EMBRIOLOGI MANUSIA
OLEH:
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Arni Amir, MS
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Gametogenesis, Ovulasi, dan Implantasi”. Makalah ini merupakan
salah satu tugas dari mata kuliah Embriologi Manusia.
Makalah ini disusun sedemikian rupa agar mudah dibaca dan dipahami
oleh pembaca. Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang telah
membantu, terutama Prof. Dr. Arni Amir, MS selaku dosen pengampu mata
kuliah Embriologi Manusia, dengan demikian kami mengucapkan terima kasih .
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan
dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada pembaca yang telah membaca dan mempelajari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat .
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
Daftar Gambar ....................................................................................................... iii
Daftar Tabel........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fertilisasi ........................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Fertilisasi ................................................................... 3
2.1.2 Proses Fertilisasi ...................................................................... 3
2.2 Kapitasi Spermatozoa ........................................................................ 5
2.2.1 Definisi Kapitasi Spermatozoa ................................................. 5
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kapitasi Spermatozoa ....... 6
2.2.3 Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi pada Spermatozoa
Selama Kapitasi ........................................................................ 7
2.3 Reaksi Akrosom ................................................................................ 9
2.3.1 Enzim-Enzim Akrosom ........................................................... 9
2.3.2 Arti Fungsional Reaksi Akrosom ............................................. 10
2.3.3 Morfologi & Kinetika Reaksi Akrosom ................................... 12
2.3.4 Hiperaktivasi Spermatozoa ...................................................... 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 21
3.2 Saran .................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fertilisasi
2.1.1. Definisi Fertilisasi
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang
dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot)
atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma
(plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot
itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan
pada dasarnya gamet- gamet yang melebur adalah haploid.
Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu
disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka
disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan
oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan
sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya
tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
2.1.2. Proses Fertilisasi
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan
dapat membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa
diejakulasikan ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang
melalui serviks, ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat
membuahi sel telur. Sel spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam
(Cambridge, 1998). Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati
tahap kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu.
Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran
reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung
glikoprotein dari plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus
daerah akrosom spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah
penempelan spermatozoa ke zona pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada
akrosom (Sadler, 2012) Oosit (ovum) akan mencapai tuba satu jam lebih setelah
diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida
3
4
yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa yang ada sehingga hanya satu sel
yang dapat menembus ovum.
Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan
material intinya dan menyimpan komplemen kromosom ganda yang lazim.
Kromosom ini mengandung semua informasi genetic yang nantinya akan
diturunkan kepada keturunannya (Canbridge, 1998). Sel telur yang telah dibuahi
akan membentuk zigot yang terus membelah secara mitosis menjadi dua, empat,
delapan, enam belas dan seterusnya.
kehilangan ion Zn2+ dan stabilitasnya meningkat yang mungkin disebabkan oleh
oksidasi pada radikal 5H+ yang lepas pada ikatan disulfida.
f. Perubahan pada Selaput Plasma
Selaput plasma berhubungan langsung pada lingkungan kapasitasi, sehingga
terjadi perubahan mencolok pada selaput tersebut selama kapasitsi. pelepasan atau
perubahan material-material pelapis permukaan spermatozoa merupakan bagian
terpenting dari kapasitasi.
Komposisi phospholipid mengalami perubahan selam kapasitasi, hal ini
disebabkan oleh pengaruh penipisan kolesterol yang tidak merata. hal ini terjadi
akibat selaput lipida dan kolestrol secar lateral dari molokul-molekul tersebut
didalam lapisan ganda. fluiditas lipida dari selaput membrane plasma kepala dan
ekor spermatozoa mengalami perubahan akibat kapasitasi.
2.3.Reaksi Akrosom
2.3.1. Enzim-Enzim dalam Akrosom
Bentuk ikatan membran akrosom dengan struktur mirip topi yang me-
nyelubungi daerah permukaan inti spermatozoa. Meskipun ukuran dan bentuk dari
akrosom bermacam-macam diantara spesies akan tetapi struktur dasarnya sama.
Akrosom diyakini analog dengan lysosom atau granul zymogen dari sel-sel
pancreas. Sebenarnya zat ini mengandung susunan enzim hydrolitik yang besar.
Meski beberapa dari enzim-enzim ini dapat terlokalisir di dalam atau permu- kaan
akrosom, bukan di dalam matriks akrosom, enzim tersebut mempunyai
kemampuan hidrolisa yang kuat.
Hyaluronidase dan akrosin adalah dua jenis enzim akrosom yang telah
dipelajari secara luas dan terkarakteristik dengan baik. Keberadaannya di dalam
matrik akrosom telah ditunjukkan secara meyakinkan dengan teknik citokimia
atau immunocitokimia dengan menggunakan mikroskop elektron. Meski
beberapa peneliti menyatakan bahwa sebagian hyaluronidase akrosom dan ak-
rosin bergabung dengan kuat pada selaput akrosom, akan tetapi bukti dengan
mikroskop elektron belum dapat ditunjukkan.
Karbohidrat merupakan komponen utama dari akrosom. Selaput tipis
glikoprotein yang menyelubungi permukaan sebelah dalam selaput terluar akro-
som mungkin berfungsi untuk menjaga agar terjadinya plasma tervesukulasi dan
10
melarutkan lapisan sel telur secara lokal untuk menghasilkan lubang tempat
spermatozoa memasuki oosit.
Pelarutan lapisan oleh lysin dilakukan secara enzimatis atau interaksi inter
molekuler hidrofobik. Pada mammalia lapisan tebal glikoprotein tersebut disebut
dengan zona pelusida. Zona pellusida tersebut masih diselimuti oleh kumulus
oophorus yang tersusun dari sel-sel kumulus. Komponen utama ku- mulus adalah
asam hyaluronic. Hialuronidase yang dilepas oleh spermatozoa bereaksi dengan
akrosom, mencerna kumulus dan akrosin yang terbawa di permukaan spermatozoa
bereaksi dengan zona, sehingga spermatozoa dapat masuk kedalam sel telur. Atau
dengan kata lain reaksi akrosom sedikitnya ber- tujuan untuk (1) membantu
spermatozoa menembus zona dan (2) Meleburkan selaput plasma sel telur.
Gambar 2.4 Spermatozoa yang Telah Mengalami Reaksi Akrosom Dengan Pewarnaan
FITC Concanavalin A
Pewarnaan FITC Concanavalin A pada prinsipnya adalah pewarnaan D-
Mannosa yang terikat pada inner membrane akrosom, apabila membrane akrosom
masih intak, maka pewarna/luoresen akan mewarnai bagian akrosom dan apabila
spermatozoa sudah tidak terdapat akrosom, maka bagian atas kepala spermatozoa
berwarna gelap atau tidak ada pendaran luoresen.
12
Membran akrosom yang terluar relatif stabil dan selaput plasma bagian
atas dapat dihancurkan sebagian atau keseluruhannya atau lepaskan dari bagian
utama spermatozoa. Spermatozoa tanpa akrosom bila diamati dengan mikroskop
cahaya sama dengan spermatozoa setelah reaksi akrosom. Sangat penting
membedakan akrosom yang degeneratif dengan reaksi akrosom secara fisiologis
dung ion kalsium selesai dalam 2 menit. Spermatozoa tikus dan dipreinkubasi
dalam media kapasitasi selama 1 jam dapat berpenetrasi kedalam zona sebesar
15% menjelang 11 menit, setelah 9 menit berikutnya 80% sel telur terpenetrasi.
Kemungkinan besar spermatozoa melebur seluruhnya pada saat pertama kali
menyentuh zona pellusida. Setidaknya beberapa spermatozoa memulai dan me-
nyelesaikan reaksi akrosom 10-15 menit saat bersentuhan dengan zona. Semua
fakta tersebut kelihatannya mengindikasikan bahwa spermatozoa berkapasitasi dan
mengalami reaksi akrosom secara tepat.
d. Faktor Penyebab Alami Reaksi Akrosom
Sel telur landak laut diselubungi selaput tipis glycoprotein yang disebut
dengan lapisan vitelline dan masih diselubungi lagi dengan lapisan jelly yang
tebal. Lapisan vitelline tersebut homolog dengan zona pellusida dari sel telur
mammalia, sedangkan jelly tersebut homolog dengan sel-sel kumulus dari
mammalia. Pada banyak spesies landak laut, reaksi akrosom terjadi saat
spermatozoa menyentuh jelly atau saat spermatozoa melewatinya. Secara
biokimia, jelly adalah campuran glycoprotein dan polimer sulfat fucose. Reaksi
akrosom terjadi karena jelly mengandung sulfa, sedangkan mekanismenya masih
belum jelas. Pengikatan komponen-komponen jelly yang aktif pada protein
selaput plasma spermatozoa menyebabkan perubahan permeabilitas ion kalsium
temporer.
Faktor yang menyebabkan reaksi akrosom pada mammalia tampaknya
adalah kumulus oophorus dan atau zona pelusida. Pada waktu spermatozoa
menempel pada zona pellusida kemudian mengalami reaksi akrosom, karena
materi-materi pada zona memicu terjadinya reaksi akrosom dengan eisien.
Satu dari tiga glikoprotein zona yaitu ZP3 yang mengikat selaput plasma di luar
pembungkus akrosom. Rantai polypeptida dalam molekul ZP3 tampaknya
berfungsi sebagai pemicu dari reaksi akrosom.
Apakah kumulus oophorus mempunyai kemampuan untuk memicu
terjadinya reaksi akrosom masih kontroversial, Adanya kumulus pada media yang
kekurangan albumin dapat meningkatkan keberhasilan pembuahan, akan tetapi
tidak ada bukti yang jelas tentang pengaruh sel kumulus terhadap reaksi akrosom,
akan tetapi kemungkinan komponen kumulus mengawali terjadinya reaksi
15
akrosom dan komponen ini bekerjasama dengan zona untuk menyele- saikan
reaksi akrosom.
Pemicu reaksi akrosom bukannya suatu substansi khusus, sebagai contoh
reaksi akrosom landak laut dapat dipacu dengan bahan kimia dan isika, sedang- kan
mamalia dapat mengalami reaksi akrosom tanpa adanya sel telur dan materi yang
berhubungan dengan sel telur (Misal sel kumulus dan zona). Bahan-bahan yang
secara langsung atau tidak langsung merubah permeabilitas membran akrosom
channel Ca2+. Kondisi ini akan meningkatkan konsentrasi Ca2+ dalam sitoplasma
dan pH meningkat, sehingga vesikula akrosom mengalami eksositosis (Shi et al ,
2001; Florman et al , 1998) Selanjutnya beberapa kom- ponen signal transduksi
yang berperan dalam inisiasi reaksi akrosom yaitu G protein, inositol-3,4,5
triphosphat (IP3) dan reseptor IP3, Phospholipasi C, Ca2+, saluran Ca2+ (channel
lewat arus masuk Na++ dan arus keluar H+. Satunya adalah depolarisasi selaput
yang bergantung pada ion Ca++ dan peningkatan pH intraselluler yang meng-
hasilkan arus besar-besaran ion Ca++ ekstraselluler. Ion Ca++ yang berpenetrasi
pada selaput plasma memicu penggabungan antara plasma dan selaput akrosom
terluar, mencapai puncaknya dalam suatu eksositosis kandungan akrosom. Meski
konsentrasi cAMP intraselluler dari spermatozoa landak laut dalam kondisi yang
mendukung reaksi akrosom dan hubungan yang pasti antara cAMP dengan reaksi
akrosom belum jelas.
Gambar 2.8 Tahapan Hilangnya Ion Kalsium Selama Proses Kapasitasi dan Reaksi
Akrosom Menggunakan Pewarnaan CTC
Arus masuk nya ion Ca++ merupakan tahap penting dari reaksi akrosom
spermatozoa mammalia. Jelas sekali bahwa semua komponen yang berada di
dalam dan di luar akrosom terlibat langsung pada proses reaksi akrosom. Untuk
menjalani reaksi akrosom pada waktu dan tempat yang tepat, maka spermatozoa
dijaga tetap tinggi dan konsentrasi ion Ca++ dan Na+ intraselluler dijaga tetap
rendah, hal ini sangat penting untuk kelangsungan hidup spermatozoa dan
perlindungan spermatozoa dari reaksi akrosom dini. Semua ini dilakukan oleh
ikatan membran Na+ - K+ ATP ase (yang memompa ion Na+ keluar dan ion K+ ke
dalam sel) dan Ca++ -ATP ase ( yang memompa Ca++ keluar dari sel). Selama
kapasitasi, lapisan permukaan makromolekul spermatozoa dilepas atau diru- bah,
sehingga protein-protein membran intrinsik (termasuk zona atau reseptor kumulus
dalam selaput plasma spermatozoa diatas akrosom) menjadi berubah. Pelepasan
tersebut menyebabkan protein membran intrinsik dapat bergerak lebih bebas di
dalam lapisan ganda lipida. Lapisan ganda lipida sendiri merubah susunan
molekulernya selama kapasitasi yang dilakukan oleh faktor-faktor en- dogen dan
17
reseptor. Zona atau reseptor kumulus ini berupa protein pembawa ion Ca++,
reseptor membantu difusi ion Ca++ ekstra selluler. Arus masuk ion Ca++ besar-
Na+ intraselluler. Hal ini menyebabkan arus keluar ion H+ (melalui pem- buluh
balik Na+/H+) yang menyebabkan pH intra selluler naik. Ion Ca++ yang telah
berpenetrasi akan bekerja dengan atau tanpa calmodulin pada selaput plasma. Ion
membran akan bergabung atau telah bergabung, ion Ca++ masuk dan ion H+
keluar dari matrik akrosom. Hal ini menyebabkan perubahan proacrosin menjadi
akrosin aktif secara enzim dan mendispersi akrosom yang mengandung enzim-
enzim lainnya.
18
ion Ca++ (Ca++-ATP ase). Pada spermatozoa yang sekarat atau mati, ion-ion
intraselluler akan mengalir keluar dan ion-ion eksternal berpenetrasi dengan bebas
ke dalam sel. Hal ini disebabkan oleh lemah atau non aktifnya ATP ase. Acrosin dan
enzim-enzim akrosomal lainnya akan menyerang membran spermatozoa yang
mengakibatkan hilangnya sebagian atau seluruh pembungkus akrosom. Hal ini
disebut dengan reaksi akrosom “false”.
yang hiperaktivasi, misalnya Ca++, HCO3, K+, substrat energi dan albumin,
semuanya untuk mengontrol hiperaktivasi.
Tidak ada basis molekuler pada hiperaktivasi, sebab beberapa
mak- romolekul yang menutup membran plasma dipindahkan selama
kapasitasi. Membran plasma ekor spermatozoa pre hiperaktivasi mengalami
perubahan karakteristik fisik dan kimia lipida membran ekor selama kapasitasi.
Salah satu perubahan lipid membran adalah methylsi phospholipid. Methylsi
phospho- lipid membantu masuknya Ca++ ke dalam sel, peningkatan Ca++ yang
masuk kedalam membran spermatozoa merangsang adenylate cyclase yang
menghasilkan cAMP. Ca++ dan cAMP adalah yang mengatur pergerakan ekor
spermatozoa. Spermatozoa hiperhativasi pergerakan ekornya kaku, sedangkan
spermatozoa yang telah hiperaktivasi bergerak lentur atau terbebas dari kebekuan.
Hal ini disebabkan oleh menghalusnya serat kasar bagian luar oleh Mg-ATP, hal
ini dibuktikan dengan terhiperaktivasinya kembali spermatozoa setelah diberi Mg-
ATP ke serat-serat spermatozoa.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fertilisasi merupakan proses penyatuan gamet pria dan gamet wanita
yang terjadi di daerah ampula tuba uterina. Deerah ini merupakan tempat yang
terluas dari tuba falopii dan berada dekat dengan ovarium, yaitu sepertiga bagian
atas dari tuba falopii. Hanya 1% sperma yang mengendap di dalam vagina yang
memasuki serviks. Periode pengkondisian di dalam saluran reproduksi wanita,
yang berlangsung sekitar jam pada manusia. Selama periode ini suatu selubung
glikoprotein dan protein plasma semen dihilangkan dari membran plasma yang
melapisi bagian akrosom sperma, hanya sperma yang terkapitasi yang dapat
menembus korona radiata dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi yang terjadi
sesudah pengikatan pada zona pleusida, dipicu oleh protein zona, reaksi ini
emmuncak pada pelepasan enzim-enzim yang dibutuhkan untuk menembus zona
pleusida, meliputi substansi mirip-akrosin dan mirip-tripsin.
Hanya 300 sampai 500 yang dapat mencapai tempat fertilisasi, dan
hanya sperma yang terkapitasi saja yang dapat menembus korona radiata.
Permeabilitas zona pleusida berubah ketika kepala sperma berkontak dengan
membran plasma oosit, proses ini menyebabkan pelepasan enzim lisosom dari
granula korteks yang melapisi membran plasma. Spermatozoa yang lainnya
terbenam di dalam zona pleusida, dan hanya 1 yang dapat menembus oosit. Zigot
mengandung kombinasi baru dari kromosom yang berbeda dari kedua orang
tuanya. Jenis kelamin kromosom mudigah ditentukan saat fertilisasi, yang mana
sperma pembawa kromosom X menghasilkan mudigah wanita dan sperma yang
membawa kromosom Y menghasilkan mudigah pria.
3.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami
tentang tetang fertilisasi beserta prosesnya dan faktor yang mempengaruhi.
Diharapkan pula pembaca bisa memahami mengenai reaksi pada akrosom dan
proses dalam kapitasi akrosom.
21
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, L. 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 9. Jakarta: EGC.
OLEH KELOMPOK 3 :
C.
A.
REAKSI FERTILISASI
KROMOSOM
B.
KAPASITASI
AKROSOM
A. FERTILISASI KELOMPOK 2 :
A. DEFENISI FERTILISASI
Peleburan dua gamet yang dapat
berupa nukleus atau sel-sel
bernukleus untuk membentuk sel
tunggal (zigot) atau peleburan
nukleus.
Melibatkan penggabungan
sitoplasma (plasmogami) dan
penyatuan bahan nukleus
(kariogami)
PROSES FERTILISASI
Fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopi.
Sebelum membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap
kapasitasi dan reksi akrosom terlebih dahulu.
Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan
untuk menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom.
Ovum ini dikelilingi oleh korona dari sel-sel kecil dan zona pelusida
A. Kapasitasi
In Vivo B. Kapasitasi
In Vitro
A. Kapasitasi Spermatzoa B. Kapasitasi Spermatozoa
Secara In Vivo Secara In Vitro
• Kapasitasi terjadi pada saluran • Adalah proses maturasi sel
reproduksi wanita dan sperma yang terjadi pada
kapasitasi mulai terjadi saat saluran reproduksi wanita
spermatozoa melewati serviks dengan menginkubasi
atau lendir serviks spermatozoa yang telah
• Ada beberapa substansi yang mengalami ejakulasi atau telah
menyebabkan kapasitasi yaitu diekstrasi dari epidedimis dan
beta-animelase dan beta- di inkubasi didalam media
glucoronidase, protein dan tertentu selama beberapa jam.
neuramidase arysulfatase,
acetylhexosaminidase
carbonic, anhiydrase dan
steroid,
sulfatase,glikpsaminican,
catechlaminedan taurine dan
hypotaurine.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITASI
Variasi individu
Asal spermatozoa
• Spermatozoa dari epidedimis dan spermatozoa ejakulasi mempunyai
sifat yang tidak sama secara invitro
Terdapatnya Kumulus Oophorus
• Cumulus oophorus disekeliling sel telur dapat membantu proses
pembuahan, terutama pada media yang kekurangan albumin
PERISTIWA-PERISTIWA SPERMATOZOA SELAMA KAPASITASI
a. f.
c.
Perubahan- b. d.
Perubahan e. Perubahan
perubahan Perubahan Perubahan
dalam ion- Perubahan pada
dalam pada saat Pada
ion pada inti selaput
Adenylate Metabolisme Akrosom
intraseluler plasma
cyclase
A. PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM ADENYLATE CYCLASE
Spermatozoa akan bergerak sangat cepat pada saat permulaan dan akhir
kapasitasi hal ini menunjukan bahwa adenylate cyclase dan system protein
kinase berperan penting dalam menjaga motolitas.
Arus masuk secara besar-besaran dari Ca2+ ekstraseluler melalui selaput kepala
spermatozoa menyebabkan terjadinya reaksi akrosom.
Konsentrasi Ca2+ dalam spermatozoa cukup rendah baik pada kepala maupun
ekornya.
Peningkatan Ca2+ intraseluler selama kapsitasi menstimulasi adenile cylase
spermatozoa
D. PERUBAHAN PADA AKROSOM
Hal ini disebabkan oleh pengaruh penipisan kolesterol yang tidak merata.
Hal ini terjadi akibat selaput lipida dan kolestrol secar lateral dari molokul-molekul tersebut didalam
lapisan ganda.
Fluiditas lipida dari selaput membrane plasma kepala dan ekor spermatozoa mengalami perubahan
akibat kapasitsi.
C. REAKSI AKROSOM KELOMPOK 2 :
ENZIM-ENZIM DALAM AKROSOM
Hyluronidase & Akrosin, terdapat pada matrixs akrosom. Karakteristiknya
sudah diketahui dengan baik oleh para peneliti
Karbohidrat komponen utama akrosom
Glikoprotein berfungsi menjaga plasma terveskulasi dan selaput akrosom
secara bersama-sama selama reaksi akrosom.
Fugsi lain glikoprotein konversi enzim-enzim akrosom dari bentuk ion
aktif (misalnya proakrosin) menjadi bentuk aktif (misalnya akrosin).
TABEL ENZIM-ENZIM YANG TERDAPAT PADA AKROSOM
(Diagram yang menunjukkan tahapan reaksi akrosom. (Ac) Acrosomal cap ; (Eg) Equatorial Segment of the
acrosome ; (IAM) inner acrosomal membrane.)
Proses Reaksi Akrosom
REAKSI AKROSOM
Membran akrosom yang terluar relatif stabil dan selaput plasma bagian atas dapat dihancurkan, lepas
dari bagian utama.
Spermatozoa tanpa akrosom bila diamati dengan mikroskop cahaya sama dengan spermatozoa setelah
reaksi akrosom.
Sifat Alamiah Exocytotic pada Reaksi Akrosom
• Lokasi tempat penggabungan antara selaput plasma dan akrosom terluar di dekat
perbatasan dari pembungkus akro- som dan equatorial akrosom.