Anda di halaman 1dari 6

Nama : Astuty Solfiana Galla

Nim : 20210001

Kelas : V/A

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

Teori tentang perkembangan psikososial merupakan teori yang dicetuskan


oleh seorang tokoh yang bernama Erik Homburger Erikson. Teori ini merupakan
salah satu teori terbaik tentang kepribadian yang ada dalam psikologi. Erikson
percaya bahwa kepribadian seseorang akan berkembang melalui beberapa tingkat
tertentu. Salah satu elemen penting dari psikososial Erikson adalah perkembangan
mengenai persamaan ego, suatu perasaan sadar yang dikembangkan melalui suatu
interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego akan selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang didapatkan seseorang sebagai
hasil dari interaksinya dengan orang lain. Ego yang sempurna menurut Erikson
adalah mengandung tiga aspek yaitu:

Faktualitas.

Yaitu kumpulan fakta yang dapat diverifikasi dengan metode kerja yang
digunakan sebagai hasil dari interaksi dengaan lingkungan.

Universalitas.

Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan atau sense of reality, yaitu


menggabungkan hal yang praktis dan konkrit dengan pandangan mengenai
seluruh semesta.

Aktualitas

Suatu cara untuk memperkuat hubungan dengan orang lain agar mencapai
tujuan Bersama. Erikson juga mempercayai bahwa kemampuan untuk memotivasi
sikap dan perbuatan seseorang dapat memicu suatu perkembangan menjadi
positif. Dasar dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan.
Ada delapan tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikosial Erikson, yang
akan dilalui oleh manusia.

Percaya dan tidak percaya (0-18 bulan)

Hal pertama yang akan dipelajari seorang anak atau bayi dari
lingkungannya adalah rasa percaya kepada orang sekitarnya, terutama pada
ibunya atau pengasuhnya yang selalu Bersamanya setiap hari. Seorang anak akan
merasa aman dan percaya jika makanan dan kasih sayang dipenuhi. Akan tetapi,
jika ibu atau pengasuh dari seorang anak tidak memenuhi kebutuhan anak tersebut
maka anak akan menjadi seorang yang merasa tidak aman dan tidak bisa
mempercayai orang lain.

Otonomi vs Malu dan Ragu – ragu (18 bulan – 3 tahun)

Kemampuan anak untuk melakukan beberapa hal pada tahap ini sudah mulai
berkembang, seperti makan sendiri, berjalan, dan berbicara. Kepercayaan yang
diberikan orang tua untuk memberikannya kesempatan bereksplorasi sendiri
dengan dibawah bimbingan akan dapat membentuk anak menjadi pribadi yang
mandiri serta percaya diri. Sebaliknya, orang tua yang terlalu membatasi dan
bersikap keras kepada anak, dapat membentuk sang anak berkembang menjadi
pribadi yang pemalu dan tidak memiliki rasa percaya diri, dan juga kurang
mandiri. Anak dapat menjadi lemah dan tidak kompeten sehingga selalu merasa
malu dan ragu – ragu terhadap kemampuan dirinya sendiri.

Inisiatif vs Rasa Bersalah (3 – 6 tahun)

Anak usia prasekolah sudah mulai mematangkan beberapa kemampuannya


yang lain seperti motorik dan kemampuan berbahasa, mampu mengeksplorasi
lingkungannya secara fisik maupun sosial dan mengembangkan inisiatif untuk
mulai bertindak.
Apabila orang tua selalu memberikan hukuman untuk dorongan inisiatif anak,
akibatnya anak dapat selalu merasa bersalah tentang dorongan alaminya untuk
mengambil tindakan. Namun, inisiatif yang berlebihan juga tidak dapat
dibenarkan karena anak tidak akan memedulikan bimbingan orang tua kepadanya.
Sebaliknya, jika anak memiliki inisiatif yang terlalu sedikit, maka ia dapat
mengembangkan rasa ketidak pedulian.

Tekun vs Rasa Rendah Diri ( 6-12 tahun)

Anak yang sudah terlibat aktif dalam interaksi sosial akan mulai
mengembangkan suatu perasaan bangga terhadap identitasnya. Kemampuan
akademik anak yang sudah memasuki usia sekolah akan mulai berkembang dan
juga kemampuan sosialnya untuk berinteraksi di luar keluarga. Dukungan dari
orang tua dan gurunya akan membangun perasaan kompeten serta percaya diri,
dan pencapaian sebelumnya akan memotivasi anak untuk mencapai pengalaman
baru. Sebaliknya kegagalan untuk memperoleh prestasi penting dan kurangnya
dukungan dari guru dan orang tua dapat membuat anak menjadi rendah diri,
merasa tidak kompeten dan tidak produktif.

Identitas vs Kebingungan Peran (12-18 tahun)

Pada tahap ini seorang anak remaja akan mencoba banyak hal untuk
mengetahui jati diri mereka sebenarnya, dan biasanya anak akan mencari teman
yang memiliki kesamaan dengan dirinya untuk melewati hal tersebut. Jika anak
dapat menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua,
maka identitas yang positif juga akan tercapai. Akan tetapi jika anak kurang
mendapat bimbingan dan mendapat banyak penolakan dari orang tua terkait
berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami kebingungan identitas
serta ketidak yakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.
Keintiman vs Isolasi (18-35 tahun)

Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada


masa dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap
membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses
membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta
kasih sayang. Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk
dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin
hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.

Bangkit vs Stagnan (35-64 tahun)

Ini adalah tahap kedua perkembangan kedewasaan. Normalnya seseorang


sudah mapan dalam kehidupannya. Kemajuan karir atau rumah tangga yang telah
dicapai memberikan seseorang perasaan untuk memiliki suatu tujuan. Namun jika
seseorang merasa tidak nyaman dengan alur kehidupannya, maka biasanya akan
muncul penyesalan akan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan merasa
hidupnya mengalami stagnasi (terhenti).

Integritas vs Keputusasaan (65 tahun keatas)

Pada fase ini seseorang akan mengalami penglihatan kembali atau flash
back tentang alur kehidupannya yang telah dijalani. Juga berusaha untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang sebelumnya tidak terselesaikan. Jika
berhasil melewati tahap ini, maka seseorang akan mendapatkan kebijaksanaan,
namun jika gagal mereka bisa menjadi putus asa.

Sebenarnya teori dari Erikson adalah pengembangan dari teori Freud.


Banyak orang yang lebih memilih teori Erikson daripada teori Freud karena
Erikson mencakup seluruh masa dan tahapan kanak – kanak hingga lanjut usia
sementara Freud hanya sebagian diantaranya yaitu sampai masa remaja. Dan juga
karena banyak orang tidak percaya bahwa manusia hanya didominasi oleh naluri
seksual mereka seperti yang dinyatakan Freud. Erikson menangkap banyak
masalah utama dalam kehidupan yang menjadi dasar pembentukan teori
psikososisalnya tersebut.
TEORI GENERASI

Teori generasi merupakan teori yang dikemukakan oleh Graeme Codrington


dan Sue Grant Marshall, Penguin (2004) yang dibedakan atas lima bagian
berdasarkan perkembangan manusia menurut tahun lahirnya, yaitu:

1 Generasi Boomer, lahir tahun 1946-1964

Generasi ini lahir setelah perang dunia ll, generasi ini memiliki banyak
saudara, akibat dari banyaknya pasangan yang berani untuk mempunyai banyak
keturunan. Generasi ini adaptif, mudah menerima dan menyesuaikan diri, dan
dianggap sebagai orang lama yang mempunyai pengalaman hidup

Generasi X, lahir tahun 1965-1980

Tahun kelahiran generasi ini merupakan awal penggunaan PC (personal


komputer) video games, tv kabel, dan internet. MTV dan video games sangat
digemari pada masa ini. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Jane
Deverson, sebagian dari generasi ini memiliki tingkah laku negative seperti tidak
hormat pada orang tua, mulai mengenal musik punk, mencoba menggunakan
ganja.

Generasi Y, lahir tahun 1981-1994

Generasi yang lahir pada tahap ini lebih dikenal dengan generasi milenial atau
millennium. Ungkapan pada generasi Y sudah mulai dipakai pada editorial koran
besar Amerika Serikat pada agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan
teknologi komunikasi instan seperti email, SMS, instan messaging dan media
sosial seperti facebook dan twitter. Mereka juga suka main game online

Generasi Z (lahir tahun 1995-2010)


Disebut juga iGeneration, generasi net atau generasi internet. Mereka
memiliki kesamaan dengan generasi Y, tapi mereka mampu mengaplikasikan
semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-tweet menggunakan ponsel,
browsing dengan PC, dan mendengarkan musik menggunakan headset. Apapun
yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka
sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kepribadian mereka.

Generasi Alpha (lahir tahun 2011-2025)

Generasi yang lahir sesudah generasi Z, lahir dari generasi X akhir dan Y.
Generasi yang sangat terdidik karena masuk sekolah lebih awal dan banyak
belajar, rata-rata memiliki orang tua yang kaya.

Relevansi dari kedua perkembangan dengan pelayanan Pendidikan di gereja

Gereja yang merupakan sebuah lembaga yang mempunyai tugas untuk


membentuk dan mendidik generasi muda, akan sangat tertolong dengan kedua
teori perkembangan tersebut. Karena yang diuraikan dari kedua perkembangan
tersebut adalah proses pertumbuhan dan perkembangan manusia serta pengaruh
dari lingkungan sekitar dan zaman yang dapat mempengaruhi karakter seseorang.
Bila gereja memberikan perhatian yang serius kepada generasi penerus, maka
gereja telah mendirikan dasar yang baik bagi pertumbuhan rohani atau spiritual
generasinya, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan yang
tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai