Anda di halaman 1dari 1

Konstruktivisme dan Miskonsepsi

Menurut pendapat konstruktivisme arti suatu keadaan tidak terletak dalam kenyataan itu sendiri (no
inherent to the situation), tetapi manusia membangun sendiri arti (construct meaning) dari kenyataan
itu. Maka arti yang dibangun oleh seseorang tergantung pada pengalaman dan tujuan yang
bersangkutan daripada ditentukan oleh keadaan itu sendiri (van den Berg, 1991:12).
Pikiran (otak) manusia bukanlah konsumen pasif dari informasi yang diberikan guru atau dari apa
yang dibaca. Pikiran setiap individu secara aktif memproses informasi yang datang, menyaring dan
memilih mana yang penting dan mana yang tidak. Proses itu secara sadar dilakukan dengan cara
menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Informasi yang dipilih kemudian
dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan diberi arti. Kemudian pengertian baru akan
diuji kebenarannya dengan apa yang sudah diketahui dan disimpan dalam memori (Osborne dan
Wittrock dalam Katu, 1995:1). Dengan demikian pengetahuan seseorang tidak bertambah atau
terbentuk begitu saja tetapi merupakan suatu proses yang terus-menerus membangun kembali
pengetahuannya di dalam memorinya.
Dalam proses belajar mengajar guru kadang-kadang menganggap anak sebagai kertas kosong yang
belum ada tulisan apapun. Padahal dari pengalaman sehari-hari anak telah memiliki konsepsi-konsepsi
awal tentang sesuatu hal. Tradisi konstruktivis bertolak pada kenyataan bahwa siswa telah memiliki
konsepsi tertentu tentang suatu fenomena kejadian yang akan dipelajari sebelum mengikuti pelajaran
formal ( Leo Sutrisno dalam Sujarwo, 1997: 6). Filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa
pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan,
tantangan dan bahan yang dipelajari (Suparno, 2002:30). Karena siswa memiliki konsep awal yang
mungkin saja berbeda dengan konsep para ahli dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka
tidak mustahil akan terjadi miskonsepsi atau kesalahan dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Dalam konstruktivisme, miskonsepsi merupakan hal yang wajar dalam proses pembentukkan
pengetahuan oleh seseorang yang sedang belajar. Pengetahuan itu tidak sekali jadi, tetapi merupakan
suatu proses terus-menerus yang semakin sempurna. Bahkan dalam perkembangan mengkonstruksi
pengetahuan, siswa dapat bermula dari konsep yang sangat kasar dan sederhana serta tidak lengkap,
dan pelan-pelan dalam proses pembelajaran menjadi semakin lengkap, tepat dan benar (Suparno,
2002:32-33). Dengan demikian miskonsepsi dapat dijadikan sebagai awal perkembangan
pengetahuan yang lebih baik.

Sumber : https://cobaberbagi.wordpress.com/2011/05/02/konstruktivisme-dan-miskonsepsi/

Anda mungkin juga menyukai