Anda di halaman 1dari 2

1.

Repetisi yang Mengherankan


Disini menjelaskan pengulangan diri Allah. Yaitu
keberadaan yang pertama dari Allah sebagai Bapa, dan hadir
serentak dengan keberadaan kedua dari Allah dalam Yesus Kristus,
yakni Allah Anak.
Kehadiran Allah untuk kali pertama (Allah di atas kita) tidak
berhenti atau hilang ketika Allah itu juga hadir untuk kali kedua
yakni sebagai Allah diantara kita. Ketika Allah menjadi Tuhan
yang imanen, Allah dalam momen pertama, yakni Tuhan yang
transenden, tidak habis.
Saat Yesus Kristus datang kepada kita sebagai Allah yang
menyatakan diri ( Deus relevatus ), Allah yang tersembunyi (Deus
absconditus) tidak berhenti ada atau hilang, Allah tetap ada sebagai
misteri saat Ia menyingkapkan diri-Nya kepada manusia.
Allah sudah ada sejak zaman kekekalan sebagai Bapa dan Anak.
Jadi, kita mempunyai dua cara berada Allah yang berbeda: cara
berada Allah sebagai Bapa dan cara berada Allah sebagai Anak.
Allah yang satu itu melakukan dua gerakan, gerakan pertama
sebagai Allah yang tidak dikenal ( Allah Bapa) yang berdiam
ditempat mahatinggi, dan gerakan kedua sebagai Allah yang
dikenal (Yesus Kristus) yang berdiam diantara kita. Kedua
gerakan ini saling melengkapi dan saling mengisi.
Seperti yang ditegaskan oleh Alkitab bahwa Yesus Kristus tidak
menggantikan Allah Bapa, tetapi datang menyatakan Allah Bapa
kepada kita. Dan ketika Ia datang, Allah Bapa tetap sebagai Allah
Bapa. Seperti dikatakan oleh Yohanes 1:1-3, “ Firman itu
Bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalaha Allah.”
Allah Bappa tidak berhenti ada ketika Yesus Kristus ada,
melainkan ada Bersama-sama dengan Yesus Kristus. Jadi,
kehadiran Yesus Kristus sebagai perwujudan sempurna Allah
diantara manusia tidak membuat Allah yang tersembunyi itu
hilang.

2. Kesetaraan Yesus Kristus dengan Allah Bapa


Yesus bukanlah Allah yang lebih rendah dari sang Bapa
seperti yang dipropagandakan oleh beberapa orang orang seperti
ajaran Arius. Arius adalah pentolan utama dari ajaran ini. Ajaran
ini telah dikenakan anathema (kutukan atau larangan keras untuk
dipakai dalam gereja sebba bertentangan dengan kesaksian
Alkitab dengan Allah). Mereka menggunakan Alkitab untuk untuk
membenarkan pikiran mereka. Prinsip berteologi thinking after the
bible tidak mereka gunakan, melainkan thinking before the bible.
Alkitaba dengan jelas mengatakan bahwa Yesus itu adalah
Allah, setara, sehakikat dengan sang Bapa (Yoh 1:1-3), sehingga
siapa yang telah melihat Dia, ia melihat Bapa (Yoh 14:9-10,20). Di
dalam Dia berdiam secara jasmani seluruh kepenuhan Alllah (Kol
2:9).
Memang ada bagian dalam Alkitab yang memberi kesan
bahwa Yesus Kristus tidak sama dengan Allah. Ia lebih rendah
hakikatnya dari sang Bapa. Dan Yohanes 14:28 merupakan ayat
favorit dari para penentang dogma Trinitas. Arius memakai ayat
ini untuk memperlihatkan kelemahan dogma Kristen tentang
keilahian Yesus. Begitupun dengan pengikut Saksi Yehova pada
masa kini menggunakan referensi yang sama untuk menolak
kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa.
Bunyi ayat ini adalah, “Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah
berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali
kepadamu. Sekirannya Aku kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan
bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih
besar dari pada Aku.”
Ada banyak tafsiran yang dibuat berdasarkan ungkapan terakhir Yt
ini “ Sebab Bapa lebih besar dari pada Aku.”
Semua tafsirran itu pada dasarnya dapat dikelompokan
menjadi dua, yang pertama melihat ayat ini sebagai penyangkalan
akan kesetaraan Yesus dan Allah Bapa. Tafsiran seperti ini bisa
saja dibenarkan secara harfiah, tetapi bersifat statis. Tetapi
bertentangan dengan prinsip dogmatis Kristen yang melihat
Alkitab sebagai sebagai sebuah kesaksian yang tidak terbagi. Jadi
jika kita mengikuti cara membaca ini, apakah yang akan kita
katakana nanti sewaktu bertemu dengan ayat-ayat lain yang berasal
dari Yesus sendiri tentang kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa ?
Kelompok kedua mengajukan cara memahami ayat ini
dalam konteks yang lebih dinamis dan perspektif, yaitu dalam
hubungan dengan satu seri khutbah Yesus yang beermula dari
Yohanes pasal 13, “ Sebab Bapa lebih besar dari pada Aku,”
menurut Raimond E. Brown adalah pasal 13:16, “ Sesungguhnya
seorang utusan tidaklah lebih tinggi dari pada yang mengutusnya”.
Jadi, yang mau ditegaskan disini adalah statuus Yesus
sebagai utusan Allah. Yesus, sang Anak bersedia untuk
meninggalkan keilahian-Nya dan mmenjadi rendah dalam rangka
menjalani tugas yang Ia emban dari Allah.

Anda mungkin juga menyukai