (PLC) yang mengakibatkan depolarisasi membran, sehingga membukanya

channel Ca2+. Kondisi ini akan meningkatkan konsentrasi Ca2+ dalam sitoplasma
dan pH meningkat, sehingga vesikula akrosom mengalami eksositosis (Shi et al ,
2001; Florman et al , 1998) Selanjutnya beberapa kom- ponen signal transduksi
yang berperan dalam inisiasi reaksi akrosom yaitu G protein, inositol-3,4,5

triphosphat (IP3) dan reseptor IP3, Phospholipasi C, Ca2+, saluran Ca2+ (channel

Ca2+/tipe T) yang sensitif terhadap permeabilitas membran sel.


Eksositosis dari vesikula akrosom melepaskan bermacam-macam
protease, sehingga melisiskan Zona Pellusida. Enzim ini menimbulkan suatu
lubang/pori yang akan dilewati spermatozoa sehingga sapat masuk ke membran sel
telur.
e. Mekanisme reaksi akrosom
Spermatozoa landak laut tidak mengalami kapasitasi seperti pada mammalia,
spermatozoa siap membuahi sel telur setelah keluar dari pejantan. Pada
kebanyakan spermatozoa dari spesies landak laut mengalami reaksi akrosom di
dalam jelly sel telur. Jelly sel telur yang diduga berinteraksi dengan reseptor
selaput plasma melewati dua lintasan parallel. Salah satunya adalah lintasan yang
16

tak bergantung ion kalsium yang mengarah pada peningkatan pH intraselluler

lewat arus masuk Na++ dan arus keluar H+. Satunya adalah depolarisasi selaput

yang bergantung pada ion Ca++ dan peningkatan pH intraselluler yang meng-

hasilkan arus besar-besaran ion Ca++ ekstraselluler. Ion Ca++ yang berpenetrasi
pada selaput plasma memicu penggabungan antara plasma dan selaput akrosom
terluar, mencapai puncaknya dalam suatu eksositosis kandungan akrosom. Meski
konsentrasi cAMP intraselluler dari spermatozoa landak laut dalam kondisi yang
mendukung reaksi akrosom dan hubungan yang pasti antara cAMP dengan reaksi
akrosom belum jelas.

Gambar 2.8 Tahapan Hilangnya Ion Kalsium Selama Proses Kapasitasi dan Reaksi
Akrosom Menggunakan Pewarnaan CTC

Arus masuk nya ion Ca++ merupakan tahap penting dari reaksi akrosom
spermatozoa mammalia. Jelas sekali bahwa semua komponen yang berada di
dalam dan di luar akrosom terlibat langsung pada proses reaksi akrosom. Untuk
menjalani reaksi akrosom pada waktu dan tempat yang tepat, maka spermatozoa

mammalia harus dapat bertahan hidup lama. Konsentrasi ion K+ intraselluler

dijaga tetap tinggi dan konsentrasi ion Ca++ dan Na+ intraselluler dijaga tetap
rendah, hal ini sangat penting untuk kelangsungan hidup spermatozoa dan
perlindungan spermatozoa dari reaksi akrosom dini. Semua ini dilakukan oleh

ikatan membran Na+ - K+ ATP ase (yang memompa ion Na+ keluar dan ion K+ ke

dalam sel) dan Ca++ -ATP ase ( yang memompa Ca++ keluar dari sel). Selama
kapasitasi, lapisan permukaan makromolekul spermatozoa dilepas atau diru- bah,
sehingga protein-protein membran intrinsik (termasuk zona atau reseptor kumulus
dalam selaput plasma spermatozoa diatas akrosom) menjadi berubah. Pelepasan
tersebut menyebabkan protein membran intrinsik dapat bergerak lebih bebas di
dalam lapisan ganda lipida. Lapisan ganda lipida sendiri merubah susunan
molekulernya selama kapasitasi yang dilakukan oleh faktor-faktor en- dogen dan
17

eksogen. Albumin merupakan satu dari faktor-faktor eksogen yang bertanggung


jawab pada pengorganisasian kembali lipida-lipida membran saat spermatozoa
kapasitasi menyentuh kumulus atau zona

Gambar 2.9 Mekanisme Molekuler Pada Proses Reaksi Akrosom


Glicosaminoglicans sel kumulus atau glicoprotein zona pellusida mengikat

reseptor. Zona atau reseptor kumulus ini berupa protein pembawa ion Ca++,

reseptor membantu difusi ion Ca++ ekstra selluler. Arus masuk ion Ca++ besar-

besaran menonaktifkan Na+-K+-ATP ase, sehingga meningkatkan konsentrasi ion

Na+ intraselluler. Hal ini menyebabkan arus keluar ion H+ (melalui pem- buluh

balik Na+/H+) yang menyebabkan pH intra selluler naik. Ion Ca++ yang telah
berpenetrasi akan bekerja dengan atau tanpa calmodulin pada selaput plasma. Ion

Ca++ membantu penggabungan antara kedua membran dengan perlekatan pada


phospolipid dan memicu pemisahan phospoliphid membran. Phospholidase-
phospholidase aktif menyerang phospolipid-phospolipid un- tuk menghasilkan
produk-produk gabungan (misalnya asam arachidonic dan phospholipid). Saat

membran akan bergabung atau telah bergabung, ion Ca++ masuk dan ion H+
keluar dari matrik akrosom. Hal ini menyebabkan perubahan proacrosin menjadi
akrosin aktif secara enzim dan mendispersi akrosom yang mengandung enzim-
enzim lainnya.
18

Spermatozoa mammalia memulai reaksi akrosomnya secara spontan dalam


media kapasitasi spermatozoa, hal ini disebabkan oleh (a) Aktivasi spon- tan dari

zona oleh reseptor-reseptor kumulus atau protein pembawa ion Ca ++ dalam


membran plasma spermatozoa atau oleh (b) Penonaktifan mekanisme pemompa

ion Ca++ (Ca++-ATP ase). Pada spermatozoa yang sekarat atau mati, ion-ion
intraselluler akan mengalir keluar dan ion-ion eksternal berpenetrasi dengan bebas
ke dalam sel. Hal ini disebabkan oleh lemah atau non aktifnya ATP ase. Acrosin dan
enzim-enzim akrosomal lainnya akan menyerang membran spermatozoa yang
mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh pembungkus akrosom. Hal ini
disebut dengan reaksi akrosom “false”.

Gambar 2.10 Scanning Electron Microscop Spermatozoa Tanpa Akrosom

2.3.4. Hiperaktivasi Spermatozoa


Spermatozoa pada beberapa spesies mulai bergerak sangat aktif
sebelum berlangsungnya reaksi akrosom yang disebut hiperaktivasi. Istilah ini
untuk membedakan dengan kata aktivasi yang menunjukkan gerak aktif dari
epididimis saat bertemu dengan seminal plasma.
Spermatozoa mulai bergerak sangat aktif saat kontak dengan media
kapasitasi, beberapa jam bergerak sangat kaku kemudian bergerak bebas. Mula-
mula spermatozoa berenang dalam bentuk linier mulai menunjukkan gerakan
tunggal yang ditandai dengan gerakan ekor seperti tali cambuk dan dihentikan
dengan gerakan lurus-lurus pendek. Kedua tipe ini secara gabungan disebut
hiperaktivasi. Motilitas spermatozoa terhiperaktivasi secara in vitro sama dengan
secara in vivo yaitu pergerakan dalam oviduct saat fertilisasi.
19

Spermatozoa secara in vivo memulai gerakan hiperaktivasi, terjadi


di beberapa tempat dan beberapa spesies terjadi di dalam istmus. Saat hiperakti-
vasi ini spermatozoa mempunyai daya dorong yang tinggi, hal ini selain untuk
bergerak menuju ampulla juga untuk menembus zona pellusida yang keras, dan
ada korelasi positif antara motilitas spermatozoa terhiperaktivasi dengan
kemampuan spermatozoa menembus zona. Komponen-komponen medium secara
keseluruhan mempengaruhi inisiasi dan mempertahankan motilitas spermatozoa

yang hiperaktivasi, misalnya Ca++, HCO3, K+, substrat energi dan albumin,
semuanya untuk mengontrol hiperaktivasi.
Tidak ada basis molekuler pada hiperaktivasi, sebab beberapa
mak- romolekul yang menutup membran plasma dipindahkan selama
kapasitasi. Membran plasma ekor spermatozoa pre hiperaktivasi mengalami
perubahan karakteristik fisik dan kimia lipida membran ekor selama kapasitasi.
Salah satu perubahan lipid membran adalah methylsi phospholipid. Methylsi

phospho- lipid membantu masuknya Ca++ ke dalam sel, peningkatan Ca++ yang
masuk kedalam membran spermatozoa merangsang adenylate cyclase yang

menghasilkan cAMP. Ca++ dan cAMP adalah yang mengatur pergerakan ekor
spermatozoa. Spermatozoa hiperhativasi pergerakan ekornya kaku, sedangkan
spermatozoa yang telah hiperaktivasi bergerak lentur atau terbebas dari kebekuan.
Hal ini disebabkan oleh menghalusnya serat kasar bagian luar oleh Mg-ATP, hal
ini dibuktikan dengan terhiperaktivasinya kembali spermatozoa setelah diberi Mg-
ATP ke serat-serat spermatozoa.
20

Gambar 2.11 Pola Gerak Hiperaktivasi pada Spermatozoa

Gambar 2.12 Mekanisme Molekuler Kapasitasi dan Hiperaktivasi


21

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Fertilisasi merupakan proses penyatuan gamet pria dan gamet wanita
yang terjadi di daerah ampula tuba uterina. Deerah ini merupakan tempat yang
terluas dari tuba falopii dan berada dekat dengan ovarium, yaitu sepertiga bagian
atas dari tuba falopii. Hanya 1% sperma yang mengendap di dalam vagina yang
memasuki serviks. Periode pengkondisian di dalam saluran reproduksi wanita,
yang berlangsung sekitar jam pada manusia. Selama periode ini suatu selubung
glikoprotein dan protein plasma semen dihilangkan dari membran plasma yang
melapisi bagian akrosom sperma, hanya sperma yang terkapitasi yang dapat
menembus korona radiata dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi yang terjadi
sesudah pengikatan pada zona pleusida, dipicu oleh protein zona, reaksi ini
emmuncak pada pelepasan enzim-enzim yang dibutuhkan untuk menembus zona
pleusida, meliputi substansi mirip-akrosin dan mirip-tripsin.
Hanya 300 sampai 500 yang dapat mencapai tempat fertilisasi, dan
hanya sperma yang terkapitasi saja yang dapat menembus korona radiata.
Permeabilitas zona pleusida berubah ketika kepala sperma berkontak dengan
membran plasma oosit, proses ini menyebabkan pelepasan enzim lisosom dari
granula korteks yang melapisi membran plasma. Spermatozoa yang lainnya
terbenam di dalam zona pleusida, dan hanya 1 yang dapat menembus oosit. Zigot
mengandung kombinasi baru dari kromosom yang berbeda dari kedua orang
tuanya. Jenis kelamin kromosom mudigah ditentukan saat fertilisasi, yang mana
sperma pembawa kromosom X menghasilkan mudigah wanita dan sperma yang
membawa kromosom Y menghasilkan mudigah pria.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami
tentang tetang fertilisasi beserta prosesnya dan faktor yang mempengaruhi.
Diharapkan pula pembaca bisa memahami mengenai reaksi pada akrosom dan
proses dalam kapitasi akrosom.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sadler, T.W. 2012. Langman’s Medical Embriology. Ed.12. China: Lippincott


Williams & Wilkins , a Wolters Kluwer Business.

Sherwood, L. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 9. Jakarta: EGC.

Susilawati, Trinil. 2011. Spermatologi. Malang: Universitas Brawijaya (UB) Press


FERTILISASI, KAPASITASI DAN REAKSI AKROSOM

OLEH KELOMPOK 3 :

RENA AFRI NINGSIH (1920332012)


YULIA FAUZIAH AMIZUAR (1920332021)
WALDATUL HAMIDAH (1920332013)
IRIA NINGSIH BUSRI (1920332023)
SALMA AFRILIZA (1920332015)
WILFA MUSLIMAH. S (1920332024)
ANISA DEFANI (1920332016)
RIONITARA WIKARYA (1920332025)
YUSMALIA HIDAYATI (1920332017)
NADYA KHAIRA NURDI (1920332026)
SUCI PADMA RISANTI (1920332019)
HASVIA BERLIANI (1920332027)
DELSY NURRIZMA (1920332020)

DOSEN MATA KULIAH : Prof. Dr. ARNI AMIR, MS.

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN PROGRAM PASCASARANA


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2020
OUTLINE

C.
A.
REAKSI FERTILISASI
KROMOSOM

B.
KAPASITASI
AKROSOM
A. FERTILISASI KELOMPOK 2 :
A. DEFENISI FERTILISASI
 Peleburan dua gamet yang dapat
berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel
tunggal (zigot) atau peleburan
nukleus.
 Melibatkan penggabungan
sitoplasma (plasmogami) dan
penyatuan bahan nukleus
(kariogami)
PROSES FERTILISASI
 Fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopi.
 Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap
kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu.
 Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan
untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom.
 Ovum ini dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida

 Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan


material intinya dan menyimpan komplemen kromosom ganda yang
lazim.
 Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot yang terus
membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam
belas dan seterusnya
B. KAPASITASI AKROSOM KELOMPOK 2 :
DEFENISI KAPASITASI

• Kapasitasi adalah proses-proses


pelepasan bahan-bahan pelapis
membrane spermatozoa secara
bertahap, terutama bagian akrosom.
Hal ini menyebabkan reseptor
spermatozoa dapat berintegrasi
dengan reseptor sel telur atau zona
pellusida
TAHAPAN KAPASITASI

Spernatozoa yang Peningkatan kalsium


mengalami pada
Perdarahan juga
kapasitasi bagianakrososm
terkonsentrasi pada
ditunjukkan dengan menyebabkan
bagian leher yang
adanya pendarahan aktifnya pre enzim
banyak Rekasi akrosom
pada bagian kepala yang ada di
mitokondrianya
atau pada bagian akrosom menjadi
akrosomnya enzim aktif
JENIS – JENIS KAPASITAS

A. Kapasitasi
In Vivo B. Kapasitasi
In Vitro
A. Kapasitasi Spermatzoa B. Kapasitasi Spermatozoa
Secara In Vivo Secara In Vitro
• Kapasitasi terjadi pada saluran • Adalah proses maturasi sel
reproduksi wanita dan sperma yang terjadi pada
kapasitasi mulai terjadi saat saluran reproduksi wanita
spermatozoa melewati serviks dengan menginkubasi
atau lendir serviks spermatozoa yang telah
• Ada beberapa substansi yang mengalami ejakulasi atau telah
menyebabkan kapasitasi yaitu diekstrasi dari epidedimis dan
beta-animelase dan beta- di inkubasi didalam media
glucoronidase, protein dan tertentu selama beberapa jam.
neuramidase arysulfatase,
acetylhexosaminidase
carbonic, anhiydrase dan
steroid,
sulfatase,glikpsaminican,
catechlaminedan taurine dan
hypotaurine.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITASI

Variasi individu

Asal spermatozoa
• Spermatozoa dari epidedimis dan spermatozoa ejakulasi mempunyai
sifat yang tidak sama secara invitro
Terdapatnya Kumulus Oophorus
• Cumulus oophorus disekeliling sel telur dapat membantu proses
pembuahan, terutama pada media yang kekurangan albumin
PERISTIWA-PERISTIWA SPERMATOZOA SELAMA KAPASITASI

a. f.
c.
Perubahan- b. d.
Perubahan e. Perubahan
perubahan Perubahan Perubahan
dalam ion- Perubahan pada
dalam pada saat Pada
ion pada inti selaput
Adenylate Metabolisme Akrosom
intraseluler plasma
cyclase
A. PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM ADENYLATE CYCLASE

Spermatozoa akan bergerak sangat cepat pada saat permulaan dan akhir
kapasitasi hal ini menunjukan bahwa adenylate cyclase dan system protein
kinase berperan penting dalam menjaga motolitas.

Pada saat kapasitasi adenylate cyclase aktifitasnya meningkat dimana


adenilat seklase karena meningkatnya Camp

Protein kinase terstimulasi merubah struktur tersier dan kuarterner


selaput spermatozoa melalui phospolarisasi protein-protein membrane
yang menghasilkan perubahan pada sifat fisik selaput.
B. PERUBAHAN PADA SAAT METABOLISME

Spermatozoa mengalami peningkatan metabolime


(aktifitas glikolisis dan komsumsi oksigen)

Peningkatan respirasi spermatozoa pada saat


kapasitasi disebabkan adanya substrat-substrat yang
dapat teroksidasi

Kapasitsi menyebapkan perubahan pada selaput


plasma (phospolarisai)
C. PERUBAHAN DALAM ION-ION INTRASELULER

 Konsentarsi K+ didalam spermatozoa lebih tinggi daripada diluat Na+ sebaliknya

 Arus masuk secara besar-besaran dari Ca2+ ekstraseluler melalui selaput kepala
spermatozoa menyebabkan terjadinya reaksi akrosom.
 Konsentrasi Ca2+ dalam spermatozoa cukup rendah baik pada kepala maupun
ekornya.
 Peningkatan Ca2+ intraseluler selama kapsitasi menstimulasi adenile cylase
spermatozoa
D. PERUBAHAN PADA AKROSOM

Proses reaksi akrosom adalah perubahan pro akrosin yang tidak


efektif secara enzim didalam akrosom.

Hal ini dilakukan oleh glycosaminoglycans dalam uterus, dengan


cara molekul besar glycosaminoglicans berpenetrasi kedalam
akrosom melalui selaput akrosom dan plasma spermatozoa.
E. PERUBAHAN PADA INTI

 Selama kapisitasi inti kehilangan ion Zn2+ dan stabilitasnya


meningkat yang disebabkan oleh oksidasi pada radikal 5H+
yang lepas pada ikatan disulfide
F. PERUBAHAN PADA SELAPUT PLASMA

Selaput plasma berhubungan langsung pada lingkungan kpasitasi

Komposisi phospholipid mengalami perubahan selam kapasitasi

Hal ini disebabkan oleh pengaruh penipisan kolesterol yang tidak merata.

Hal ini terjadi akibat selaput lipida dan kolestrol secar lateral dari molokul-molekul tersebut didalam
lapisan ganda.

Fluiditas lipida dari selaput membrane plasma kepala dan ekor spermatozoa mengalami perubahan
akibat kapasitsi.
C. REAKSI AKROSOM KELOMPOK 2 :
ENZIM-ENZIM DALAM AKROSOM
 Hyluronidase & Akrosin, terdapat pada matrixs akrosom. Karakteristiknya
sudah diketahui dengan baik oleh para peneliti
 Karbohidrat komponen utama akrosom
 Glikoprotein berfungsi menjaga plasma terveskulasi dan selaput akrosom
secara bersama-sama selama reaksi akrosom.
 Fugsi lain glikoprotein konversi enzim-enzim akrosom dari bentuk ion
aktif (misalnya proakrosin) menjadi bentuk aktif (misalnya akrosin).
TABEL ENZIM-ENZIM YANG TERDAPAT PADA AKROSOM

Diketahui sebelum tahun 1980 Yang ditemukan setelah 1980


Hyaluronidase β-N-Acetylhexosaminidase
Acrosin β-Galactosidase
Pro acrosin β-Glucuronidase
Asam proteinase α-L Fucosidase C
Esterase Cathepsin D
Neuraminidase Peptidyl peptidase
Phisphatase Ornithin decarboxylase
Phospholipase A
βN acetylglucosaminidase
Arylsulfatase
Collagenase
REAKSI AKROSOM
ARTI FUNGSIONAL REAKSI AKROSOM

 Zona Pelusida diselimuti cumulus oophorus  memiliki komponen utama


enzim hyaluronic
 Spermatozoa akan melepas enzim Hialuronidase dan bereaksi dengan
akrosom mencerna cumulus dan akrosin bereaksi dengan zona pelusida 
Spermatozoa dapat masuk kedalam sel telur
MORFOLOGI DAN KINETIKA REAKSI AKROSOM

 (Diagram yang menunjukkan tahapan reaksi akrosom. (Ac) Acrosomal cap ; (Eg) Equatorial Segment of the
acrosome ; (IAM) inner acrosomal membrane.)
Proses Reaksi Akrosom
REAKSI AKROSOM
 Membran akrosom yang terluar relatif stabil dan selaput plasma bagian atas dapat dihancurkan, lepas
dari bagian utama.
 Spermatozoa tanpa akrosom bila diamati dengan mikroskop cahaya sama dengan spermatozoa setelah
reaksi akrosom.
Sifat Alamiah Exocytotic pada Reaksi Akrosom
• Lokasi tempat penggabungan antara selaput plasma dan akrosom terluar di dekat
perbatasan dari pembungkus akro- som dan equatorial akrosom.

a.Waktu Reaksi Akrosom


• Spermatozoa memulai dan menyelesaikan reaksi akrosom 10-15 menit saat bersentuhan
dengan zona pelusida.

Faktor Penyebab Alami Reaksi Akrosom


• spermatozoa menempel pada zona pellusida kemudian mengalami reaksi akrosom, karena
materi-materi pada zona memicu terjadinya reaksi akrosom dengan eisien.
• Satu dari tiga glikoprotein zona yaitu ZP3 yang mengikat selaput plasma di luar
pembungkus akrosom.
• Rantai polypeptida dalam molekul ZP3 berfungsi sebagai pemicu dari reaksi akrosom .
INDUKSI REAKSI AKROSOM

Mengikat residu karbohidrat pada Mengaktifkan Gprotein


Reseptor membrane ZP3. spesifik pada membarn
Spermatozoa >< ZP3 (Setiap ZP3 dapat mengikat 2 spermatozoa serta
(galaktosil transferase atau 3 molekul GALT-1 phospholipase C
1 (GaLT-1))

meningkatkan konsentrasi Eksositosis dari vesikula


Akibatnya depolarisasi Ca2+ dalam sitoplasma dan akrosom melepaskan
membrane sehingga pH meningkat, sehingga bermacam-macam protease,
terbukanya channel Ca2+ vesikula akrosom mengalami sehingga melisiskan Zona
eksositosis Pellusida, dan spermatozoa
dapat masuk
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai