Anda di halaman 1dari 7

Nama : Listianisa Sopiani

NIM : 1192060053
Kelas : 2B (Pendidikan Biologi)
Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Dosen : Drs. Asep Herdy, M.Ag.
UJIAN AKHIR SEMESTER
1. Kemukakan tentang makna Asbab Wurud Hadis serta analisis kaitannya
dengan penilaian terhadap kualitas sebuah hadis!
Jawab :
Asbab wurud al-hadits merupakan susunan idafah, yang terdiri dari
tiga unsur kata, yaitu asbab, wurud dan al-hadis. Asbab adalah bentuk
jam‘(fulral) dari sabab, yang berarti dengan al-habl (tali), saluran yang artinya
dijelaskan sebagai segala yang menghubungakan satu benda dengan benda
lainnya sedangakan menurut istilah adalah: “Segala sesuatu yang
mengantarkan pada tujuan”. Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa
asbab wurud al-hadits adalah konteks historisitas, baik berupa peristiwa-
peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang lainnya yang terjadi pada saat
hadis tersebut disabdakan oleh Nabi saw. Dengan demikian, asbab wurud al-
hadits hanya sebagai sarana untuk memperoleh ketepatan makna dalam
memahami pesan moral suatu hadis.
Pengaruh Asbab Wurud Hadis terhadap kualitas sebuah hadits mmiliki
peranan penting yaitu seperti mempermudah memahami hadits-hadits,
Membatasi pengertian hadis yang masih Mutlaq, Mentafsil (merinci) hadis
yang masih bersifat global, Menentukan ada atau tidak adanya nash-mansukh
dalam suatu hadis. Biasanya hadis yang disampaikan oleh Nabi bersifat
kultural, kasuistik, bahkan temporal. Oleh karena itu penting memepelajari
historis muncul suatu hadis karena seseorang akan mengalami kesulitan dalam
menangkap dan memahami makna suatu hadis, bahkan ia dapat terperosok ke
dalam pemahaman yang keliru. Itulah mengapa asbab al-wurud menjadi
sangat penting dalam diskursus ilmu hadis.
2. Implementasi hadis seringkali disebut dengan Taamul. Jelaskan! Bagaimana
jika terdapat dua/lebih hadis yang kontradiksi! Bagaimana cara
penyelesaiannya!
Jawab:
Taammul Hadis berkaitan dengan penerapan (implementasi) hadis
sebagai dasar dalam pelaksanaan ajaran agama, apakah hadis tersebut Maqbul
atau Mardud sebagai Hujjah.
Apabila kita mendapatkan dua hadits yang berlawanan atau kontradiksi
maksudnya menurut lahirnya, ma ka dapat ditempuh beberapa langkah, yaitu :
1) hendaklah kita berusaha untuk mengunpulkan (mengompromikan) kedua-
duanya sampai hilang perlawanannya.
2) Jika usaha ini gagal, hendaklah kita mencari, mana yang diantara kedua
hadits tersebut yang datang terlebih dahulu, dan yang mana yang datang
kemudian. Hadits yang datang lebih dahulu hendaklah dinasahkan oleh
hadits yang datanya kemudian. Hadits yang dinasakh, disebut dengan
hadits mansukh, dan yang menasakhnya disebut dengan hadits nasikh.
3) Jika usaha mencari nasikh juga belum berhasil, beralih pada penelitihan
mana hadits yang kuat, baik sanad maupun matanya, untuk tarjihkannya.
Hadits yang kuat disebut dengan hadits rajih, sedangkan yang ditarjihkan
disebut marjuh.
4) Kalau usaha yang terakhir itu gagal, kedua hadits tersebut hendaklah
dibekukan, ditinggalkan untuk pengamalanya. Hadits yang
ditinggalkankan ini, disebut dengan hadits Mutawaqqaf-fih. Hadits
Mutawaqqaf- fih ini,menurut sebagian pendapat dapat diamalkan salah
satu, dan pula yang berpendapat bisa diamalkan berganti-ganti dalam
waktu yang berbeda-beda.
3. Dalam perhembangan hadis, muncul hadis Maudlu. Jelaskan, dan apa yang
melatarbelakanginya dan bagiaman ciri-cirinya?
Jawab :
Apabila ditinjau secara bahasa, hadits maudhu’ merupakan bentuk isim
maf’ul dari (‫ و ضع‬-‫ )يضع‬yaitu ( ‫ )موضو ع‬yang berarti sesuatu yang digugurkan
(al-maqaatah), yang ditinggalkan (al-matruk) yang diada-adakan(al-muftara).
Para ahli hadis mendefinisikan bahwa Hadis Maudhu adalah: Hadis yang
diciptakan dan dibuat-buat oleh orang-orang pendusta dan kemudian dikatakan
bahwa itu hadis Rasulullah saw. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan
bahwa Hadist maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada
Nabi Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di
buat-buat atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya
hadis maudhu adalanh hadis yang diada-ada atau dibuat-buat (Ajaj al Khatib,
Ushulul Hadits : 415).
Sejarah Munculnya Hadis Maudhu’
Masuknya secara masal penganut agama lain ke dalam islam yang
merupakan akibat dari keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh pelosok
dunia, secara tidak langsung menjadi faktor munculnya hadis palsu. Selain
masuknya mereka ke islam karena tertarik dengan ajaran islam, ada juga
segolongan mereka yang menganut islam karena terpaksa tunduk pada
kekuasaan islam waktu itu. Golongan ini kita kenal dengan golongan munafik
dan Zindiq.
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib
merupakan awal adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya
pemalsuan hadis,tetapi pada masa ini belum begitu meluas karena masih
banyak sahabat ulama yang masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin
akan kepalsuan suatu hadist. Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist
maudhu’ karena ada ancaman yang keras dikeluarkan oleh Nabi SAW
terhadap orang yang memalsukan hadist, Namun pada masa sesudahnya, yaitu
pada akhir pemerintahan Khalifah Bani Umayyah pemalsuaan hadis mulai
marak , baik yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupun yang dibuat oleh
orang diluar Islam. Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000
hadis maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadis
maudhu. Terpecahnya ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam
keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis maudhu.
Masing-masing pengikut kelompok ada yang berusaha memperkuat
kelompoknya dengan mengutip dalil dalil dari Al Qur’an dan hadis,
menafsirkan/men’ tawilkan Al Qur’an dan hadis menyimpang dari arti
sebenarnya, sesuak denagan keinginan mereka. Jika mereka tidak dapat
menemukan yang demikian itu maka membuat hadis dengan cara mengada-
ada atau berbohong atas diri Rasulullah saw. Maka muncullah hadis-hadis
tentang keutamaan para khalifah (secara berlebihan) dan para pemimpin
golongan dan mazhab (Ajaj al Khatib : 416).
Menurut Subhi Shalih, hadis maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H,
yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh
penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung
oleh penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa firqah:
Syi’ah, Khawarij dan Jumhur.
Ciri-ciri Hadis Maudhu’
1) Tanda-tanda pada sanad
a. Perawi itu terkenal berdusta dan hadisnya tidak diriwayatkan oleh
orang yang dapat dipercaya.
b. Pengakuan perawi sendiri dari pembuatan hadits palsu.
c. Perawi yang meriwayatkan suatu hadis dari seorang syaikh yang tidak
pernah berjumpa.
d. Keadaan perawi-perawi sendiri serta adanya dorongan untuk membuat
hadis. Dapat juga diketahui bahwa hadis itu maudhu’ dengan
memperhatikan keadaan-keadaan qarinah yang mengelilingi perawi
kala ia meriwayatkan hadis tersebut.
2) Tanda-tanda pada matan
a. Buruk susunannya dan lafalnya. Hal ini diketahui sesudah kita
mendalami ilmu bayan.
b. Rusak maknanya.
c. Menyalahi keterangan Al-Qur’an yang terang, keterangan sunnah
mutawatirah dan kaidah-kaidah kulliyah.
d. Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal di masa Nabi saw.
e. Sesuai hadis dengan mazhab yang dianut oleh perawi sedang perawi itu
pula orang yang sangat fanatik kepada mazhabnya.
f. Menerangkan urusan yang menurut seharusnya, kalau ada, dinukilkan
oleh orang ramai.
g. Menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan yang
sangat kecil, atau siksa yang sangat besar, terhadap suatu perbuatan
kecil.
4. Hadis perlu difahami berdasarkan methode Takhrij. Mengapa? Bagaimana
tujuan, metode, dan dan langkah-langkahnya!
Jawab :
Hadis perlu difahami berdasarkan methode Takhrij karena Takhrij
adalah suatu methode yang diarahkan untuk meneliti keberadaan sebuah hadits
atau pencarian sumbernya yang asli yang di dalamnya dikemukakan secara
lengkap matan dan sanadnya, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para
periwayat hadits tersebut , menjelaskan tingkatan serta mempertimbangkan
apakah suatu hadits dapat dijadikan sebuah dalil.
Tujuan Takhij Al-Hadits
1) Untuk mengetahui asal usul riwayat hadits yang akan diteliti. Hadits akan
sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-
usulnya.
2) Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.
3) Untuk mengetahui ada atau tidak adanya syahid dan muttabi’

Metode Takhrij Al-Hadits


1) Takhrij Naql atau Akhdzu
Kegiatan berupa penelusuran, penukilan dan pengambilan hadits
dari berbagai kitab/ diwan hadits (mashadir al-Asliyah), sehingga dapat
terdetifikasi hadits-hadits tertentu yang dikehendaki lengkap dengan rawi
dan sanadnya masing-masing.
2) Takhrij Tashih
Cara ini sebagai lanjutan dari cara yang diatas, tashihih dalam arti
menganalisis keshahihan hadits dengan mengkaji rawi, sanad dan matan
berdasarkan kaidah. Menurut musthalah, kualitas hadits ada yang maqbul
ada yang mardud. Maqbul artinya diterima atau dapat dijadikan hujjah,
yakni dapat dijadikan pedoman amal, digunakan sebagai alat istimbath dan
bayan al-Qur’an serta dapat diistimbath oleh kaidah ushul fiqih yang
mardudu, sebaliknya tidak dapat dijadikan hujjah.

3) Takhrij I’tibar
I’tibar berarti mendapatkan informasi dan petunjuk dari literatur,
baik kitab/ diwan yang (mushanaf, musnad, sunan dan shahih). I’tibar
(studi literatur) lainnya dalam melihat kualitas hadits adalah menelaah
kitab-kitab fan tertentu (tafsir, tauhid, fiqih, tasawuf dan akhlak) yang
memuat dan menggunakan hadits sebagai dalil pembahasannya).
Langkah-langkah takhrij al-Hadits
1) Dengan mengetahui perawi hadits yang pertama
2) Dengan mengetahui lafaz awal suat hadits
3) Dengan mengetahui Sebagian lafaz hadits, baik awal, tengah, mapun akhir
matan
4) Dengan mengetahui tema hadis
5) Dengan mengamat secara mendalam keadaan matan dan sanad suatu
hadits.
5. Terdapat fenomena Inkar Sunnah yang berkembang dalam sejarah. Bagiamana
Saudara memahami Inkar Sunnah, sekilas sejarah kemunculannya, dan
ajarannya.. Jelaskan secara rinci!
Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata, yaitu “Ingkar” dan
“Sunnah”. Kata “Ingkar” berasal dari akar kata bahasa Arab : ‫ انكر‬- ‫ ینكر‬- ‫انكارا‬
yang memiliki beberapa arti diantaranya adalah: tidak mengakui dan tidak
menerima baik dilisan dan di hati, bodoh atau tidak mengetahui sesuatu.
Sedangkan sunnah menurut bahasa mempunyai beberapa arti
diantaranya adalah, ”jalan yang dijalani, terpuji atau tidak”, suatu tradisi yang
sudah dibiasakan dinamai sunnah, meskipun tidak baik. Secara definitif, inkar
sunnah dapat diartikan sebagai suatu nama atau aliran atau suatu faham
keagamaan dalam masyarakat Islam yang menolak atau mengingkari sunnah
untuk dijadikan sumber dan dasar syariat Islam.
Sejarah Ingkar Sunnah
1. Ingkar Sunnah Pada Masa Periode Klasik
Pertanda munculnya “Ingkar Sunnah” sudah ada sejak masa
sahabat, ketika Imran bin Hushain (w. 52 H) sedang mengajarkan hadits,
seseorang menyela untuk tidak perlu mengajarkannya, tetapi cukup dengan
mengerjakan al-Qur’an saja. Menanggapi pernyataan tersebut Imran
menjelaskan bahwa “kita tidak bisa membicarakan ibadah (shalat dan
zakat misalnya) dengan segala syarat-syaratnya kecuali dengan petunjuk
Rasulullah saw. Mendengar penjelasan tersebut, orang itu menyadari
kekeliruannya dan berterima kasih kepada Imran. Sikap penampikan atau
pengingkaran terhadap sunnah Rasul saw yang dilengkapi dengan argumen
pengukuhan baru muncul pada penghujung abad ke-2 Hijriyah pada awal
masa Abbasiyah. Pada masa inibermunculan kelompok ingkar as-sunnah.
Menurut imam Syafi’i ada tiga kelompok ingkar as-sunnah seperti
telah dijelaskan di atas. Antara lain :
a) Khawarij adalah golongan tertentu yang memisahkan diri dari
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib r.a. Hadits-hadits yang diriwayatkan
oleh para sahabat sebelum terjadinya fitnah yang mengakibatkan
terjadinya perang saudara pada masa Khwarij ini yaitu perang jamal
dan perang Siffin. Dengan alasan bahwa sebelum kejadian tersebut
para sahabat dinilai sebagai orang-orang yang ‘adil. Namun, sesudah
kejadian fitnah tersebut, kelompok khawarij menilai mayoritas sahabat
Nabi saw sudah keluar dari Islam. Akibatnya, hadits-hadits yang
diriwayatkan oleh para sahabat setelah kejadian tersebut mereka tolak
tetapi tidak semua menyatakan bahwa seluruh menolak Hadits yang
diriwayatkan oleh Shahabat Nabi saw, baik sebelum maupun sesudah
peristiwa tahkim adalah tidak benar.
b) Syi’ah adalah golongan yang menganggap Ali bin Abi Thalib lebih
utama dari pada khalifah yang sebelumnya, dan berpendapat
bahwa ahlul al-bait lebih berhak menjadi khalifah dari padayang
lain. Golongan syi’ah menganggap bahwa sepeninggal Nabi saw
mayoritas para sahabat sudah murtad kecuali beberapa orang saja yang
menurut mereka masih tetap muslim. Karena itu,golongan syiah
menolak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh mayoritas para sahabat
tersebut. Syi’ah hanya menerima hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
ahli baiat saja.
c) Mu’tazilah Arti kebahasaan dari kata mu’tazilah adalah ‘sesuatu yang
mengasingkan diri’. Kelompok mutazilah menerima sunnah seperti
halnya umat Islam ,tetapi mungkin ada beberapa hadits yang mereka
kritik apabila hal tersebut berlawanan dengan pemikiran mazhab
mereka. Hal ini tidak berarti mereka menolak hadits secara
keseluruhan, melainkan hanya menerima hadits yang bertaraf
mutawatir saja.
Ada beberapa hal yang perlu dicatat tentang ingkar as-sunnah
klasik yaitu, bahwa ingkaras-sunnah klasik kebanyakan masih merupakan
pendapat perseorangan dan hal itu muncul akibat ketidaktahuan mereka
tentang fungsi dan kedudukan hadist. Karena itu,setelah diberitahu tentang
urgensi sunnah, mereka akhirnya menerimanya kembali.
Secara garisbesar Muhammad Abu zahrah berkesimpulan bahwa
terdapat tiga kelompok pengingkar sunnah yang berhadapan dengan Asy-
Syafi’i, yaitu :
1) Golongan yang menolak seluruh Sunnah Nabi saw.
2) Golongan yang menolak Sunnah, kecuali bila sunnahmemiliki
kesamaan dengan petunjuk al-Qur’an.
3) Mereka yang menolak Sunnah yang berstatus Ahad dan hanya
menerima Sunnah yang berstatus Mutawatir.
Dilihat dari penolakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kelompok pertama dan kedua pada hakekatnya memiliki kesamaan
pandangan bahwa mereka tidak menjadikan Sunnah sebagai hujjah. Para
ahli hadits menyebut kelompok ini sebagai kelompok Inkar Sunnah
Argumen kelompok yang menolak sunnah secara totalitas. Banyak alasan
yang dikemukakan oleh kelompok ini untuk mendukung pendiriannya,
baik dengan mengutip ayat-ayat al-Qur’an ataupun alasan-alasan yang
berdasarkan rasio. Adapun aargumen kelompok yang menolak hadits
Ahad dan hanya menerima hadits Mutawatir.
2. Ingkar Sunnah pada Periode Modern.
Tokoh-tokoh kelompok Ingkar Sunnah Modern (akhir abad ke-19
dan ke-20) yang terkenal adalah Ghulam Ahmad Parvez dari India dan
Taufik Sidqi (w. 1920) dari Mesir, Rasyad Khalifah kelahiran Mesir, dan
Kasasim Ahmad mantan ketua partai Sosialis Rakyat Malaysia. Mereka
adalah tokoh-tokoh yang tergolong pengingkar Sunnah secara keseluruhan.
Tokoh-tokoh“Ingkar Sunnah” yang tercatat di Indonesia antara lain adalah
Lukman Sa’ad (Dirut PT. Galia Indonesia) Dadang Setio Groho (karyawan
Unilever), Safran Batu Bara (guru SMP Yayasan Wakaf Muslim Tanah
Tinggi) dan Dalimi Lubis(karyawan kantor DePag Padang Panjang).
Sebagaimana kelompok ingkar sunnah klasik yang menggunakan
argument baik dalil naqli maupun aqli untuk menguatkan pendapat
mereka, begitu juga kelompok ingkar sunnah Indonesia.
Sebab utama ingkar sunnah modern adalah akibat pengaruh
kolonialisme yang semakin dahsyat pada awal abadke-19 di dunia Islam.
Para kolonialis memperdaya danmelemahkan Islam melalui penyebaran
faham-faham yang bertentangan dengan faham dasar Islam. Mereka juga
beralasan bahwa yang disampaikan Rasul kepada umat manusia hanyalah
al-Qur’an dan jika Rasul berani membuat hadits selain dari ayat-ayat al-
Qur’an akan dicabut oleh Allah urat lehernya sampai putus dan ditarik
jamulnya, jamul pendusta dan yang durhaka. Bagi mereka Nabi
Muhammad tidak berhak untuk menerangkan ayat-ayat al-Qur’an,
Nabihanya bertugas menyampaikan.
Ajaran – ajaran Ingkar sunnah
a. Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah SAW. Menurut mereka itu
karangan Yahudi untuk menghancurkan umat Islam.
b. Dasar hukum Islam hanya Alquran saja.
c. Syahadat mereka Isyhadû bi annâ muslimûn.
d. Shalat mereka bermacm-macam, ada yang dua roka’at-dua roka’at dan ada
yang hanya diingat saja.
e. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalau seorang saja
yang melihat bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
f. Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram, yaitu: Muharram, Rajab,
Zulqa’idah, dan Zulhijjah.
g. Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan merepotkan. Maka pada waktu haji
boleh mengenakan celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi.
h. Rosul tetap di utus sampai hari kiamat.
i. Nabi Muhammad tidak berhak menjelaskan tentang kandungan isi Alquran
j. Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah dalam
Alquran.

Anda mungkin juga menyukai